PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Isolasi Sosial Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori 1. Isolasi Sosial a. Definisi Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain Purba, dkk. 2008. Berikut beberapa pengertian isolasi sosial yang dikutip dari Pasaribu 2008. Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif. Menurut Depkes RI penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Menurut Rawlins Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. Universitas Sumatera Utara Menurut Dalami, dkk. 2009, isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

b. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart Sundeen 1998, belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu: 1 Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: a Faktor Perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibupengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek. Universitas Sumatera Utara Menurut Purba, dkk. 2008 tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari: a. Masa Bayi Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya. b. Masa Kanak-Kanak Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain. c. Masa Praremaja dan Remaja Universitas Sumatera Utara Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja. d. Masa Dewasa Muda Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima mutuality. e. Masa Dewasa Tengah Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak. Universitas Sumatera Utara f. Masa Dewasa Akhir Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan. b Faktor Komunikasi Dalam Keluarga Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. 1 Sikap bermusuhanhostilitas 2 Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak 3 Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. 4 Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah. 5 Ekspresi emosi yang tinggi 6 Double bind dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat Universitas Sumatera Utara c Faktor Sosial Budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. d Faktor Biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 2 Faktor Presipitasi Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi: a Stresor Sosial Budaya Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial. Universitas Sumatera Utara b Stresor Biokimia 1 Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. 2 Menurunnya MAO Mono Amino Oksidasi didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. 3 Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. 4 Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak. c Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis. d Stresor Psikologis Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi Universitas Sumatera Utara masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat. Menurut Purba, dkk. 2008 strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalahsebagai berikut: a. Tingkah laku curiga: proyeksi b. Dependency: reaksi formasi c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi f. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regrasi. Universitas Sumatera Utara

c. Tanda dan Gejala

Menurut Purba, dkk. 2008 tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah: a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan f. Pasien merasa tidak berguna g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

2. Ketidakmampuan Bersosialisasi

Menurut World Health Organization WHO, 1989 ketidakmampuan bersosialisasi social disability adalah ketidakmampuan individu dalam melakukan hubungan sosial secara sehat dengan orang-orang di sekitarnya. Karena ketidakmampuan mereka untuk bersosialisasi, beberapa individu memiliki masalah untuk menjalani hidup bersama dengan individu normal. Mereka sulit untuk melakukan semua aktivitas seperti yang dilakukan oleh individu normal yang ada di sekitarnya Purba, 2009 Menurut Kuntjoro 1998 dikutip dari Purba, 2009 menjelaskan bahwa kemunduran sosial atau ketidakmampuan bersosialisasi adalah ketidakmampuan individu untuk bersikap dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Individu yang dalam kehidupannya menuruti kemauan sendiri tanpa Universitas Sumatera Utara mengidentifikasikan norma sosial dan mengganggu lingkungan dianggap tidak terampil secara sosial atau disebut mengalami ketidakmampuan bersosialisasi atau kemunduran sosial. Individu hidup dalam dunianya sendiri autistik yang tidak dapat dimengerti dan tidak dapat diterima oleh orang lain. Hal ini berarti pula individu tidak mengindahkan tuntutan lingkungan sosialnya atau tidak mampu menyesuaikan diri yang selanjutnya oleh WHO disebut sebagai cacat psikososial psychosocial disability. Pengertian yang lebih rinci mengenai ketidakmampuan bersosialisasi diungkapkan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, yaitu suatu keadaan di mana individu bertingkah laku yang tidak lazim, kacau atau secara sosial tidak dapat diterima atau tidak pantas muncul. Tingkah laku yang tidak lazim adalah tingkah laku yang diperlihatkan oleh pasien yang sifatnya tidak biasa, aneh dan kadang- kadang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Namun perlu diperhatikan pula bahwa gaya hidup individu berbeda dari gaya hidup orang lain, terutama jika ia berasal dari suku atau masyarakat kebudayaan tertentu Purba, 2009. Menurut Purba 2009 di Indonesia istilah cacat mempunyai arti dari ketiga keadaan berikut: impairment, disabilities dan handicap, karena sangat luasnya pengertian istilah-istilah tersebut, maka Forum Asean merekomendasikan penggunaan definisi-definisi yang ditetapkan oleh WHO tahun 1989 dengan maksud untuk memudahkan kepentingan komunikasi. Istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut: a. Impairment Universitas Sumatera Utara Impairment adalah hilangnya atau adanya kelainan abnormalitas dari pada struktur atau fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik atau anatomik. Cacat dapat bersifat sementara temporer ataupun menetap permanen. Termasuk di sini apa saja yang biasa disebut dengan anomali defect yang terjadi pada anggota gerak, organ, jaringan atau struktur tubuh, termasuk sistem fungsi mental. Kondisi cacat merupakan eksteriorasi keadaan patologik yang prinsipnya mencerminkan gangguan kesehatan yang terjadi pada tingkat organ. b. Disabilities disability Disability merupakan keterbatasan atau kurangnya kemampuan akibat dari adanya cacat untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas dan cara yang dianggap normal bagi manusia. Kondisi ini dapat bersifat sementara, menetap dan membaik atau memburuk. Dapat timbul sebagai akibat langsung adanya cacat atau secara tak langsung sebagai reaksi individu, khususnya secara psikologik pada cacat fisik dan sensorik. c. Handicap Handicap adalah kemunduran pada seseorang akibat adanya cacat atau disabilitas yang membatasi atau mencegahnya untuk dapat berperan normal bagi individu sesuai umur, sex dan faktor sosial budaya. Kondisi ini ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara prestasi seseorang atau statusnya dengan harapannya atau kelompoknya. Handicap merupakan sosialisasi dari pada cacat atau disabilitas dan mencerminkan konsekuensi Universitas Sumatera Utara bagi individu dalam budaya, sosial, ekonomi dan lingkungannya yang berpangkal pada adanya cacat dan disabilitas.

a. Gambaran Umum Individu yang Mengalami Ketidakmampuan Bersosialisasi

Individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi digambarkan oleh WHO pada tahun 1989, bahwa angka rata-rata kematian diantara individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi lebih banyak dibanding individu yang normal. Seringkali kekurangan perhatian dalam sosialisasi tentang faktor lingkungan dapat menyebabkan dan menggandakan ketidakmampuan bersosialisasi. Individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi tidak memiliki kunci masuk kedalam kelompok masyarakat dan kesempatan untuk bersama-sama dengan masyarakat lain, seperti lembaga kesehatan, sekolah dan institusi pendidikan, program pelatihan keahlian, program pelatihan kerja dan pekerjaan Purba, 2009. Di beberapa negara, wanita dewasa yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi dapat ditolak suami dan diasingkan oleh anak-anaknya, bahkan individu dewasa yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi hanya mempunyai pendidikan yang rendah dibandingkan individu dewasa yang normal. Pemisahan secara sosial terhadap individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi semakin memperburuk keadaannya. Di kebanyakan lingkungan masyarakat individu yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi dipisahkan dari individu yang normal karena kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Sikap negatif dan perilaku yang mendiskriminasikan individu yang Universitas Sumatera Utara mengalami ketidakmampuan bersosialisasi dianggap sebagai suatu keharusan Purba, 2009.

b. Ciri Individu yang Mengalami Ketidakmampuan Bersosialisasi

WHO tahun 1989 menetapkan bahwa individu mengalami ketidakmampuan bersosialisasi jika ia tidak dapat melakukan aktivitas yang biasanya dapat dilakukan oleh individu normal berupa: tidak dapat makan dan minum sendiri, tidak bisa menjaga kebersihan diri, tidak mampu memakai pakaian sendiri, tidak mengerti instruksi yang mudahsimpel, tidak mampu atau merasa sulit dalam mengekspresikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya, tidak mengerti gerakan dan tanda-tanda untuk komunikasi, tidak mampu menggunakan gerakan- gerakan dan tanda-tanda untuk komunikasi yang dimengerti oleh individu lain, tidak dapat berkomunikasi dengan berbicara dan menggunakan bahasa dengan individu lain di sekelilingnya, tidak ikut bergabung dalam aktivitas keluarga, tidak turut melakukan aktivitas dalam masyarakat, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai penghasilan yang memadai untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga Purba, 2009. Universitas Sumatera Utara

c. Aspek-Aspek Ketidakmampuan Bersosialisasi

Menurut Kuntjoro 1989 dikutip dari Purba, 2009, aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1 Activity Daily Living ADL Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi: a Bangun tidur, yaitu semua tingkah lakuperbuatan pasien sewaktu bangun tidur. b Buang air besar BAB dan buang air kecil BAK, yaitu semua bentuk tingkah lakuperbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK. c Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi. d Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian. e Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum. f Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain. g Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakanmenaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok Universitas Sumatera Utara sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif. h Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul pada gangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia gangguan tidur tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya. 2 Tingkah laku sosial Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi: a Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya. b Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya. c Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi. d Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok lebih dari dua orang. Universitas Sumatera Utara e Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit. f Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain. g Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya. 3 Tingkah laku okupasional Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kegiatan seseorang untuk melakukan pekerjaan, hobby dan rekreasi sebagai salah satu kebutuhan kehidupannya yang meliputi: a Tertarik pada kegiatanpekerjaan, yaitu timbulnya rasa tertarik untuk berbuat sesuatu, baik berupa pekerjaan, hobi dan rekreasi, seperti menyapu, membantu orang lain, bermain, menonton dan sebagainya. b Bersedia melakukan kegiatanpekerjaan, yaitu bentuk kegiatan yang dilakukan pasien untuk bekerja, berekreasi, melaksanakan hobi atau melakukan kegiatan positif lainnya, seperti sembahyang dan membaca. c Aktifrajin melakukan kegiatan atau pekerjaan, yaitu tingkah laku pasien yang bersedia melakukan kegiatan dengan menunjukkan keaktifankerajinannya. d Produktif dalam melakukan kegiatan, yaitu adanya hasil perbuatan yang dapat diamatiobservasi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Universitas Sumatera Utara e Terampil dalam melakukan kegiatanpekerjaan, yaitu sejauhmana pasien memiliki kemampuan, kecakapan dan keterampilan dalam melakukan tindakannya wajar, tidak kaku, enak dilihat orang sehingga tidak menimbulkan rasa khawatir bagi petugasorang lain. f Menghargai hasil pekerjaan dan milik pribadi, yaitu tingkah laku pasien untuk menghargai punya tenggang rasa terhadap hasil pekerjaannya sendiri dan hasil pekerjaan orang lain. g Bersedia menerima perintah, larangan dan kritik, yaitu sikap dan perbuatan pasien terhadap perintah, larangan maupun kritik dari orang lain. Sikap dan perbuatan tersebut berupa reaksi pasien bila diperintahdisuruh, dilarangdikritik, reaksi tersebut dapat lambat, cepat, menolak, tak mengindahkan dan sebagainya. d Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Ketidakmampuan Bersosialisasi pada Pasien Skizofrenia Birchwood 1987 dikutip dari Purba, 2009 membuktikan bahwa munculnya gejala-gejala kekambuhan dan ketidakmampuan adaptasi sosial pada penderita skizofrenia adalah berhubungan dengan cara dan efektivitas keluarga dalam mengatasi permasalahan, hilangnya kohesi dalam keluarga, cara mengambil keputusan yang tidak konsisten dan beban keluarga yang dirasa berlebihan. Liberman 1989 menambahkan bahwa yang mengakibatkan makin buruknya ketidakmampuan bersosialisasi diantara penderita skizofrenia adalah jumlah dan bentuk stressor dalam kehidupan, ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan dukungan sosial yang kurang. Universitas Sumatera Utara Penelitian Klerman pada tahun 1971 menggambarkan bahwa timbulnya social functioning impairment diakibatkan oleh tingkah laku simptomatik yang dialami oleh penderita skozofrenia tersebut. Weissman dan Bothwell pada tahun 1976 melanjutkan penelitian tersebut dan menambahkan bahwa semakin buruk simptomatik psikiatriknya akan semakin buruk juga social functioning Purba, 2009. Direktorat Kesehatan Jiwa 1997 dikutip dari Purba, 2009 menyatakan bahwa kadang-kadang pasien skizofrenia tidak dapat diterima dengan baik oleh lingkungan keluarga dan masyarakat yang dapat menimbulkan dan memperparah ketidakmampuan bersosialisasi yang diderita oleh penderita skizofrenia. Hal ini disebabkan oleh bermacam faktor, diantaranya adalah: a. Sebagian masyarakat percaya kecacatan akibat hukuman Tuhan, pengaruh makhluk halus dan akibat berhubungan dengan penderita skizofrenia, karenanya keluarga dan masyarakat menempatkan penderita di rumah. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita mempunyai perasaan bahwa kedudukannya dalam keluarga kurang penting dibandingkan lainnya. b. Akibat gangguan yang dideritanya beberapa penderita skizofrenia terlihat berbeda dalam penampilan, cara berbicara dan tingkah lakunya, sehingga keluarga dan masyarakat sering mempunyai pendapat bahwa penderita skizofrenia berbeda dengan mereka. c. Anak-anak atau orang dewasa terkadang tidak memperhatikan apa yang dikatakan penderita atau menertawakan kesulitan penderita. Mereka memandang penderita kurang penting dibandingkan masyarakat lain. Universitas Sumatera Utara d. Keluarga dan masyarakat yang menetawarkan penderita skozofrenia karena mereka tidak mengerti penderita skizofrenia dan tidak mengetahui mengenai kecacatan dan penyebabnya.

