Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN

EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

T E S I S

Oleh

NIRWAN NASUTION

107018008

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN

EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NIRWAN NASUTION

107018008

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

Nama Mahasiswa : Nirwan Nasution Nomor Pokok : 107018008

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rujiman, MA) (Dr. Dede Ruslan, M.Si Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rujiman, MA

Anggota : 1. Dr. Dede Ruslan, M.Si 2. Prof. Dr. Ramli, MS 3. Dr. Rahmanta, M.Si 4. Dr. HB. Tarmizi, SU


(5)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Medan, 28 Agustus 2013 Penulis,


(6)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat, hubungan nilai kurs dengan ekspor kopi Sumatera Utara, pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap permintaan ekspor kopi Sumatera Utara, dan konsumsi kopi Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series tahun 1992-2011, yang bersumber dari BPS Sumatera Utara, AEKI Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan dianalisis dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square (OLS) serta pengolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views 4.0. Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang positif mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara adalah harga kopi dunia, konsumsi kopi AS dan pendapatan perkapita AS Dan secara parsial menunjukkan bahwa harga kopi domestik dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi di Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar petani kopi di Sumatera Utara berusaha meningkatkan produksi dan menjaga kualitas kopi yang dihasilkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga perlu membuat kebijakan dan mengkaji lebih lanjut standar penentuan harga kopi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga keduanya saling mempengaruhi karena pengendalian terhadap harga kopi akan mendukung naiknya ekspor kopi ke negara lain dari Sumatera Utara.

Kata Kunci : Harga Kopi Dunia, Konsumsi Kopi AS, Pendapatan Perkapita AS dan Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar AS.


(7)

ANALYSIS OF COFFEE EXPORT DEMAND DETERMINANTS NORTH SUMATRA PROVINCE TO THE UNITED STATES

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of world coffee prices on coffee export volume to the United States of North Sumatra, the exchange rate relations with North Sumatra coffee exports, per capita income of U.S. influence to demand North Sumatra coffee exports, and the U.S. coffee consumption. This study uses secondary data from the 1992-2011 time series data, which is sourced from the BPS North Sumatra, North Sumatra AICE and the Department of Industry and Trade of the Province of North Sumatra and analyzed using the method of Ordinary Least Square (OLS) and data processing using a computer program E-Views 4.0. Based on estimates, the study found that the factors that positively influence the export volume of coffee in North Sumatra is the world price of coffee, the U.S. coffee consumption and the U.S. per capita income. And partially suggests that domestic coffee prices and the exchange rate of the rupiah against the U.S. dollar negatively affect the export volume of coffee in North Sumatra. In accordance with the results of these studies suggested that coffee farmers in North Sumatra trying to increase production and maintain quality of the coffee produced. North Sumatra Provincial Government also needs to develop policies and assess further the standard pricing of coffee, both domestically and abroad so that they affect each other because of the control of rising coffee prices will support the export of coffee to other countries of North Sumatra.

Keywords : The world price of coffee, The U.S. coffee consumption, The U.S. per capita income and The exchange rate of the rupiah against


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. WB.

Alhamdulillahi robbil ’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Sudi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang dilakukan penulis adalah : ”Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat ”

Selama melakukan penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Rujiman, MA dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS dan Bapak Dr. Rahmanta, M.Si serta Bapak Dr. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam yang telah banyak memberikan ide-ide dalam penulisan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

8. Orang tua penulis, Alm. H. Muhammad Ludin dan Almh. Hj. Rasuna yang telah menginspirasi dan menjadi motivasi, serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Khusus untuk istri dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, dorongan dan pengorbanan yang tulus kepada penulis dari masa perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa khusunya Angkatan XIX Program Sudi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang membutuhkannya. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2013 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : N i r w a n

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tanggal Lahir : Tamiang, 6 Februari 1965 4. Pekerjaan : PNS Pemerintah Kota Medan 5. Nama Orang Tua

Ayah : Alm. H. Muhammad Ludin

Ibu : Almh. Hj. Rasuna

6. Pendidikan

a. SD Negeri No. 1 : Lulus Tahun 1975 b. SMP Swasta Nasional : Lulus Tahun 1978 c. SMA Seasta Nasional : Lulus Tahun 1982 d. Universitas Islam Sumatera Utara : Lulus Tahun 1992


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Permasalahan Penelitian... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) ... 10

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor ... 15

2.2.1. Harga Kopi Dunia ... 18

2.2.2. Nilai Tukar (Kurs) Dollar terhadap Rupiah ... 19

2.2.3. Pendapatan Perkapita Amerika Serikat ... 25

2.3. Penelitian Terdahulu ... 27

2.4. Kerangka Pemikiran ... 31

2.5. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

3.2 Jenis dan Sumber Data ... . 33

3.3. Metode Analisis Data ... 34

3.4. Pengujian Statistik ... 35

3.4.1. Uji Koefisien determinasi (R) ... 35

3.4.2. Uji F-statistik ... 36

3.4.3. Uji t-statistik ... 36

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 37

3.5.1. Uji Normalitas ... 37

3.5.2. Uji Linieritas ... 37

3.5.3. Uji Otokorelasi ... 38

3.5.4. Uji Multikolinearitas ... 38


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Letak Geografis SumateraUtara ... 41

4.2. Produksi Kopi ... 43

4.3. Ekspor ... 46

4.4. Konsumsi Kopi Dunia ... 52

4.5. Perkembangan Harga Kopi Domestik... 55

4.6. Perkembangan Harga Kopi Dunia ... 56

4.7. Pendapatan Perkapita ... 57

4.8. Kurs ... 57

4.9. Pengujian Statistik ... 58

4.9.1. Uji Normalitas ... 58

4.9.2. Uji Linieritas ... 60

4.9.3. Uji Otokorelasi ... 61

4.9.4. Uji Multikolieritas ... 64

4.10. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 66

4.10.1. Uji Statistik Hasil Estimasi Model Penelitian ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

4.1. Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kopi di Sumatera Utara ... 42

4.2. Perbandingan Rata-rata Permintaan Kopi Dunia dari Sumut dengan daerah-daerah lain di Indonesia Tahun 2011 ... 49

4.3. Kebutuhan Konsumsi/Permintaan Kopi beberapa Negara Dunia dari Sumatera Utara (dalam ribuan ton) ... 52

4.4. Hasil Uji Jargue-Bera ... 59

4.5. Hasil Uji Ramsey ... 61

4.6. Uji Autokorelasi ... 63

4.7. Hasil Uji Multikolinieritas ... 65


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara (Ton) Tahun

2006-2011 ... 4

1.2. Total Lahan Kopi Sumatera Utara (Ha) Tahun 2006-2011 ... 5

1.3. Produksi Kopi Sumatera Utara (ton) Tahun 2006-2011 ... 6

2.1. Kerangka Berpikir ... 31

4.1. Perkembangan Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat tahun 1992-2011 ... 51

4.2. Perkembangan Konsumsi Kopi AS tahun 1992-2011 ... 55

4.3. Perkembangan Harga Kopi domestik tahun 1992-2011 ... 56

4.4. Perkembangan Harga Kopi dunia tahun 1992-2011 ... 56

4.5. Pendapatan Perkapita AS tahun 1992-2011 ... 57

4.6. Perkembangan Kurs Dollar AS terhadap Rupiah tahun 1992-2011 ... 58


(15)

