Sehingga keharmonisan hubungan antara atasan dengan bawahan akan terganggu dan malah bisa rusak karena beberapa faktor seperti yang disebutkan
diatas andaikan tidak ditanggapi secara tepat dan bijak. Karena lawan kata dari keluhan tersebut adalah aspirasi. Maka keluhan bawahan yang muncul
kepermukaan adalah sebagai akibat dari ketidaknyamanan bawahan dalam bekerja maka merupakan sebuah harapan bagi mereka untuk didengar dan dilayani juga
menyangkut persoalan keluhan yang mereka utarakan. Pada hakekatnya keluhan mereka adalah keluhan organisasi juga karena mereka adalah bahagian dari
organisasi, kalau mereka down bisa berimbas pada turunnya produktivitas kerja para pegawai
Namun sejauh ini ada juga dari para pegawai yang tidak mampu berkomunikasi untuk menyampaikan keluhan mereka pada atasan dan mereka
memilih diam dan menyimpannya didalam hati. Terkadang berbagai macam keluhan-keluhan tersebut diceritakan kepada teman sejawat kerjanya, untung-
untung bisa menjadi fasilitator atau penghubung untuk mewakili menyampaikannya aspirasinya kepada atasan. Adanya usaha untuk menciptakan
empati dari teman kerja, agar dapat menyelami pikiran-pikiran dan perasaan- perasaan yang diutarakan.
Sebagaimana atasan mengharapkan adanya efek dan perubahan pada bawahan dari jalinan komunikasi interpersonal, tak ubahnya bawahanpun
mengharapkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dari atasan untuk menanggapi keluhan dan aspirasi yang muncul dari mereka secara terbuka dan
timbal balik. Karena percuma kalau perubahan itu hanya diharapkan dari bawahan saja sedangkan atasan tetap pada sikap dan tingkah lakunya yang monoton dan
mungkin egois. Mau menuntut tapi tidak mau dituntut. Maka tentu terjadi ketimpangan dan tak seimbang.
2. Komunikasi Hubungan Sosial
Dari hasil penelitian yang ditemui dilapangan bahwa komunikasi hubungan sosial yang dilakukan oleh atasan adalah bertujuan untuk menyebarkan
berbagai macam informasi, penggiatan persuasi, pelayanan terhadap khalayak dalam organisasi maupun khalayak diluar organisasi dengan tujuan agar
terbinanya hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan, antara atasan dengan kelompok organisasi, maupun antara atasan organisasi dengan khalayak
di luar organisasi. Dengan kata lain, komunikasi hubungan sosial yang dijalankan oleh atasan organisasi adalah bertujuan untuk pencitraan diri dan organisasi
kepada anggota organisasi maupun kepada orang diluar organisasi atau khalayak. Jalur komunikasi yang digunakan adalah komunikasi informal. Volume
komunikasi yang terjadi antara tiga sampai empat kali dalam satu minggu, dengan durasi waktu antara minimal sepuluh menit dan maksimal dua puluh menit.
Tempat komunikasi terjadi biasanya di kantin sambil minum tea break atau coffee break. Komunikasi terjadi bersahabat dan ramah sambil tertawa dan sesekali
diiringi dengan lelucon. Materi pesan tidak mengikat yaitu tentang segala sesuatu yang dapat dan wajar diutarakan. Sesekali materi pesan berisikan tentang tugas-
tugas kantor, baik mengenai tugas-tugas yang telah diselesaikan maupun yang butuh penyelesaian, tapi sifatnya hanya sekedar bertukar pendapat atau sharing
belaka. Untuk lebih jelasnya komunikasi hubungan sosial manusia yang
digalakan oleh organisasi yang dalam konteks pembahasan ini adalah atasan terbagi kepada tiga macam hubungan sosial yaitu :
a. Hubungan yang bersifat individual Hubungan sosial yang bersifat individu disalurkan atasan melalui
berkomunikasi kepada individu-individu dalam organisasi yaitu bawahan. Proses komunikasi terjadi di waktu jam dinas kantor tepatnya jam istirahat. Komunikasi
tersebut sering dilakukan atasan untuk menjinakan atau untuk menghilangkan rasa segan, rasa takut, dan rasa enggan para bawahan untuk bercengkrama dengan
atasan mereka dalam ruang lingkup kantor. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa persahabatan dan kemitraan antara sesama pegawai dalam
organisasi. Atasan berusaha menyembunyikan hirarki jabatannya diantara para pegawai dengan berbicara secara terbuka mengenai berbagai macam aktivitas
diluar pekerjaan kantor misalnya, cerita soal perkebunan yang dimiliki pegawai, perikanan, proyek, bisnis, maupun mengenai kehidupan rumah tangga, yang
diselingi dengan cerita humor dan canda.
