Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

(1)

Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet DM

di Wilayah Kerja Puskesmas Babussalam Kabupaten

Aceh Tenggara

Iskandar

101121102

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstract

Diabetes Mellitus is a heterogeneous group of disorders characterized by increased levels of blood or hiperglikemia.Diabetes Melllitus glukosadalam is a collection of symptoms that occur in a person caused by the presence of elevated levels of sugar (glucose) blood due to insulin deficiency both absolute and relative. This study aims to identify Family Knowledge About Treatment of diabetes mellitus diet health centers in the region of Southeast Aceh Regency Babussalam District, on July 25 to August 10, 2011. Design used in this study is descriptive. The number of respondents involved in the study were 54 people. Based on the results of research showed that respondents who are 53 years old and younger (1.6%), and the minimum age (5.6%). Respondents by gender Men and women are (50%), by level of education most of high school-educated respondents 23 respondents (42.6%) Based on the type of work most of the respondents worked self-employed 20 respondents (37%). Level family knowledge about dietary management of diabetes mellitus patients categorized as less knowledgeable respondents with 25 respondents (46.3%). From the results of this study are expected to have advanced research that addresses factors other than knowledge related to diabetes and diabetes complications.


(4)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosadalam darah atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara, pada tanggal 25 Juli sampai dengan 10 Agustus 2011. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 54 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan hasil Tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus pasien berpengetahuan responden dikategorikan kurang dengan 25 responden (46,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas faktor lain selain pengetahuan yang berhubungan dengan diabetes dan komplikasi diabetes.


(5)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan sekripsi, penelitian ini yang berjudul ” Pengetahuan Keluarga Terhadap Penatalaksaan Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara” Sekripsi penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapan banyak terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNs, selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs, selaku pembantu dekan II Fakuktas Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNs selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian sekripsi penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Lufthiani, Skep. Ns.Mkes Selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam menyelesaikan sekripsi penelitian ini, juga kepada bapak Mula Tarigan , S.Kp. Mkes, selaku penguji I, dan ibu Yessi Ariani,


(6)

S.Kep. Ns.Mkep selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga teristimewa kepada kedua orang tuaku, yang menjadi motivator dan inspirasi dalam hidupku, dan kepada kakak-kakak ku yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, dan ucapan terima kasih kepada reshi yang senanantiasa membantu dalam bentuk materi maupun motivasi, serta rekan-rekan mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu, harapan peneliti semoga proposal penelitian ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, …….2012

Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Bagi institusi pendidikan ... 6

1.4.2. bagi praktik kesehatan ... 6

1.4.3. bagi keluarga ... 6

1.4.4. bagi peneliti yang akan dating... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Diabetes Melitus ... 7

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus ... 7

2.1.2 Faktor-faktor penyebab Diabetes Melitus ... 9

2.1.3 Diet pada Diabetes Melitus ... 12

1. Makan Yang Beraneka Ragam... 12

2. Makanan Yang Mencukupi Energi ... 13

3. Pembatasan Konsumsi Lemak ... 13

4. Penggunaan Garam Beryodium ... 14

5. Mengkonsumsi Makanan Zat Besi ... 15

6. Kebiasaan Makan Pagi Atau Sarapan ... 15

7. Minumlah Air Bersih, Aman Dan Cukup ... 15

8. Menghindari Minuman Beralkohol ... 15

9. Mengkonsumsi Makanan Yang Aman Bagi Kesehatan... 16

2.2 Konsep Pengetahuan ... 26

2.2.1. Defenisi Pengetahuan ... 26

2.2.2. Fungsi Pengetahuan ... 26

2.2.3. Sumber-Sumber Pengetahuan ... 27

2.4.4. Tingkat Pengetahuan ... 27

2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 29

2.4.6. Pengukur Pengetahuan ... 30


(8)