DAFTARA LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Multikolinearitas ... 74 2. Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari

tahun 1992-2011 ... 77 3. Harga Kopi Dalam Negeri (Domestik) dari tahun 1992-2011 ... 78 4. Harga Kopi Dunia dari tahun 1992-2011 ... 79 5. Konsumsi Kopi Masyarakat Amerika Serikat dari tahun

1992-2011 ... 80 6. Pendapatan Perkapita Rakyat Amerika Serikat dari tahun

1992-2011 ... 81 7. Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dari tahun 1992-2011 ... 82


(16)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat, hubungan nilai kurs dengan ekspor kopi Sumatera Utara, pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap permintaan ekspor kopi Sumatera Utara, dan konsumsi kopi Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series tahun 1992-2011, yang bersumber dari BPS Sumatera Utara, AEKI Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan dianalisis dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square (OLS) serta pengolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views 4.0. Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang positif mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara adalah harga kopi dunia, konsumsi kopi AS dan pendapatan perkapita AS Dan secara parsial menunjukkan bahwa harga kopi domestik dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi di Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar petani kopi di Sumatera Utara berusaha meningkatkan produksi dan menjaga kualitas kopi yang dihasilkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga perlu membuat kebijakan dan mengkaji lebih lanjut standar penentuan harga kopi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga keduanya saling mempengaruhi karena pengendalian terhadap harga kopi akan mendukung naiknya ekspor kopi ke negara lain dari Sumatera Utara.

Kata Kunci : Harga Kopi Dunia, Konsumsi Kopi AS, Pendapatan Perkapita AS dan Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar AS.


(17)

ANALYSIS OF COFFEE EXPORT DEMAND DETERMINANTS NORTH SUMATRA PROVINCE TO THE UNITED STATES

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of world coffee prices on coffee export volume to the United States of North Sumatra, the exchange rate relations with North Sumatra coffee exports, per capita income of U.S. influence to demand North Sumatra coffee exports, and the U.S. coffee consumption. This study uses secondary data from the 1992-2011 time series data, which is sourced from the BPS North Sumatra, North Sumatra AICE and the Department of Industry and Trade of the Province of North Sumatra and analyzed using the method of Ordinary Least Square (OLS) and data processing using a computer program E-Views 4.0. Based on estimates, the study found that the factors that positively influence the export volume of coffee in North Sumatra is the world price of coffee, the U.S. coffee consumption and the U.S. per capita income. And partially suggests that domestic coffee prices and the exchange rate of the rupiah against the U.S. dollar negatively affect the export volume of coffee in North Sumatra. In accordance with the results of these studies suggested that coffee farmers in North Sumatra trying to increase production and maintain quality of the coffee produced. North Sumatra Provincial Government also needs to develop policies and assess further the standard pricing of coffee, both domestically and abroad so that they affect each other because of the control of rising coffee prices will support the export of coffee to other countries of North Sumatra.

Keywords : The world price of coffee, The U.S. coffee consumption, The U.S. per capita income and The exchange rate of the rupiah against


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi yang sedang berkembang pada saat ini, telah menyebabkan terjadinya perubahan yaitu dimana antara negara-negara di dunia saling ketergantungan yang semakin meningkat. Artinya bahwa setiap negara tidak dapat lagi saling menutup diri terhadap negara-negara lain (menjalankan perekonomian secara tertutup). Oleh karena itu, keterbukaan perekonomian terhadap dunia internasional menjadi pilihan utama bagi setiap negara. Keterbukaan ini tidak hanya sebatas berhubungan dengan arus perdagangan barang, investasi dan arus keuangan saja, tetapi juga arus jasa, teknologi, informasi, pemikiran dan manusia antar negara. Namun tidak dapat disangsikan lagi bahwa perdagangan barang, investasi dan arus keuangan merupakan pilar utama proses globalisasi itu. Hal ini dicirikan oleh beberapa perkembangan pokok antara lain :

1. Pertumbuhan transaksi keuangan internasional

2. Pertumbuhan perdagangan yang cepat, terutama diantara perusahaan-perusahaan trans-nasional.

3. Gelombang investasi asing langsung yang mendapat dukungan luas dari perusahaan trans-nasional.

4. Timbulnya pasar global.

5. Penyebaran teknologi dan pemikiran sebagai akibat dari ekspansi sistem transportasi dan komunikasi yang cepat dan meliputi seluruh dunia.


(19)

Sebagai dampak yang terlihat jelas dari adanya saling ketergantungan ini adalah negara bukan lagi sebagai pemain kunci dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena perekonomian lebih disebabkan oleh pengaruh ekonomi global atau keadaan ekonomi negara-negara lain sehingga peran pemerintah atau negara lebih pada aspek politisnya, yakni bagaimana mengambil berbagai kebijakan yang tepat untuk mengendalikan pengaruh global sehingga perekonomian negara tetap dalam keadaaan stabil dan mampu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat. Oleh sebab itu, setiap negara tidak langsung dituntut untuk memperbaiki kinerja perekonomiannya terutama pada sektor perdagangan luar negeri agar dapat bersaing di pasar global dan tidak mudah terseret oleh gejolak ekonomi yang terjadi di negara lain.

Seperti halnya Indonesia yang sudah lama terlibat dalam perdagangan internasional terus melakukan pembenahan dan perbaikan di berbagai sektor guna mengantisipasi persaingan terutama dari negara-negara maju yang telah memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan lebih efisien dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi. Bagi Indonesia sebagai negara yang masih berkembang, perdagangan luar negeri mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang berbagai pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Indonesia masih mengandalkan penerimaan dari hasil ekspor disamping pajak sebagai sumber pendapatan yang terbesar sampai saat ini. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukkannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar


(20)

umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.

Di era perdagangan bebas ini, persaingan global semakin ketat dan memaksa Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan ekonomi. Ricardo dan Jhingan (1993), menyatakan bahwa salah satu cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan meningkatkan pembangunan pada sektor primer (pertanian). Umumnya barang-barang ekspor yang diandalkan oleh Indonesia terutama barang-barang hasil pertanian dan barang tambang. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah.

Arah pembangunan Sub Sektor Perkebunan seperti yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, adalah mewujudkan perkebunan yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk kemakmuran rakyat secara berkeadilan dan berkesinambungan. Program Pembangunan Perkebunan yaitu melaksanakan pengembangan Agribisnis yang berbasis komoditas dan memantapkan ketahanan pangan.

Propinsi Sumatera Utara juga memiliki peran yang signifikan dalam peningkatan ekspor Indonesia, dimana komoditas unggulan propinsi Sumatera Utara seperti Minyak Kelapa Sawit, Kopi, Teh, dan produk pertanian merupakan primadona dalam ekspor Indonesia. Kopi memiliki jumlah dan nilai ekspor yang relatif kecil dibandingkan jenis komoditi lainnya, tetapi ekspor kopi sangat besar artinya bagi perekonomian Sumatera Utara khususnya di bidang penyerapan tenaga kerja.


