Efektifitas Keberadaan Polisi Pariwisata di Daerah Wisata Provinsi

26

B. Efektifitas Keberadaan Polisi Pariwisata di Daerah Wisata Provinsi

Bali Pembentukan unit polisi pariwisata merupakan upaya kepolisian mengimbangi perkembangan dunia pariwisata. Tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai pelindung, pelayan dan penganyom masyarakat, yang menjadi dasar utama dibentuknya Polisi Pariwisata. Pertama kali dibentuk unit ini di Polda Metro Jaya oleh Kapolri tanggal 18 Desember 1996 di lapangan Dit Lantas Polda Metro Jaya. Saat itu, polisi pariwisata masih dibawah Dir Samapta, namun dalam perjalanannya kini berada di bawah Dir pamobvit. Keamanan dan kenyamanan dalam suatu wilayah adalah hal paling utama dicari oleh para wisatawan, karena dengan kejadian terorisme beberapa tahun yang lalu di Bali, menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi jajaran pengamanan obyek vital. Saat ini sektor pariwisata Bali sudah pulih dan tumbuh pesat, kunjungan wisatawan meningkat dan ekonomi semakin maju, dan tantangan kedepan adalah harus dipelihara dan tingkatkan secara bersama-sama antara Polri dan masyarakat. Data Distribusi Kedatangan Wisatawan ke Bali setiap bulan dari tahun 2008 sampai dengan 2015 mengalami kecendrungan meningkat, demikian berdasarkan Lampiran 1 Penelitian ini 18 . Sementara itu kejadian kejahatan di bidang pariwisata atau terkait dengan wisata masih tetap terjadi yang antara lain telah ditangani oleh Dit pamobvit: 18 http:www.disparda.baliprov.go.ididStatistik2 , The Number Of Foreign Tourists Arrival To Bali By Month 27 Tabel Rekap Jenis KejadianLaporan yang diterima di TAC Bulan Januari sd September Tahun 2015 No Bulan Kehilangan Pencopetan Jambret Pemerasan Penipuan Pembunuhan 1 Januari 67 75 1 2 2 Februari 63 51 2 1 3 Maret 62 33 4 April 69 25 1 5 Mei 43 35 1 6 Juni 47 58 1 7 Juli 52 64 8 Agustus 55 63 27 9 September 32 17 4 1 Jumlah 490 421 37 1 3 Sumber Data: Dit pamobvit Bali Mulai Januari 2015 Dit pamobvit Bali telah melakukan pencatatandata jenis kejadianlaporan yang diterima di TAC, keterangan detail mengenai waktu serta tempat kejadian-kejadian tersebut dilampirkan Lampiran 2 dalam penelitian ini. Sebagian besar kejadianlaporan kejahatan terkait wisatawan yang terjadi di Bali selama bulan Januari sampai dengan September 2015 adalah terjadinya “Kehilangan” sejumlah 490 kejadian, kemudian kejahatan “Pencopetan” sejumlah 421 kejadian. Selanjutnya berdasarkan data laporan yang diterima akan dilanjutkan penanganannya yang dilakukan oleh Satuan Reserse Kriminal Sat Reskrim 28 yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana. Sehingga terlihat batas kewenangan Dit pamobvit adalah sebatas melanjutkan pelaporan sedangkan tindak lanjut apabila terjadi suatu kejahatan ada pada wewenang Reskrim. Reskrim, fungsi ini akan bekerja apabila telah terjadi suatu tindak pidana. Mereka bertugas mengumpulkan barang bukti, yang bertujuan untuk mengungkap kasus yang telah terjadi mulai dari awal sampai akhir. Setelah bukti terkumpul, mereka menangkap tersangka, kemudian bersama-sama alat bukti yang telah terkumpul, diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum. Dalam hal pelayanan terhadap masyarakat Ditpamobvit Polda Bali juga melaksanakan beberapa kegiatan, salah satunya untuk mengantisipasi erupsi Gunung Raung, Ditpamobvit Polda Bali bekerjasama dengan pihak kementrian Pariwisata dan STP Nusa Dua Bali mulai tanggal 1 sampai dengan 30 Agustus 2015 membantu masyarakat dengan membentuk Pos Crisis erupsi Gunung Rau di Bandara Ngurah Rai Bali. Pos yang sebelumnya merupakan Posko Lebaran ini berfungsi untu memberikan informasi kepada masyarakat dengan memberikan informasi tentang aktifitas Gunung Raung terutama kepada masyarakat yang akan melaksanakan penerbangan Domestik. Pos ini terletak diantara Pintu Keberangkatan dan Pintu Kedatangan Domestik. Diharapkan kedepannya Pos ini dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat. 19 19 http:www.touristpolicebali.info , Ditpamobvit siap Melayani di POS CRISIS , diakses 1 Oktober 2015. 29 Dampak dari Bom Bali 1 dan 2 yaitu antara lain adalah; Bali dianggap tidak aman untuk wisatawan, tingkat kunjungan wisatawan menurun drastis, sektor pariwisata kolepgulung tikar, ekonomi goyah, karyawan dirumahkan PHK dan kriminalitas meningkat. Terjadinya bom Bali 1 tanggal 12 Oktober tahun 2002, menimbulkan pertanyaan 2 perwakilan asing tentang hotel yang aman untuk ditempati di wilayah Bali. Sehingga diputuskan untuk melaksanakan Verifikasi Standar Keamanan dan Keselamatan Hotel SKKH tahun 2004-2011 dan pada tahun 2013 dilaksanakan Verifikasi Sistem Manajemen Pengamanan Hotel oleh Ditpamobvit Polda Bali. Program Ditpamobvit Polda Bali ini mendorong hotel untuk menerapkan Sistem Manjemen Pengamanan sesuai peraturan yang ada, mengoptimalkan peran aktif stakeholder pariwisata dalam menjaga keamanan, ketertiban masyarakat, serta program ini untuk mengukur kwalitas keamanan dan keselamatan hotel guna menentukan hotel tersebut layak huni atau tidak. Sehingga akhirnya menumbuhkan trustkepercayaan kepada wisatawan untuk menginap di hotel agar merasa terjamin keamanannya, nyaman dan damai. 