2.3.1. Defenisi Keluarga... 30

2.3.2. Peran Keluarga Dalam Kesehatan ... 31

2.3.3. Tugas Kesehatan Keluarga. ... 31

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 32

3.1. Kerangka Konseptual ... 32

3.2. Definisi Operasional... 33

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Desain Penelitian ... 34

4.2. Populasi Dan Sampel ... 34

4.2.1. Populasi ... 34

4.2.2. Sampel ... 34

4.3. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 35

4.4. Pertimbangan Etik ... 35

4.5. Instrumen Penelitian... 36

4.6. Uji Validitas dan Reliability... 37

4.7. Pengumpulan Data ... 38

4.8. Analisa Data ... 39

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1. hasil penelitian ... 40

5.1.1. karakteristik responden ... 40

5.1.2. pengetahuan keluarga penatalaksanaan diet... 42

5.2. pembahasan ... 42

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1 kesimpulan ... 46

6.2. saran ... 46

6.2.1. pelayanan keperawatan/ puskesmas ... 46

6.2.2. keluarga pasien ... 47

6.2.3. penelitian selanjutnya ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian 2. Informent concent 3. Instrumen penelitian 4. Lembar konsul


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema I. kerangka konsep penelitian pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes militus di wilayah kerja puskesmas


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 3.2. defenisi konseptual………...33 Table 5.1. distribusi frekuensi karakteristik responden………..40 Table 5.2. Pengetahuan keluarga tentang diet diabetes militus………..42


(11)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosadalam darah atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara, pada tanggal 25 Juli sampai dengan 10 Agustus 2011. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 54 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan hasil Tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus pasien berpengetahuan responden dikategorikan kurang dengan 25 responden (46,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas faktor lain selain pengetahuan yang berhubungan dengan diabetes dan komplikasi diabetes.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakangs

Perkembangan zaman dan perbaikan tingkat sosial ekonomi, telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola konsumsi pangan dalam masyarakat. Makanan jadi dan makanan siap saji telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya kurang atau tidak mengerti bahwa makanan jadi dan makanan siap saji telah banyak kehilangan kandungan serat. Asupan makanan yang terlampau rendah kadar seratnya dan jika dikonsumsi dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif, salah satunya adalah Diabetes mellitus (DM) (Sulistijani, 2002).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Smeltzer & Bare, 2002).

Oleh karena itu penyakit DM, merupakan penyakit yang menyerang pada orang yang mengalami gangguan metabolisme dan hiperglikemi yang tidak semestinya, akibat dari suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin, maka bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah, upaya mempertahankan


(13)

konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam makan yang berbeda merupakan hal penting. Disamping itu, konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi camilan jika diperlukan, akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar

glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Ketaatan diet merupakan kepatuhan seseorang dalam melakukan diet sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu diet yang tepat masih merupakan unsur fundamental dalam penanganan pasien DM, sebab dengan pemberian diet yang tepat dan teratur sesuai dengan anjuran kemungkinan penyakit DM tidak akan menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut. Sehingga bila penderita DM taat dengan dietnya maka komplikasi dari DM dapat diminimalkan, sebaliknya jika penderita DM tidak taat dengan diet yang sesuai dengan anjuran maka komplikasi yang lebih lanjut dari penyakit DM akan dapat dialami oleh penderita tersebut (Almatsier, 2004). Sekitar 60-80 persen diabetes menderita hipertensi, dalam jangka panjang akan menimbulkan komplikasi yang berujung pada kecacatan

Diet standar untuk diabetes di Indonesia juga mengandung diet tinggi kabohidrat dan sudah berjalan selama 25 tahun. Diet standar kita tetap sama dengaan standar diet barat, diet mereka mengandung 55-60% kabohidrat, sedangkan kita 60-70% dan lemak hanya 20-25% saja. Dengan diet standar kita ternyata tidak ditemukan hipertrigliresidema artinya diet kita masih relevan saat ini. Tetapi harus di akui menurut penelitian data tentang lemak secara teperinci


(14)

tidak di masukan dan juga tidak diklasifikasikan pasien kedalam kelompok ringan atau yang berat (Waspadji & Sukarji, 2007).

Pola makan merupakan perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan dan pemilihan makanan. Seseorang yang memiliki pola makan yang teratur terutama mereka yang menderita DM, akan lebih mudah dalam menjalankan diet yang sudah dianjurkan, sehingga komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM dapat dicegah. Sebaliknya bila seseorang terutama yang menderita penyakit DM memiliki pola makan yang tidak teratur, akan cenderung lebih sulit dalam menjalankan diet yang sudah dianjurkan. Sehingga komplikasi dari penyakit DM akan dapat dialami oleh penderita tersebut (Anandita, 2007).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam bentuk ketergantungan. Jika peran keluarga diperankan dengan baik dalam penatalaksanaan penderita DM maka komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM dapat diminimalisir. Sebaliknya jika peran keluarga tidak diperankan dengan baik dalam penatalaksanaan penderita DM maka komplikasi yang lebih lanjut dari penyakit DM dapat timbul, dan akan memperparah kondisi penderita DM tersebut.