(21)

Menurut Santosa (1999) kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekspor. Sebagian kecil hasil perkebunan kopi dikonsumsi dalam negeri, sedang 75 % diekspor. Volume ekspor hasil kopi di Sumatera Utara dari tahun 2006-2011 cukup fluktuatif. Seperti yang tercatat dalam gambar 1.1. yaitu tahun 2006 (63.269 ton), tahun 2007 (66.222 ton), tahun 2008 (65.646 ton), tahun 2009 (67.843 ton), tahun 2010 (69.643 ton) dan tahun 2011 (75.733 ton).

Perkembangan volume ekspor kopi Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut ini :

Sumber: BPS dalam Angka Tahun 2012

Gambar 1.1. Perkembangan volume ekspor kopi Sumatera Utara (Ton) Tahun 2006-2011

Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Luas areal perkebunan kopi pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara lebih dari 50 ribu hektar, dengan produksi mencapai 50 ribu ton.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Minyak Nabati 4,312,3 4,272,5 4,677,4 4,875,6 4,239,1 4,422,0 Karet Alam 696,763 685,925 641,998 686,198 663,467 681,214 Kopi 63,269 66,222 65,646 67,843 69,643 75,733

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 V o lu me E k sp o r (T o n )


(22)

Perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat, faktor pendukung antara lain adanya kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja yang murah, lahan yang luas dan pertumbuhan ekonomi yang baik, sedangkan faktor penghambat yaitu persaingan yang tajam antara sesama negara produsen kopi, proteksi yang berlebihan dari negara maju, dan fluktuasi harga kopi atau adanya ketidakstabilan harga.

Salah satu faktor pendukung ekspor kopi Sumatera Utara adalah luas lahan kopi, serta produksi yang dihasilkan seperti pada gambar 1.2 dan 1.3 berikut ini:

Sumber: BPS Sumatera Utara 2012 (diolah)

Gambar 1.2. Total Lahan Kopi Sumatera Utara (Ha) Tahun 2006-2011 Gambar 1.2. pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan luas lahan kopi di Sumatera Utara.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Lahan Kopi 76,942. 79,646. 80,976. 81,845. 79,990. 80,244.

74,000.00 75,000.00 76,000.00 77,000.00 78,000.00 79,000.00 80,000.00 81,000.00 82,000.00 83,000.00

Ha


(23)

Sumber: BPS Sumatera Utara 2012 (diolah)

Gambar 1.3. Produksi kopi Sumatera Utara (ton) 2006-2011

Gambar 1.3 menunjukkan produksi kopi sampai dengan tahun 2010 justru mengalami penurunan. Penurunan produksi kopi tersebut disebabkan faktor iklim/cuaca, usia tanah (tingkat kesuburan tanah), usia tanaman kopi dan penyakit hama. Namun pada tahun 2011 terjadi peningkatan kembali jumlah produksi kopi di Sumatera Utara.

Ekspor kopi dari segi permintaan ditentukan oleh beberapa hal antara lain: harga kopi domestik, harga kopi dunia, kurs dollar AS terhadap rupiah dan pendapatan negara yang menjadi tujuan ekspor. Harga merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan, apabila harga kopi dunia naik pada tingkat tertentu maka akan menurunkan permintaan terhadap kopi, sebaliknya jika harga kopi dunia turun maka permintaan kopi akan naik. Hubungan antara nilai kurs dan ekspor kopi Indonesia adalah apabila exchange rate atau kurs dollar AS terhadap rupiah naik, berarti nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dinilai lebih tinggi daripada nilai sebelumnya sebaliknya apabila exchange rate atau kurs dollar AS terhadap rupiah turun berarti mata uang domestik terhadap

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Produksi Kopi 55,017.1 50,157.9 49,839.8 50,705.2 54,100.0 62,135.0

-10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00

To

n


(24)

exchange rate naik, berarti pula harga barang impor lebih rendah daripada sebelumnya, sehingga jumlah barang impor yang diminta akan naik, ceteris paribus. Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan lebih banyak komoditi itu yang akan diminta pada setiap harga yang mungkin walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama. Dalam perekonomian Indonesia, stabilitas ekonomi akan sangat mudah terganggu akibat volatilitas kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Kepekaan perekonomian Indonesia terhadap volatilitas kurs Rupiah terhadap Dollar AS tersebut karena porsi ekspor dan impor Indonesia yang cukup besar dalam pendapatan nasional.

Konsumsi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu komoditi, sama halnya dengan permintaan kopi Sumatera Utara oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia seharusnya pasar potensial bagi eksportir kopi dari Sumatera Utara. Namun akhir-akhir ini permintaan impor kopi Amerika Serikat dari Indonesia yang juga ikut mempengaruhi ekspor dari Sumatera Utara mengalami kendala karena diberlakukannya Undang-Undang Bio Terorisme yang mengharuskan eksportir melakukan registrasi dan melaporkan setiap pengiriman barang ditunda. Kenyataan menunjukkan bahwa sejumlah negara mitra dagangnya belum siap dengan ketentuan tersebut (Kopi Indonesia, 2003).

Amerika Serikat pengimpor semua jenis kopi, mulai dari jenis Arabika, Robusta dan jenis Mild. Sumatera Utara mempunyai 2 (dua) varietas kopi andalan yaitu Arabika dan Robusta tentu saja harus bersaing dengan negara-negara produsen kopi yang memasukkan kopinya ke Amerika Serikat, antara lain Brasilia, Vietnam dan Colombia. Tetapi Sumatera Utara juga harus bersaing dengan


(25)

daerah-daerah lain di Indonesia yang juga mempunyai varietas kopi andalan antara lain Kopi Gayo Aceh. Selama pasokan kopi dunia tergantung dari negara-negara produsen terbesar tersebut, yang akhirnya sangat mempengaruhi naik turunnya harga kopi internasional. Sistem kuota yang diberlakukan International Coffee Organization (ICO) juga sangat dipengaruhi oleh penawaran kopi dunia.

Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa komoditas kopi di Sumatera Utara memiliki banyak aspek yang menarik untuk dikaji terutama dengan impor kopi Amerika Serikat dari Sumatera Utara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat penelitian dengan judul "Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Propinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat.”

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah harga kopi dunia berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

2. Apakah harga kopi domestik berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

3. Apakah kurs berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

4. Apakah pendapatan perkapita Amerika Amerika berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.


(26)

Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara dari Amerika Serikat

2. Untuk menganalisis pengaruh harga kopi domestik terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

4. Untuk menganalisis pengaruh konsumsi kopi Amerika Serikat terhadap volume kopi Sumatera Utara

5. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Pascasarjana khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait khususnya pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam membuat kebijakan-kebijakan di dalam usaha pengembangan dan peningkatan ekspor kopi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional)

Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.

Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan upaya mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004).

Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006). Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Dilain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah Negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Priadi, 2000).


(28)

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).

Selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim ke luar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk mempergunakan faktor produksinya, misalnya modal, dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.

Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor tersebut haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sadono Sukirno, 2008).


(29)

Menurut Mankiw (2006), berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:

1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.

2. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.

3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

4. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negri. 5. Ongkos angkutan barang antarnegara.

6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Menurut Todaro (2004), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Banyak ahli ekonomi menganggap bahwa perdagangan internasional sebagai suatu keseimbangan kemampuan produksi internal dengan permintaan di datam negeri. Sekiranya rakyat suatu negara lebih banyak meminta produk tertentu melebihi kemampuan produksinya sendiri, maka kekurangannya akan dipenuhi dengan mengimpornya. Begitu juga terjadinya ekspor, sekiranya jumlah konsumsi.


