Analisis Ekspor Kopi Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh:

DEWI MAHRANI RANGKUTI

127018014/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DEWI MAHRANI RANGKUTI

127018014/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Dewi Mahrani Rangkuti Nomor Pokok : 127018014

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(

Ketua

Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) (Dr. Ir. Rahmanta, M.Si Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec)

Dekan

(Prof. Dr. Azhar Maksum, Ak, M.Ec)


(4)

tanggal : 29 Desember 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

2. Prof. Dr. Ramli, SE, MS 3. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si 4. Dr. HB. Tarmizi, SE, SU


(5)

“ANALISIS EKSPOR KOPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Desember 2014 Penulis,

Dewi Mahrani Rangkuti Materai


(6)

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki komoditi perkebunan unggulan kopi (coffea) menunjukkan peran dalam kegiatan perdagangan internasional melalui ekspor ke beberapa negara di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara dengan tiga negara tujuan ekspor yakni Singapura, Inggris dan Italia. Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder runtut waktu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 (time series) dan cross-section 3 negara tujuan ekspor yaitu Singapura, Inggris dan Italia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara dan World Bank. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM) pembobotan cross section weights. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kopi internasional secara positif dan signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara, harga teh internasional dan jumlah produksi kopi secara positif dan tidak signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara, namun jumlah penduduk dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar masing-masing secara negatif dan signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 5 persen.


(7)

SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

North Sumatera Province as one of the provinces in Indonesia which has superior plantation commodity, coffee (coffea) plays its role in the international trade by exporting it to several countries throughout the world. The objective of the research was to analyze the influence of the price of international coffee, the price of international tea, the amount of coffee production, the population in the countries of destination, and the rate of exchange in the countries of destination to US dollar on coffee export in North Sumatera with three countries of destination: Singapore, England, and Italy. The research was quantitative analysis, using secondary data from 2000 to 2012 (time series) and cross section design of three countries of destination (Singapore, England, and Italy), obtained from BPS (Central Bureau of Statistics) of North Sumatera and from the World Bank. The data were analyzed by using panel data regression analysis with Fixed Effect Model (FEM) of cross section weights. The result of the research showed that the price of international coffee had positive and significant influence on the change of coffee export in north Sumatera, but the population and the rate of exchange in the three countries of destination to US dollar had negative and significant influence on the change of coffee export in north Sumatera at the reliability level of 5 percent.

Keywords: Coffee, Export, Price, Amount of Production, Population, Rate of Exchange


(8)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis bidang Magister Ekonomi Pembangunan yang berjudul “Analisis Ekspor Kopi Di Provinsi Sumatera Utara” ini dengan baik. Penulis juga bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Allah SWT maka penulis dapat menyelesaian tesis ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tesis ini dapat terselesaikan karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas tesis ini, antara lain: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, Ak, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE,M.Ec. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE,M.S selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku dosen pembimbing. Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan, bimbingan dan masukan yang begitu berarti yang telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

Daulay, SE,M.Si dan Bapak Dr. HB. Tarmizi, SE, SU terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 6. Kepada orang tua dan keluarga penulis, yang selama ini telah memberikan

dukungan dan doa demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menempuh pendidikan dan penyelesaian tesis ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga hasil yang penulis kerjakan ini dapat memberikan kebanggaan pada keluarga dan kedua orangtua penulis.

7. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

8. Para Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis dan pendidikan di Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan melindungi kita semua. Aamiin.

Medan, Desember 2014 Penulis


(10)

Dewi Mahrani Rangkuti, lahir di kota Lhokseumawe Aceh Utara pada tanggal 24 Mei 1988. Anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Bahrum Rangkuti dan Ibu Nilawati.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2000 di SD Tamansiswa LNG Arun kota Lhokseumawe Aceh Utara, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2003 di SMPN 2 kota Kisaran, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun 2006 di SMKN 1 kota Kisaran Sumatera Utara. Pada tahun 2010 meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Negeri Padang (UNP) jurusan Ekonomi Pembangunan. Pada tahun 2010 sampai dengan 2012 bekerja di NGO (Non-Governmental Organization) PROJECT HOPE bergerak di bidang kesehatan. Pada tahun 2012 sampai dengan 2014 menempuh pendidikan pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU).

Medan, Desember 2014


(11)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Teori Penawaran ... 16

2.1.2 Teori Penawaran Ekspor ... 18

2.1.3 Teori Perdagangan Internasional ... 20

2.1.4 Teori Harga ... 26

2.1.5 Teori Produksi ... 27

2.1.6 Ekspor Kopi ... 28

2.1.7 Penduduk ... 29

2.1.8 Kurs ... 29

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

2.3 Kerangka Konseptual ... 35

2.4 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian ... 38

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.4 Model Analisis Data ... 39

3.4.1 Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 40

3.4.2 Model Efek Random (Random Effect Model) ... 41

3.4.3 Uji Chow (Chow Test) ... 42

3.4.4 Uji Hausman (Hausman Test) ... 43

3.4.5 Uji Koefisien Determinasi (R2 3.4.6 Uji Hipotesis ... 45

) ... 44

3.4.6.1Uji t ... 45

3.4.6.2Uji F ... 46


(12)

4.1 Letak Geografis Sumatera Utara ... 48

4.2 Perkembangan Produksi Kopi Provinsi Sumatera Utara ... 50

4.3 Perkembangan Ekspor Kopi Sumatera Utara Ke Negara Tujuan .... 52

4.3.1 Singapura ... 52

4.3.2 Inggris ... 53

4.3.3 Italia ... 54

4.4 Perkembangan Harga Kopi Dunia dan Harga Kopi Sumatera Utara ... 55

4.5 Perkembangan Harga Teh Dunia ... 56

4.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor ... 57

4.6.1 Singapura ... 57

4.6.2 Inggris ... 59

4.6.3 Italia ... 60

4.7 Perkembangan Kurs Negara Tujuan Ekspor Terhadap US$ ... 61

4.7.1 Singapura ... 61

4.7.2 Inggris ... 62

4.7.3 Italia ... 63

4.8 Kebijakan Pemerintah Atas Perdagangan Kopi Nasional Tentang Ekspor dan Impor Kopi ... 64

4.9 Pengujian Statistik ... 66

4.9.1 Pemilihan Model Estimasi Data Panel ... 66

4.9.1.1Uji Chow ... 67

4.9.1.2Uji Hausman ... 68

4.9.2 Koefisien Determinasi (R2 4.9.3 Uji t ... 69

) ... 68

4.9.4 Uji F ... 71

4.10 Hasil Analisis Data ... 71

4.11 Pembahasan ... 76

4.11.1 Pengaruh Harga Kopi Internasional Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 76

4.11.2 Pengaruh Harga Teh Internasional Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 77

4.11.3 Pengaruh Jumlah Produksi Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 78

4.11.4 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 79

4.11.5 Pengaruh Kurs Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 80

4.11.6 Pengaruh Harga Kopi Internasional, Harga Teh Internasional, Jumlah Produksi, Jumlah Penduduk dan Kurs Terhadap Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 81

4.11.7 Implikasi Kebijakan Pemerintah Atas Perdagangan Kopi Nasional Tentang Ekspor dan Impor Kopi ... 81


(13)

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(14)

Nomor Judul Halaman

1.5 Negara Produsen Kopi 10 Besar Dunia Tahun 2011/2012 ... 2

1.6 Nilai f.o.b Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan (000 US$), Tahun 2008-2012 ... 5

1.7 Nilai f.o.b Ekspor Kopi Menurut Tiga Negara Tujuan (000 US$), Tahun 2000-2012 ... 7

1.8 Harga Kopi Internasional dan Harga Teh Internasional, Tahun 2000-2012 (dalam US$) ... 10

1.9 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Terhadap US Dollar, Tahun 2000-2012 ... 11