3. Terapi

a. Terapi Psikofarmaka

1 Clorpromazine Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi hypotensi antikolinergikparasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal distonia akut, akathsia sindrom parkinson. Gangguan endoktrin amenorhe. Metabolic Soundiee. Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung Andrey, 2010. Universitas Sumatera Utara 2 Haloperidol HLP Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung Andrey, 2010. 3 Trihexyphenidil THP Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil THP, glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis Andrey, 2010.

b. Terapi Individu

Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan SP yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang- bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien Universitas Sumatera Utara memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya Purba, dkk. 2008

c. Terapi Kelompok

1 Definisi Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama Stuart Laraia, 2001 dikutip dari Keliat, 2005. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal Yosep, 2008 dikutip dari Keliat, 2005. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang ditujukan kepada kelompok klien dalam melakukan kegiatan untuk menyelesaikan masalah dan mengubah perilaku maladaptifdestruktif menjadi adaptif konstruksi Keliat, 2005. 2 Tujuan dan Fungsi Kelompok Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah Keliat, 2005. 3 Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Universitas Sumatera Utara Stuart Laraia adalah 7-10 orang, menurut Lancester adalah 10-12 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan menurut Beck adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi Keliat, 2005. 4 Lamanya Sesi Menurut Stuart Laraia waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali dua kali per minggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan Keliat, 2005. 5 Jenis-Jenis Terapi Aktivitas Kelompok Terapi aktivitas kelompok dibagi empat jenis, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitifpersepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi aktivitas kelompok orientasi realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi Keliat, 2005. 6 Terapi Aktivitas Kelompok TAK Sosialisasi Terapi aktivitas kelompok TAK sosialisasi TAKS adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial Keliat, 2005. Universitas Sumatera Utara 7 Tujuan TAK Sosialisasi Menurut Keliat 2005, tujuan umum TAK sosialisasi yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah: a. Klien mampu memperkenalkan diri b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan 8 Aktivitas dan Indikasi Aktivitas TAK sosialisasi dilakukan sebanyak tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien terlampir. Klien yang mempunyai indikasi TAK sosialisasi adalah klien dengan gangguan hubungan sosial berikut: a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal. b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus. Universitas Sumatera Utara 9 Sesi-Sesi Dalam Pelaksanaan TAK Sosialisasi Sesi pertama bertujuan agar klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Sesi kedua bertujuan agar klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok. Sesi ketiga bertujuan agar klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok. Sesi keempat bertujuan agar klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok. Sesi kelima bertujuan agar klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. Sesi keenam bertujuan agar klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok. Sesi ketujuh bertujuan agar klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan. B. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian Dokumentasi Asuhan Keperawatan Ruang Rawat : Cempaka Tanggal dirawat : 19 Juni 2011 a IDENTITAS PASIEN Inisial : Ny. S Tanggal pengkajian : 19 Juni 2012 Umur : 38 tahun RM : 02 64 59 b ALASAN MASUK Sering menyendiri, suka marah-marah dan menangis tanpa sebab Universitas Sumatera Utara c FAKTOR PREDISPOSISI Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Provsu Medan kira – kira 6 tahun yang lalu namun pengobatan kurang berhasil karena klien tidak meminum obat secara rutin dan tidak pernah kontrol ulang setelah keluar dari rumah sakit jiwa sehingga klien kembali dibawa ke RSJD Provsu Medan pada tanggal 19 Juni 2011. Klien belum menikah dan tinggal bersama orang tuanya. Masalah keperawatan : Regimen terapeutik tidak efektif. Genogram Keterangan: : Laki-laki : Pasien kelolaan : Perempuan : Tinggal serumah : Bercerai Universitas Sumatera Utara Jelaskan: Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dan sehari-hari pasien dekat dengan ibunya. Pasien tinggal bersama keluarganya. Dirumah pasien adalah seorang yang pendiam dan pembersih. Masalah Keperawatan: Kurang efektifnya koping keluarga: ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa d FISIK 1. Tanda Vital : TD: 11070 mmHg N: 80xi S: 36,8 C RR: 20xi 2. Ukur : TB: 160 cm BB: 50 kg

3. Keluhan Fisik : Ya Tidak

Jelaskan: Kondisi fisik pasien dalam keadaan normal Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah e PSIKOSOSIAL d Konsep Diri a. Gambaran Diri : Pasien malu dengan dirinya karena merasa dirinya jelek. b. Identitas : Pasien merupakan seorang anak terakhir dari 3 bersaudara. c. Peran : Pasien merupakan seorang anak d. Ideal diri : Pasien berharap agar ia cepat sembuh dan dapat segera pulang e. Harga diri : Pasien malu dengan dirinya sendiri √ Universitas Sumatera Utara Masalah Keperawatan: Harga diri rendah e Hubungan Sosial a. Orang yang berarti: Pasien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengannya adalah keluarganya terutama ibunya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompokmasyarakat Pasien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan perkumpulan kelompok. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Pasien takut untuk berinteraksi dengan orang lain karena pasien . Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah f Spiritual a. Nilai dan keyakinan Pasien menganut agama Kristen dan yakin dengan banyak berdoa akan cepat sembuh. b. Kegiatan Ibadah Pasien ikut serta dalam kegiatan kebaktian di Rumah Sakit Jiwa yang dilaksanakan setiap hari rabu. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah f Status Mental 1. Penampilan Pasien berpakaian rapi dan sesuai. Universitas Sumatera Utara Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 2. Pembicaraan Pasien berbicara lambat dan pelan serta mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh perawat, pandangan tidak terarah dan menunduk. Masalah Keperawatan: Harga diri rendah 3. Aktivitas Motorik Pasien tampak lemah dan tidak bersemangat. Ketika berjalan sangat lambat, tetapi pasien sudah mau sedikit bekerja seperti mencuci pakaian. Masalah Keperawatan: Harga diri rendah 4. Alam Perasaan Pasien tampak sedih dan selalu menyendiri di sekitar tempat tidurnya. Masalah Keperawatan: Isolasi sosial 5. Afek Pasien berbicara dengan normal dan kadang-kadang memiliki ekpresi ketika berinteraksi dengan perawat . Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 6. Interaksi selama wawancara Selama wawancara dengan perawat, pasien tampak tidak bersemangat dan kontak mata tidak terarah. Masalah Keperawatan: Isolasi sosial 7. Persepsi Universitas Sumatera Utara Pasien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan ataupun bayangan yang menghantuinya. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 8. Proses Pikir Pasien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 9. Isi Pikir dan Waham Pasien mengatakan bahwa ia mengalami gegar otak sehingga pasien menjadi lemah dan sakit dan merasa sering lemas. Masalah Keperawatan : Waham somatik 10. Tingkat Kesadaran Jelaskan: Pasien sadar penuh dan tidak mengalami disorientasi Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 11. Memori Pasien tidak mengalami gangguan memori dan mampu mengingat semua tentang dirinya. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 12. Tingkat konsentrasi dan Berhitung Pasien mampu berkonsentrasi dan menjawab pertanyaan. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 13. Daya Tilik Diri Pasien menyadari dan menerima penyakit yang sekarang dialaminya dan pasien ingin cepat sembuh Universitas Sumatera Utara Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah g KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG a. Perawatan Diri Pasien mampu melakukan mandi, BABBAK, makan, berpakaian, dan berdandan sendiri. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah b. Nutrisi Pasien merasa puas dengan makanan yang ada di Rumah Sakit dan pasien mendapatkan makanan 3 kali sehari dan makanan tambahan seperti roti dan kue diberikan setiap 2 hari sekali. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah c. Tidur Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur dan istirahat. Pasien tidur pukul 21.00 dan bangun pukul 06.00 saat malam pasien tidur dengan tenang. Pasien mempunyai kebiasaan tidur siang. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah d. Mekanisme Koping Pasien hanya menyendiri di bawah tempat tidur sambil membaca alkitab Masalah Keperawatan: Isolasi sosial h Aspek Medis Diagnosa Medis : Skizoprenia paranoid Terapi Medik : HLP 5 mg 2 x 1 Universitas Sumatera Utara THP 2mg 2 x 1 Chlorpromazine 100mg 1 x 1 i Daftar Masalah Keperawatan • Harga diri rendah • Kurang efektifnya koping individu • Isolasi sosial • Waham somatik • Regimen penatalaksanaan terapi tidak efektif j Daftar Diagnosa Keperawatan • Harga Diri rendah • Isolasi Sosial • Waham Somatik Universitas Sumatera Utara

2. Diagnosa Keperawatan ANALISA DATA

No DATA Masalah 1. DS : Pasien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan teman seruangannya. DO: Pasien tampak tidak bersemangat, dan sering menyendiri. Isolasi Sosial 2. DS: Pasien mengatakan malu terrhadap dirinya karena dirinya jelek. DO: Pasien tampak tidak bersemangat, kontak mata tidak terarah - Harga Diri Rendah 3. DS: pasien mengatakan bahwa pasien pernah geger otak sehingga jadi sakit seperti sekarang dan badannya sering lemas. DO: pasien tampak memegang kepala yang pernah gegar otak dan hanya tiduran di lantai Waham somatik Universitas Sumatera Utara

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial Tujuan Intervensi Tujuan: • Membina hubungan saling percaya • Menyadari penyebab isolasi sosial • Berinteraksi dengan orang lain SP 1 1. Mengidentifikasikan penyebab isolasi sosial 2. Brdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain 4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang 5. Menganjurkan klien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan haarian pasien 2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. Membantu pasien untuk memasukkan kegiatan berbincang-bincang dalam jadwal harian SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah Universitas Sumatera Utara Tujuan Intervensi Tujuan : • Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif • Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan • Pasien dapat memilih kemampuan yang masih dimiliki • Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih • Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dipilih SP 1 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dnegan kemampuan pasien 4. Melatih pasien dengan kemampuan pasien 5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien 6. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari- hari. SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Melatih kemampuan kedua 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari Universitas Sumatera Utara Diagnosa Keperawatan : Waham Somatik Tujuan Intervensi Tujuan : • Pasien dapat berorientasi realita • Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain • Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar SP 1 1. Membantu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki 4. Melatih kemampuan yang dimiliki SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang obat 3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal harian Universitas Sumatera Utara

4. Implementasi Dan Evaluasi

No Tanggal Pukul Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi 1. Kamis, 21 Juni 2012 10. 00 WIB Isolasi Sosial SP 1 1. Mengidentifikasikan penyebab isolasi sosial 2. Brdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain 4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang 5. Menganjurkan klien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian S : Klien mengatakan tidak ingin berbicara dengan orang lain O : bicara lambat dan pelan serta jelas. Kontak mata lama A : klien dapat mengungkapkan perasaanya menarik diri P : melakukan pertemuan selanjutnya mengenai SP 2 pada pukul 10.30 WIB Universitas Sumatera Utara Kamis, 21 Juni 2012 10.00 WIB SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan haarian pasien 2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. Membantu pasien untuk memasukkan kegiatan berbincang-bincang dalam jadwal harian S : klien mengatakan dengan berbicara dengan orang lain akan banyak teman O : klien menjawab dengan singkat A : klien mau berkenalan dengan teman yang lain P : melakukan pertemuan selanjutnya Jumat, 22 Juni 2012 10.30 WIB SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S : klien mengatakan sudah mau berkenalan dengan teman seruangan O : klien menjawab singkat dan sedikit tersenyum A : klien berkenalan dengan perawat yang lain P : melanjutkan intervensi Harga diri rendah SP 1 2 Jum’at, 22 Juni 2012 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah SP 1 : 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan S : - saya sukanya membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju Universitas Sumatera Utara 10.00 WIB pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dnegan kemampuan pasien 4. Melatih pasien dengan kemampuan pasien 5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien 6. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari. O : bicara pelan dan jelas, kontak mata kadang-kadang tidak terarah A : klien mampu mengungkap tentang dirinya kepada perawat P : membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya pukul 10.30 WIB Sabtu, 23 Juni 2012 10.15 WIB SP 2 : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Melatih kemampuan kedua 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari S : klien mengatakan ingin cepat pulang dan melakukan pekerjaan rumah O : suara pelan, dan berbicara jelas A : klien mengerjakan pekerjaannya mencuci baju. P : pertemuan selanjutnya mengenai waham somatik klien pada pukul 10.00 WIB Universitas Sumatera Utara 3. Selasa, 26 Juni 2012 10.30 WIB Waham Somatik SP 1 1. Membantu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan S : klien mengatakan bahwa badannya selalu lemas dan kepalanya sakit karena pernah gegar otak O : klien tampak memegang kepalanya dan tidak bersemangat A : klien mampu mengungkapkan perasaannya P : membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya Rabu, 27 Juni 2012 10.00 WIB SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki 3. Melatih kemampuan yang dimiliki S : klien mengatakan bahwa ia suka membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah O : klien tampak memegang buku alkitab A : klien P : membuatkan kontrak untuk pertemuan selanjutnya Universitas Sumatera Utara Kamis, 28 Juni 2012 10.00 WIB SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang obat 3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal harian S : klien mengatakan minum obat teratur O : klien tampak mengangguk A : klien sudah meminum obat secara teratur dan dibantu perawat dalam minum obat P : intervensi dihentikan Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI Nama Mahasiswa : Dirayati Sharfina, S.Kep Tanggal : 19 Juni 2012 Jam : 10.00 Wib Ruangan : Cempaka Inisial Pasien : Ny. S Status Interaksi : Fase Orientasi Lingkungan : Perawat dan pasien duduk berhadapan, lingkungan tempat berinteraksi tampak tenang, cuaca cerah, jendela terbuka, perawat dan pasien melakukan wawancara di dalam ruangan Cempaka dan tepat di sebelah tempat tidur pasien. Di dalam ruang beberapa pasien ada yang tidur di tempat tidurnya masing-masing dan sebagian lagi menonton TV. Deskripsi Pasien : Pasien tampak rapi, menggunakan baju kaos warna merah dan celana ponggol warna biru tua. Rambut pendek dan kulit tampak bersih. Selama interaksi, pasien terlihat sangat kooperatif tetapi kontak mata seperlunya saja. Tujuan : - Pasien dapat menceritakan apa yang dirasakannya, alasan pasien dibawa ke RSJ. - Pasien dapat mengidentifikasi alasan menarik diri. Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI KOMUNIKASI ANALISA RASIONAL VERBAL NON VERBAL BERPUSAT PADA PASIEN BERPUSAT PADA PERAWAT P : “Selamat Pagi Kak… K : “Selamat pagi Suster P:” Kenalkan, saya Suster Dira, saya mahasiswa S1 Keperawatan USU yang akan dinas di ruangan ini selama 3 minggu dan saya yang akan merawat pasien P : Tersenyum sambil memandang pasien. K : Kontak mata -, tersenyum P : Kontak mata +, mengulurkan tangan, tersenyum, dan memperhatikan keadaan pasien. Pasien diam karena belum pernah melihat perawat sebelumnya di ruangan tersebut. Berharap agar pasien mau menerima kehadiran perawat dan kooperatif dalam interaksi Perawat merasa senang karena pasien mau menjawab salam dan mau menerima kontrak. Mengucapkan salam merupakan awal untuk membina hubungan saling percaya dan dapat melanjutkan intervensi. Untuk menimbulkan rasa percaya bagi pasien terlebih dahulu perawat memperkenalkan diri. Universitas Sumatera Utara disini termasuk kakak. Apa kakak bersedia ngobrol dengan saya? K: “Iya Suster. Tapi Sebentar aj ya??” P: “Ya. Nama kakak siapa? Senangnya dipanggil apa? Umur kakak berapa? K: “Nama saya Susi, senangnya dipanggil Susi, saya berusia 37 tahun.” P : “Kakak kapan masuk ke rumah sakit ini? Siapa yang bawa? Dan kenapa dibawa kesini?” K : Kontak mata seadanya, menganggukkan kepala, menjabat tangan pasien dengan semangat. P : Kontak mata +, memegang tangan pasien K : Kontak mata seadanya, wajah tampak tidak bersemangat dan berbicara pelan dan lambat. P : Kontak mata +, menyentuh tangan Kelihatan tidak bersemangat. Pasien mau memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, dan umur. Pasien menyadari dan mampu menyebutkan Berharap pasien mau memperkenalkan diri. Sikap bersemangat pertanda hubungan saling percaya sudah terbina. Dengan mengetahui nama panggilan seseorang mempermudah komunikasi. Universitas Sumatera Utara K : “Saya dibawa kesini tanggal 19 Juni 2010 oleh abang saya karena saya sakit, dan suka menyendiri. P : “Apakah kakak suka menyendiri? Apa penyebabnya?” K : “ Ya sus, saya lebih senang sendiri karena badan saya lemas jadi saya malas berbicara dengan teman yang lain.” P :“ Kan lebih enak berbicara dengan teman- teman yang lain ? jadi kakak punya pasien, mendengarkan jawaban pasien. K : Terdiam sebentar lalu menjawab pertanyaan perawat. P : Kontak mata +, tersenyum. K: Kepala tertunduk, wajah tampak tidak bersemangat P : Kontak mata +, meyentuh tangan klien. kapan, siapa yang membawa dan alasan pasien dibawa ke RSJ Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan kooperatif Pasien mampu menjelaskan mengenai alasan kenapa ia menarik diri Berharap agar pasien mau menjawab pertanyaan. Berharap pasien menjawab pertanyaan dan mengungkapkan apa yang dirasakan pasien. Berharap pasien menjawab pertanyaan dan mengungkapkan apa yang dirasakan pasien. Menstimulasi pasien terhadap ingatan jangka panjang dan orientasi waktu. Memulai pengkajian awal untuk menetapkan intervensi keperawatan yang akan diberikan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien dibawa ke RSJ Hubungan saling percaya masih harus ditingkatkan dan perawat harus Universitas Sumatera Utara banyak teman. Kalau kakak sendirian jadinya suntuk” K : “Tidak sus… lain kali aja bicara dengan teman yang lain” P : “Kalau begitu besok kita mengobrol lagi sekalian nanti saya ajak kakak berkenalan dengan orang lain. Baiklah saya permisi dulu yah… K : “Iya sus, saya juga mau istirahat dulu. Makasih ya sus…. K : Kontak mata seadanya, tampak menghindar. P: Kontak mata +, memegang bahu klien. K: Kontak mata seadanya, tampak bersemangat. Pasien menguatkan alasannya menarik diri Berharap klien dapat menyetujui kontrak yang dibuat. membuat pasien merasa nyaman saat berinteraksi. Meminta persetujuan pasien untuk mengetahui kesediaan pasien untuk diintervensi Meminta persetujuan dari pasien akan meningkatkan harga diri pasien dan terminasi yang baik akan dapat menjaga hubungan saling percaya tetap atau Universitas Sumatera Utara semakin baik lagi. Kesan: Proses interaksi berlangsung dengan baik dan lancar, klien dapat diajak berkomunikasi secara baik. Hubungan saling percaya sudah terbina Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI Nama Mahasiswa : Dirayati Sharfina, S.Kep Tanggal : 21 Juni 2012 Jam : 10.00 Wib Ruangan : Cempaka Inisial Pasien : Ny. S Status Interaksi : Fase Kerja Lingkungan : Perawat dan pasien duduk berhadapan, lingkungan tempat berinteraksi tampak tenang, cuaca cerah, jendela terbuka, terdapat 24 buah tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 gudang, 2 buah lemari pakaian, 1 buah meja tempat gelas dan tempat air, 2 buah meja untuk tempat berdiskusi antara perawat dan pasien, dan 1 buah meja pegawai ruangan, Televisi sedang dihidupkan, dan pintu ruangan yang terbuka. Interaksi dilakukan di dekat tempat tidur pasien. Deskripsi Pasien : Pasien tampak rapi, menggunakan baju kaos warna cokelat dan celana ponggol warna biru tua. Rambut pendek dan kulit tampak bersih. Selama interaksi, pasien terlihat kooperatif. Tujuan : Mengajarkan pasien untuk berkenalan dengan orang lain Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI KOMUNIKASI ANALISA RASIONAL VERBAL NON VERBAL BERPUSAT PADA PASIEN BERPUSAT PADA PERAWAT P : “Selamat Pagi kak S.. Masih ingat dengan saya kan? Bagaimana kabar kakak hari ini? Gimana tidurnya tadi malam? K : “Selamat pagi juga Suster, saya masih ingat kok. Suster Dira kan..? kabar saya sehat suster dan tadi malam tidurnya nyenyak.” P : “Sesuai janji kita kemarin, saya mau ngajak ngobrol lagi. kakak masih ingat kan topik yang mau kita P : Menghampiri pasien sambil mengulurkan tangan dan tersenyum, kontak mata + K : kontak mata +, tersenyum sambil mengulurkan tangannya. P : Kontak mata +, mendengarkan jawaban pasien, menyentuh . Pasien menjawab pertanyaan perawat dan masih ingat dengan nama perawat. Merasa senang karena disambut dengan hangat. Berharap klien masih ingat dengan topik yang akan didiskusikan. Mengucapkan salam dapat memberikan rasa nyaman dalam memulai proses interaksi Mengevaluasi ingatan pasien mengenai pembicaraan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara diskusikan hari ini?” Sekarang kita diskusi tentang cara berkenalan” K : “Ya Sus…” P:“Contohnya begini, Nama kamu siapa? Senang dipanggil ap?” nah sekarang kak Susi coba berkenalan dengan saya seakan- akan kita belum kenal. K: “Baik Sus.” “Nama kamu siapa? Senang dipanggil apa?” P: “Nah, seperti itu cara berkenalan. Kak Susi hebat.” “Nanti berkenalan dengan teman yang lain ya” tangan pasien. K : Kontak mata +, menjawab pertanyaan perawat P : Memandang pasien sambil tersenyum. K : kontak mata + Berharap perawat mau mengajarkannya. Pasien mampu melakukan cara berkenalan yanga sudah diajarkan perawat Berharap pasien mau mengungkapkan perasaannya dan melakukan yang diajarkan perawat . Melatih pasien cara berkenalan dan berbicara yang baik Pujian yang diberikan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan meningkatkan harga diri. Universitas Sumatera Utara K: :“Ya, Sus.” P: “ Jika Kak Susi punya banyak teman, bisa cerita-cerita hal yang menyenangkan dengan temannya. Kak Susi mau kan?” K: “Ya, sus…..saya akan berbicara dengan teman yang lain” P: “ Benar kak. Jadi kakak gak sendirian. Sekarang bagaimana perasaan kak Susi setelah kita berlatih berkenalan.” K : “Senang Sus.” P: “Iya bagus sekali kak. semoga apa yang suster P :Memandang pasien sambil tersenyum. K : Kontak mata + dan membalas senyuman. P : Kontak mata +, menguatkan pentingnya berinteraksi dan menggali perasaan pasien K : Kontak mata +, menjawab pertanyaan Pasien mampu mempraktekkan tenik yang diajarkan. Pasien tidak mempunyai teman dekat Berharap pasien dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain Berharap pasien dapat menerapkan yang sudah diajarkan perawat Perawat berharap pasien Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain Pujian diberikan pada Universitas Sumatera Utara ajarkan kak Susi dapat mengingat dan menerapkannyaa. Dan kak Susi punya banyak teman. Baiklah hari ini sekian dulu percakapan kita, besok kita akan bercakap-cakap lagi Apakah kak Susi mau?” K:“Mau, Sus…saya senang bisa belajar lebih banyak lagi agar saya cepat sembuh dan pulang kerumah.” P: Bagus..itu kak Susi, kalau begitu sekarang kak Susi dapat beristirahat kembali. Sampai ketemu besok…” P : Kontak mata +, mengacungkan jempol K : Kontak mata + sambil tersenyum P : Kontak +, tersenyum Pasien merasa senang karena banyak hal yang sudah dipelajari untuk kesembuhannya mampu mengingat dan menerapkan hal-hal yang sudah diajarkan klien atas kemampuannya menjawab Melakukan kontrak pada pertemuan selanjutnya Melakukan salam terapeutik Universitas Sumatera Utara K:“Ya, sus…terima kasih” K : Kontak mata +, membalas senyuman perawat Kesan : Proses interaksi berlangsung dengan baik dan lancar, klien dapat diajak berkomunikasi secara baik. Klien mau mempraktekkan semua intervensi yang di suruh perawat. Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI Nama Mahasiswa : Nur Ummi Eka Dharmayanti Tanggal : 28 Juni 2012 Jam : 10.00 Wib Ruangan : Cempaka Inisial Pasien : Ny. S Status Interaksi : Fase Terminasi Lingkungan : Perawat dan pasien duduk berhadapan, lingkungan tempat berinteraksi tampak tenang, cuaca cerah, jendela terbuka, perawat dan pasien melakukan wawancara di dalam ruangan Cempaka. Di dalam ruang sebagian pasien menonton TV dan ad juga yang tidur. Deskripsi Pasien : Pasien tampak rapi, menggunakan baju kaos warna cokelat muda dan celana ponggol warna biru tua. Rambut pendek dan kulit tampak bersih. Selama interaksi, pasien terlihat sangat kooperatif. Tujuan : mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama ini dan mengakhiri pertemuan dengan pasien Universitas Sumatera Utara ANALISA PROSES INTERAKSI KOMUNIKASI ANALISA RASIONAL VERBAL NON VERBAL BERPUSAT PADA PASIEN BERPUSAT PADA PERAWAT P : “Selamat pagi, Kak Susi….”Bagaimana kabarnya hari ini?” K : “Pagi suster…..kabar baik”. P: “ Apakah bang Zul masih ingat perjanjian kita hari ini ? Kita sekarang ingin berbincang tentang apa K : “Suster terakhir ya hari ini disini…?” P : “Ya..benar Kak Susi. Besok saya sudah P : Tersenyum sambil memandang pasien. K : Kontak mata +, tersenyum P : Kontak mata +, mengiring klien duduk di teras depan K : Kontak mata + P : Kontak mata +, berbicara pelan Memberi respon untuk berinteraksi Dapat mengingat kontrak Senang dan berharap interaksi dapat berjalan sesuai rencanakontrak Berharap klien ingat dengan kontrak yang telah disepakati Siap melanjutkan interaksi sesuai dengan tujuan Mengucapkan salam merupakan awal untuk membina hubungan saling percaya dan dapat melanjutkan intervensi. Memberikan kesempatan kepada Universitas Sumatera Utara tidak di sini lagi. Sekarang pertemuan kita yang terakhir. Saya ingin tahu dari Kak Susi dari selama ini kita berbincang- bincang. Kemampuan apa saja yang abang dapatkan?” K : “Saya mengetahui cara berkenalan, melakukan kegiatan agar saya tidak termenung, bercakap-cakap dengan teman di ruangan dan minum obat secara benar dan teratur.” P : “Ya, bagus sekali…..Kak Susi masih ingat apa-apa yang sudah suster K : Kontak mata seadanya wajah tampak sedikit tegang dan berbicara cepat. P : Mendengar dan memperhatikan respon klien P : Mengacungkan jempol, mempertahankan kontak mata dan tersenyum Mencoba berfikir untuk mengingat jawaban pertanyaan perawat Mengevaluasi kemampuan klien klien untuk berfikir dan mengevaluasi kemampuan klien untuk mengingat Universitas Sumatera Utara ajarkan sama abang tetapi apakah Kak Susi mempraktekkan cara- cara yang telah diajarkan secara benar?” K : “Ya, suster…saya telah mencoba terkadang masih sulit sus…saya lebih suka menyendiri”. P : “Kak Susi, selama ini saya sudah merawat kakak lebih kurang satu bulan menurut abang ada manfaatnya untuk abang?” K : “ Ya suster sekarang saya sudah ada bertambah teman, pikiran saya mulai K : Melihat perawat dan tersenyum P : Kontak mata +, tersenyum. K: Kontak mata +. Klien dapat menerima hal- hal tersebut Senang dapat mengungkapkan makna berinteraksi dengan orang lain, manfaat melakukan Meyakinkan klien tentang prosedur yang pernah diajarkan Klien menyadari bahwasanya ini pertemuan terakhir Evaluasi kemampuan klien untuk keberhasilan selama interaksi penerapan asuhan keperawatan Universitas Sumatera Utara tenang dan saya dapat melakukan aktifitas membantu teman dan perawat di sini.” P : “Baiklah…sekarang Kak Susi sudah banyak kemajuan, suster senang melihat perubahan Kak Susi sekarang ini”. Besok suster tidak kemari lagi, hari ini kita bertemu yang terakhir kali di sini ya bang.. K : “Berarti suster Dira sudah selesai bertugasnya? Jadi tidak dinas disini lagi ya? P : “Walaupun suster tidak merawat Kak Susi lagi, P : Kontak mata +, meyentuh tangan klien. K : Kontak mata, bicara lambat tampak sedih P : Kontak mata +, nada pelan dan tersenyum kegiatan Menyadari arti perpisahan Berharap selama pertemuan mendapat tanggapan yang bermakna bagi klien Berharap klien dapat menerima secara realistis Member keyakinan agar klien dapat melaksanakannya setiap hari Mengevaluasi makna interaksi yang dilakukan selama satu bulan Menilai makna berhubungan dapat Universitas Sumatera Utara tetapi Kak Susi harus tetap melakukan apa yang sudah saya ajarkan ya… K : Iya suster…saya akan melakukannya, biar saya cepat sembuh dan pulang ke rumah agar bisa berjumpa kembali bersama keluarga”. P : “Ya.. Kak Susi, semoga abang cepat pulang ya….selamat siang Kak Susi…” K : :Siang suster…terima kasih ya sus…atas pengajarannya selama ini” P : “Ya, sama-sama….” K : Kontak mata +, sambil tersenyum P : Kontak mata, berdiri menjulurkan tangan, salam perpisahan K : Menyalami perawat dan tersenyum Dapat menerima perpisahan dengan realistis Dapat menerima perpisahan Senang klien dapat menerima perpisahan dengan realistis Senang interaksi dapat menambah rasa percaya dan evaluasi diri, menghindari waham Mengungkapkan terminasi dapat memberikan kesadaran bagi klien bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan Perpisahan yang realistis dapat mempertahankan hubungan interpersonal anatara perawat dengan klien Terminasi yang disepakati dapat Universitas Sumatera Utara berlangsung sesuai dengan kontrak mempertahankan hubungan saling percaya. Kesan: Proses interaksi berlangsung dengan baik dan lancar, klien dapat diajak berkomunikasi secara baik. Hubungan saling percaya sudah terbina. Universitas Sumatera Utara