(30)

produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Bachrawi, 2004).

Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (1994:182-183) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri. Apabila output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat, demikian juga sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar negeri berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri, maka penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional dan nilai tukar uang rupiah terhadap dollar.

Perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Perdagangan internasional merupakan sumber penyumbang yang berarti bagi Gross Domestic Product dan sangat berarti bagi pertumbuhan perekonomian, sosial, politik suatu negara. Kebangkitan industri, transportasi, globalisasi, korporasi multinasional mempunyai arti yang sangat penting dalam era globalisasi dan berdampak dalam peningkatan perdagangan internasional (Salvatore, 2007).


(31)

Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan perpaduan dari kedua motif ini. (Basri, 2010).

Perdagangan Internasional memunculkan teori-teori yang berkembang dari mulai masa klasik, modern hingga yang mutakhir. Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Heckscher dan Ohlin (H-O). Teori ini disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan faktor. Seiring dengan perkembangannya Model H-0 mendominasi teori perdagangan internasional dikarenakan menerapkan alat analisis yang lebih matematis dan mengaitkan model tersebut dengan teori ekonomi lainnya, tetapi juga berkenaan dengan validitas teori tersebut terhadap kenyataan perdagangan internasional. Heckscher-Ohlin model (the H-0 model) menekankan bahwa keuntungan komparatif ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi (the relative of endowments of factors of production) dan penggunaan faktor

tersebut (the abundant factor) secara relatif intensif dalam kegiatan produksi barang ekspor.


(32)

Perkembangan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif, tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik dan H-0) yang dimilikinya dan juga karena adanya proteksi atau bantuan fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya.

Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara individu atau kelompok perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif maka keunggulan kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

2.2. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat. Oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai. Apabila ekspor bertambah, maka pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap. Dengan demikian ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi investasi dan fungsi pengeluaran pemerintah.


(33)

Berdasarkan uraian diatas maka ekspor juga digolongkan sebagai pengeluaran otonomi oleh karena pendapatan nasional bukanlah penentu penting dari tingkat ekspor yang dicapai suatu negara. Daya saing di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi di negara luar, pendapatan dan kurs valuta asing merupakan faktor utama yang akan menentukan kemampuan suatu negara mengekspor ke luar negeri. Ekspor yang akan dilakukan sesuatu negara bergantung kepada banyak faktor. Suatu negara dapat mengekspor barang yang akan dihasilkannya ke negara-negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut. Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan dari Indonesia ke Amerika dan negara-negara maju lainnya disebabkan karena barang-barang tersebut mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang seperti itu. Sebaliknya pula, Indonesia mengimpor barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan pengembangan berbagai jenis industri karena ia belum sanggup memproduksikan barang-barang tersebut dengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju. Ekspor bisa dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Adapun tujuan dari teori permintaan (Demand) dan penawaran (Supply) adalah menggambarkan bagaimana harga bisa terbentuk dalam mekanisme pasar. Pertemuan antara kedua hukum ini dalam satu kondisi merupakan kondisi ideal yang diharapkan oleh para pelaku bisnis. Kondisi ideal demikian dalam ilmu ekonomi dikenal dengan istilah titik keseimbangan (equilibrium).


(34)

Permintaan dalam pengertian ekonomi didefinisikan sebagai skedul, kurva atau fungsi yang menunjukkan kepada skedul tingkat pembelian yang direncanakan. Dilihat melalui kacamata ilmu ekonomi, permintaan mempunyai pengertian sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai absolut artinya jumlah barang yang dibutuhkan, yang berangkat dari titik tolak bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang. Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Sepintas lalu pengertian ini tidak menimbulkan masalah akan tetapi bila dipikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang. Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial.

Teori permintaan yang paling sederhana dalam hukum permintaan menyatakan bahwa pada keadaan Ceteris Paribus, jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka barang yang diminta akan naik (Nicholson, 1999).

Permintaan ekspor seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini :


(35)

2. Harga barang lain yang sangat berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Jumlah penduduk

5. Selera

6. Ramalan yang akan terjadi di masa yang akan dating 2.2.1. Harga kopi dunia

Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun. Tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Sampai pada tingkat harga tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang lain yang mempunyai hubungan dekat dan relatif lebih murah (Budiono, 2001).

Volatilitas harga mempunyai pengaruh positif untuk meningkatkan ekspor pertanian Nigeria, namun ketidakmenentuan perubahan harga ekspor, merupakan resiko bagi pendapatan ekspor. Pengetahuan mengenai volatilitas sangat penting bagi pelaku bisnis. Bagi para eksportir, variabilitas harga di pasar dunia sangat menentukan tingkat harga yang akan ditetapkan seorang eksportir dan dapat dipastikan hal ini akan membuat keuntungan menjadi tidak pasti, yang selanjutnya akan mempersulit dalam penentuan kebijakan atau manajemen penjualannya


(36)

(Firmansyah, 2006). Sedangkan bagi importir yang misalnya sebagai produsen pengolahan, volatilitas harga mengakibatkan sulitnya mengontrol biaya produksi. Sementara bagi para pedagang dan pemegang stok, kekurangan pengetahuan tentang volatilitas harga akan mengakibatkan kerugian, misalnya masalah perkiraan harga, kapan akan melepas atau menahan stok sampai pada penyusunan kontrak-kontrak pembelian ke depan.

2.2.2. Nilai Tukar (Kurs) Dollar tehadap Rupiah

Kajian mengenai Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) terhadap perdagangan internasional rupanya semakin banyak menarik perhatian ilmu ekonomi internasional. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru, karena isu Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) mempunyai implikasi penting bagi pemilihan sebuah sistem moneter internasional. Di Eropa misalnya, Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) adalah salah satu argumentasi utama ekonomi untuk penyatuan keuangan. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi resiko yang tinggi, yang dapat menghambat perdagangan. Karena secara umum dipercayai bahwa pengaruh resiko nilai tukar dapat menghambat perdagangan international.

Sejauh ini telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengetahui pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor. Penelitian pada masa nilai tukar mengambang terkendali dilakukan oleh Goeltom (1997) menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perdagangan. Sementara itu, penelitian pada masa nilai tukar mengambang bebas dilakukan oleh Susilo (2001) menjelaskan bahwa pada jangka panjang ketidakpastian nilai tukar efektif riil mempunyai dampak signifikan terhadap


(37)

ekspor riil non migas, sedangkan pada jangka pendek ketidakpastian nilai tukar efektif riil tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor riil.

Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada swasembada tanpa perdagangan luar negeri (Lindert, 1993).

Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar hidup dan pendapatan riilnya melalui spesialisasi produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Dimana negara-negara akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif.

Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena perdagangan yang dilakukan antara dua negara mesti memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dolar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Besarnya jumlah mata uang yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing.

Para ekonom membedakan nilai tukar (kurs) menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah suatu nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen


(38)

Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003).

Kurs riil (real exchange rate) adalah nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

� =� �

�∗

dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri (Mankiw, 2003).

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dolar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2004).