4.1 Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Kopi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2012 ... 49

4.2 Jumlah Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2000-2012 (000 ton) ... 50

4.3 Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Singapura (ton) 2000-2012 ... 52

4.4 Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Inggris (ton) 2000-2012 ... 53

4.5 Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Italia (ton) 2000-2012 ... 54

4.6 Harga Kopi Internasional dan Kopi Sumatera Utara 2000-2012 ... 55

4.7 Harga Teh Internasional (US Dollar) 2000-2012 ... 56

4.8 Jumlah Penduduk (Singapura) 2000-2012 (dalam juta jiwa) ... 58

4.9 Jumlah Penduduk (Inggris) 2000-2012 (dalam juta jiwa) ... 59

4.10 Jumlah Penduduk (Italia) 2000-2012 (dalam juta jiwa) ... 60

4.11 Perkembangan $ Singapura Terhadap US$ 2000-2012 ... 62

4.12 Perkembangan ₤ Inggris Terhadap US$ 2000-2012 ... 63

4.13 Perkembangan Lit Inggris Terhadap US$ 2000-2012 ... 64

4.14 Hasil Estimasi Pooled Least Square dan Fixed Effect Model ... 66

4.15 Hasil Uji Chow ... 67

4.16 Hasil Estimasi Fixed Effect Model dengan (cross section weights) ... 73


(15)

Nomor Judul Halaman

1.1 Negara Produsen Kopi 10 Besar Dunia Tahun 2011/2012 ... 2

1.2 Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan (000 US$) Tahun 2008-2012 ... 6

1.3 Ekspor Kopi Menurut Tiga Negara Tujuan (000 US$) Tahun 2000-2012 ... 8

1.4 Harga Kopi Internasional dan Harga Teh Internasional (dalam US$) Tahun 2000-2012 ... 10

1.5 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Singapura dan Inggris terhadap US Dollar Tahun 2000-2012 ... 11

1.6 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Italia terhadap US Dollar Tahun 2000-2012 ... 12

2.1 Kurva Penawaran ... 17

2.2 Keseimbangan Harga Di Pasar Internasional ... 24

2.3 Kerangka Konseptual Analisis Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara ... 36

4.1 Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Kopi Sumatera Utara Tahun 2000-2012 ... 49

4.2 Jumlah Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2000-2012 ... 51

4.3 Jumlah Penduduk Singapura Tahun 2000-2012 ... 58

4.4 Jumlah Penduduk Inggris Tahun 2000-2012 ... 59


(16)

Nomor Judul Halaman

1. Data Mentah Variabel Penelitian ... 91

2. Hasil Estimasi Data Panel Menggunakan Model Pooled Least Squares (PLS) ... 92

3. Hasil Estimasi Data Panel Menggunakan Model Pooled Least Squares (PLS) dengan pembobotan (cross section weights) ... 93

4. Hasil Estimasi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) ... 94

5. Hasil estimasi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan Pembobotan (cross section weights) ... 95

6. Hasil estimasi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan Pembobotan (cross section weights) dan white Heteroskedastisitas ... 96

7. Representasi Hasil Estimasi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan Pembobotan (cross section weights) ... 97

8. Tabel Data Residual Hasil Estimasi Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan Pembobotan (cross section weights) ... 98

9. Grafik Data Residual Hasil Estimasi Menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan Pembobotan (cross section weights) ... 99

10. Tabel Distribusi t ... 100

11. Tabel Distribusi F ... 101

12. Kumpulan Gambar Objek Penelitian ... 102

13. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tentang Ketentuan Ekspor Kopi ... 104


(17)

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki komoditi perkebunan unggulan kopi (coffea) menunjukkan peran dalam kegiatan perdagangan internasional melalui ekspor ke beberapa negara di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara dengan tiga negara tujuan ekspor yakni Singapura, Inggris dan Italia. Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder runtut waktu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 (time series) dan cross-section 3 negara tujuan ekspor yaitu Singapura, Inggris dan Italia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara dan World Bank. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM) pembobotan cross section weights. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kopi internasional secara positif dan signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara, harga teh internasional dan jumlah produksi kopi secara positif dan tidak signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara, namun jumlah penduduk dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar masing-masing secara negatif dan signifikan mempengaruhi perubahan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 5 persen.


(18)

SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

North Sumatera Province as one of the provinces in Indonesia which has superior plantation commodity, coffee (coffea) plays its role in the international trade by exporting it to several countries throughout the world. The objective of the research was to analyze the influence of the price of international coffee, the price of international tea, the amount of coffee production, the population in the countries of destination, and the rate of exchange in the countries of destination to US dollar on coffee export in North Sumatera with three countries of destination: Singapore, England, and Italy. The research was quantitative analysis, using secondary data from 2000 to 2012 (time series) and cross section design of three countries of destination (Singapore, England, and Italy), obtained from BPS (Central Bureau of Statistics) of North Sumatera and from the World Bank. The data were analyzed by using panel data regression analysis with Fixed Effect Model (FEM) of cross section weights. The result of the research showed that the price of international coffee had positive and significant influence on the change of coffee export in north Sumatera, but the population and the rate of exchange in the three countries of destination to US dollar had negative and significant influence on the change of coffee export in north Sumatera at the reliability level of 5 percent.

Keywords: Coffee, Export, Price, Amount of Production, Population, Rate of Exchange


(19)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama ini di Indonesia lebih dikenal sebagai penghasil Kopi Robusta terbesar didunia, meskipun kontribusi Kopi Arabika Indonesia dalam perdagangan kopi dunia secara kuantitatif kecil namun secara kualitatif sangat disukai konsumen dengan keanekaragaman jenis serta cita rasa yang spesifik (Purba,2010).

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2000) menginformasikan adanya perkembangan produksi yang cukup signifikan dari lima komoditi utama perkebunan, yakni karet, kelapa sawit, kakao, kopi dan teh. Komoditas kopi mengalami peningkatan volume ekspor yang cukup tinggi. Peningkatan volume ekspor ini diduga terutama dipacu oleh permintaan dalam negeri, permintaan luar negeri terhadap produk kopi Sumatera Utara yang pada akhirnya mendorong peningkatan produksi sehingga penawaran kopi Sumatera Utara keluar negeri semakin meningkat. Peningkatan ekspor kopi Sumatera Utara juga diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti jumlah produksi, jumlah penduduk negara tujuan, harga kopi di pasar internasional.

Kopi Indonesia sangat dikenal dunia dan begitu berperan dalam kegiatan perdagangan internasional. Indonesia termasuk dalam produsen ketiga besar di


(20)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Brazil Vietnam Indonesia Colombia Ethiopia India Mexico Honduras Peru Guatemala

Share (%) dunia saat ini di bawah Brazil dan Vietnam (ICO,2012). Berikut data negara-negara produsen kopi di dunia berserta share dari total dunia.

Tabel 1.1 Negara Produsen Kopi 10 Besar Dunia Tahun 2011/2012 No. Negara Produksi (000 ton) Share (%)

1. Brazil 48.095 35,8

2. Vietnam 19.467 14,5

3. Indonesia 9.129 6,8

4. Colombia 8.523 6,4

5. Ethiopia 7.500 5,6

6. India 5.033 3,8

7. Mexico 4.850 3,6

8. Honduras 4.326 3,2

9. Peru 3.976 3

10. Guatemala 3.950 2,9

Sumber: International Coffee Organization, (2012)

Berdasarkan Tabel di atas, Brazil masih mendominasi produksi kopi dunia sekaligus sebagai penyumbang terbesar kopi dunia sebesar 35,8 persen dari total produksi dunia. Kemudian diikuti Vietnam yang menyuplai 14,5 persen dari total produksi kopi dunia. Dan di bawahnya Indonesia dan Colombia yang menyumbang masing-masing 6,8 persen dan 6,4 persen dari produksi kopi dunia.