Penatalaksanaan yang berpusat pada keluarga tidak akan menambah beban namun akan meningkatkan kualitas dan menguntung kan kedua pihak ,bahkan


(15)

keluarga dapat memahami keadaan keluarga yang mengalami penyakit diabetes.namun banyak keluarga yang tidak mengetahui pembedaan menu makan penderita DM dengan keluarga yang tidak menderuta diabetes. Salah satu paktor pencetus tinggiya angka kejadian diabetes adalah diet.disebabkan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap makanan penderita diabetes (Nitra N. Rifki, 2009).

Menurut data WHO (2008). Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Data Surveilens Terpadu Penyakit (STP) terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit DM dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di Rumah Sakit dan Puskesmas Kabupaten maupun Kota. Untuk rawat jalan penyakit DM ini mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit seluruh Sumut dan 998 pasien yang dirawat (Setiabudi, 2009).

Diet adalah terapi utama pada DM, maka setiap penderita semestinya mempunyai sikap yang positif ( mendukung ) terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi, baik akut maupun kronis. Jika penderita tidak mempunyai sikap yang positif terhadap diet DM, maka akan terjadi komplikasi dan pada akhirnya akan menimbulakna kematian. Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari


(16)

komplikasi dari DM tersebut, maka setiap penderita harus menjalankan gaya hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet DM (Yufi, 2009).

Pengetahuan keluarga sangat berpengaruh dalam hal ini, pengetahuan keluarga tentang diet DM. Pengetahuan ini akan membawa keluarga untuk menentukan sikap, berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi penyakit anggota keluarga yang menderita DM. Apabila pengetahuan keluarga baik, maka sikap terhadap diet DM semestinya mendukung. Tetapi tidak semua keluarga tahu tentang diet DM, sikap keluarga yang tidak tahu tersebut yang membuat tinggi nya agka penderita DM (Yufi, 2009).

Peneliti telah melakukan survei awal di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara dan mendapatkan data jumlah pasien diabetes melitus pada bulan Januari-Oktober 2010 sebanyak 218 orang yang berobat ke Puskesmas Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Dari tingginya angka kejadian diabetes di Kecamatan Babusalam disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga terhadap diet penderita DM maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti Pengetahuan Keluarga Terhadap Penatalaksanaan Diet Pada Pasien DM Di Puskesmas Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet pada pasien DM di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.


(17)

1.3.Tujuan

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penatalaksaan diet pada pasien DM di Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

1.4.Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan tentang penyakit DM sekaligus sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan.

1.4.2. Bagi Praktik Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi pelayanan kesehatan terutama pada penatalaksanaan diet pada pasien DM bagi Puskesmas Babusalam.

1.4.3. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk keluarga dalam hal penatalaksanaan diet pada anggota keluarga yang DM.

1.4.4. Bagi Peneliti yang Akan Datang

Diharapkan peneliti ini dapat menjadi masukan terutama penatalaksanaan diet DM pada penelitai yang akan datang.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Defenisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin,atau keduanya.

Diabetes merupakan penyakit yang heterogonik, baik karena manifestasinya maupun karena jenisnya. Diabetes adalah sindrom yang disebabkan oleh terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia yang disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes dapat diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin–dependen diabetes mellitus atau IIDM), Tipe II (non insulin-dependent diabetes mellitus atau NIDDM) ( Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes Tipe I (IDDM) muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa didalam darah menumpuk karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Diabetes tipe ini tergantung pada insulin, oleh karena itu penderita memerlukan suntikan insulin (Tcandra, 2007).

Menurut Brunner & Suddarth Diabetes Melitus Tipe I disebabkan oleh faktor genetik, dimana penderita diabetes mewarisi predisi posisi/kecenderungan terhadap terjadinya diabetes melitus Tipe I, biasanya ditemukan pada individu


(19)

yang memiliki antigen H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya respon autoimun yang abnormal, serta adanya kerusakan sel beta pankreas.

Diabetes Tipe II (NIIDM) merupakan diabetes yang paling sering ditemukan di Indonesia. Penderita tipe ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun disertai berat badan yang berlebih. Selain itu diabetes tipe II ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi lemak, dan serta kurang gerak badan (Nabil, 2009). Kemungkinan lain terjadinya diabetes ini adalah karena sel-sel jaringan tubuh tidak peka atau resisten terhadap insulin (Tcandra, 2007). Resistensi terhadap insulin pada diabetes melitus tipe II ini terjadi karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat produksi oleh sel hati.

Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu hamil, hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam kehamilan. Umumnya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar (Nabil, 2009).

Diabetes Melitus Sekunder adalah diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula darah meningkat. Penyakit yang dimaksud misalnya infeksi berat, radang pankreas, penggunaan kortikosteroid, dan obat anti hipertensi (Nabil, 2009).


(20)

2.1.2 Faktor - Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli kedokteran, di temukan tiori terbaru yang menyatakan bahwa penyakit Diabetes Melitus tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan (Genetik), tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang multi-kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa Gen Diabetes, belum tentu akan menderita penyakit gula karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan yang berlebihan/kegemukan, kurang gerak atau jarang berolahraga, dan kehamilan (Lanywati, 2001).

a. Makan yang berlebihan akan gula dan lemak dalam tubuh menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar pangkreas terpaksa harus bekerja keras memproduksi hormon insulin untuk mengelola gula yang masuk. Jika suatu saat gula tidak bisa memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan masuk kedalam darah dan urine (air kencing). Data statistik di Amerika manunjukan bahwa 70% dari total penderita Diabetes Melitus, merupakan orang yang memiliki berat badan yang berlebihan(obesitas).

b. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumblah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Dengan demikian kebutuhan akan hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang bergerak dan pada orang yang jarang berolaah raga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan


(21)

gula, memerlukan hormon isulin. Namun, jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes melitus.

c. Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janinya, seorang ibusecara naluri akan menambah jumlah kosumsi makananya, sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik sekitar 7 kg – 10 kg. Pada saat menambah jumlah kosumsi makanan tersebut menjadi, jika ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes melitus.

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 di tandai dengan pengancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imonologi, dan mungkin pula lingkungan( misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan dstruksi sel beta.

Faktor genetik penderita diabetes tidak mewariskan diabetes tipe 1 itu sendiri. Kecendrunngan genetik ini ditemukan di temukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun terjadi 95% berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkatkan tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari tipe HLA ini. Resiko tersebut meningkat sampai 10 sampai 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum).

Faktor Imonologi pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon antoium. Respon ini merupakan respon abnormal dimana anti bodi terarah pada


(22)

jaringan tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

Faktor lingkunan interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam diabetes tipe 1 merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe 1 yang merupakan secara umum yang dapat diterima ( Smeltzer & Bare, 2002).

b. Diabetes tipe II

Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang dihubungkan dengan proses tejadinya diabetes tipe II yaitu faktornya usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun ke atas), obesitas, dan riwayat keluarga (Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan (Perkeni, 2006)


(23)

2.1.3. Diet Pada Diabetes Melitus A. Penatalaksanaan Diet Diabetes

Anjuran makan pada pasien penderita diabetes sebenarnya sama dengan anjuran makan sehat untuk semua yang termasuk orang yang tidak menderita diabetes yaitu makan dengan gizi yang seimbang. Anjuran untuk masyarakat umum berlaku juga untuk penderita diabetes (Waspadji, dkk, 2007).

1. Makan Yang Beraneka Ragam

Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang termasuk yang menyandang diabetes perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makan makanan yang beraneka ragam menjamin kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari untuk beraktivitas sedangkan sumber zat pembangun makanan bersumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, dan susu serta olahannya seperti keju. Zat pembangun juga berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan seseorang maka, makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.


(24)

Keaneka ragaman makanan penderita diabetes dalam hidangan sehari-hari dikonsumsi harus berasal dari sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur. Setiap kali baik makan siang maupun makan malam, sebaiknya hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah (Soegondo, dkk, 2009).

2. Makanan Yang Mencukupi Energi

Penderita diabetes dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, dan kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal (Waspadji, dkk, 2007).

Kebutuhan energi bagi penderita diabetes tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan kegiatan fisik. Susunan makanan yang baik untuk penyandang diabetes mengandung jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Komposisi makanan tersebut adalah 10-20% protein, 20-25% lemak, dan 45-65% karbohidrat (Soegondo, dkk, 2009).

3. Pembatasan Konsumsi Lemak, Minyak dan Santan

Lemak dan minyak yang terdapat didalam makanan sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal dipedesaan konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah jadi masih perlu untuk ditingkatkan.


(25)

Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah perlu untuk diwaspadai, karena cenderung berlebihan.

Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh darah tinggi, oleh karena itu lemak dan kolesterol dalam makanan perlu untuk dibatasi. Untuk itu makanan jangan telalu banyak digoreng, bila diinginkan oleh penderita DM maka hanya dapat diberikan mungkin tidak lebih hanya satu lauk saja yang digoreng pada setiap makan untuk penderita yang tidak gemuk, selebihnya dapat dimasak dengan sedikit minyak seperti dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. kurangi memakan makanan yang tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, hati, daging berlemak, keju, lemak hewani, dan mentega ( Soegondo, dkk, 2009).

4. Penggunaan Garam Beryodium

Penyandang diabetes sering mempunyai penyakit lain yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium. Kelebihan asupan natrium dalam garam dapur dapat memicu timbulnya darah tinggi. Anjuran asupan natrium pada penyandang diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg perhari yaitu kira-kira 6-7 gram (1 sendok teh) yang digunakan dalam pemasakan. Dipasar banyak produk makanan dengan tinggi natrium, perlu hati-hati dengan makanan yang diproses dengan tinggi natrium termasuk yang tinggi garam dapur, vetsin, dan soda serta makanan yang diawet dengan natrium ( Soegondo, dkk. 2009).


(26)

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit Anemia. Anemia gizi dpat diderita semua orang termasuk penderita diabetes dan oleh semua golongan umur. Bahan makanan sumber zat besi antara lain sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, dan makanan hewani.

6. Kebiasaan Makan Pagi/Sarapan

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa makan pagi sangat bermanfaat dapat memelihara ketahanan fisik dan mempertahankan daya tahan waktu saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Pada penderita diabetes terutama yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau pil suntikan insulin tidak makan pagi mempunyai resiko menurunnya kadar glukosa darah yang membahayakan kesehatan (Soegondo, Dkk, 2009).

7. Minumlah Air Bersih, Aman Dan Cukup Jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas dari kuman. Air minum yang dimasak sampai mendidih maupun air minum dalam kemasan yang aman untuk diminum. Air dalam kemasan juga harus terlebih dahulu diproses oleh pabriknya sesuai dengan ketentuan pemerintah dan syarat-syarat kesehatan (Soegondo, dkk, 2009).

8. Menghindari Minuman Berakohol

Kebiasaan minum berakohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi yang penting, kurang gizi, penyakit gangguan hati dan kerusakan saraf otak dan jaringan. Disamping itu, minuman berakohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri sehingga dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Bagi penyandang diabetes


(27)

yang tidak dapat meninggalkan minuman alkohol dapat meminta petunjuk pada dokter atau dietisien tentang bagai mana cara mengkonsumsinya ( Soegondo, Dkk. 2009).

9. Mengkonsumsi Makanan Yang Aman Bagi Kesehatan

Selain gizi yang harus lengkap dan seimbang makanan juga harus aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sehingga penampilan fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makan makanan yang tidak aman dapat menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain dapat menyebabkan keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian (Soegondo, dkk. 2009).

B. Jadwal Makan Penderita Diabetes

Menurut Soegondo (2009) pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kali selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut;

1. Makan Pagi (jam 07.00) 2. Snack I (jam 10.00) 3. Makan siang (13.00) 4. Snack II (jam 16.00) 5. Makan malam (jam 19.00) 6. Snack III (jam 21.00)


(28)

Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula.

C. Porsi Makan Penderita Diabetes

Perhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi. Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut ;

1. Makan Pagi (20%) - maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori sehari, Nasi, Ikan, Nabati, Sayuran dan Minyak

2. Snack I (10%), buah–buahan, susu

3. Makan siang (25%), nasi, ikan, nabati, sayuran, buah, dan minyak 4. Snack II (10%) buah– buahan

5. Makan malam (25%) nasi, ikan, nabati, sayuran, buah, dan minyak 6. Snack III (10%) susu dan buah

D. Tujuan Diet Pada Diabetes

Tujuan umum pada terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapat kontrol metabolik dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah dengan insulin (Endogen atau Eksogen) atau obat hipoglekemik oral dan tingkat aktivitas.


(29)

3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau untuk mepertahankan berat badan yang memadai pada orang yang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan metabolik selama kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dari penyakit katabolik.

4. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai atau dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas medis atau keluarga.