(39)

Hal ini juga dijelaskan oleh Salvatore (1996) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

Kegiatan perdagangan internasional dalam kenyataannya tidak sesederhana perdagangan domestik yang hanya melibatkan interaksi antar masyarakat dalam satu negara untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa dengan alat pembayarannya menggunakan mata uang sendiri. Dalam perdagangan internasional proses transaksi jual beli barang, terjadi antar masyarakat suatu negara dengan masyarakat negara lain yang menghendaki pembayaran dalam mata uang masing-masing, yang satu sama lain saling berbeda, atau paling tidak dalam mata uang tertentu yang dapat diterima secara internasional seperi Dollar AS, Pounsterling, Deutsmark atau Yen dan lain-lain, yang keberadaannya tersebar di banyak negara. Akan tetapi, dalam berbagai transaksi internasional, Dollar AS paling sering digunakan. Tidak mengherankan bila Dollar AS mendapat julukan sebagai mata uang penggerak yaitu mata uang terkemuka yang secara luas digunakan sebagai suatu nilai kontrak-kontrak internasional antara pihak-pihak yang bukan merupakan penduduk dari negara pencetak uang tersebut. Hal ini didukung oleh peran AS yang begitu penting dalam perekonomian dunia yaitu sebagai pusat perdagangan dunia.


(40)

Penurunan nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan berakibat pada naiknya kemampuan dollar untuk membeli kopi yang lebih besar yang dihasilkan Indonesia dengan nilai tukar rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat akan berakibat pada kemampuan dollar yang menurun dalam perolehan barang dengan nilai rupiah.

Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat perbandingan nilai uang atau harga antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai tukar atau kurs. Jadi, secara umum kurs atau nilai tukar dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik. (Lindert, 2000).

Kurs valuta asing merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.

Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Selain itu, kurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional, karena dengan mengetahui kurs memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara sehingga dapat dijadikan sebagai alat (instrumen) rujukan dalam kegiatan ekspor dan impor.


(41)

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor (Dominic, 2001). Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain:

1. Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk dari suatu negara bagi pihak luar negeri akan semakin mahal sedangkan harga produk barang impor bagi masyarakat domestik semakin lebih murah.

2. Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal. Sistem penulisan harga atau nilai suatu valuta asing yang dinyatakan dalam valuta asing lainnya dikenal ada dua macam yaitu :

1. Direct quotation adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu negara yang diperlukan atau diperoleh untuk satu unit valuta asing. Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai mata uang dalam negeri (domestic currency) di depan dan nilai mata uang asing (foreign currency) di belakang.


(42)

2. Inderect quotation adalah sistem yang menyatakan nilai valuta asing yang diperlukan atau diperoleh untuk 1 unit mata uang dalam negeri (domestic currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai mata uang asing (foreign currency) di depan dan unit mata uang dalam negeri (domestic currency) di belakang.

2.2.3. Pendapatan Perkapita Amerika Serikat

Groos Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Gross Domestic Product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk proses lagi dan dijual lagi (Barang dan Jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan produk suatu negara, salah satunya adalah pendapatan konsumsi di negara tersebut. Tiga jenis barang yang memberikan tanggapan yang berbeda-beda bila terjadi perubahan pendapatan, yaitu : disebut barang normal apabila kenaikan pendapatan menyebabkan kenaikan didalam konsumsinya, disebut barang inferior apabila kenaikan pendapatan menyebabkan penurunan didalam konsumsinya, dan barang superior apabila kenaikan pendapatan menyebabkan kenaikan konsumsinya


(43)

dengan presentasi yang berbeda dan bertambah pendapatan yang ada (Arsyad, 1997).

Pendapatan perkapita Amerika Serikat merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam arti jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita Amerika Serikat ini merupakan pendapatan konsumen, dimana pada saat pendapatan perkapita Amerika Serikat semakin meningkat, maka permintaan impor juga akan meningkat. Namun permintaan ekspor terhadap suatu barang tidak hanya tergantung kepada tingkat pendapatan saja tetapi juga dari segi persediaan barang yang bersangkutan.

Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan nasional suatu negara maka semakin besar pula kemampuan negara tersebut mengimpor. Namun hubungan antara impor (M) dengan pendapatan nasional (Y) tidak berupa hubungan proporsional. Artinya tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat, maka imporpun akan menjadi dua kali lipat. Hubungan antara impor dan pendapatan nasional ditentukan oleh hasrat mengimpor marginal (Marginal Propensity to Import atau MPM) yang besarnya adalah :

dM

MPM =

dY

Dengan MPM, menunjukkan bagian dari tambahan pendapatan nasional yang dipergunakan untuk menambah impor. Perubahan MPM dapat disebabkan


(44)

oleh hal-hal seperti perubahan cita rasa konsumen dalam negeri terhadap barang impor, perubahan nilai mata uang, dan sebagainya.

2.3. Penelitian Terdahulu

Pasaribu (2009), dalam penelitian ini berjudul "Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan tingkat PDRB Terhadap Ekspor Sumatera Utara". Ruang lingkup penelitian di lakukan di Sumatera Utara dengan menggunakan data sekunder dari tahun 1988 sampai dengan 2007 (20 tahun) data nilai tukar rupiah atas Dollar Amerika (Rp/US$), tingkat PDRB Sumatera Utara dan Data Ekspor Sumatera Utara.

Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah dan tingkat PDRB terhadap Ekspor Sumatera Utara menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Bank Indonesia cabang Medan, dan sumber-sumber kepustakaan lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1988 sampai 2007, penggolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views5.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, dan tingkat PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Ekspor di Sumatera Utara.

Harahap (2004) dengan penelitian berjudul Analisis Faktor faktor yang mempengaruhi Ekspor Non Migas Sumatera Utara, tujuan penelitian adalah untuk menganalisa pengaruh kurs, suku bunga, dan inflasi terhadap perkembangan ekspor Sumatera Utara. Data yang digunakan data time series 1992 – 2002 (10 tahun), diolah dengan menggunakan Method of Ordinary Least Square (OLS). Hasil menunjukkan bahwa kurs dan inflasi berpengaruh negatip terhadap


(45)

perkembangan ekspor Sumatera Utara, sementara suku bunga berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan.

Utami (2008), dengan judul: Variabel-Variabel Determinan Ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina Tahun 1990-2006. Penelitian dilakukan untuk mengetahui variabel determinan ekspor Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina selama 1990-2006, dengan tujuan peningkatan export performance ASEAN agar dapat bersaing dengan kawasan-kawasan lainnya di dunia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model Gravity, Method of Ordinary Least Square. Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel determinan ekspor Indonesia adalah proporsi output sektor manufaktur pada GDP, proporsi Gross Fixed Capital Formation pada GDP, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi. Thailand dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP perkapita dan proporsi sektor manufaktur pada GDP. Sedangkan Filipina, determinan ekspornya adalah indeks harga ekspor, proporsi Gross Fixed Capital Formation, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi.

Anggraini (2006) dengan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1994 sampai 2003 (10 tahun) yang bersumber dari Biro Statistik Indonesia (2003). Model analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Klasik dengan Metode Kuadrat Terkecil atau Method of Ordinary Least Square (OLS). Estimasi dengan OLS menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita penduduk Amerika Serikat dan nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Hal demikian dikarenakan Amerika Serikat


(46)

sangat ketat mengawasi mutu kopi yang masuk ke negaranya dari manapun asalnya dan memperketat peraturan-peraturan yang mengarah kepada hak-hak perlindungan konsumen. Sementara harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi penduduk Amerika Serikat dan jumlah penduduk Amerika Serikat berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat.