Gambar 1.1 Negara Produsen Kopi 10 Besar Dunia Tahun 2011/2012


(21)

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi alam cukup baik dalam menghasilkan produksi hasil perkebunan, terutama pada komoditi biji kopi. Adapun daerah-daerah yang menghasilkan biji kopi diantaranya yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Simalungun, Dairi, Karo, Mandailing dan Tapanuli Selatan. Dengan banyaknya daerah yang sangat berpotensi menghasilkan biji kopi di Provinsi Sumatera Utara, ini mendorong pada kegiatan ekspor kopi dalam negeri ke luar negeri dalam proses perdagangan internasional demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada khususnya.

Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara (2012) kopi Sumatera Utara merupakan salah satu komoditas unggulan yang mempunyai peluang cukup besar di pasar internasional. Kopi yang dihasilkan petani Sumatera Utara telah dikenal dan diakui kualitasnya di negara-negara dunia. Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah produsen kopi di tanah air dan merupakan sentra produksi kopi terbesar di Indonesia. Kopi yang dihasilkan adalah jenis kopi Arabika dan Robusta, dan terus mengalami perkembangan melalui intensifikasi perluasan lahan.

Kopi dalam bahasa latin disebut dengan coffea. Kopi (coffea) yang dihasilkan adalah Kopi Arabika (coffea arabica) dan Kopi Robusta (coffea robusta). Kabupaten yang paling banyak menghasilkan kopi adalah Kabupaten Dairi khususnya untuk Kopi Arabika (coffea arabica). Di Sumatera Utara perkebunan kopi banyak di pegunungan Lintong sampai sekitar daerah Danau Toba. Kopi Sumatera Utara yang terkenal adalah dengan nama Mandaeling. Kopi Lintong dan Mandaeling terkenal di dunia, terutama jenis Kopi Arabika (coffea arabica). Kopi


(22)

Lintong ditanam di Kecamatan Lintongnihuta yang berada di Barat Daya Danau Toba yang berada di wilayah Kabupaten Dairi (Widayanti, 2009).

Menurut Data BPS (2010) Kabupaten Dairi merupakan daerah dengan total produksi paling besar untuk Kopi Arabika (coffea arabica). Tanaman Kopi Arabika (coffea arabica) dapat dengan mudah dijumpai hampir di seluruh daerah di Kabupaten Dairi. Sebagian besar penduduk yang ada di Kabupaten Dairi memiliki areal penanaman kopi di areal pemukimannya. Luas tanam masing-masing petani kopi bervariasi. Kopi Arabika (coffea arabica) termasuk yang dominan selain Kopi Robusta (coffea robusta). Petani banyak menanam Kopi Arabika (coffea arabica) karena umur produksinya yang relatif cepat, kemudian dapat dijual dalam bentuk gelondong merah (cherry red). Akan tetapi, jenis kopi robusta (coffea robusta) juga tetap dihasilkan di beberapa daerah di povinsi Sumatera Utara.

Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam (Kementrian Perindustrian,2013). Kopi (coffea) Sumatera Utara yang dihasilkan oleh beberapa daerah potensi menunjukkan angka yang sangat tinggi untuk tujuan ekspor ke negara-negara maju di dunia, diantaranya Amerika Serikat, Jerman dan Jepang yang merupakan tiga negara terbesar dalam mengkonsumsi kopi Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2012). Oleh sebab itu, ketiga negara tersebut memiliki jumlah permintaan yang banyak untuk kopi (coffea) Indonesia dalam memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. Tanpa perlu dilakukan penawaran negara-negara tersebut cenderung mengimpor hasil perkebunan yang satu ini, yaitu kopi (coffea) Indonesia.


(23)

Industri kopi (coffea) di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir terus bergairah dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh industri pengolahan kopi, sebab kopi yang diekspor keluar negeri dalam bentuk selain biji kopi kering juga kopi olahan. Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia dan di pasar dunia selain didukung dengan pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi juga ditunjang dengan keragaman rasa citarasa yang sesuai dengan selera konsumen (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia/AEKI,2012).

Berikut data negara tujuan ekspor kopi (coffea) Sumatera Utara periode 2008 sampai dengan 2012. Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa nilai ekspor kopi terbanyak adalah ke negara Amerika Serikat lalu kemudian disusul oleh Jerman, Jepang, Italia, Inggris dan Singapura. Masing-masing negara mempunyai kebutuhan akan kopi Indonesia yang berbeda-beda sehingga menunjukkan angka yang bervariasi. Tabel 1.2 Nilai f.o.b Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan (000 US$) Tahun

2008-2012 Tahun Amerika

Serikat

Jerman Jepang Italia Inggris Singapura 2008 173.404,4 123.781,4 173.955,1 60.613,9 29.016,7 17.447,3 2009 161.240,2 98.123,8 109.408,4 53.102,4 24.359,6 12.788,8 2010 176.360,6 118.889,8 107.943,4 43.225,7 39.136,3 9.568,3 2011 274.491,0 174.712,2 70.517,4 57.757,9 38.801,3 15.055,7 2012 330.814,7 145.733,9 116.879,3 64.636,3 39.233,4 32.310,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, (2012)

Di samping itu dengan kualitas kopi yang sudah dikenal dunia, Indonesia terus meluaskan target pasar dunia dalam kegiatan ekspornya. Kopi (coffea) Sumatera Utara diharapkan terus meluas tidak hanya di beberapa negara di dunia saja sebagai konsumen tetap yang menjadikan kopi Indonesia untuk bahan baku. Singapura, Inggris dan Italia merupakan tiga negara maju di dunia yang menjadi


(24)

target pasar untuk tujuan ekspor kopi Sumatera Utara di pasar internasional karena masih berkebutuhan konsumsi rendah pada komoditi perkebunan kopi (coffea). Pertumbuhan ekonomi suatu negara yang baik dapat mendukung perluasan ekspor Indonesia melalui komoditi kopi (coffea) Sumatera Utara.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 pasal 9 ayat (1) bahwa kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Form ICO (International Coffee Organization) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Penerbitan Surat Keterangan Asal (certificate of origin) untuk barang ekspor Indonesia. Tidak semua pengusaha kopi dapat dengan mudah melakukan ekspor sebab dibatasi oleh standar tersebut. Sehingga ini memungkinkan untuk membatasi kopi dalam negeri meluas ke negara-negara yang terlibat dalam transaksi perdagangan internasional di pasar dunia.

0,00 50.000,00 100.000,00 150.000,00 200.000,00 250.000,00 300.000,00 350.000,00

Ame rika Se rikat

Je rman Je pang Italia Inggris Singapura

2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 1.2 Ekspor Kopi Menurut Negara Tujuan (000 US$) Tahun 2008-2012


(25)

Kegiatan perdagangan internasional terdapat proteksi yang melindungi sejumlah sektor perekonomian dari persaingan asing seperti tarif, subsidi ekspor dan kuota (Case dan Fair,2004). Dalam hal ini, proteksi dilakukan pemerintah dengan menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tersebut pada setiap hasil produksi kopi di dalam negeri. Sehingga tidak semua kopi dapat langsung diekspor keluar negeri. Ini kemungkinan membatasi akses perdagangan petani kopi lokal untuk langsung mengeksporkan hasil kebun mereka.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 pasal 6 ayat (1) bahwa setiap eksportir kopi untuk mendapatkan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) terlebih dahulu membayar iuran kepada Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) dengan menunjukkan bukti asli. AEKI merupakan lembaga swasta menyangkut eksportir kopi Indonesia. Sehingga untuk melakukan ekspor diharapkan para eksportir melakukan pembayaran kepada pihak AEKI sebagai salah satu persyaratan tahapan dalam melakukan ekspor kopi tersebut keluar negeri.