5. Menghidari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikimia, penyakit-penyakit jangka pendek, maslah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik diabetes.

6. Meningkatkan kesehatan secara menyeluruh melalui gizi yang optimal (Soegondo, 2009).

Perinsip umum dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksaan diabetes penatalaksaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut ini, Memberikan semua unsur makan esensial, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, Memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktasi kadar glukosa setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis, dan dapat menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.


(30)

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu kadar glukosa dalam darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan kabohidrat yang dikosumsi pada jam-jam makan yang brbeda merupkan hal yang terpenting (Smeltzer & Bare, 2002).

E.Langkah- langakah terapi gizi 1. Pengkajian

Pengkajian gizi pasien termasuk data kelinis seperti hasil pemantauan sendiri kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDH, HDL, dan trigliserida) dan homoglobin glikat. Pengkajian gizi juga digunakan untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh pasien dan kesediaan melakukannya. Aspek budaya, etnik, dan keuangan perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kepatuhan pasien yang tinggi.

Pengakajian dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara atau dengan menggunakan kuesioner. Dietisen yang bekerja di ruangan keperawatan menggunakan kuesioner yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu mengindentifikasi maslah gizi dan mikonsepsi yang ada (Soegondo, 2009).

a. Menentukan Tujuan Yang Akan Dicapai

Hasil dari pengkajian gizi perli untuk menentukan tujuan yang akan dicapai.pasien hendaknya diminta untuk mengindentifikasi apa yang perlu untuk mencapai penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan.


(31)

Tujuan yang akan dicapai hendaknya membantu pasien diabetes membuat perubahan yang positif dalam makan dan latihan jasmani yang akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah serta perbaiki asupan gizi (Soegondo, 2009).

b. Intervensi Gizi

Informasi yang didapatkan dari terapi gizi dan tujuan yang akan didapatkan menntukan dasar intervensi terapi gizi. Dietisien perlu dipertimbangkan beberapa banyak informasi perlu diberikan, kemampuan baca dan menulis dan jenis alat peraga yang diperlukan. Intervensi ditujukan untuk memberi informasi praktis pada pasien yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Intervensi gizi dasar terapi ini memerlukan gambaran tentang gizi, kebutuhan gizi, penatalaksanaan tentang gizi pada diabetes, informasi survival-skill yang dianggap perlu untuk pasien (membaca tabel, penatalaksanaan saat sakit) dan terapi gizi lanjutan tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan makan yang lebih seperti menu makanan, perhitungan kalori, dan penghitungan lemak (Soegondo, 2009).

c. Evaluasi terapi gizi

Evaluasi adalah bagian yang sangat terpenting pada prose terapi gizi medis. Dietisien dan pasien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap terapi ini, pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan tujuan baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah


(32)

dengan mengobati glikat ( A1C ), lipit, tekanan darah dan fungsi ginjal penting untuk mengevaluasi hasil yang berhubung dengan gizi.

Untuk individu, konsisten dalam hal pola makan penting oleh karena pola makan yamg konsisten menghasilkan AIC yang lebih rendah dari pada pola makan yang derampang. Tindak lanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan untuk setip 3-6 bula, sedangkan untuk orang dewasa setiap 6-12 bulan (Soegondo, 2009).

d. Kebutuhaan Zat Gizi Diabetes

Menu sehari- hari dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien DM sesuai standar makan (energi, protein, lemak, kabohidrat, dan serat) kebutuhan gizi tersebut dibagi rata waktu makan pagi, siang, dan malam. Antara lain kebutuhan gizinya yaitu :

1. Protein

Rencana makan dapt mencangkup pengunaan beberapa makanan sumber protein nabati (misalnya kacang-kacangan, biji-bijian yang utuh) untuk membantu mengurangi asupan kolesterol serat lemak jenuh. Disamping itu, rekomendasi untuk mengurangi jumlah asupan protein dapat diberi pada pasien dengan tanda-tanda penyakit ginjal ( Semeltzer& Bare, 2002 ).

Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein orang dengan diabetes, pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10-20% energi dari proten total. Menurut konsensus pengelolan


(33)

diabetes di Indonesia tahun 2006, kebutuhan proein untuk penyandang diabetes juga 10-20% energi.

Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBBperhari atau 10%dji dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi (soegondo, 2009).