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Pasaribu (2009)

Penelitian tentang "Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan tingkat PDRB Terhadap Ekspor Sumatera Utara".

Metode Analisis :

Analisis metode yang digunakan adalah

metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS).

Dan menggunakan data sekunder dari tahun 1988 sampai

dengan 2007 (20 tahun) Serta untuk penggolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views5.0.

Menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, dan tingkat

PDRB memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap Ekspor di Sumatera Utara.

2 Harahap (2004) Penelitian tentang " Analisis Faktor

faktor yang mempengaruhi

Ekspor Non Migas Sumatera Utara ".

Metode Analisis :

Analisis metode yang digunakan adalah

metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS).

Data yang digunakan data time

series 1992 – 2002

Menunjukkan bahwa kurs dan inflasi berpengaruh

negatip terhadap perkembangan ekspor Sumatera Utara, sementara suku bunga berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan.


(47)

3 Utami (2008) Penelitian tentang " Variabel-Variabel Determinan Ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina Tahun 1990-2006 "

Metode Analisis :

Analisis metode yang digunakan adalah

metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS).

Menunjukkan bahwa variabel determinan ekspor

Indonesia adalah proporsi output sektor manufaktur pada GDP, proporsi Gross Fixed Capital Formation pada GDP, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi. Thailand dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP perkapita dan proporsi sektor manufaktur pada GDP. Sedangkan Filipina, determinan ekspornya adalah indeks harga ekspor, proporsi Gross Fixed Capital Formation, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi.

4 Anggraini (2006) Penelitian tentang " Faktor faktor yang mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi Indonesia dari Amerika Serikat ".

Metode Analisis :

Model Regresi Linier Kalsik dengan metode yang

digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS).

Dan data time series dari tahun 1994-2003 (10 tahun)

Menunjukkan bahwa

variabel pendapatan perkapita penduduk Amerika

Serikat dan nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Hal demikian dikarenakan AS sangat ketat mengawasi mutu kopi yang masuk ke negaranya. Sementara harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi penduduk Amerika Serikat dan jumlah penduduk Amerika Serikat

berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan ekspor kopi

Indonesia dari Amerika Serikat.


(48)

2.4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Harga kopi domestik berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi

provinsi Sumatera Utara.

2. Harga kopi dunia berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

3. Konsumsi kopi Amerika berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

4. Pendapatan perkapita Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

HARGA KOPI DOMESTIK

HARGA KOPI DUNIA KONSUMSI KOPI

AMERIKA PENDAPATAN

PERKAPITA AMERIKA

KURS DOLLAR AS TERHADAP RUPIAH

VOLUME EKSPOR KOPI SUMATERA


(49)

5. Kurs Rupiah terhadap Dollar AS berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis penelitian dibatasi pada pembentukan variabel mana yang berlaku sebagai variabel dependen dan variabel independen. Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel harga kopi dunia, harga kopi domestik, kurs, pendapatan perkapita Amerika Serikat maupun konsumsi kopi Amerika Serikat berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Dalam penelitian ini digunakan data tahun 1992-2011 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain: data harga kopi domestik dan harga kopi dunia diperoleh dari ICO (International Coffee Organization). Data volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) Sumut, dan data pendapatan Amerika Serikat diperoleh dari U.S. Census Bureau. Sedangkan data tentang kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Indonesia dinyatakan dalam Rupiah per Dollar AS diperoleh dari Bank Indonesia


(51)

Penelitian ini menggunakan data runtut waktu yang dibatasi dari tahun 1992-2011. Dasar pemilihan tahun dalam penelitian ini agar dapat melihat perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari masa ke masa.

3.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan periode tahun 1992-2011, dengan menggunakan metode Kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS), untuk mengestimasi data penelitian digunakan Analisis Regresi Linear Berganda dibantu dengan menggunakan software Eviews 5.1. Metode OLS mempunyai beberapa keunggulan yaitu secara teknis sangat mudah dalam penarikan interprestasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Dalam analisis ekonometrika pemilihan model merupakan salah satu langkah yang penting disamping pembentukan model teoritis dan model yang ditaksir, estimasi, pengujian hipotesis, peramalan (forecasting) dan analisis mengenai implikasi kebijakan dari model tersebut. Model yang digunakan dalam penulisan ini adalah model dinamis. Spesifikasi model dinamis merupakan satu hal penting dalam pembentukan model ekonomi dan analisis yang menyertainya. Hal ini karena sebagian besar analisis ekonomi berkaitan erat dengan analisis runtut waktu (time series) yang sering diwujudkan oleh hubungan antara perubahan suatu besaran ekonomi dan kebijakan ekonomi di suatu saat dan pengaruhnya terhadap gejala dan perilaku ekonomi lain.


(52)

Adapun model yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

EKSP = f {HDOM, HDUN, KONS, PDPT, KURS}…………..(3.1) Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut: Log EKSP = a0 + a1 LogHDOM + a 2 LogHDUN + a 3 LogKONS + a 4 LogPDPT

+ a 5 LogKURS + ε ... (3.2)

Dimana:

EKSP = Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara (dalam ton) HDOM = Harga Kopi Domestik (dalam US dollar)

HDUN = Harga Kopi Dunia (dalam US dollar)

KONS = Konsumsi Kopi Amerika Serikat (dalam bags)

PDPT = Pendapatan Perkapita Amerika Serikat (dalam US dollar) KURS = Kurs rupiah terhadap US dollar (dalam US dollar)

α1 - α 5 = Koefisien regresi

α0 = Intercept

ε = Error term

3.4. Pengujian Statistik

3.4.1. Uji koefisien determinasi (R )

Uji ini digunakan untuk mengetahui besamya kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel-variabel tidak bebas pada model secara bersama-sama.

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, maka semakin besar pula kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel tidak bebas.


(53)

3.4.2. Uji F- statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis:

Ho : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak bebas.

Hi : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas.

Dengan tingkat keyakinan=a dan df= (k-1) (N-k) H0 diterima jika F.hitung < F-tabd

H0 ditolak jika F.hitung > F.tabel

3.4.3. Uji t-statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model secara terpisah mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas untuk tingkat kepercayaan = a dan df = n-k dengan

hipotesa:

Ho : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas Hi : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas

Jika ttabel < thitung maka Ho diterima artinya variabel bebas secara terpisah tidak mempengaruhi

variabel tidak bebas.

Jika thitung< ttabel maka Ho ditolak artinya variabel bebas secara terpisah berpengaruh terhadap


(54)

3.5. Uji Asumsi Klasik 3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak, data yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal, dalam uji Jarque-Bera (JB)

Jika nilai probabilitas p dari statistik JB besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari JB ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati normal.

3.5.2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris.

Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey (Ramsey RESET Test). Untuk melihat apakah bentuk fungsi linier adalah benar atau tidak maka bandingkan hasil perhitungan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel,

apabila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi

model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak, dan sebaliknya apabila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa

spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat ditolak.


