Produksi Kopi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

22 Kab. Toba Samosir Lahan yang sudah digunakan Ha : 2.621 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 23 Kab. Gunung Sitoli Lahan yang sudah digunakan Ha : 109 Status Lahan : Perkebunan Rakyat Sumber : BPS Sumatera Utara 2011

4.2. Produksi Kopi

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara Sumut, Aspan Sofian mengatakan bahwa kopi Sumut sudah sangat dikenal di tingkat internasional sebagai yang terbaik sehingga harus didukung dengan program yang tepat. Dengan begitu produktivitasnya dapat ditingkatkan. Sumatera Utara memiliki dua varietas kopi andalan yakni Arabika dan Robusta. Secara umum, luasan lahan perkebunan kopi Arabika lebih besar daripada kopi Robusta karena produktivitasnya yang lebih tinggi. Luas perkebunan kopi Arabika mencapai 58.118 hektar, sementara kopi Robusta hanya 21.680 hektar. Produksi Arabika bisa mencapai 46.000 ton per tahun, sedangkan kopi Robusta 8.400 ton per tahun. Dari kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa produktivitas kopi Sumut masih rendah atau cenderung turun. Ini disebabkan karena rata-rata usia tanaman kopi sudah tua atau sekitar 60 dari areal komoditas kopi merupakan tanaman tua rata-rata sudah berumur diatas 10-25 tahun sehingga produksinya tidak maksimal atau produksi kopi rata-rata masih sebesar 650-750 kg per hektar, sementara peremajaan minim karena terkendala modal. Untuk itu, harus ada upaya-upaya yang dilakukan seperti : 1. Program Revitalisasi Perkebunan yang mengacu pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan dan Peraturan Menteri Pertanian Permentan No. 33 tahun 2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Lanutan Tabel 4.1 Universitas Sumatera Utara Program Revitalisasi Perkebunan, karena peranan kopi dalam menghasilkan devisa tidak berbeda jauh dari yang dihasilkan kakao yang sudah dimasukkan dalam program revitalisasi pemerintah. 2. Program Intensifikasi, khususnya pada perkebunan rakyat, baik untuk kopi Arabika maupun Robusta secara terarah, terencana dan terfokus. 3. Program Ektensifikasi pada kopi Arabika sesuai agroklimat dan keadaan lahan. Dalam program ektensifikasi ini dapat dilakukan pemanfaatan lahan konservasi melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama PHBM. Namun saat ini program yang bisa berjalan adalah Program Intensifikasi, yang mana petani kopi diberikan bantuan-bantuan berupa peralatan, obat-obatan pemberantas hama, pembenah tanah organik, pupuk, benih, gunting pangkas, dan kebutuhan lainnya. Dan Simalungun, sebagai salah satu sentra produksi kopi di Sumatera Utara menjadi kabupaten yang mendapatkan program intensifikasi ini. Program intensifikasi kopi tersebut dilakukan di 11 kecamatan di Simalungun dengan luas sekitar 1.000 hektar yang akan melibatkan 1.199 petani. Di Simalungun sendiri, terdapat 8.000 hektar tanaman kopi. Selain Simalungun, kabupaten lain seperti Langkat, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan Dairi juga merupakan sentra penghasil kopi terbaik di Sumatera Utara. Dengan intensifikasi tersebut, jika biasanya produktivitas kopi hanya 1,1 ton per hektar per tahun, diharapkan bisa naik menjadi 1,2 ton per hektar per tahun. Maka dari 1.000 hektar per tahun, nantinya akan bisa diproduksi sebanyak 1.200 ton per tahun. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Utara merupakan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan kopi. Kopi dibudidayakan di Sumatera Utara terutama Arabika tetapi Robusta juga ditanam oleh petani kecilrakyat di dataran tinggi Danau Toba Tapanuli Utara, Dairi dan Tapanuli Selatan dan selebihnya ditanam oleh perkebunan swasta di Sidikalang dan Kabupaten Sipirok. Kondisi saat ini perkebunan kopi telah dilakukan secara bertahap yaitu untuk meningkatkan kualitas dengan cara melakukan rehabilitasi perkebunan di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Kantor Perkebunan di Sumatera Utara bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri di Sumatera Utara. Lambatnya perkembangan kopi Arabika disebabkan karena kopi arabika tumbuhnya membutuhkan ketinggian tumbuh berkisar 800 – 1.500 m dari permukaan laut dan daerah ini pada umumnya sudah digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan holtikultura lainnya dengan nilai ekonomi lebih tinggi. Berbagai pihak telah berusaha mengaktifkan rehabilitasi kopi Arabika, AEKI Sumatera Utara adalah asosiasi dari para eksportir kopi di Sumatera Utara juga telah mencoba membantu para petani kopi untuk rehabilitasi kopi ini dengan cara mempromosikan dan memyediakan produktivitas yang baik dan tinggi kopi Arabika melalui Proyek Pembibitan Kopi Arabika. Lokasi proyek ini adalah di Kecamatan Lintong Nihuta dan Kabupaten Tapanuli Utara. Proyek ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dari para petani dalam teknik budidaya kopi dan peningkatan kualitas kopi, khususnya kopi dari Lintong dan Mandailing. Selain itu AEKI juga banyak memberi kontribusi yang baik untuk eksportir-eksportir di Sumatera Utara dengan program dan berbagai kegiatan yang dilakukan, antara lain : pembinaan dan pengarahan untuk menjadi eksportir yang Universitas Sumatera Utara profesional; membina kerjasama di bidang pemasaran dalam negeri maupun di luar negeri; promosi dan penetrasi pasar kopi ke negara-negara konsumen; pelayanan dan penyajian informasi dan data perkopian; kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka program perkopian nasional; mendukung peningkatan produksi serta perbaikan mutu kopi; dan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri.

4.3. Ekspor