Tabel 1.3 Nilai f.o.b Ekspor Kopi Menurut Tiga Negara Tujuan (000 US$) Tahun 2000-2012

Tahun Singapura Inggris Italia

2000 16.900,00 8.700,00 16.700,00

2001 10.800,00 3.900,00 7.600,00

2002 8.800,00 5.300,00 9.000,00

2003 6.690,80 7.569,70 17.825,00

2004 8.186,00 6.843,70 15.256,50

2005 20.269,40 15.358,70 27.652,60

2006 24.649,90 15.270,50 34.206,00

2007 28.073,50 16.283,70 34.770,10

2008 17.447,30 29.016,70 60.613,90

2009 12.788,80 24.359,60 53.102,40

2010 9.568,30 39.136,30 43.225,70

2011 15.055,70 38.801,30 57.757,90

2012 32.310,40 39.233,40 64.636,30


(26)

Pada Tabel 1.3 menunjukkan data ekspor kopi (coffea) Sumatera Utara menurut negara tujuan berdasarkan nilai f.o.b (free on board) dari tahun 2000 sampai dengan 2012. Angka ekspor kopi Sumatera Utara ketiga negara tujuan tersebut terlihat berfluktuasi dimana berdasarkan data per tahun negara Italia menunjukkan angka tertinggi yang kemudian disusul oleh Inggris dan Singapura. Angka yang ditunjukkan oleh ketiga negara tersebut masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor kopi Sumatera Utara.

Pada tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan regulasi kuota ekspor dunia terhadap komoditi kopi dalam negeri sehingga ekspor kopi hanya bisa dilakukan oleh perusahaan eksportir terdaftar yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan dan Perindustrian (Pustaka Dunia,2012). Hal ini kemungkinan mengakibatkan perusahaan-perusahaan eksportir kopi dalam negeri mengalami kesulitan untuk

0,00 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 70.000,00

Singapura Inggris Italia

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 1.3 Ekspor Kopi Menurut Tiga Negara Tujuan (000 US$) Tahun 2000-2012


(27)

masuk ke pasar dunia dalam menawarkan produk mereka. Terbatasnya akses perdagangan internasional mengakibatkan terbatasnya pula jumlah komoditi kopi dalam negeri keluar pasar di beberapa negara di dunia.

International Coffee Organization (ICO) pada mulanya bermanfaat bagi Indonesia sebab dirasakan sangat membantu dalam menstabilkan harga kopi melalui sistem kuota sesuai ketentuan ekonomis dalam Kesepakatan Kopi Internasional tahun 1984. Namun sejak tahun 1989 sistem kuota mengalami pembekuan dan bersamaan dengan itu dunia mulai memasuki era pasar bebas dan segera setelah itu serta merta harga kopi di pasar internasional jatuh. ICO mencoba merumuskan fungsi lembaga setelah sistem kuota ditiadakan dengan melaksanakan: pertama, pembentukan Forum Private Sector Consultative Board (PSCB). Kedua, program peningkatan mutu kopi (Coffee Quality Improvement Programme). Ketiga, Penyempurnaan Data Statistik Kopi dan keempat, rencana Penyelenggaraan Internasional Coffee Conference (ICO,2006).

Dalam perdagangan internasional terutama pada kegiatan ekspor, salah satu yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya nilai ekspor kopi Sumatera Utara yaitu harga. Harga yang berlaku di pasar internasional mempunyai pengaruh dalam tolak ukur daya beli penduduk dunia dalam mengkonsumsi kopi. Selain itu, teh sebagai barang substitusi dari kopi (coffea) juga dapat mempengaruhi keinginan penduduk dunia dalam memilih barang yang akan dikonsumsi.

Berdasarkan Tabel 1.4 terlihat data harga kopi internasional dan harga teh internasional. Dimana harga kopi (coffea) internasional menunjukkan angka yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sedangkan harga teh internasional menunjukkan angka yang sangat berfluktuasi. Dan secara keseluruhan harga kopi


(28)

(coffea) internasional menunjukkan angka yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga teh internasional dari tahun 2000 sampai dengan 2012.

Tabel 1.4 Harga Kopi Internasional dan Harga Teh Internasional, Tahun 2000-2012 (dalam US$)

Tahun Harga Kopi Internasional Harga Teh Internasional

2000 76.042.992 63.831.600

2001 68.103.000 69.552.000

2002 76.191.023 48.033.000

2003 82.247.601 40.780.138

2004 85.437.520 38.375.442

2005 91.358.293 51.283.406

2006 95.118.924 48.029.362

2007 98.092.115 52.437.498

2008 108.520.041 49.014.518

2009 116.443.261 46.179.965

2010 117.810.260 45.168.642

2011 207.529.397 48.062.054

2012 208.310.217 50.574.877

Sumber: Badan Pusat Statistik, (2012)

0 50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000 450.000.000

2000 2002 2004 200 6 200 8 201 0 201 2 Harga Kopi Inte rnasional

Harga Te h Inte rnasional

Gambar 1.4 Harga Kopi Internasional dan Harga Teh Internasional (dalam US$) Tahun 2000-2012


(29)

Tabel 1.5 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Terhadap US Dollar, Tahun 2000-2012

Tahun Singapura ($/US$)

Inggris (₤/US$)

Italia (Lit/US$)

2000 1,724000 0,660700 2.100,22

2001 1,791900 0,694200 2.162,06

2002 1,790400 0,666300 2.054,07

2003 1,742400 0,612200 1.714,04

2004 1,690400 0,546000 1.558,65

2005 1,664200 0,550000 1.557,56

2006 1,589100 0,543500 1.543,03

2007 1,506900 0,499800 1.414,86

2008 1,415200 0,544800 1.323,08

2009 1,454100 0,641000 1.392,28

2010 1,363300 0,647400 1.461,42

2011 1,257000 0,623600 1.391,91

2012 1,249600 0,631100 1.506,72

Rata-Rata 1,542875 0,604662 1.629,22

Sumber:

Gambar 1.5 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Singapura dan Inggris Terhadap US Dollar Tahun 2000-2012

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

S ingapura Inggris


(30)

Berkaitan dengan data Organisasi Kopi Internasional (2013) Indonesia adalah negara pengekspor komoditi kopi (coffea) lima besar dunia yang bertujuan memenuhi kebutuhan kopi di pasar dunia dalam kegiatan perdagangan internasional antar negara di dunia. Komoditi kopi (coffea) tersebut banyak dihasilkan dan berasal dari pulau Sumatera Indonesia yakni terutama di provinsi Sumatera Utara. Dengan semakin berkembangnya suatu wilayah maka mendorong tingkat produksi kopi (coffea) terutama di provinsi Sumatera Utara yang memiliki banyak daerah penghasil komoditi perkebunan kopi. Produksi yang tinggi dapat meningkatkan penawaran ekspor kopi ke negara lain. Peran serta ICO dalam kegiatan perdagangan internasional yang sudah meniadakan sistem kuota setelah tahun 1989 sangat mendukung ekspor kopi Sumatera Utara untuk lebih meluas ke negara-negara di dunia, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dalam negeri. Akan tetapi pada kenyataannya, jumlah negara pengimpor kopi (coffea)

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Italia

Gambar 1.6 Kurs Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Italia Terhadap US Dollar Tahun 2000-2012


(31)

Sumatera Utara masih terbatas mengingat negara-negara tujuan lain yang masih berkebutuhan konsumsi rendah terhadap kopi (coffea) Sumatera Utara. Oleh sebab itu perlu dilakukan penawaran kepada beberapa negara yang berkebutuhan konsumsi kopi (coffea). Karena fenomena tersebut dan berkaitan dengan regulasi pemerintah di dalam negeri tentang ekspor kopi Indonesia, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini yang dituangkan dalam karya ilmiah berjudul ‘Analisis Ekspor Kopi Di Provinsi Sumatera Utara.’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah harga kopi internasional berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah harga teh internasional berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah jumlah produksi kopi berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?