Komunikasi ini terjadi dengan beberapa orang pegawai yaitu tiga sampai lima orang, bahkan tak jarang masyarakatpun ikut serta nimbrung seperti
kalangan wartawan atau masyarakat biasa yang kebetulan mempunyai kepentingan tertentu
Pencitraan ini dilakukan untuk menumbuhkan persepsi para pegawai tentang atasan mereka sesungguhnya adalah orang yang ramah, bersahabat,
toleran, sekalipun didalam hubungan tugas sering terjadi persepsi yang bertolak belakang. Ketegasan bahkan kegarangan yang terlihat hanyalah semata karena
ingin menggenjot produktivitas para pegawai dalam bekerja. Keramah-tamahan tersebut sering ditunjukan atasan dengan cara mentraktir para pegawai yang
sedang duduk bersama dalam tea break atau coffee break. Satu hal lagi yang sering ditonjolkan atasan terhadap bawahan adalah
bahwa dia perduli terhadap apa yang dirasakan dan apa yang di kerjakan para pegawainya. Kepedulian tersebut dinyatakan dalam bentuk sikapnya yang mau
mendengarkan dan menyimak setiap cerita dan paparan dari para pegawai. Sesekali atasan memberikan tanggapan dan komentar berkenaan dengan masalah
yang dipaparkan. Upaya atasan untuk membuka diri melalui komunikasi informal ini
mengalami kemajuan dan membawa pengaruh serta tanggapan positif dari para pegawai yang di tunjukan melalui perubahan persepsi para pegawai yang semula
menganggap garang beralih menjadi kalau kegarangan tersebut hanya peran dan tanggung jawab yang harus di jalankan oleh pimpinan. Persepsi para pegawai ini
dapat diketahui melalui pernyataan mereka dengan sesama teman kerjanya ketika peneliti melakukan pengamatan terlibat.
b. Hubungan dengan kelompok Kelompok yang di maksud dalam penelitian ini adalah kelompok formal
yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu. Contohnya seperti komite atau panitia, unit-unit kerja dan bagian, kelompok tukang pembersih, dan
lain sebagainya. Juga kelompok informal yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, karena kebutuhan-kebutuhan seseorang. Kelompok informal tidak diatur
dan tidak diangkat.
Komunikasi interpersonal atasan dalam hubungannya dengan kelompok dilakukan melalui perbincangan bersifat tukar pendapat tentang pekerjaan-
pekerjaan dan tugas-tugas yang menyangkut masalah hubungan organisasi dengan masyarakat atau khalayak yang ada keterpautan kepentingan dengan organisasi.
Misalnya mengenai balai pengajian, lembaga-lembaga sosial panti asuhan, pondok pesantren, TPA, pertumbuhan aliran-aliran baru dan sebagainya.
Komunikasi hubungan kelompok yang dilaksanakan oleh atasan adalah sebuah upaya untuk mewujudkan rasa memiliki pertanggungjawaban bersama
terhadap kemajuan dan perkembangan organisasi. Maka kelompok-kelompok ini dirangkul melalui komunikasi informal agar terciptanya keakraban dan
kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang terjadi setiap harinya ketika berada di kantin pada jam istirahat atau dilobi ketika selesai apel
pagi. Individu-individu diantara para pegawai tersebut di sengaja atau tidak di sengaja membentuk kelompok-kelompok kecil dan saling berkomunikasi. Dari
sekian kelompok-kelompok itu diantaranya ada kelompok pimpinan dengan orang-orang tertentu yang saling berkomunikasi.
c. Hubungan organisasi dengan masyarakat Hubungan organisasi atasan dengan masyarakat khalayak diluar organisasi
dilakukan diluar rangka tugas. Hubungan tersebut dibentuk melalui safari ramadhan kedesa-desa yang telah di tentukan sebelumya. Safari ramadhan itu di
ketuai oleh pimpinan kantor. Kegiatan safari ini bertujuan silaturahmi dengan masyarakat. Biasa tim safari telah dilengkapi dengan personil untuk mengisi
kegiatan pada malam itu seperti, penceramah, imam, dan bilal. Selain safari ramadhan hubungan masyarakat yang diwujudkan adalah
melalui melayat orang yang meninggal dunia yang diikuti dengan takjiah pada malam harinya. Hal semacam ini sering dilakukan oleh atasan atas nama
organisasi, bahkan atasan sering membawa personil dari organisasi itu sendiri untuk bertakjiah. Kegiatan takjiah yang dilakukan adalah berdoa terhadap orang
yang meninggal yang diikuti dengan penyampaian ceramah singkat yang sebelumya telah disiapkan oleh atasan.
Masyarakat yang menyaksikan kegiatan semacam ini sangat simpati terhadap organisasi. Hal tersebut terlihat dari sikap terbuka masyarakat dalam
menyambut kedatangan tim pelayat yang dengan segera menyiapkan posisi atau tempat untuk diduduki oleh tim pelayat tersebut. Biasanya tempat duduk yang
disediakan adalah diruangan bagian dalam, dan kalau tempatnya terbuka biasanya pada posisi tengah sehingga tidak memungkinkan orang lain lalu-lalang secara
sembarangan dari depan mereka. Selain dari hubungan masyarakat seperti yang dipaparkan diatas,,
pelaksanaan hubungan masyarakat yang juga dilakukan oleh atasan atau organisasi adalah melalui memberikan bantuan atau berupa sumbangan materi
dan finansial terhadap para korban bencana alam. Materi yang diberikan dalam bentuk barang seperti ; pakaian, makanan, dan uang. Penyaluran bantuan tersebut
terkadang melalui dinas terkait, namun tak jarang juga menyalurkannya langsung kelokasi bencana alam.
Dari berbagai hubungan sosial yang dibangun oleh atasan ini dapat kita persepsikan bahwa atasan sebagai pimpinan kantor telah menjalani upaya
pencitraan organisasi sebagai organisasi yang peduli dan berempati terhadap rakyat atau masyarakat. Maka dari aktivitas atasan yang telah diuraikan tadi
sangat jelas bahwa disana sarat terjadi komunikasi interpersonal dengan masyarakat yang diwakili oleh pimpinan kantor.
C. Prestasi Kerja Pegawai Kementerian Agama Kab. Aceh Tenggara