5. Ringkasan Keperawatan Klien Setelah Implementasi

Klien dengan dengan diagnosa keperawatan utamanya isolasi sosial telah dilakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam bentuk pengkajian lengkap, menegakkan diagnosa, membuat intervensi keperawatan dan melakukan implementasi keperawatan dalam bentuk strategi pertemuan SP. Strategi pertemuan yang diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan klien. Pada klien terdapat tiga diagnosa yaitu isolasi sosial, harga diri rendah, dan waham somatik. Tiap-tiap strategi pertemuan diberikan mahasiswa setiap hari dan mengevaluasi strategi pertemuan yang sudah diberikan pada pertemuan berikutnya. Strategi pertemuan dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial untuk klien terdiri dari tiga strategi pertemuan, strategi pertama yaitu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, menjelaskan keuntungan dan kerugian interaksi sosial. Strategi kedua yaitu mengajarkan klien untuk berkenalan dan strategi ketiga melatih klien untuk berkenalan dengan orang lain. Hasil setelah diberikan strategi pertemuan ini, klien sudah mau membuka dirinya untuk berusaha melakukan interaksi dengan teman seruangannya. Strategi pertemuan dengan dignosa keperawatan harga diri rendah untuk klien terdiri dari dua strategi pertemuan. Strategi pertama yaitu mengidentifikasi penyebab harga diri rendah, kemampuan positif yang masih dimiliki. Strategi kedua yaitu melatih klien untuk melakukan kemampuan yang masih dimiliki. Hasil setelah diberikan strategi pertemuan ini, klien ikut serta dalam kegiatan pembersihan ruangan dan klien dapat merapikan tempat tidurnya. Universitas Sumatera Utara Strategi pertemuan dengan diagnosa keperawatan untuk klien terdiri dari tiga strategi pertemuan. Strategi pertemuan pertama mengidentifikasi jenis waham, menyatakan tentang orientasi realita. Strategi kedua yaitu mengidentifikasi kemampuan positif klien dan strategi ketiga yaitu menjelaskan tentang pendidikan kesehatan tentang obat. Hasil dari strategi pertemuan ini klien sudah mengerti tentang obat yang diberikan kepadanya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

9 98 138

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 79 189

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG SUMBODRO Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Isolasi Sosial Menarik Diri Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 1 16

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Isolasi Sosial Menarik Diri Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 1 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG SUMBODRO Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Isolasi Sosial Menarik Diri Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 12

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Gangguan Isolasi Sosial: Menarik Diri Di Ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 2 5

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 83

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 60

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 20