4. Apakah jumlah penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?

5. Apakah kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?

6. Apakah harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara?


(32)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh harga kopi internasional terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis pengaruh harga teh internasional terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

3. Menganalisis pengaruh jumlah produksi kopi terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

4. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk negara tujuan ekspor terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

5. Menganalisis pengaruh kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

6. Menganalisis pengaruh harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Dapat menjadi masukan bagi petani kopi lokal dalam meningkatkan produksi hasil tanam setiap tahun.


(33)

2. Dapat menjadi masukan bagi pengusaha dalam negeri dan atau eksportir untuk meningkatkan produk kopi terutama untuk kebutuhan konsumsi di dalam dan luar negeri.

3. Dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas biji kopi yang lebih memenuhi standar dunia perdagangan internasional.

4. Bagi penulis, sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan mengenai Analisis Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu menambah pengetahuan penulis mengenai metode analisis data dalam penelitian ini sehingga dari pengetahuan-pengetahuan yang penulis peroleh diharapkan dapat diaplikasikan dalam kegiatan penulis selanjutnya.

5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara.


(34)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Penawaran

Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para penjual. Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran terhadap barang dan jasa, antara lain:

a. Harga barang itu sendiri b. Harga barang-barang lain c. Biaya produksi

d. Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut e. Tingkat teknologi yang digunakan

Menurut Pindyck (2003) kurva penawaran (supply curve) menunjukkan jumlah barang yang bersedia dijual oleh para produsen pada harga yang akan diterimanya di pasar. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah barang yang bersedia dijual oleh produsen dan harga barang tersebut. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

QS = QS (H) ... (2.1)


(35)

Penawaran dan produksi mempunyai hubungan yang sangat erat dan yang mempengaruhi penawaran diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang pengganti (substitusi), teknologi, pajak, biaya produksi, jumlah penduduk, ekspektasi di masa yang akan datang, tujuan perusahaan (wikipedia,2012). Pihak produsen menyediakan berbagai barang dan jasa hasil produksi kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga tertentu. Jadi penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi.

Hukum penawaran berbunyi: bila tingkat harga mengalami kenaikan maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan bila tingkat harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan turun. Dalam hukum penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan tingkat harga, di hukum penawaran hanya menunjukkan hubungan searah antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.

Gambar 2.1 Kurva Penawaran


(36)

Hukum ekonomi berlaku ceteris paribus (di luar objek yang diselidiki, keadaannya tetap tidak berubah). Singkatnya hukum penawaran adalah: “Penawaran akan bertambah apabila harga naik dan akan berkurang apabila harga turun”.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa teori penawaran merupakan jumlah barang yang ditawarkan pada harga tertentu dalam waktu tertentu demi memenuhi kebutuhan konsumen yang berbeda-beda. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, biaya produksi, tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut dan tingkat teknologi yang digunakan.

Penawaran ekspor merupakan jumlah barang ekspor yang ditawarkan pada harga tertentu dan dalam waktu tertentu kepada negara lain dengan tujuan melakukan perdagangan internasional demi mendapatkan keuntungan dan menjalin kerjasama kepada negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di setiap masing-masing negara.

2.1.2 Teori Penawaran Ekspor

Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri. Menurut Salvatore (1977), menyatakan bahwa volume ekspor suatu negara ditentukan oleh harga komoditi tersebut di pasar domestik, harga internasional dan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar (exchange rate), mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa antara harga dan jumlah komoditi yang ditawarkan memiliki hubungan yang positif,


(37)

yaitu jika harga naik maka jumlah yang akan ditawarkan meningkat pula, begitupun sebaliknya.

Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah yang ditawarkan oleh produsen pada konsumen dalam suatu pasar dalam tingkat harga dan waktu tertentu. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun karena jumlah komoditas yang ada lebih besar dari yang diinginkan oleh konsumen (Nicholson,1999).

Penawaran ekspor merupakan jumlah barang yang diekspor ke luar negeri. Sehingga penawaran terhadap suatu barang sama dengan ekspor barang ke luar negeri. Dan dapat ditulis ke dalam fungsi persamaan seperti berikut.

S = f (X1 , X2 , X3 , ... , Xn

dan

) ... (2.2)

S = f ( EKS ) ... (2.3) sehingga

EKS = f (X1 , X2 , X3 , ... , Xn

dimana:

) ... (2.4)

S = penawaran pada tahun tertentu EKS = nilai ekspor pada tahun tertentu

X1 , X2 , X3 , ... , Xn = variabel yang mempengaruhi pada tahun

tertentu

Dengan demikian ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ekspor kopi ada bertambah atau berkurang yakni harga kopi di pasar internasional,


(38)

barang substitusi, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk dan kurs dalam periode tertentu.

2.1.3 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Nopirin (1999) perdagangan internasional merupakan suatu hubungan antara satu negara dengan negara lain dalam bentuk hubungan ekonomi seperti jual beli barang dan jasa maupun uang dengan tujuan memperoleh keuntungan (gain) dan untuk menjalin kerjasama di bidang internasional. Terjadinya perdagangan internasional antara satu negara dengan negara lainnya dapat mendorong kerja sama yang lebih erat antar sesama negara di dunia. Sehingga dengan adanya perdagangan luar negeri dapat menguntungkan antar negara satu sama lainnya, baik di bidang ekonomi maupun bidang sosial lainnya.

Menurut Sukirno (2003), manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya: kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi


(39)

oleh negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

c. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

d. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

Dengan demikian terjadinya perdagangan internasional antar satu negara dengan negara lainnya dapat disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya disebabkan karena perbedaan harga, selera, pendapatan, karena jumlah produksi domestik dan disebabkan karena kurs yang terdepresiasi atau terapresiasi. Tujuan perdagangan internasional adalah memperoleh keuntungan antar negara yang satu dengan negara yang lainnya dalam pasar internasional.

Menurut Fajrina (2008) teori perdagangan internasional terbagi atas 3 yaitu sebagai berikut:

a. Teori Klasik


(40)

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Tehory of value).

Teori absolute advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja, Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi.

2) Comparative Advantage JS Mill

Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative diadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.

b. Comparative Cost David Ricardo 1) Cost Comparative Advantage

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara


(41)

tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Berdasarkan contoh hipotesis dibawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.

2) Production Comparative Advantage

Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif.

c. Teori Modern H-O

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:

1) Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.

2) Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.


(42)

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perdagangan internasional karena terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh setiap negara. Dengan demikian salah satu kegiatan perdagangan internasional tersebut adalah ekspor dan impor demi memenuhi kebutuhan masyarakat di masing-masing negara dan mencari keuntungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap negara.