20 Dasar hukum Verifikasi Penerapan Sistem Manajemen Pengamanan Usaha Akomodasi Pariwisata Hotel dibali adalah berdasarkan: - UU No 2 Tahun 2002 tentang Polisi Republik Indonesia; - Perkap No 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan ParusahaanInstansi; - Permen Parekraf No.106 tahun 2011 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Hotel; 20 Powerpoint Paparan Rakernis DIT PAMOBVIT 2013 Subdit Wisata. 30 - Standar Keamanan dan Keselamatan Hotel Polda Bali 2004; - Sprin Kapolda Bali No: Sprin277II2013 tanggal 11 Februari 2013 tentang Tim Verifikasi. Sementara itu tujuan verifikasi adalah antara lain: 1 Untuk mengetahui apakah Sistem Manajemen Pengamanan telah dilaksanakan; 2 Untuk menilai apakah sarana-prasarana pengamanan sudah memenuhi standar secara kualitas dan kuantitas; 3 Untuk mengidentifikasi, memetakan resiko keamanan; 4 Untuk menyiapakan audit Sistem Manajemen Pengamanan. Ruang lingkupnya adalah: 1 Verifikasi kesesuaian kecukupan dokumen, peralatan dan persyaratan pengamanan; 2 Supervisi konsistensi penerapan Sistem Manajemen Pengamanan satu kali setahun selama masa sertifikasi. Dan metode verifikasi yang digunakan: 1 Meneliti seluruh dokumen dan memeriksa peralatan, serta wawancara tentang penerapan Sistem Manajemen Pengamanan. 2 Observasi dan penilaian langsung terhadap kegiatan dan peralatan; 3 Pengisian parameter skoringpenilaian. Standar yang digunakan dalam penilaian Sistem Manajemen Pengamanan Hotel adalah: 1 Komitmen - Kebijakan pengamanan 31 - Struktur, tanggungjawab dan wewenang untuk bertindak, - Manual sistem manajemen pengamanan 2 Perencanaan - Pelatihan, kompetensi dan kesadaran keamanan - Komunikasi, konsultasi dan partisipasi - Peninjauan kontrak - Pengendalian dokumen - Pembelian barang dan jasa - Pengendalian operasional dan infrasktruktur - Kesiapan penanangan dan pemulihan keadaan darurat. 3 Penerapan - Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya - Identifikasi segala bentuk potensi gangguan dan pengendaliannya - Tujuan dan sasaran pengamanan 4 Pemantauan dan Pengukuran - Pemantauan potensi gangguan - Pengukuran pencapaian sasaran dan program kerja - Pelaporan - Penanganan masalah - Pengumpulan dan pengendalian catatan dan data keamanan - Audit sistem manajemen pengamanan 5 Evaluasi Kinerja Sistem Manajemen Pengamanan - Evaluasi terhadap penerapan Sistem Manajemen Pengamanan - Hasil evaluasi digunakan untuk perencanaan peningkatan kinerja. 32 Program Sistem Manajemen Pengamanan Ditpamobvit Polda Bali merupakan sebagai percontohan yang baik dan berhasil di tingkat nasional yang diharapkan dapat diterapkan juga oleh di provinsi lainnya. Juga Bali hanya satu-satunya yang memiliki Sistem Pengamanan Manajemen Hotel oleh Ditpamobvit Polda Bali. Demikian disampaikan Dra Indrayati Kepala Sub Direktorat Pariwisata Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Bali, wawancara tanggal 21 Oktober 2015. Sehingga selain melakukan upaya pelayanan terhadap masyarakat, upaya represif terhadap tindak pidana terkait bidang pariwisata, program- program kerja yang dijalankan Ditpamobvit Polda Bali juga menyangkut program preventif seperti verifikasi Penerapan Sistem Manajemen Pengamanan Usaha Akomodasi Pariwisata Hotel dibali. Dra Indrayati Kepala Sub Direktorat Pariwisata Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Bali, menambahkan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban Ditpamobvit Polda Bali, antara lain: 1. Kekurangan Personil, jumlah anggota Ditpamobvit adalah 133 orang termasuk pegawai 4 orang, sementara jumlah tersebut untuk menangani obyek wisata di seluruh Bali. Sekalipuan menurut Peraturan Kapolri nomor 22 Tahun 2010 jumlah demikian sudah cukup, tetapi pada kenyataan dilapangan masih dirasakan kendala kekurangan personil tersebut. 2. Kurangnya peningkatan Sumber Daya Manusia dalam hal pelatihan bahasa asing, karena Pan Ovit terkait dengan wisatawan tidak hanya dari domestik 33 tetapi juga dari wisatawan asing sehingga kemampuan berkomunikasi dengan berbagai bahasa diperlukan. Sementara dana yang disediakan untuk pelatihan bahaasa asing tersebut sangat terbatas hanya bersumber dari Ditpamobvit sendiri. 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN