PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)

(1)

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA

( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)

Oleh

ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA

( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA

( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)

Diajukan Oleh:

ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Wahyu Manuhara P., S.E., M.Si., Ak., CA Tanggal: 3 Desember 2016 NIK: 1971 04 26 1999 04 143 069


(4)

iii

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO THE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIA AND MALAYSIA

( Empirical Study at Plantation Companies listed in Indonesia and Malaysia Stock Exchange 2013-2015)

Diajukan Oleh:

ANDI MUHAMMAD ABTHAL ZULWAQAR 20130420507

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Tanggal 17 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Harjanti Widiastuti, S.E., M.Sc., Ak., CA Ketua Tim Penguji

Wahyu Manuhara P., S.E., M.Si., Ak., CA Andan Yunianto, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. NIK: 19660604199202 143 016


(5)

iv Nomor Mahasiswa : 20130420507

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH MEKANISME

CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL

DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 3 Desember 2016


(6)

v

“KERJA KERAS, KERJA CERDAS, KERJA IKHLAS”

A l l a h t i d a k m e m b e b a n i s e s e or a n g m e l a i n k a n s e s u a i d en gan

kes an ggu pan n y a ( Q S A l -B aqar ah : 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, m a k a

a p a b i l a k a m u t e l a h s e l e s a i ( d a ri s u a t u u r u s a n ) k e r j a k a n d e n g a n

s e s u n g g u h n y a ( u r u s a n ) y a n g l a i n d a n h a n y a k e p a d a T u h a n m u l a h h e n d a k n y a k a m u ber h ar ap (QS A l -I n s yi r a h : 68)


(7)

vi

tak ada hentinya mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikannya :  Sujud syukur kepada Allah SWT, dengan kebesarannya berupa limpahan

rahmat, anugerah, karunia, dan hidayahnya sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan.

 Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada para kaumNya.

 Sebagai tanda cinta, hormat dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan karya ini teruntuk sosok hebat yang penuh pengorbanan yaitu kedua orangtua saya bapak Ir. Andi Wahyuddin dan ibu Andi Arni Said S.Pd kedua sosok yang menurut saya adalah karunia terindah yang diberikan oleh allah dan sampai kapanpun rasa hormat saya tidak akan ada hentinya kepada beliau. Sedari lahir, dari beliau saya banyak belajar memaknai hidup secara luas, mencintai dan menghargai satu sama lain, berkorban untuk banyak hal utamanya keluarga, sebuah perjuangan tiada henti yang menjadi landasan hidup bagi saya untuk mengamalkan yang baik di dalam kehidupan saya sehari-hari. Sekali lagi, terimakasih banyak Ayah dan Ibu tercinta.

 Teruntuk adik saya, Andi Nurul Istiqlal Pertiwi yang senantiasa memberikan support dan doa untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

 Kepada Bapak Wahyu Manuhara P. S.E., M.Si., Ak., CA terima kasih banyak atas bimbingan, nasehat, kesabaran, ilmu yang Bapak berikan kepada saya hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan yang berarti walaupun harus mondar mandir Jogja-Malang. Terimakasih atas pengetahuan yang telah Bapak berikan yang sangat bermanfaat bagi saya.

 Kepada Bapak Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak. CA Terimakasih banyak telah diberikan kesempatan emas untuk bergabung dengan keluarga besar lab akuntansi, banyak pembelajaran dalam tahap berproses seperti ini.


(8)

vii

 Terimakasih kepada sahabat SD 2 Unggulan Kab. Wajo, akhirnya beberapa dari kita bisa lulus bareng walaupun beda kampus.

 Terimakasih kepada keluarga 87 Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta,

jangan sampai mati gaya karena kita anti mati gaya.

 Keluarga besar asisten akuntansi  prodi (Mbak Hana, Atika, Haikal, Mita, Afika, dan Faqih), dan khususnya Asisten lab + praktikum periode 2016/2017 (Adli, Ratna, Rara, Mahardhika, Ulfa, Ekta, Mbak Nanda, Mbak Rahadien, Shabrina, Afiqa, Yasyfi, dan Aziz), Terimakasih atas sharing ilmunya, suka duka nya hadapi mahasiswa (i) yang beragam. Buat kalian yang tetap setia berdedikasi, jujur membagi waktu itu tidak mudah, dan kalian bisa melewati semua dengan pundak yang tetap kokoh.

 Keluarga besar Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY, selama 3 periode sukses memberikan gambaran luas seperti apa mahasiswa seharusnya, menikmati organisasi dengan cara yang tepat. Sukses buat kita semua!

 Team PKM “Gesang Sukses” (Ilya, Rima, Wulan dan Pakde Azhar) kalian

adalah tim yang luar biasa, terimakasih telah menjadi teman seperjuangan dalam mencari pengalaman sosialisasi yang hebat. Walaupun kita gagal, tapi pelajaran yang kita peroleh sangat berharga.

 Sahabat “HOME” : Miss Kiki, Anes, Fifi, Rima, Ilya, Arvia, Arum, Dessy,

Andre, Tyo, Haikal, Ditya, Dimas, Adit, Faqih. terimakasih telah membantu, dan menyemangati. Semoga kedepan bisa menjemput mimpi masing-masing ya gengs!

 Terimakasih kepada teman-teman dan sahabat Akuntansi 2013 UMY dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Para pejuang hebat dalam menempuh perkuliahan sehingga semua dapat dilalui dengan menyenangkan.


(9)

viii

berbagai limpahan rahmat, karunia, hidayah, dan kesempatannya, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian program studi ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekononmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Nano Pratolo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Bapak Wahyu Manuhara P. S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua atas segala kasih kasih sayang, perhatian, pengorbanan yang luar biasa hebat sehingga saya mendapatkan dorongan besar di dalam penulisan skripsi ini.


(10)

ix

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, akan mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 3 Desember 2016


(11)

x

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia periode 2013-2015. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, diperoleh 30 perusahan perkebunan Indonesia dan 75 perusahaan perkebunan Malaysia. Pengujian yang dilakukan antara lain: statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, F test, regresi berganda, , t test, dan chow test. Hasil penelitian: 1) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh, 2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh, 3) latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 4) jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 5) terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 6) terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate governance terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.

Kata kunci: Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, corporate governace, environmental disclosure.


(12)

xi

Indonesia Stock Exchange and Malaysia Stock Exchange period 2013-2015. The variable examined in this research consisted size of board of commissioner, the proportion of independent board,the educational background of commissioner president and the number of board meetings. This study using purposive sampling method, obtained 30 plantation companies in Indonesia and 75 plantation companies in Malaysia. Tests performed include: descriptive statistics, classical assumptions, coefficient of determination, F test, regression, t test, and chow test. Results of the study: 1) size of board of commissioner positively affect onto the environmental disclosure disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 2) the proportion of independent board negatively affect to the environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 3) the educational background of commissioner president and the number of board meetings are not affects to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia, 4) there are differences the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia, 5) there are differences effect of corporate governance mechanisms to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia.

Keywords: size of board of commissioner, the proportion of independent board, the educational background of commissioner president, the number of board meetings, corporate governance, environmental disclosure.


(13)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

B. Penurunan Hipotesis ... 19

C. Model Penelitian ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Subyek Penelitian ... 29

B. Jenis Data ... 29


(14)

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41

B. Uji Kualitas dan Instrumen Data ... 42

C. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 47

D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 53

E. Pembahasan (Intrepretasi) ... 63

F. Pembahasan Keseluruhan... 71

BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 76

1. Simpulan ... 76

2. Saran ... 77

3. Keterbatasan ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

TABEL 4.3 STATISTIK DESKRIPTIF DI INONESIA ... 43

TABEL 4.4 STATISTIK DESKRIPTIF DI MALAYSIA ... 45

TABEL 4.5 HASIL UJI NORMALITAS DI INDONESIA ... 48

TABEL 4.6 HASIL UJI NORMALITAS DI MALAYSIA ... 48

TABEL 4.7 HASIL UJI AUTOKORELASI DI INDONESIA ... 49

TABEL 4.8 HASIL UJI AUTOKORELASI DI MALAYSIA ... 50

TABEL 4.9 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS DI INDONESIA ... 50

TABEL 4.10 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS DI MALAYSIA ... 51

TABEL 4.11 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS DI INDONESIA .... 52

TABEL 4.12 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS DI MALAYSIA ... 53

TABEL 4.13 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED DI INDONESIA .. 54

TABEL 4.14 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED DI MALAYSIA ... 54

TABEL 4.15 HASIL UJI NILAI F DI INDONESIA... 55

TABEL 4.16 HASIL UJI NILAI F DI MALAYSIA ... 56

TABEL 4.17 HASIL UJI PARSIAL (t test) DI INDONESIA ... 57

TABEL 4.18 HASIL UJI PARSIAL (t test) DI MALAYSIA ... 59

TABEL 4.19 HASIL UJI BEDA t ... 61


(16)

xv


(17)

xvi Lampiran 2. Daftar perusahaan Indonesia

Lampiran 3. Hasil sampling perusahaan Malaysia

Lampiran 4. Hasil sampling perusahaan Indonesia

Lampiran 5. Daftar checklist PwC negara Indonesia dan Malaysia


(18)

(19)

x

Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, diperoleh 30 perusahan perkebunan Indonesia dan 75 perusahaan perkebunan Malaysia. Pengujian yang dilakukan antara lain: statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, F test, regresi berganda, , t test, dan chow test. Hasil penelitian: 1) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh, 2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap environmental disclosure di Indonesia, sedangkan di Malaysia tidak berpengaruh, 3) latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 4) jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 5) terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia, 6) terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate governance terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.

Kata kunci: Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, corporate governace, environmental disclosure.


(20)

xi

variable examined in this research consisted size of board of commissioner, the proportion of independent board,the educational background of commissioner president and the number of board meetings. This study using purposive sampling method, obtained 30 plantation companies in Indonesia and 75 plantation companies in Malaysia. Tests performed include: descriptive statistics, classical assumptions, coefficient of determination, F test, regression, t test, and chow test. Results of the study: 1) size of board of commissioner positively affect onto the environmental disclosure disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 2) the proportion of independent board negatively affect to the environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia has no effect, 3) the educational background of commissioner president and the number of board meetings are not affects to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia, 4) there are differences the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia, 5) there are differences effect of corporate governance mechanisms to the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia.

Keywords: size of board of commissioner, the proportion of independent board, the educational background of commissioner president, the number of board meetings, corporate governance, environmental disclosure.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lingkungan merupakan hal penting untuk dibahas yang erat kaitannya dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan aturan UU no.40 tahun 2007 terkait dengan perseroan terbatas pasal 66 ayat 2 bagian c tertulis bahwa selain laporan keuangan, dalam laporan tahunan perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan didalam pasal 74 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di berbagai bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam maka wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pembahasan lingkungan juga dibahas dalam QS. Al-A’raf 56 :

Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS: Al-A'raf Ayat: 56).


(22)

Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di permukaan bumi, kerusakan itu mencakup kerusakan terhadap akal, akidah, tata kesopanan, pribadi, maupun sosial. Sarana kehidupan dan hal lain yang bermanfaat untuk umum, seperti lahan - lahan pertanian, perindustrian, perdagangan, dan sarana kerjasama untuk sesama manusia.

Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi, fungsi utamanya adalah untuk memaksimalkan laba dengan melakukan berbagai macam cara termasuk eksploitasi sumber daya alam yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Sehingga aspek lingkungan harus dipertimbangkan untuk menghindari terjadinya kerugian yang berdampak langsung bagi manusia (Anggraini, 2006). Padahal keberhasilan suatu perusahaan tidak diukur dari seberapa banyak laba yang dihasilkan dari proses operasi perusahaan. Namun lebih daripada itu, harus mempertanggungjawabkan segala kegiatan perusahaan yang berdampak terhadap lingkungan.

Pemerintah memberikan perhatian kepada perusahaan terkait dengan aktivitas dan pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan, hal ini dikarenakan perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda yang biasanya meliputi kredibilitas, reputasi, dan nilai tambah perusahaan kepada para stakeholder sehingga memberikan dorongan besar bagi perusahaan untuk memilih mengungkapkan tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan dalam suatu annual report (Suhardjanto, 2009). Pelaporan lingkungan yang berkelanjutan menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan mengelola


(23)

pengaruhnya terhadap lingkungan, termasuk penyediaan program pengelolaan lingkungan. insiden lingkungan, seperti praktik pelaporan yang baik, meliputi kinerja perusahaan di daerah ini selama kedua pelaporan dan tahun-tahun sebelumnya (Bursa Malaysia, 2011).

Menurut Suratno et al (2006) dalam Efendi et al (2012), Environmental Disclosure adalah suatu bentuk upaya pengungkapan informasi yang mempunyai keterkaitan dengan lingkungan pada laporan tahunan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Environmental Disclosure adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan, berasal dari dampak kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungan alam. Brown and Deegan (1998) mengungkapkan bahwa Environmental Disclosure sangat penting agar perusahaan mendapat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat, karena telah memenuhi tanggungjawab sosial dan lingkungannya pada saat menjalankan aktivitas operasinya yang dipantau oleh masyarakat.

Pengungkapan tentang informasi lingkungan mencakup aspek lingkungan yang berasal dari proses produksi seperti pengendalian terhadap polusi pada saat menjalankan aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan, pencegahan dan perbaikan yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses sumber daya alam. Pengungkapan informasi tentang lingkungan dapat berupa keterangan, data-data, atau informasi lain yang bersifat terbuka untuk dapat diketahui oleh masyarakat (UU RI Nomor


(24)

23 Tahun 1997 Pasal 5 ayat 2 tentang lingkungan hidup). Selain beberapa peraturan yang telah disebutkan, terdapat peraturan lain yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility salah satunya peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (sebagai pengganti Bapepam LK) No.X.K.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

Perusahaan pada bidang perkebunan mempunyai keterikatan yang cukup erat dalam upaya menghadapi permasalahan sosial utamanya pada masalah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bidang perkebunan kegiatan utama yang dilakukan yaitu mengolah bahan baku (mentah) sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dirasakan secara langsung. Amran et al (2013) menekankan bahwa sebagian besar perusahaan Malaysia menggunakan laporan tahunan untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan isu-isu lingkungan mereka. Temuan ini menunjukkan peningkatan jumlah halaman yang dialokasikan untuk pengungkapan lingkungan. Sektor terbesar terlibat dalam pelaporan lingkungan adalah sektor produk industri, diikuti oleh perkebunan, produk konsumen, perdagangan atau jasa, konstruksi, infrastruktur, properti, dan sektor keuangan.