Adanya perdagangan akan memudahkan pemahaman mengenai perlunya menyelaraskan penawaran ekspor dengan persediaan nasional. Hal ini pada gilirannya akan memunculkan peluang bagi pembeli dan penjual barang tertentu. Permintaan impor kopi ke berbagai negara dari Indonesia dapat tercukupi, karena persediaan kopi nasional mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk. Jumlah dan harga komoditas yang diekspor ditentukan setelah diketahui kurva penawaran dan persediaan yang merupakan perangkat geometris utama yang digunakan dalam rangka menganalisa pilihan kebijaksanaan dalam perdagangan. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Keseimbangan Harga di Pasar Internasional


(43)

Pf : harga keseimbangan harga pasar internasional Pda

internasional

: harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan

Pdb

internasional

: harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan

Oy1

Oy

: konsumsi di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

4

DA : permintaan domestik negara A

: konsumsi di negara B sebelum adanya perdagangan internasional

SA : penawaran domestik negara B D : permintaan di pasar internasional S : penawaran di pasar internasional DB : permintaan domestik negara B SB : penawaran domestik negara B

G : titik keseimbangan komoditas y di negara A H : titik keseimbangan komoditas y di negara B

I : permintaan domestik negara A setelah adanya perdagangan internasional

J : penawaran domestik negara A setelah adanya perdagangan internasional

K : penawaran domestik negara B setelah adanya perdagangan internasional

L : permintaan domestik negara B setelah adanya perdagangan internasional


(44)

Gambar menunjukkan terjadinya perdagangan internasional antara dua negara. Sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga keseimbangan komoditas y pada titik G di negara A dan pada titik H di negara B. sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1 dan OY4 di negara

B. pf adalah harga keseimbangan di pasar internasional yaitu diantara harga komoditas di negara A dan negara B. apabila harga y naik menjadi pf di negara A setelah adanya perdagangan internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY2, sedangkan total penawaran komoditas y sebesar OY3 atau di

titik J. dengan demikian jumlah komoditas y yang diekspor sebesar Y2-Y3,

sedangkan di negara B konsumsi domestik menjadi OY6, sedang total

penawaran komoditas y sebesar OY5 atau di titik K, sehingga jumlah yang

diimpor sebesar Y5-Y6

2.1.4 Teori Harga .

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah salah satu dari empat bauran pemasaran yaitu produk, harga distribusi dan promosi. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh produsen. Ciri hubungan antara penawaran barang dan tingkat harga diterangkan oleh teori penawaran yang merupakan suatu hipotesa: “semakin tinggi harga suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan meningkat, dan sebaliknya semakin rendah harga suatu barang


(45)

maka penawaran akan barang tersebut akan menurun (cateris paribus)” (Sukirno,2003).

Menurut Oktima (2012) harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk atau barang sejenis.

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Oleh karena itu dalam penelitian ini harga pasar kopi Sumatera Utara akan ditinjau dari sisi penawaran pasar.

2.1.5 Teori Produksi

Teori produksi merupakan analisis dengan perpindahan faktor masukan menjadi keluaran, sesuai dengan fungsi produksi. Dimana produksi tergantung pada teknologi, perpaduan faktor masukan, faktor harga dan faktor produksi marjinal. Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih (Sukirno,2013).


(46)

Dengan demikian, produksi ialah persamaan masukan atau input, menjadi keluaran atau hasil (output). Merupakan proses ekonomi yang menggunakan sumber daya untuk menciptakan komoditas yang dapat berubah. Mencakup produksi, penyimpanan, pelabuhan dan pengemasan. Sehingga produksi merupakan suatu proses yang menggunakan waktu dan ruang.

2.1.6 Ekspor Kopi

Menurut Raharjo (2013) ekspor kopi merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Indonesia adalah sebagai suatu negara pengekspor kopi yang menempati posisi lima besar karena produksi kopi dalam negeri meningkat dari tahun ke tahun. Kualitas kopi Indonesia mendunia karena biji-biji kopi (coffea) hasil tanam petani kopi lokal banyak diminati oleh banyak negara.

Dengan demikian ekspor kopi Indonesia merupakan penawaran kopi Indonesia keluar negeri. Hasil produksi yang tinggi mendorong peningkatan ekspor dan luas lahan kebun kopi pun turut menentukan tinggi rendahnya jumlah produksi kopi di dalam negeri. Negara-negara tujuan ekspor kopi Indonesia adalah negara-negara utama di belahan benua Amerika dan Eropa. Konsumsi kopi negara-negara maju sangat menentukan volume ekspor kopi Indonesia di pasar Internasional per tahun.

Selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk


(47)

mempergunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.

2.1.7 Penduduk

Penduduk dalam suatu negara adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu negara tertentu selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap (Oktima,2012). Jumlah penduduk di suatu negara mempunyai kebutuhan ekonomi dalam mengkonsumsi barang yang berbeda-beda.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah penduduk suatu negara yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar penawaran terhadap barang tersebut. Ini yang mempengaruhi penawaran barang di suatu negara, karena konsumsi penduduk yang berkebutuhan berbeda terhadap barang-barang tertentu dapat mempengaruhi peningkatan penawaran barang di suatu negara.

2.1.8 Kurs

Kurs atau nilai tukar merupakan salah satu faktor yang menentukan arus perdagangan internasional. Tingkat kurs mata uang adalah harga dari mata uang sebuah negara dilihat dari segi mata uang negara lain. Kurs merupakan rasio dimana dua mata uang saling dipertukarkan (Case dan Fair,2004).

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (Salvatore,1997). Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara


(48)

dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Dan nilai tukar perdagangan suatu negara adalah rasio harga komoditas ekspor terhadap harga komoditas impor. Karena dalam dunia dua-negara, ekspor suatu negara adalah impor dari mitra dagang, nilai tukar perdagangan dari negara yang lain adalah sama dengan kebalikan, atau timbal balik dari negara pertama (Salvatore,2014).

Kurs atau nilai tukar dalam penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana nilai tukar masing-masing negara tujuan ekspor (Singapura, Inggris, Italia) diperbandingkan dengan mata uang US dollar yang dikenal mata uang dunia dilihat dari sisi eksternal yang berperan terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara. Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah di setiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. Nilai akan menjadi berkurang apabila permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Apabila nilai mata uang suatu negara terhadap US dollar sebagai mata uang dunia terapresiasi, akan berakibat pada meningkatnya kemampuan suatu negara untuk membeli kopi yang dihasilkan Indonesia, begitu pula sebaliknya. Sehingga ini akan mempengaruhi penawaran kopi dari Indonesia di pasar internasional. Nilai tukar mata uang antar negara merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.


(49)

2.2 Penelitian Terdahulu

Raharjo (2013), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penentu Ekspor Kopi Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia antara lain PDB riil negara pengimpor, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, harga kopi ritel di negara pengimpor. Namun, krisis moneter 1998 tidak berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia.

Saputra (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penawaran Kopi Indonesia Tahun 2001-2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga kopi, baik harga internasional kopi arabika dan robusta berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia. Variabel harga internasional gula dan teh berpengaruh signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia (barang komplementer dan substitusi). Biji coklat tidak berpegaruh secara signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia. Dan secara bersama-sama seluruh variabel independen berpengaruh terhadap penawaran kopi Indonesia.

Purba dan Hayati (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ekspor Kopi Indonesia Ke Amerika Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kopi domestik memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika. Harga kopi internasional memiliki pengaruh positif terhadap ekspor kopi Amerika, pendapatan Amerika Serikat dan kurs rupiah terhadap dollar memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika. Dan konsumsi kopi Amerika memiliki pengaruh yang signifikan dan elastis terhadap ekspor kopi Indonesia ke Amerika.


(50)

Widayanti (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ekspor Kopi Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia adalah harga ekspor kopi (FOB), harga kopi dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan penawaran kopi tahun t-1. Berarti bahwa pada saat harga ekspor meningkat kuantitas ekspor kopi Indonesia menurun. Yang mempengaruhi penawaran kopi dalam negeri adalah harga kopi dalam negeri, tingkat teknologi dan penawaran kopi tahun t-1. Sedangkan yang mempengaruhi permintaan kopi dalam negeri adalah tingkat pendapatan masyarakat dengan elastisitas permintaan kopi terhadap pendapatan.

Romdhon dan Sukiyono (2005), melakukan penelitian yang berjudul “Estimasi Permintaan dan Penawaran Ekspor Kopi Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang sangat responsif terhadap harga internasional dan PDB Amerika Serikat. Ekspor kopi Indonesia sangat ditentukan oleh mekanisme harga di tingkat pasar ekspor internasional karena pasar kopi domestik sangat terintegrasi dengan pasar kopi internasional baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dan elastisitas harga kopi dalam jangka panjang lebih besar dari jangka pendek.

Nasution (2013), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Sumatera Utara yaitu harga kopi dunia, konsumsi kopi AS dan pendapatan per kapita AS. Secara parsial harga kopi domestik dan kurs rupiah terhadap dollar AS negatif mempengaruhi volume ekspor kopi Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil studi diharapkan lahan kopi Sumatera Utara dapat lebih meningkatkan produksi dengan


(51)

mempertahankan kualitas kopi. Pemerintah provinsi Sumatera Utara juga perlu melakukan kebijakan standarisasi kopi lebih lanjut untuk harga domestik maupun internasional sehingga meningkatkan volume ekspor kopi Sumatera Uatra secara keseluruhan.

Komaling (2013), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Determinan Ekspor Kopi Indonesia ke Jerman Periode 1993-2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita Jerman, harga kopi dunia dan konsumsi kopi Jerman berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Jerman. Implikasi dari penelitian ini adalah eksportir kopi di Indonesia sebaiknya memperhatikan fluktuasi harga kopi di Jerman karena mempengaruhi besarnya permintaan dan konsumsi kopi.

Sari dkk (2013), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika Aceh”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh. Produksi kopi Arabika Aceh memberikan pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh dan harga kopi luar negeri memberikan pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh.

Sanjaya (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Provinsi Bali Periode 1990-2006”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga rata-rata ekspor kopi, kurs dollar AS dan kebijakan ekspor kopi berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi provinsi Bali periode 1990-2006. Pada periode yang sama kedua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume ekspor


(52)

kopi provinsi Bali periode 1990-2006, dengan volume ekspor sesudah kebijakan ekspor lebih rendah daripada periode sebelum kebijakan diberlakukan. Variabel kurs dollar AS merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap volume ekspor kopi provinsi Bali periode 1990-2006.

Wulandari (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Ekspor Kopi Dua Pemasok Utama Dunia Indonesia dan Brazil: Sebuah Analisis Ekonomi Data Panel 2001-2006”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima variabel yang dihipotesiskan hanya tiga variabel yang berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia yaitu harga kopi Indonesia, selera konsumen negara tujuan ekspor, dan harga kopi Brazil, sedangkan variabel pendapatan negara tujuan ekspor dan jarak dari negara tujuan ekspor ke Indonesia tidak sesuai hipotesis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu: 1. Variabel penelitian

Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

a. Jumlah produksi kopi, yakni jumlah produksi kopi yang ada di provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton, dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan variabel penelitian yang sama.

b. Jumlah penduduk negara tujuan ekspor, yakni jumlah seluruh penduduk yang ada di tiga negara (Singapura, Inggris dan Italia) tujuan ekspor kopi Sumatera Utara, dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan variabel penelitian yang sama.

c. Kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar, yakni kurs mata uang masing-masing dari tiga negara (Singapura, Inggris dan Italia) tujuan ekspor kopi Sumatera Utara terhadap US dollar sebagai mata uang


(53)

dunia, dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan variabel penelitian yang sama.

2. Waktu penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan periode penelitian dari tahun 2000 sampai dengan 2012 sebagai time series dan menggunakan tiga negara sebagai cross-section (Singapura, Inggris dan Italia) dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan waktu penelitian yang sama.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Menurut Sugiyono (2012) kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Kerangka konseptual dibuat berupa skema sederhana yang memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan secara keseluruhan yang dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan adanya hubungan antara harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor, kurs masing-masing negara tujuan ekspor (Singapura, Inggris, Italia) terhadap ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara. Kerangka konseptual dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:


(54)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Sugiyono,2012).

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Harga kopi internasional berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Analisis Ekspor Kopi di Provinsi Sumatera Utara

Ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara

(EKS) harga kopi internasional

(HK)

harga teh internasional (HT)

jumlah produksi kopi (JK)

jumlah penduduk negara tujuan ekspor

(P)

kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap


(55)

2. Harga teh internasional berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.

3. Jumlah produksi kopi berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.

4. Jumlah penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.

5. Kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.

6. Harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar berpengaruh terhadap ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara.


(56)

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di provinsi Sumatera Utara dengan periode tahunan, mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 sebagai time series dan menggunakan tiga negara (Singapura, Inggris, Italia) sebagai cross-section. Waktu penelitian dilakukan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014.

3.2 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu penelitian yang menjelaskan kedudukan antar variabel yang menggunakan analisa data dengan statistik dan ekonometrika. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dikumpulkan secara cross-section dengan tiga negara Singapura, Inggris, Italia dan dikumpulkan secara times series dengan rentang waktu tahun 2000 sampai dengan 2012 (pooled data).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dengan runtut waktu (secara times series). Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010).

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (http://www.sumut.bps.go.id) dan World Bank (http://www.worldbank.org). Data-data yang digunakan tersebut meliputi Data-data nilai ekspor kopi Sumatera Utara,


(57)

harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor, kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar.

3.4 Model Analisis Data

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga kopi internasional, harga teh internasional, jumlah produksi kopi, jumlah penduduk negara tujuan ekspor dan kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara. Sehingga model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

S = f ( HK, HT, JK, P, K ) ... (3.1) EKS = f ( S ) ... (3.2) EKS = f ( HK, HT, JK, P, K ) ... (3.3) EKS = a0

˖

HK a1

˖

HT a2

˖

JK a3

˖

P a4

˖

K a5

sehingga

... (3.4)

LogEKS it = a0 + a1 LogHK it + a2 LogHT it + a3 LogJK it

a

+

4 LogP it + a5 LogK it + U it

dimana:

... (3.5)

EKS = ekspor kopi di provinsi Sumatera Utara

HK = harga kopi Sumatera Utara di pasar internasional HT = harga teh Sumatera Utara di pasar internasional JK = jumlah produksi kopi provinsi Sumatera Utara P = jumlah penduduk negara tujuan ekspor


(58)

U = error term a0

a

= konstanta

1,a2 , a3 , a4 , a5

i = unit cross-section sebanyak 3 (Singapura, Inggris dan Italia) = koefisien regresi

t = unit time series sebanyak 13 (tahun 2000-2012) n x t = banyaknya data panel (3 x 13 = 39)

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan bantuan software komputer Eviews 5.0. Menurut Widarjono (2013) metode yang digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel (least squared pooled data), ada dua model yang dapat dipilih yaitu Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) dan Model Efek Random (Random Effect Model).

Menurut Setiawan dan Kusrini (2010), dalam mengestimasi regresi data panel terdapat asumsi yang dibuat tentang intersep, koefisien slope dan variabel gangguannya. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul yaitu: 1) asumsi bahwa koefisien slope dan intersep itu konstan sepanjang waktu, dan individu dan residual/error-nya berbeda sepanjang waktu pada setiap individu. 2) koefisien slope itu konstan, tetapi koefisien intersep bervariasi pada setiap individu. 3) koefisien slope itu konstan, tetapi koefisien intersep bervariasi pada setiap individu dan waktu. 4) semua koefisien, baik slope maupun intersep bervariasi pada setiap individu. 5) semua koefisien, baik slope maupun intersep bervariasi sepanjang waktu, pada setiap individu.

3.4.1 Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Dalam model efek tetap (Fixed Effect Model) memiliki intersep persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (data


(59)

cross-section). Sementara itu slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu (Pratomo dan Hidayat,2010).

Pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi (model) yang dianggap konstan baik antar komoditas maupun antar waktu (all coefficients constant across time and individuals). Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intersep ini mungkin akan berubah untuk setiap individu dan waktu. Pendekatan ini dalam literatur dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect model/FEM). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. Model ini selain dapat membedakan efek individual dan efek waktu juga memiliki kelebiha seperti tidak mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.