(55)

3.5.3. Uji Otokorelasi

Serial korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah serial korelasi timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila kita menggunakan data time series/runtut waktu. Hal ini disebabkan karena error pada seorang individu cendrung akan mempengaruhi error pada individu yang sama pada periode berikutnya. Sedangkan, pada data cross section, masalah serial korelasi jarang terjadi karena error pada observasi yang berbeda berasal dari individu yang berbeda.

Untuk mendiagnosa ada tidaknya korelasi serial (autokorelasi), dapat dilakukan dengan menggunakan Lagrange Multiplier Test (LM-Test). Uji nonautokorelasi adalah evaluasi korelasi serial dari disturbance term error dengan hipotesis nol: disturbance term error adalah nonautokorelasi. Pengujian asumsi nonautokorelasi menggunakan Breusch-Godfrey [BG] Test atau LM Test.

, ]

[ 2

R p T statistic

BG− = − × dimana p = panjang time lag dari disturbance term error dan juga merupakan derajat bebas Tabel Distribusi [χ2

]. Jika statistik [T-p] × R2 ≥ χ2

p maka disturbance term error mengalami autokorelasi, sebaliknya jika

[T-p] × R2 < χ2

p maka disturbance term error tidak mengalami autokorelasi.

3.5.4. Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikolinieritas berarti ada hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan :

logX1, logX2, logX1,……….LogX2

(dimana λ = 1 untuk semua pengamatan memungkinkan intersep). Suatu hubungan Linear yang pasti ada apabila kondisi berikut terpenuhi:


(56)

β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + …….. βK XK +V = 0

Untuk menguji adanya multikolinieritas, karena multikolinieritas adalah kombinasi linear yang pasti menjelaskan lainnya. Salah satunya cara untuk mengetahui hubungan antar variabel logX yang satu dengan variabel logX yang lain adalah meregresi tiap logXj sisa variabel logX dan menghitung r2 yang cocok. Pengujian terhadap masing-masing variabel independent tersebut didapat, kemudian dibandingkan dengan R yang didapat dari hasil regresi secara bersama-sama variabel independen. Jika r variabel melebihi R pada model regresi, maka dalam regresi tersebut terdapat multikolinieritas. Sebaliknya apabila r2 variabel < R2 pada model regresi, maka dalam regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas.

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-varibel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat adalah kuantitas ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat yang dilakukan tiap tahun dan dinyatakan dalam ribu ton/tahun.

2. Harga Kopi Domestik. Harga kopi domestik dalam penelitian ini adalah harga rata-rata kopi ekspor dari Sumatera Utara, yang dinyatakan dalam US dollar lib.

3. Harga Kopi Dunia. Harga kopi dunia adalah Composite Price International Coffee Organization dinyatakan dalam satuan US dollar lib.

4. Konsumsi. Konsumsi adalah total konsumsi kopi Amerika Serikat, yaitu total konsumsi kopi Amerika Serikat per tahun dinyatakan dalam bags.


(57)

5. Pendapatan Perkapita. Pendapatan perkapita Amerika Serikat dalam penelitian ini adalah GDP perkapita dari negara pengimpor yaitu Amerika Serikat, dalam ribu Dollar Amerika Serikat/tahun.

6. Kurs. Kurs riil (riil exchange rate) adalah nilai tukar mata uang suatu negara dinilai dari mata uang negara lain, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kurs tengah dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Indonesia dinyatakan dalam satuan rupiah per dollar Amerika Serikat.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografis Sumatera Utara

Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Aceh

b. Sebelah Barat : Samudera Hindia

c. Sebelah Selatan : Riau dan Sumatera Barat d. Sebelah Timur : Selat Malaka

Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 km2 atau 3.70% dari luas wilayah Republik Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km2. Secara regional pada posisi geografisnya, Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat Malaka yang berbatasan dengan negara Malaysia dan Singapura sehingga menjadikan Sumatera Utara sebagai pintu gerbang perdagangan internasional di wilayah Indonesia bagian barat. Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian Sumatera Utara, salah satu adalah komoditas kopi yang banyak diekspor ke berbagai negara termasuk ke Amerika Serikat.

Sebagai gambaran wilayah potensi pengembangan komoditi kopi Sumatera Utara yang tersebar di beberapa kabupaten-kabupaten dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut :


(59)

Tabel 4.1. Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kopi di Sumatera Utara

No Nama Daerah Luas Lahan

1 Kab. Asahan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 21 Status Lahan : Perkebunan Rakyat

2 Kab. Dairi Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 19.000

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 8.945 Ha dan Kopi Arabika 10.504,5 Ha

3 Kab. Deli Serdang Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 772 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 4 Kab. Humbang

Hasundutan

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 11.315 Status Lahan : Perkebunan Rakyat

5 Kab. Karo Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 5.508 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 6 Kab. Labuhan Batu Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 53

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 7 Kab. Labuhan Batu

Selatan

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 10 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 8 Kab. Langkat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 109

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 9 Kab. Mandailing Natal Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.790

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 2.145,30 Ha dan Kopi Arabika 1.642,56 Ha

10 Kab. Nias Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 103 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 11 Kab. Nias Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 130

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 12 Kab. Nias Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 55

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 13 Kab. Nias Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 293

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 14 Kab. Padang Lawas Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 1.366

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 15 Kab. Padang Lawas

Utara

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 681 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 16 Kab. Pakpak Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 2.046

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 645 Ha dan Kopi Arabika 1.397 Ha

17 Kab. Samosir Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 4.094 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 18 Kab. Simalungun Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 9.612

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 2.822,1 Ha dan Kopi Arabika 6.788,2 Ha

19 Kab. Tapanuli Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.036 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 20 Kab. Tapanuli Tengah Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 149

Status Lahan : Perkebunan Rakyat

21 Kab. Tapanuli Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 15.371

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 1.547,15 Ha dan Kopi Arabika 13.811,50 Ha


(60)

22 Kab. Toba Samosir Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 2.621 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 23 Kab. Gunung Sitoli Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 109

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Sumber : BPS Sumatera Utara (2011)

4.2. Produksi Kopi

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Sumut), Aspan Sofian mengatakan bahwa kopi Sumut sudah sangat dikenal di tingkat internasional sebagai yang terbaik sehingga harus didukung dengan program yang tepat. Dengan begitu produktivitasnya dapat ditingkatkan.

Sumatera Utara memiliki dua varietas kopi andalan yakni Arabika dan Robusta. Secara umum, luasan lahan perkebunan kopi Arabika lebih besar daripada kopi Robusta karena produktivitasnya yang lebih tinggi. Luas perkebunan kopi Arabika mencapai 58.118 hektar, sementara kopi Robusta hanya 21.680 hektar. Produksi Arabika bisa mencapai 46.000 ton per tahun, sedangkan kopi Robusta 8.400 ton per tahun.

Dari kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa produktivitas kopi Sumut masih rendah atau cenderung turun. Ini disebabkan karena rata-rata usia tanaman kopi sudah tua atau sekitar 60% dari areal komoditas kopi merupakan tanaman tua (rata-rata sudah berumur diatas 10-25 tahun) sehingga produksinya tidak maksimal atau produksi kopi rata-rata masih sebesar 650-750 kg per hektar, sementara peremajaan minim karena terkendala modal. Untuk itu, harus ada upaya-upaya yang dilakukan seperti :

1. Program Revitalisasi Perkebunan yang mengacu pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 33 tahun 2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui


(61)

Program Revitalisasi Perkebunan, karena peranan kopi dalam menghasilkan devisa tidak berbeda jauh dari yang dihasilkan kakao yang sudah dimasukkan dalam program revitalisasi pemerintah.

2. Program Intensifikasi, khususnya pada perkebunan rakyat, baik untuk kopi Arabika maupun Robusta secara terarah, terencana dan terfokus.

3. Program Ektensifikasi pada kopi Arabika sesuai agroklimat dan keadaan lahan. Dalam program ektensifikasi ini dapat dilakukan pemanfaatan lahan konservasi melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM).

Namun saat ini program yang bisa berjalan adalah Program Intensifikasi, yang mana petani kopi diberikan bantuan-bantuan berupa peralatan, obat-obatan pemberantas hama, pembenah tanah organik, pupuk, benih, gunting pangkas, dan kebutuhan lainnya. Dan Simalungun, sebagai salah satu sentra produksi kopi di Sumatera Utara menjadi kabupaten yang mendapatkan program intensifikasi ini.

Program intensifikasi kopi tersebut dilakukan di 11 kecamatan di Simalungun dengan luas sekitar 1.000 hektar yang akan melibatkan 1.199 petani. Di Simalungun sendiri, terdapat 8.000 hektar tanaman kopi. Selain Simalungun, kabupaten lain seperti Langkat, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan Dairi juga merupakan sentra penghasil kopi terbaik di Sumatera Utara.

Dengan intensifikasi tersebut, jika biasanya produktivitas kopi hanya 1,1 ton per hektar per tahun, diharapkan bisa naik menjadi 1,2 ton per hektar per tahun. Maka dari 1.000 hektar per tahun, nantinya akan bisa diproduksi sebanyak 1.200 ton per tahun.


(62)

Sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Utara merupakan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan kopi. Kopi dibudidayakan di Sumatera Utara terutama Arabika tetapi Robusta juga ditanam oleh petani kecil/rakyat di dataran tinggi Danau Toba (Tapanuli Utara, Dairi dan Tapanuli Selatan) dan selebihnya ditanam oleh perkebunan swasta di Sidikalang dan Kabupaten Sipirok.

Kondisi saat ini perkebunan kopi telah dilakukan secara bertahap yaitu untuk meningkatkan kualitas dengan cara melakukan rehabilitasi perkebunan di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Kantor Perkebunan di Sumatera Utara bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri di Sumatera Utara. Lambatnya perkembangan kopi Arabika disebabkan karena kopi arabika tumbuhnya membutuhkan ketinggian tumbuh berkisar 800 – 1.500 m dari permukaan laut dan daerah ini pada umumnya sudah digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan holtikultura lainnya dengan nilai ekonomi lebih tinggi.

Berbagai pihak telah berusaha mengaktifkan rehabilitasi kopi Arabika, AEKI Sumatera Utara adalah asosiasi dari para eksportir kopi di Sumatera Utara juga telah mencoba membantu para petani kopi untuk rehabilitasi kopi ini dengan cara mempromosikan dan memyediakan produktivitas yang baik dan tinggi kopi Arabika melalui Proyek Pembibitan Kopi Arabika. Lokasi proyek ini adalah di Kecamatan Lintong Nihuta dan Kabupaten Tapanuli Utara. Proyek ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dari para petani dalam teknik budidaya kopi dan peningkatan kualitas kopi, khususnya kopi dari Lintong dan Mandailing. Selain itu AEKI juga banyak memberi kontribusi yang baik untuk eksportir-eksportir di Sumatera Utara dengan program dan berbagai kegiatan yang dilakukan, antara lain : pembinaan dan pengarahan untuk menjadi eksportir yang


(1)

Lampiran 2 Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari Tahun 1992 – 2011

No Tahun Volume Ekpor Kopi ke AS (Ton)

1 1992 21563

2 1993 24235

3 1994 26433

4 1995 27322

5 1996 28442

6 1997 29743

7 1998 31675

8 1999 32540

9 2000 33200

10 2001 36800

11 2002 43030

12 2003 48090

13 2004 72461

14 2005 84121

15 2006 85503

16 2007 66222

17 2008 65646

18 2009 67843

19 2010 69643

20 2011 75733


(2)

Lampiran 3. Harga Kopi Dalam Negeri (Domestik) dari tahun 1992 – 2011

No Tahun Harga Kopi Domestik (000 $/ton)

1 1992 6146

2 1993 6784

3 1994 8633

4 1995 9846

5 1996 10754

6 1997 11754

7 1998 13125

8 1999 14563

9 2000 15392

10 2001 11467

11 2002 11700

12 2003 11425

13 2004 10910

14 2005 16235

15 2006 18262

16 2007 25259

17 2008 26415

18 2009 22518

19 2010 24643

20 2011 25733


(3)

Lampiran 4. Harga Kopi Dunia dari tahun 1992 – 2011

No Tahun Harga Kopi Dunia (cents/bags)

1 1992 41,57

2 1993 44,70

3 1994 45,34

4 1995 57,07

5 1996 53,97

6 1997 53,86

7 1998 56,86

8 1999 61,75

9 2000 64,24

10 2001 45,59

11 2002 47,74

12 2003 51,90

13 2004 62,15

14 2005 89,36

15 2006 95,75

16 2007 107,68

17 2008 124,25

18 2009 115,67

19 2010 109,57

20 2011 112,58


(4)

Lampiran 5. Konsumsi Kopi Masyarakat Amerika Serikat dari tahun 1992 – 2011

No Tahun Konsumsi Kopi AS (000 ton)

1 1992 1042,00

2 1993 1085,50

3 1994 1103,00

4 1995 1055,00

5 1996 1079,00

6 1997 1067,00

7 1998 1088,80

8 1999 1100,60

9 2000 1122,00

10 2001 1136,40

11 2002 1141,80

12 2003 1154,40

13 2004 1165,30

14 2005 1189,39

15 2006 1210,43

16 2007 1254,70

17 2008 1265,98

18 2009 1345,20

19 2010 1365,83

20 2011 1425,40


(5)

Lampiran 6. Pendapatan Perkapita Rakyat Amerika Serikat dari tahun 1992 – 2011

No Tahun Pendapatan Perkapita AS (US$/tahun)

1 1992 20533

2 1993 21689

3 1994 22574

4 1995 26387

5 1996 28442

6 1997 31644

7 1998 32742

8 1999 33567

9 2000 35237

10 2001 36049

11 2002 36935

12 2003 38310

13 2004 40435

14 2005 42664

15 2006 46611

16 2007 47375

17 2008 46840

18 2009 47660

19 2010 46330

20 2011 47140


(6)

Lampiran 7. Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dari tahun 1992 – 2011

No Tahun Kurs US$/Rp

1 1992 2029

2 1993 2087

3 1994 2160

4 1995 2248

5 1996 2342

6 1997 2909

7 1998 10013

8 1999 7855

9 2000 9595

10 2001 10400

11 2002 8940

12 2003 8465

13 2004 9290

14 2005 9830

15 2006 9020

16 2007 9419

17 2008 10950

18 2009 9400

19 2010 8991

20 2011 9057