Sebagai dampak dari akitvitas perusahaan di sektor tersebut, berbagai macam bencana yang terjadi di Indonesia yang merupakan kelalaian manusia seperti kebakaran hutan, banjir bandang, dan tanah longsor merupakan bentuk


(25)

degradasi lingkungan hidup sebagai akibat kurangnya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis (Ja’far, 2006).

Termasuk Malaysia, yang dilaporkan tingkat pencemaran lingkungan mencapai 73% yang disebabkan oleh penebangan hutan secara liar, sungai yang tercemar, tidak adanya daur ulang yang memadai, dan jumlah limbah yang semakin meningkat menyebabkan keresahan di lingkungan masyarakat sebagai dampak dari aktivitas industri yang dilakukan (Economic Planning Unit, 2001).

Namun dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Malaysia telah memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian lingkungan untuk mengurangi biaya dengan pengelolaan limbah dari pencemaran lingkungan. Insentif pajak yang diperkenalkan oleh pemerintah Malaysia mendorong perusahaan- perusahaan untuk menjadi lebih ramah lingkungan dengan berinvestasi dalam sistem energi dan energi generasi yang efisien menggunakan sumber energi terbarukan (Green Tek Malaysia, 2015). Buniamin (2010) menegaskan bahwa rata-rata kalimat lingkungan diungkapkan dalam laporan tahunan untuk tahun 2005 adalah 4,70 kalimat, sedangkan rata-rata kualitas informasi lingkungan yang dilaporkan oleh perusahaan adalah sebesar 3,24%.


(26)

Peningkatan kesadaran di antara perusahaan-perusahaan Malaysia dalam isu-isu lingkungan telah menyebabkan intensifikasi di tingkat pengungkapan lingkungan dan tuntutan stakeholder untuk informasi lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, pelaporan lingkungan kini dianggap salah satu isu strategis dalam strategi bisnis untuk mendapatkan keuntungan kompetitif (Klassen dan McLaughlin, 1996).

Penelitian mengenai lingkungan di Indonesia sudah cukup banyak dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan Permatasari (2009), yang mana hasil penelitian yakni proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, serta latar belakang budaya presiden komisaris mempunyai pengaruh terhadap Environmental Disclosure, sedangkan latar belakang pendidikan, tipe industri, proporsi komite audit independen, jumlah rapat komite audit, dan jumlah rapat dewan komisaris terbukti tidak mempunyai pengaruh terhadap Environmental Disclosure. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marem (2015), menunjukkan hasil bahwa ukuran dewan komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak dapat dibuktikan berpengaruh terhadap Environmental Disclosure, sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap Environmental Disclosure. Penelitian Sulistyowati (2012), menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap


(27)

Environmental Disclosure, sedangkan ukuran dewan komisaris dan ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap Environmental Disclosure.

Penelitian di Malaysia yang berkaitan dengan pengungkapan lingkungan diantaranya diteliti oleh Haji (2013), yang menyelidiki atribut tata kelola perusahaan dengan berfokus pada perusahaan syariah. Menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran dewan dengan Environmental Disclosure. Barako, Hancock & Izan (2006) dan Haniffa & Cooke (2005) menyatakan bahwa Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Environmental Disclosure. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Xie, Davidson, & DaDalt (2003), menyatakan bahwa jumlah rapat dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap Environmental Disclosure.

Berdasar dari penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk mengkonfirmasi kembali “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Environmental Disclosure (Studi Empiris pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia pada tahun 2013-2015).

Penelitian ini mereplikasi penelitian Effendi et al (2009) dengan perbedaan diantaranya : Pertama, Fokus penelitian pada perusahaan perkebunan karena perusahaan tersebut sangat erat hubungannya dengan lingkungan dan tidak terlepas tanggungjawabnya dari pencemaran maupun


(28)

kerusakan lingkungan, penelitian sebelumnya pada perusahaan manufaktur. Kedua, periode waktu yang digunakan yaitu tahun 2013-2015, penelitian sebelumnya tahun 2009-2011. Ketiga, dengan membandingkan 2 negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan latar belakang pendidikan presiden komisaris sebagai variabel independen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian yaitu :

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?

2. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?

3. Apakah latar belakang pendidikan presiden komisaris berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?

4. Apakah jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia ?

5. Apakah terdapat perbedaan tingkat Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia?

6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris,


(29)

jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditunjukkan tujuan dari penelitian, yaitu :

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia. 2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris proporsi dewan komisaris

independen terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia. 3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh latar belakang

pendidikan presiden komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

5. Untuk menguji perbedaan tingkat Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

6. Untuk menguji perbedaan pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia


(30)

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang teoritis dan praktisi.

a. Manfaat teoritis

Diharapkan mampu menambah wawasan atau pengetahuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Environmental Disclosure pada perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia dan Malaysia. Pembahasannya khusus terkait pengaruh Corporate Governance. Selain itu, diharapkan mampu menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya yang erat kaitannya dengan Environmental Disclosure.

b. Manfaat praktisi

1) Bagi masyarakat, diharapkan akan menjadi pengawas atau pengontrol terhadap aktivitas perusahaan khususnya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup kedepannya.

2) Bagi perusahaan, dengan adanya tanggung jawab sosial kepada masyarakat, maka perusahaan akan mendapat perhatian, kepercayaan, dan dukungan dari masyarakat.

3) Bagi akademisi, diharapkan bisa memberi kontribusi dalam bidang akuntansi keuangan dan hal lain yang menyangkut tentang lingkungan.

4) Bagi pemerintah, diharapkan dapat bekerjasama dengan baik bersama perusahaan dalam menjalankan operasi sehingga masyarakat tidak mengalami kerugian dalam hal pencemaran lingkungan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan adalah sekumpulan kontrak antara principal dan agency. Yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapat hubungan antara pemilik sumber daya ekonomis (pegendalian) dan manajer (penggunaan). Dalam teori keagenan, pemilik perusahaan hanya tertarik pada aspek finansial semata dalam hal keuangan maupun investasi bagi perusahaan yang semakin meningkat. Sedangkan agen lebih pada suatu asumsi yang bersangkutan dengan kepuasan, termasuk didalamnya kompensasi keuangan dan berbagai macam syarat lain di dalam hubungan tersebut. Hal ini yang kemudian menimbulkan konflik kepentingan karena masing-masing pihak hanya berusaha mengikuti keinginan untuk meraih keuntungan pribadi.

Dengan demikian, prinsipal berharap adanya return yang cepat atas suatu investasi. Berdasarkan hal tersebut, penilaian prestasi seorang manajer hanya diukur dari seberapa besar kemampuannya dalam meningkatkan laba perusahaan yang nantinya akan dialokasikan.


(32)

Adanya tuntutan yang semakin tinggi tentu berbanding lurus dengan insentif yang diterima, manajer kemudian akan memainkan kondisi perusahaan agar target yang diharapkan dapat dicapai dengan kurangnya pengawasan terhadap kinerja manajer.

2. Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan seorang individu, kelompok manusia, maupun masyarakat secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan masing-masing terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan yang kuat terhadap perusahaan (Budimanta dkk, 2008). Konsep yang mendasari mengenai siapa saja yang termasuk dalam stakeholder perusahaan sekarang ini telah berkembang mengikuti perubahan lingkungan bisnis dan kompleksnya aktivitas bisnis perusahaan.

Stakeholder theory menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat andil dalam mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Para stakeholder dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan tidak dapat memainkan peran secara langsung dalam suatu perusahaan (Deegan, 2004). Hal ini disebabkan stakeholder dianggap dapat mempengaruhi tapi juga dapat dipengaruhi perusahaan.


(33)

3. Teori Legitimasi

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi memberikan keyakinan dalam pelaksanaan kegiatannya, terdapat batasan dan norma terhadap masyarakat secara berkelanjutan di tempat dimana organisasi berada. Perubahan norma pada masyarakat seiring berjalannya waktu tentu memberikan dampak bagi perusahaan yang harus terus mengikuti perkembangan dari norma masyarakat. Proses legitimasi erat kaitannya dengan suatu kontrak sosial yang dibuat oleh perusahaan dengan melibatkan berbagai pihak dalam kemasyarakatan (Harsanti, 2011). Dowling dan Preffer (1975, dalam Chariri dan Ghozali, 2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi mempunyai manfaat yang besar dalam hal menganalisis suatu pola pikir dan perilaku organisasi. Mereka mengatakan (p.131): “legitimasi merupakan suatu hal yang penting bagi organisasi, terdapat batasan yang ditekankan oleh norma-norma maupun nilai-nilai sosial, serta reaksi terhadap batasan tersebut sehingga mendorong arti pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”.

Teori legitimasi menjelaskan bahwa untuk mendapatkan legitimasi yang kuat dari masyarakat perlu dilakukan pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan sehingga nantinya akan memberikan kepercayaan dan keyakinan bagi masyarakat dalam upaya menghindari hal-hal yang tidak diinginkan serta dengan adanya dukungan masyarakat akan semakin meningkatkan nilai perusahaan kedepannya (Harsanti, 2011).


(34)

4. Mekanisme Corporate Governance

Corporate governance bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders). Corporate governance digunakan untuk memberikan penjelasan terkait peranan dan perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris dan para pemegang saham. Corporate governance mempunyai tiga komite yaitu Komite Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi.

Terdapat definisi yang lebih luas tentang corporate governance menurut Cadbury Committee dalam Forum Corporate Governance Indonesia adalah: “Adanya suatu sistem yang mengelola dan mengendalikan perusahaan, lebih luasnya terdapat peraturan yang mengatur hubungan pengelola perusahaan, pemberi dana pinjaman, pemerintah, karyawan pekerja, pihak pemegang saham, dan pemegang kepentingan baik yang berada didalam maupun diluar perusahaan yang mempunyai hak dan kewajiban.” Corporate governance merupakan suatu konsep yang pada dasarnya berkaitan dengan teori keagenan, yang memberikan kepercayaan pada investor bahwa agen melakukan pekerjaan dalam upaya memenuhi kepentingan mereka (Restuningdiah, 2010).

Tata kelola perusahaan yang baik menurut Menteri Keuangan adalah organ perusahaan berhak memilih struktur dan menerapkan proses yang dikehendaki dalam upaya mengejar sasaran usaha yang ingin dicapai dan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi para stakeholder. Hal tersebut sebagai bentuk untuk memberikan keyakinan bagi masyarakat dan


(35)

dunia sebagai suatu syarat mutlak bagi perindustrian untuk maju sehingga diharapkan mampu mewujudkan tercapainya stakeholder value (Restuningdiah, 2010). Gagasan utama tata kelola perusahaan yang baik adalah mampu mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan yang tidak hanya peduli terhadap aspek sosial namun juga terhadap aspek lingkungan. Asas Corporate Governance diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha dengan memperhatikan stakeholder yaitu (KNKG, 2006):

a) Transparansi

Penyediaan informasi yang memadai (material) akan menentukan objektivitas perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Selain itu, dibutuhkan informasi yang relevan yang diharapkan stakeholder dapat memahami dengan mudah segala bentuk informasi yang disampaikan oleh pihak bersangkutan.

b) Akuntabilitas

Pelaksanaan kegiatan perusahaan hendaknya dilanjutkan dengan proses tanggungjawab terkait kinerja perusahaan, sehingga disebut sebagai suatu proses yang mempunyai kesinambungan antara proses dan hasil. Termasuk apakah didalam pelaksanaan kegiatannya telah dilakukan dengan cara yang tepat, terukur, serta sesuai dengan kepentingan para stakeholders.


(36)

c) Bertanggung jawab

Mematuhi aturan perundangan merupakan hal yang mutlak dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan karena hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab sosial kepada masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya yang berada di sekitar perusahaan.Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang memadai dan pengelolaan yang sistematis terhadap lingkungan.

d) Independen

Dalam melaksanakan asas Good Corporate Governance, pengelolaan perusahaan harus dilakukan dengan cara yang independen, artinya pengelolaan dilakukan tanpa adanya campur tangan dari pihak yang berkepentingan sehingga hal ini dapat mengurangi terjadinya dominasi pihak tertentu yang ingin memuluskan kepentingannya di dalam perusahaan.

e) Kewajaran dan Kesetaraan

Penting untuk memberikan penilaian terkait dengan kewajaran dan kesetaraan yang dilakukan oleh perusahaan.

Terdapat lima partisipan corporate governance yaitu dewan direksi, Chief Executive Officer (CEO), dewan komisaris, auditor, dan stakeholders. Dewan direksi merupakan organ yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan dengan mencapai tujuan perusahaan.


(37)

Tugas utama CEO adalah menjalankan perusahaan dengan sebaik mungkin untuk mengamankan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Lins dan Warnock (2004) secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme Corporate Governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

5. Environmental Disclosure

Akuntansi mempunyai peranan penting yang berfungsi untuk mengendalikan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Manajemen tidak hanya mempunyai tanggung jawab pengelolaan perusahaan ke investor maupun kreditor, akan tetapi juga memperhatikan dampak atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Environmental Disclosure yaitu suatu bentuk pengungkapan informasi pada laporan tahunan suatu perusahaan yang mempunyai keterikatan dengan lingkungan sekitar (Suratno dkk, 2006). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhegal dan Ahmed (1990), sistem laporan tentang lingkungan terdiri atas pengendalian akan polusi udara, pencegahan


(38)

terjadinya kerusakan pada lingkungan, adanya bentuk konservasi terhadap alam, dan bentuk lain yang mempunyai hubungan langsung terhadap lingkungan.

Ragam konflik kepentingan seperti adanya serikat pekerja, kelompok religious, dan kelompok lainnya, yang terjadi pada perusahaan dapat dikurangi dengan adanya pengungkapan terhadap lingkungan (Guthrie dan Parker, 1990). Pengungkapan lingkungan adalah wujud adanya tanggung jawab social dan lingkungan oleh perusahaan (Hadi, 2006). Dengan adanya environmental disclosure, aktivitas yang telah dikerjakan oleh perusahaan akan dipantau secara berkala oleh para stakeholder sebagai bentuk pertanggung jawaban lingkungan, dengan begitu masyarakat akan seutuhnya memberikan dukungan, rasa percaya, serta banyaknya perhatian secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan sehingga perusahaan mampu berkembang menjadi lebih maju (Parson, 1996).

Pedoman pengungkapan lingkungan dapat melalui Global Reporting Initiatives atau yang biasa dikenal dengan sebutan GRI. GRI memberikan rekomendasi aspek apa saja yang berkaitan dengan lingkungan harus diungkapkan pada suatu annual report. Terdapat 34 item mendapatkan rekomendasi dari GRI yang mana terdiri atas 9 aspek utama. Adapun 9 aspek utama itu meliputi: energi, emisi dan limbah, material, air, seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk tetap


(39)

memberikan kelestarian lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, transportasi, produk dan jasa, serta ketaatan pada peraturan.

Kontrak social merupakan hal yang menjadi pemantik pentingnya adanya pengungkapan terhadap lingkungan atau biasa dikenal environmental disclosure. Belkaoui dan Karprik (1989), Yang mana kontrak social tersebut biasanya meliputi kontrak perusahaan dengan para stakeholder, hal ini biasa dipengaruhi oleh interaksi antara perusahaan dengan lingkungan baik sifatnya secara eksplisit maupun dengan cara implisit sehingga memberikan konsekuensi logis yang mana perusahaan tidak hanyak mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan para pemilik saham, tetapi juga adanya tanggung jawab social dan lingkungan.

B. Penurunan Hipotesis

1. Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dengan Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia

Menurut Pitasari (2014) Idealnya, dewan komisaris mempunyai peranan penting dalam Corporate Governance, hal ini tidak terlepas dari tugas utama dewan komisaris yaitu menjalankan fungsi pengawasan dan mengevaluasi setiap kebijakan dewan direksi baik dalam proses pembuatan maupun pelaksanaan terhadap suatu kebijakan yang akan/telah dikeluarkan.

Selain itu, ukuran dewan komisaris yang lebih besar dapat menutup kelemahan asimetri informasi karena dengan memiliki


(40)

banyak anggota dewan komisaris maka semakin banyak pula ide, pengalaman, dan adanya interaksi antar dewan komisaris yang mendukung proses pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Pengawasan tersebut berfungsi agar di dalam melakukan kegiatan bisnisnya perusahaan tetap transparan sehingga mendapat respon yang positif dari para stakeholder nya (Sanjaya,2013). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukankan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya (Sembiring, 2005).

Pada penelitian lainnya, Effendi et al (2012) menyatakan bahwa seberapa banyaknya jumlah dewan komisaris perusahaan tidak akan seluruhnya akan memberikan perhatian terhadap pengungkapan lingkungan, sehingga dewan komisaris tidak ada urusan atau kepentingan terkait dengan pengungkapan lingkungan.

Penelitian – penelitian dibawah ini menunjukkan adanya hubungan antara ukuran dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure. Penelitian yang dilakukan oleh Frendy et al (2011) dan Sun et al (2010), memperoleh terdapat pengaruh signifikan antara ukuran dewan komisaris dengan Environmental Disclosure. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi et al (2012), dengan hasil terdapat pengaruh


(41)

negatif antara ukuran dewan komisaris dengan environmental disclosure.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga hipotesis dapat dikembangkan :

H1a: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Indonesia

H1b: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Malaysia

2. Hubungan antara proporsi dewan komisaris Independen dengan Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia

Dewan komisaris independen dalam perusahaan mempunyai peranan yang signifikan terkait fungsi controlling (Pound, 1995). Sebagai upaya peningkatan pengungkapan informasi sukarela pada laporan tahunan perusahaan, dibutuhkan pengawasan yang berhubungan langsung dengan perilaku manajemen, dalam hal ini dijalankan oleh dewan komisaris independen (Rosenstein dan Wyatt, 1990).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Susiana dan Herawaty (2007), komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan yang mempunyai fungsi menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan


(42)

terhadap pemegang saham minoritas dan pihak lain yang terkait. Dengan adanya peraturan jumlah dewan komisaris minimal 30% dari seluruh anggota dewan komisaris (KNKG, 2010). Hal ini menunjukkan jumlah komisaris independen yang kurang dominan dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada manajemen. Dengan ini, pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris independen dapat meningkatkan kinerja manajer (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kinerja manajer yang baik maka pengungkapan akan semakin baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Choiriyah (2010) dan Uwuigbe et al (2011) mengungkapkan adanya pengaruh positif proporsi dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Miranti (2008), Effendi et al (2012), yang mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap Environmental Disclosure.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga hipotesis dapat dikembangkan :

H2a : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Indonesia

H2b : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Malaysia


(43)

3. Hubungan antara latar belakang pendidikan presiden komisaris dengan Environmental Disclosure

Pengetahuan presiden komisaris erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan (Ahmed and Nicholls, 1994 dalam Akhtaruddin, 2009). Seorang presiden komisaris sebaiknya mempunyai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi atau bisnis karena akan bersinggungan langsung pada perusahaan utamanya pada setiap pengambilan keputusan perusahaan dan menunjukkan kualitas didalam mengelola suatu perusahaan (Bray, Howard, dan Golan, 1995 dalam Kusumastuti dkk, 2007).

Namun pada penelitian Effendi et al (2012), menyatakan bahwa tidak cukup hanya dengan melihat latar belakang presiden komisaris apakah menempuh pendidikan di bidang ekonomi maupun bisnis, hal ini karena kesuksesan presiden komisaris bisa saja oleh faktor latar belakang pendidikan presiden komisaris sesuai dengan jenis perusahaan tersebut bergerak.

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara latar belakang pendidikan dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure. Penelitian oleh Suhardjanto dan Afni (2009) serta Choiriyah (2010) mengungkapkan latar belakang pendidikan presiden komisaris mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Environmental Disclosure. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Miranti (2008) yang mengungkapkan


(44)

bahwa latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Environmental Disclosure.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga hipotesis dapat dikembangkan :

H3a : Latar belakang pendidikan presiden dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Indonesia

H3b : Latar belakang pendidikan presiden dewan komisaris berpengaruh terhadap Environmental Disclosure di Malaysia

4. Hubungan antara jumlah rapat dewan komisaris dengan Environmental Disclosure

Sesuai dengan Corporate Governance Guidelines yang ditetapkan 12 September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal rapat tetap dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan strategi perusahaan.

Penelitian Brick dan Chidambaran (2007), menjelaskan kinerja perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya jumlah rapat yang diadakan oleh perusahaan, sebagai dampaknya informasi perusahaan akan meningkat khususnya pengungkapan terhadap lingkungan. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan pengungkapan informasi oleh dewan komisaris terkait dengan


(45)

pengungkapan lingkungan. Sedangkan penelitian Ariningtika dan Kiswara (2013), Rapat dewan komisaris merupakan salah satu ruang intensif untuk mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan strategi perusahaan.

Penelitian – penelitian dibawah ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure. Xie et al (2003), Mizrawati (2009), Setyawan et al (2012), dan Marem (2015) yang mengatakan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure. Bertentangan dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan Waryanto (2010), Cety dan Suhardjanto (2010), dan Effendi et.al (2012) mengatakan jumlah rapat dewan komisaris mempunyai pengaruh negatif terhadap Environmental Disclosure.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga hipotesis dapat dikembangkan :

H4a : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Indonesia

H4b : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure di Malaysia.

5. Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia

Environmental Disclosure sebagai tanggungjawab dalam pengungkapan lingkungan seharusnya sudah menjadi kewajiban bagi


(46)

perusahaan setelah melakukan kegiatan operasinya. Sebab, masalah pencemaran lingkungan sudah serius dan harus segera diatasi oleh perusahaan untuk dapat mendapatkan kepercayaan kembali dari masyarakat. Di lain sisi, Indonesia dan Malaysia merupakan negara berkembang yang berada di wilayah yang sama yakni Asia Tenggara di mana sudah diberlakukan ASEAN Economic Community.

Berlakunya ASEAN Economic Community bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara-negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Perekonomian harus maju guna mengakomodir harapan besar masyarakat maka harus diimbangi dengan peningkatan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Apabila tidak terdapat keseimbangan seiring dengan peningkatan tanggungjawab terhadap lingkungan hidup, maka akan sangat berpeluang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Maka dari itu, selain masalah ekonomi, masalah tanggung jawab terhadap lingkungan hidup di kedua negara tersebut juga sangat penting untuk diperhatikan.

Penelitian terdahulu yakni proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Environmental Disclosure (Permatasari, 2009). Begitu juga dengan penelitian Buniamin (2011) pelaporan lingkungan di Malaysia masih rendah, untuk itu perlu adanya suatu perbaikan. Selain itu penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Putri (2015), yang menyatakan


(47)

adanya perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan diatas, sehingga hipotesis dapat dikembangkan :

H5a : Terdapat perbedaan penerapan Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

H5b : Terdapat perbedaan pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

C. Model Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 1.1 Model Penelitian Ukuran Dewan

Komisaris Proporsi dewan komisaris independen

Latar belakang pendidikan Jumlah RapatDewan

Komisaris

Environmental Disclosure di Indonesia dan H1 (+)

H2 (+) H3 H4 (+)


(48)

Perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia

Gambar 1.2 Model Penelitian

Perbedaan pengaruh ukuran dean komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia.

Gambar 1.3 Model Penelitian Environmental Disclosure di Indonesia Environmental Disclosure di Malaysia H5a

Pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden

komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap environmental disclosure di

Indonesia

Pengaruh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden

komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap environmental disclosure di

Malaysia H5b


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek/Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bursa Efek Malaysia (BEM) tahun 2013-2015.

B. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data yang digunakan adalah data sekunder. Data tersebut bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bursa Efek Malaysia (BEM) dan tidak didapat langsung dari perusahaan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara non probability sampling melalui metode purposive sampling artinya bahwa pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2013).


(50)

Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Perkebunan yang telah mempublikasikan laporan tahunan (annual report) pada tahun 2013-2015 di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia secara berturut-turut.

2. Memiliki data-data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan cara dokumentasi yaitu mendownload laporan tahunan perusahaan Perkebunan tahun 2013-2015 melalui situs www.idx.com dan www.bursamalaysia.com.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Environmental Disclosure

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Environmental Disclosure yang diukur dengan menggunakan pedoman Global Reporting Initiatives. GRI memberikan rekomendasi pada beberapa aspek utamanya berkaitan dengan lingkungan yang harus diungkapkan pada suatu annual report. Didalam pedoman tersebut terdapat 34 item yang menjadi rekomendasi oleh GRI dan terdiri dari sembilan aspek utama. Sembilan aspek utama itu yakni: material, energi, keanekaragaman hayati,


(51)

keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, produk dan jasa, ketaatan pada peraturan, air, transportasi, serta emisi dan limbah.

2. Variabel Independen a. Ukuran dewan komisaris

Jumlah anggota dewan komisaris adalah banyaknya anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Jumlah anggota dewan komisaris diukur dengan jumlah komisaris dari pihak yang terafiliasi (memiliki hubungan, salah satunya pihak internal perusahaan) dan tidak terafiliasi (tidak memiliki hubungan) dengan perusahaan (KNKG, 2006).

Pengukuran ukuran dewan komisaris (UDK) adalah sebagai berikut:

b. Proporsi dewan komisaris independen

Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006, dijelaskan bahwa jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. Semakin besar jumlah komisaris independen dalam suatu perusahaan


(52)

maka pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen akan semakin berkualitas dan akan meningkatkan transparansi dalam pelaporan keuangan. (Pitasari dan Septiani, 2014)

Pengukuran proporsi komisaris independen (PKI) adalah sebagai berikut:

c. Latar belakang pendidikan presiden komisaris

Komisaris utama yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis mempunyai tingkat kesadaran yang lebih dibandingkan dengan komisaris utama yang mempunnyai latar belakang pendidikan diluar ekonomi dan bisnis.. Sesuai dengan penelitian Kharis (2012) untuk mengukur latar belakang pendidikan dengan menggunakan variabel dummy dengan memberi skor 1 untuk komisaris utama yang memiliki latar belakang pendidikan dari ekonomi dan bisnis. Skor 0 diberikan untuk komisaris utama yang mempunyai latar belakang dari luar lingkungan ekonomi dan bisnis.

d. Jumlah rapat dewan komisaris

Ukuran yang digunakan sesuai dengan penelitian Suhardjanto, Djoko. (2010) yaitu jumlah rapat Dewan Komisaris diukur dengan melihat

���= � �� � � �� � �� � %

LBPPK : Latar belakang pendidikan presiden komisaris


(53)

jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris pada laporan tahunan perusahaan selama satu tahun.

F. Uji kualitas dan Instrumen Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik data meliputi nilai maximum, nilai minimum, mean (rata-rata), standar deviasi (simpangan data).

2. Uji Asumsi Klasik

Asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis regresi (Gujarati, 2004) meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal (Nazaruddin, 2015). Uji statistik normalitas pada penelitian ini yaitu Kolmogorov Smirnov. Dengan ketentuan :

 Data tersebut berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.


(54)

 Data tersebut tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linear antara peubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika hubungan linear antar peubah bebas X dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas ganda sempurna (Nazaruddin, 2015). Pendekatan multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Dengan ketentuan :

a) Melihat nilai tolerance

1. Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10.

2. Terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,10.

b) Melihat nilai VIF

1) Tidak terjadi multikolinearitas, jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00. 2) Terjadi multikolinearitas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan


(55)

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Nazaruddin, 2015). Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis

nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Nazaruddin, 2015). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute residual dengan variabel-variabel independen dalam model. Dengan ketentuan :

 Tidak terjadi heteroskedastisitas jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.


(56)

3. Uji Hipotesis

Pengolahan data dalam penelitian ini akan menggunakan tiga tahap, yaitu: a. Analisis Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji pengaruh nyata (signifikan) antara variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.. Regresi linier berganda merupakan analisis regresi dengan dua atau lebih variabel independen yang digunakan dalam penelitian (Nazaruddin dan Basuki, 2015).