3.4.2 Model Efek Random (Random Effect Model)

Dalam model efek random (Random Effect Model), perbedaan antar individu terdapat di error term dari persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross-section (Pratomo dan Hidayat,2010).

Penaksiran model regresi data panel Random Effect akan menghasilkan model regresi dengan error term yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen cross-section spesifik perusahaan dan komponen error. Komponen error merupakan kombinasi time series error dan cross-section error. Asumsi error component model atau random effect model adalah komponen error tidak berkorelasi satu sama lain dan tidak autokorelasi antara cross-section dan time


(60)

series. Perbedaan penting antara fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) adalah FEM setiap unit cross-section mempunyai nilai titik potong tetap dari semua observasi N, sedangkan pada REM nilai titik potong b0

Ada dua sifat dari koefisien korelasi ini: 1) pada unit time series tertentu, nilai korelasi antara error pada dua waktu yang berbeda tetap sama, tidak masalah berapa besar jarak antara dua periode waktu tersebut. 2) struktur korelasi tetap sama untuk semua unit cross-section dan identik untuk semua anggota panel. menjelaskan nilai rata-rata semua titik potong cross-section dan komponen error menjelaskan deviasi titik potong anggota panel dari nilai rata-rata.

3.4.3 Uji Chow (Chow Test)

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau Chow F-test. Pooled Least Square (PLS) adalah restricted model dimana ia menerapkan intersep yang sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah diketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross-section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross-section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow test. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan menggunakan F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:

... (3.6)

dimana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan model pooled least square/common intercept)


(61)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan model fixed effect)

N = jumlah unit cross-section T = jumlah unit time series K = jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F-Statistik. Jika nilai Chow test (F-Statistik) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

3.4.4 Uji Hausman (Hausman Test)

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0

H

: Random Effect Model (REM)

1

Dasar penolakan H

: Fixed Effect Model (FEM)

0 adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik

Chi-Square. Jika Chi-Square statistik > Chi-Square Table maka H0

Menurut Gujarati (2010), ada beberapa pertimbangan yang dijadikan panduan untuk memilih model antara fixed effect dan random effect yaitu :

ditolak, berarti bahwa model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM), dan sebaliknya.


(62)

a. Bila T (unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah dihitung yaitu fixed effect.

b. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan jauh berbeda. Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita ambil secara acak (random), maka random effect model yang sebaiknya digunakan. Sebaliknya jika unit cross section yang kita ambil dilakukan tidak secara acak maka fixed effect yang sebaiknya digunakan.

c. Apabila komponen error individual (ei) berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter yang diperoleh fixed effect tidak bias.

d. Apabila N besar dan T kecil dan apabila asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibanding fixed effect.

3.4.5 Uji Koefisien Determinasi (R2

Pengujian koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap nilai variabel tidak bebas. Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan semakin besar pula pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

)

Nilai R2 dapat diperoleh dengan menggunakan model sebagai berikut:

... (3.11)

R2 atau koefisien determinasi ganda menunjukkan persentase penurunan variabel terikat diterapkan pada variabel bebas, serta seberapa persen faktor-faktor


(63)

yang terdapat di luar model yang diperoleh nilai koefisien determinasi ini terletak antara nol dan satu. Jika R2 = 0 atau mendekati nol, maka tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Begitu sebaliknya jika R2

3.4.6 Uji Hipotesis

= 1 atau mendekati satu, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.4.6.1 Uji t

Untuk menguji tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan uji t dengan rumus:

... (3.12) dimana:

t0 β

= nilai pengujian

i

= koefisien regresi variabel i

i

Kriteria pengujian:

= standard error koefisien regresi variabel i

1) Jika t0 ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha

2) Jika t

diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

0 < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya.


(64)

Cara kedua yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai

probabilitas yang dihitung dengan nilai α, jika probabilitas lebih kecil dari pada nilai α maka H0 ditolak dan Ha

3.4.6.2 Uji F

diterima dan sebaliknya.

Menurut Gujarati (2006) pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat atau menguji hipotesa mayor. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung

dengan Ftabel. Nilai Fhitung

... (3.13) didapat dengan menggunakan model berikut:

dimana: F = nilai F R

hitung

2

k = jumlah variabel bebas = koefisien korelasi berganda

n = jumlah tahun pengamatan

Uji F ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika Ftest ≥ Ftabel : H0 ditolak dan Ha

2) Jika F

diterima. Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

test < Ftabel : H0 diterima dan Ha ditolak. Maka terdapat

pengaruh yang tidak signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(65)

3.5 Definisi Operasional

Berdasarkan pada masalah dan hipotesis yang akan diuji, maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ekspor kopi provinsi Sumatera Utara adalah seluruh nilai f.o.b ekspor kopi Sumatera Utara yang ditawarkan keluar negeri dalam satuan US dollar per satu tahun.

2. Harga kopi internasional adalah harga kopi yang dihasilkan di provinsi Sumatera Utara yang berlaku di pasar internasional dalam mata uang US dollar per satu tahun.

3. Harga teh internasional adalah harga teh yang dihasilkan di provinsi Sumatera Utara yang berlaku di pasar internasional dalam mata uang US dollar per satu tahun.

4. Jumlah produksi kopi adalah seluruh biji kopi (arabika dan robusta) yang dihasilkan di provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton per satu tahun.

5. Jumlah penduduk negara tujuan ekspor adalah jumlah seluruh penduduk yang ada di negara tujuan ekspor per juta jiwa masing-masing negara dalam satu tahun.

6. Kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap US dollar adalah kurs mata uang per satuan mata uang negara masing-masing tujuan ekspor terhadap US dollar dalam satu tahun.


(1)

Lampiran 8. Tabel Data Residual Hasil Estimasi Menggunakan

Fixed Effect

Model

(FEM) dengan Pembobotan (

cross section weights

)

obs RES-_SINGAPURA RES-_INGGRIS RES-_ITALIA 2000 0.314651875410952 0.0220969858303119 0.454897251996272 2001 -0.0939934473387112 -0.833981025442765 -0.442560353157106 2002 -0.145330439712282 -0.477109880259332 -0.257004810549155 2003 -0.366570366847426 -0.0851466577302675 0.271350971379292 2004 -0.327705255392978 -0.548190465532561 -0.204407896171546 2005 0.174024642424129 -0.181862520230294 -0.0771022051842678 2006 0.584765804420385 -0.0233244292270998 0.283403161221038 2007 0.689300627584316 -0.212263184989422 0.0273294091225011 2008 0.152627330783439 0.37368657989744 0.283537696240529 2009 -0.0712009760298358 0.440564678429804 0.158519176790577 2010 -0.303712309350892 1.07000393353038 0.160352824479602 2011 -0.701250046557149 0.232214882982954 -0.43131695083531 2012 0.0943925606060603 0.223311102740854 -0.226998275332434

98


(2)

Lampiran 9. Grafik Data Residual Hasil Estimasi Menggunakan

Fixed Effect

Model

(FEM) dengan Pembobotan (

cross section weight

)


(3)

Lampiran 10. Tabel Distribusi t

100


(4)

Lampiran 11. Tabel Distribusi F


(5)

Lampiran 12. Kumpulan Gambar Objek Penelitian

1.

Salah Satu Gambar Lahan Kebun Kopi Di Provinsi Sumatera Utara

2.

Salah Satu Gambar Petani Kopi Di Provinsi Sumatera Utara

102


(6)

3.

Salah Satu Gambar Timbunan Biji-Biji Kopi Sumut Saat Panen

4.

Peta Negara-Negara Tujuan Ekspor Kopi Sumatera Utara