Kriteria Penerimaan Hipotesis :

1. Hipotesis diterima apabila nilai sig < daripada alpha sebesar 0,05 dan hasil penelitian searah dengan hipotesis.

2. Hipotesis ditolak apabila nilai sig > daripada alpha 0,05.

Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 4 atau pengaruh variabel dari mekanisme corporate governance, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden komisaris, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap Environmental Disclosure. Berikut model regresi untuk menguji hipotesis dengan analisis regresi linier berganda :


(57)

Simbol Keterangan EDI Environmental Disclosure Index

β 0 Konstanta

β Koefisien

UDEKOM Ukuran Dewan Komisaris

PRODKOM Proporsi Dewan Komisaris Independen

LBPPK Latar Belakang Pendidikan Presiden Komisaris RPTDK Jumlah Rapat Dewan Komisaris

E Standar error

Sebelum melakukan pengujian analisis regresi linier berganda, maka terlebih dahulu melakukan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) dan Uji Signifikan Simultan (Uji F) :

1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menguji kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen. Dengan melihat nilai Adjusted R Square. Semakin besar nilai Adjusted R Square pada penelitian, maka semakin besar pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai Adjusted RSquare pada penelitian, maka semakin kecil pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen.


(58)

2. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji signifikan simultan (Uji F) bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen dalam model penelitian. Kriteria pengujiannya adalah :

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah terima H0 atau variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya adalah tolak H0 atau variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Independent Sample t test

Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2007).

Adapun rumus uji beda t-test adalah sebagai berikut : c.

d.

Alat statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis 5 yaitu perbedaan Environmental Disclosure oleh perusahaan Indonesia dan Malaysia.


(59)

Kriteria pengujian :

1) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 tidak diterima, jadi variance sama.

2) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak, jadi variance berbeda.

c. Chow Test

Selain pengujian tersebut, penelitian ini juga menggunakan chow test. Uji Chow merupakan alat untuk menguji test for equality of coefficients atau uji kesamaan koefisien. Uji ini dilakukan untuk menguji model regresi untuk kelompok yang digunakan dimana dalam penelitian ini ada dua kelompok yakni perusahaan perkebunan di Indonesia dan Malaysia. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan syarat sebagai berikut ini:

1. Bila F hitung > F tabel, maka Environmental Disclosure berbeda secara signifikan antara perusahaan perkebunan di Indonesia dan Malaysia.

2. Bila F hitung < F tabel, maka Environmental Disclosure tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan perkebunan di Indonesia dan Malaysia.

Adapun rumus F hitung untuk melakukan uji chow yakni: −


(60)

Keterangan:

SSRr = Sum of Squared Residual – restricted regression SSRu = Sum of Squared Residual – unrestricted regression n = Jumlah observasi

k = Jumlah parameter yang diestimasi pada unrestricted regression r = Jumlah parameter yang diestimasi pada restricted regression


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Malaysia (BEM). Tahun penelitian yakni mencakup data perusahaan pada tahun 2013-2015. Dengan menggunakan metode purposive sampling yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 (Indonesia) dan 75 (Malaysia) perusahaan perkebunan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Adapun rincian pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel di Indonesia

No Uraian Tahun

2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Total 1. Perusahaan perkebunan yang list di BEI 13 14 16 43

2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR

dalam laporan keuangannya secara berturut-turut

(0) (1) (3) (4)

3. Total perusahaan yang dijadikan sampel

13 13 13 39

4. Data outlier (3) (3) (3) (9)

Total sample perusahaan yang diteliti 10 10 10 30


(62)

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun berturut-turut sebanyak 13 perusahaan, dengan 3 tahun penelitian maka total sample yang diteliti sebanyak 39. Ditemukan data yang outlayer sebanyak 3 sample per tahunnya, sehingga sample pertahun yang diteliti sebanyak 10 perusahaan. Dalam waktu 3 tahun, total sample yang diteliti sebanyak 30.

Tabel 4.2

Prosedur Pemilihan Sample di Malaysia

No Uraian Tahun

2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Total 1. Perusahaan perkebunan yang listed di

BEM

37 39 39 115

2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR

dalam laporan keuangannya secara berturut-turut

(11) (13) (13) (37)

3. Total perusahaan yang dijadikan sampel

26 26 26 78

4. Data outlier (1) (1) (1) (3)

Total sample perusahaan yang diteliti 25 25 25 75

Sumber: hasil pengolahan data

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun berturut-turut sebanyak 26 perusahaan, dengan 3 tahun penelitian maka total sample yang diteliti sebanyak 78. Ditemukan data yang outlier sebanyak 1 sample per tahunnya, sehingga sample pertahun yang diteliti sebanyak 25 perusahaan. Dalam waktu 3 tahun, total sample yang diteliti sebanyak 75.

B. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan dengan menyajikan jumlah data, nilai minimum (min), nilai maksimum (max), nilai rata-rata (mean)


(63)

dan simpangan baku (standar deviation) dari variabel independen dan variabel dependen.

Hasil statistik deskriptif ditunjukkan dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif

Indonesia

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EDI 30 ,03 ,24 ,1290 ,05956

UDK 30 3,00 9,00 5,1333 1,87052

PDKI 30 ,25 ,56 0,3894 0,08226

LBPD 30 ,00 1,00 ,7667 ,43018

JRDK 30 2,00 12,00 4,6000 1,94049 Valid N

(listwise)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pengamatan dalam penelitian di Indonesia sebanyak 30 sampel, adapun hasil statistik deskriptif sebagai berikut: variabel environmental disclosure (EDI) memiliki nilai minimum sebesar 0,03 yang artinya tingkat environmental disclosure diungkapkan paling sedikit 0,03 kali dari perusahaan di indonesia; nilai maksimum sebesar 0,24 yang berarti tingkat environmental disclosure diungkapkan paling banyak sebanyak 0,24 kali dari perusahaan di Indonesia, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1290 yang artinya rata-rata pengungkapan environmental disclosure di Indonesia yaitu 0,1290.Serta simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,05956.

Variabel ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki nilai minimum sebesar 3,00 yang artinya jumlah minimal dewan komisaris untuk perusahaan


(64)

yang ada di Indonesia adalah sebanyak 3 orang; nilai maksimum sebesar 9,00 yang artinya jumlah maksimal dewan komisaris untuk perusahaan yang ada di Indonesia adalah sebanyak 9 orang; nilai rata-rata (mean) sebesar 5,1333 yang artinya rata-rata jumlah dewan komisaris untuk perusahaan yang ada di Indonesia adalah sebanyak 5 orang; dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 1,87052.

Variabel proporsi dewan komisaris independen (PDKI) memiliki nilai minimum sebesar 0,25 yang artinya proporsi minimal dewan komisaris untuk perusahaan yang ada di Indonesia adalah sebesar 25% dari total keseluruhan jumlah dewan komisaris; nilai maksimum sebesar 0,56 yang artinya proporsi maksimal dewan komisaris untuk perusahaan yang ada di Indonesia adalah sebesar 56% dari total keseluruhan jumlah dewan komisaris; nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3894 yang artinya rata-rata proporsi dewan komisaris untuk perusahaan yang ada di Indonesia adalah sebesar 39% dari total keseluruhan jumlah dewan komisaris; dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,08226.

Variabel latar belakang pendidikan dewan komisaris (LBPD) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yang artinya latar belakang pendidikan presiden komisaris yaitu ekonomi dan bisnis; nilai maksimum sebesar 1,00 yang artinya latar belakang pendidikan presiden komisaris yaitu bukan ekonomi dan bisnis. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,7667 yang artinya rata-rata latar belakang pendidikan presiden komisaris pada perusahaan di Indonesia sebesar 76% yang


(1)

Berdasarkan pengujian pada Tabel 4.18 dapat dirumuskan model regresi sebagai berikut:

EDI = 0,121 – 0,002(UDK) + 0,018(PDKI) + 0,031(LBPD) - 0,006(JRDK) + e

Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian :

a. Ukuran dewan komisaris terhadap environmental disclosure.

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan ukuran dewan komisaris memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar -0,002, dengan signifikansi sebesar 0,768 > alpha (0,05) sehingga ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Dengan demikian hipotesis pertama (H1a) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di Indonesia dinyatakan ditolak.

b. Proporsi dewan komisaris independen terhadap environmental disclosure. Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya positif sebesar 0,18 dengan signifikansi sebesar 0,135 > alpha (0,05) sehingga proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Dengan demikian hipotesis kedua (H2a) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di Indonesia dinyatakan ditolak.


(2)

c. Latar belakang pendidikan dewan komisaris terhadap environmental disclosure.

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan latar belakang pendidikan dewan komisaris memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar 0,031 dengan signifikansi sebesar 0,178 > alpha (0,05) sehingga latar belakang pendidikan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3a) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di Indonesia dinyatakan ditolak. d. Jumlah rapat dewan komisaris terhadap environmental disclosure.

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan jumlah rapat dewan komisaris memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya positif sebesar 0,004 dengan signifikansi sebesar 0,214 > alpha (0,05) sehingga jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Dengan demikian hipotesis keempat (H4a) yang menyatakan bahwa jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di Indonesia dinyatakan ditolak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pengujian data dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di Indonesia dan tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Malaysia. Dewan komisaris independen


(3)

berpengaruh negatif terhadap environmental disclosure di Indonesia dan tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Malaysia. Latar belakang pendidikan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia. Jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia. Terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia. Terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate governance terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran untuk perbaikan penelitian kedepanya sebagai berikut: Menambah jumlah sampel penelitian dengan mamanjangkan periode waktu penelitian agar hasil penelitian dapat lebih mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel yang lebih luas, menambah beberapa proksi dari mekanisme corporate governance seperti komite-komite yang ada di dalam perusahaan, dapat pula mempertimbangakan pengukuran dari good corporate governance index atau rating good corporate governance. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan framework item-item lain selain dari GRI-4 untuk mengukur environmental disclosure dan juga memperbarui acuan framework tersebut sehingga akan lebih sesuai dengan keadaan saat ini. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa membandingkan dengan negara lain yang masih serumpun (studi komparatif).


(4)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Akhtarudin, Mohamed, Monirul Alam Hossain, dan Lee Yao. 2009. Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms. JAMAR. Vol. 7.

Amran, A., Zain, M. M., Sulaiman, M., Sarker, T., & Ooi, S. K. (2013). Empowering society for better corporate social responsibility (CSR): The case of Malaysia. Kajian Malaysia, 31(1), 57-78.

Anggraini, R.R., (2006), “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta), makalah dalam Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang). Brick E, Ivan, dan Chidambaran N.K. 2007. Board Meetings, Committee Structure, and Firm Performance.http://papers.ssrn.com. 23 Agustus 2008 Brown, Noel dan Deegan, C. 1998.”The Public Disclosure of Environmental Performance Information (A dual Test of Media Agenda Setting Theory and Legitimacy Theory)”.Accounting and Business Research.Vol. 29 No.1 pp 21-41.

Buniamin, S. (2010). The quantity and quality of environmental reporting in annual report of public listed companies in Malaysia. Issues in Social and Environmental Accounting, 4(2), 115–135.

Bursa Malaysia (2011), “Powering business sustainability: A guide for directors”, available at: http://www.bursamalaysia.com (accessed 24 August 2011).

Economic Planning Unit. (2001). Ninth Malaysian plan 2006-2010. Putrajaya: Percetakan Nasional Malaysia Berhad).

Effendi, Lia Uzliawati, Agus Sholikhan Yulianto. 2011. “Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Environmental Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2008-2011”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi 15.

Harsanti, P. 2011. ”Corporate Social Responsibility dan Teori Legitimasi”. Mawas Juni 2011. Universitas Muria Kudus.


(5)

Ja`far, Muhammad., (2006), ”Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public Environmental Reporting”, Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang).

Jensen et.al. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol.3 pp 305-360.

Klassen, R.D., & McLaughlin, C, P. (1996) The impact of environmental management on from performance, Management Science, 42(8), 199- 214. Kusumastuti, Supatmi dan Satra. 2007. “Pengaruh Board Diversity terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif CG”. Journal Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Petra Surabaya. http: //www.petra.ac.id/. diakses tanggal 12 Oktober 2014.

Pitasari, dan Septiani, 2014. Analisis Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Konvergensi IFRS Pada Laporan Laba Rugi Komprhensif. Diponegoro Journal Of Accounting. Rosenstein, S., dan Wyatt.J.G. 1990.“Outside Directors, Board Independence and Shareholder Wealth”.Journal of Financial Economic.Vol.26 pp.175-191.

Sanjaya, Taufik. 2013. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Corporate Environmental Disclosure. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Suhardjanto, Djoko dan Afni, Aulia. 2009. “Praktik Corporate Social Disclosure di Indonesia (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Akuntansi. No. 03 Tahun XIII pp.243- 364 ISSN 1410-3591.

Suratno, I.B., Darsono, dan Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang).


(6)

Zeghal, D., dan Ahmed, S.A. (1990). Comparison of social responsibility information disclosure media used by Canadian firms. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 3: 38-53.

LAMPIRAN Tabel 3

Prosedur Pemilihan Sampel di Indonesia

No Uraian Tahun

2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Total 1. Perusahaan perkebunan yang list di BEI 13 14 16 43 2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR

dalam laporan keuangannya secara berturut-turut

(0) (1) (3) (4)

3. Total perusahaan yang dijadikan sampel

13 13 13 39

4. Data outlier (3) (3) (3) (9)

Total sample perusahaan yang diteliti 10 10 10 30

Sumber: hasil pengolahan data

Tabel 4

Prosedur Pemilihan Sampel di Malaysia

No Uraian Tahun

2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Total 1. Perusahaan perkebunan yang listed di BEM 37 39 39 115 2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR

dalam laporan keuangannya secara berturut-turut

(11) (13) (13) (37)

3. Total perusahaan yang dijadikan sampel

26 26 26 78

4. Data outlier (1) (1) (1) (3)

Total sample perusahaan yang diteliti 25 25 25 75


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 57 80

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

0 8 22

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang list di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2012-2014)

4 24 190

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

1 27 113

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015)

5 18 117

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

4 11 109

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015).

0 2 145

Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Governance Disclosure Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 0 73

PENGARUH PENERAPAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 103