Berkurangnya aktivitas insulin pada dibetes menghambat sintesis protein. Asupan protein sebesar 0, 8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan proteogenesis, dengan catatan 50% daripadanya harus berasal dari protein hewani. Pada gagal ginjal karena nefropati diabetik, protein harus dikurangi, kecuali bila dilakukan hemodialisi (Waspadji, dkk, 2007 ).

2. Total Lemak

Bukti klinis, epidimiolgis dan percobaan binatang telah memastikan bahwa peningkatan kadar lemak merupakan faktor resiko aterosklorosis. Oleh karena itu diet tinngi karbohidrat dan rendah lemak sangat baik utuk pasien diabetes sangat baik. Dianjurkan baik oleh ADA (American Diabetes Association) bahw asupan lemak jangan lebih dari 30% dan kolesterol kurang dari 300 mg/ hari (Waspadji Dkk, 2007). Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh dan tidak boleh lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selbihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di indonedia adalah 20-25% energi.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diakui anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemak jenuh dan kandungan kolesterol 200% mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan


(34)

maslah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal sampai 20% energi. Sadangkan asupan kabohidrat lebih rendah. Lain dengan penggunaan nust, alpukat dan minyak zaitun. Pasien dengan kadar trigliserida >1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemakplasma dalam bentuk kilmikron (soegondo, 2009). 3. kabohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan kosumsi karbohidrat komplek ( khususnya yang berserat tinggi) seperti roti gandum utuh, nasi beras tumbuk,

serial dan pasta yang berasal dari gandum yang masih mengandung bakatul. Meskipun demikian anjuran untuk menghidari makanan jenis gula sederhana (laktosa dan fruktosa) seperti susu dan buah bukanlah tindakan yang tepat. Di samping itu, penggunaan sukrosa (gula pasir) dengan jumlah yang sedang (tidak berlebihan) kini lebih banyak ditrima sepanjang pasien masih dapat mempertahankan kadar glukosa atau lemak yang adekuat yang mampu mengendalikan berat badanya (Smeltzer & Bare, 2002).

Rekomendasi ADA tahun 1994 mempokuskan pada jumlah total kabohidrat dari pada jenisnya. Rokomendasi untuk sukrosa lebih liberal, Buah dan susu suduh terbukti mempunyai respon glekemik yang lebih rendah dari pada tepung-tepungan. Walaupun tepung-tepunagan mempunyai respon glikemik yang berbeda-beda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total kabohidrat yang dikonsumsi kabohidrat dari pada sumber kabohidrat. Anjuran konsumsi kabohidrat di indonesia adalah45-65% energi (soegondo, 2009).


(35)

4. Serat

rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan orang yang tidak menderita diabetes yaitu dianjurkam mengkosumsi 20-35 g serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di indonesia anjuran adalah 25 g/ 1000 kalori/hari dengan mengutamakan serat larut (soegondo, 2009).

Efek samping pengunaan serat terlalu banyak adalah rasa kembung dan meningkat keja usus. Tentang serat selama ini sellu dianggap bahwa makanan indonesia menganung banyak serat, tetapi hal ini harus dipertanyakan. Ternyata pada suatu survay di Jakarta, ditemukan konsumsi serat hanya 19 gram sehari. Dn juga ditemukan serat pada diet kita lebih banyak serat yang tidak berasal dari buah-buahan dan sayur- sayuran yang mengandung lebih banyak serat yang tidak larut dibandingkan dengan serat yang berasal dari buah-buahan. Ini disebabkan harga buah di indonesia mahal. Dalam kosensus PERKENI, dianjurkan agar asupan serat 25 g/hari (Waspadji dkk, 2007).

5. Natrium

anjuran asupan orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari (soegondo, 2009).

6. Alkohol

Asupan kalori dari alkohol diperhitunkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (Soegondo, 2009).


(36)

Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplemen vitamin dan mineral. Walaupun ada alasan tioritis untuk memberikan suplemen anti oksidan, sampai saa ini sedikit buktinya yang menunjang bahwa terapi tersebut menguntungkan.

Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka yang kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parental. Kebanyakan orang dengan diabetes hendaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu suplementasi kromium tidak bermanfaat (Soegondo, 2009).

2. Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar ( BMP ) adalah penggolongan bahan makanan berdasarkan nilai gizi yang serta untuk perencanaan makan. Setiap golongan bahan makanan tersebut mempunyai kandungan kalori, protein, lemak dan karbohidrat yang hampir sama. Seperti diketahui perencanaan makan pasien didasarkan pada kebutuhan kalori sehai-hari dari pasien tersebut. Untuk mempermudah dalam penyuluhan gizi kepada pasien, kebutuhan makanan sehari-hari tidak diberi dalam ukuran gram, namun dalam ukuran penukar. Berdasarkan standart diet daftar bahan makanan penukar dapat dengan mudah disusun menu makanan sehari-hari yang bervriasi (Waspadji dkk, 2007).

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan di kelompokan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak, kabohidrat. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama.


(37)

Dikelompokan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :

1. Golongan 1 : bahan makanan sumber kabohidrat (contoh, Kentang, nasi, roti puti, ubi, tepung terigu, tepung bers, mie basah dan kering.) 2. Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani ( contoh. Ayam

tanpa kulit, babat,daging kerbau, ikan segar, ikan asin, teri kering, udang segar.)

3. Golongan 3 : suber makan protein nabati ( contoh. Kajang hijau, kacang kedelai, kacang merah segar, kacang tanah, kacang tolo, tahu, tempe.)

4. Golongan 4 : sayuran (contoh. Bayam, bit, buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wartel, daun pakis, jantung pisang. )

5. Golongan 5 : buah-buahan (anggur, apel, belimbung, duku, durian, jambu, kedondong, mangga, pisang, pepaya, melon, nagka masak, sawo, semangka,sirsak.)

6. Golongan 6 : susu ( keju, susu kambing, susu sapi,yogurt susu penuh, joghurt).

7. Golongan 7 : minyak ( mentega, santan, margarin jagung, minyak kedele, dan minyak zaitun (Soegondo, 2009).

2.2. Konsep Pengetahuan 2.2.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,


(38)

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo. 2003).

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Watloly, 2005).

2.2.2 Fungsi Pengetahuan

Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Watloly, 2005).

2.2.3. Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indra


(39)

memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya didalam dirinya (Watloly, 2005).

2.2.4. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni tahu (know), Memahami (comprehension), Menerapkan (application), Analisa (analysis), Sintesa (Synthesis),Evaluasi (Evaluation)

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan.


(40)

Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesa (Synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi– formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian–penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan ekternal. Pengetahuan internal berasal dari dalam diri manusia sedangkan faktor eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan


(41)

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya.

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. Fasilitas, fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. Penghasilan, penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Akan tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi. Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2.6. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau


(42)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (<60%). (Arikunto, 2006).

2.3. Konsep Keluarga 2.3.1 Defenisi keluarga

Menurut Undang- Undung No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu, anak yang saling berintraksi. Menurut depkes R.I.2000 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam suatu tempat dibawah satu atap dimana keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah sekumpulan individu yang tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal dalam satu rumah yang saling berintraksi, intelerasi, dan interdependesi untuk mencapai tujuan bersama (Mubarak, dkk, 2006).

2.3.2. Peran Keluarga Dalam Kesehatan Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang laun terhadap seseorang sesuai dengan kedudukanya dalam suatu sistem. Peran keluarga dalam interaksi dalm anggota keluarga dalam kodisi sehat dan sakit juga mempengaruhi


(43)

berfungsinya keluarga, penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi keluarga yang lainya (Setiawati & Darmawan, 2008).

Dalam upaya mendirikan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sedang sakit, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas dalam merawat anggota keluarga yang sedang sakit dan diharapkan kepada keluarga dapat mengindentifikasi 5 dasar yaitu: fungsi efektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga ( Mubarak, dkk, 2006).

2.3.3. Tugas Kesehatan Keluarga

Keluarga merupakan unit pelayanan dasar dalam masyarakat dan juga merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan banyak terutama dalam menentukan asuhan pada yang diperlukan anggota keluarga. Sebagai salah satu sistem akan terjadi saling interaksi dan interdependensi antara sub-sub sistem dalam keluarga. Dengan kata lain salah satu anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan, maka sistem keluarga keseluruhan akan terganggu.


(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara sebagai berikut: skema:1 kerangka konseptual

Pengetahuan keluarga

Penatalaksanaan Diet DM

- Makanan yang beraneka ragam

- Makanan yang mencukupi energi

- Pembatasan lemak, minyak, dan santan

- Pengunaan garan beryodium

- Mengkosumsi makanan zat besi

- Kebiasaan makan pagi/ sarapan

- Minum air yang betrsih, aman, dan cukup jumlahnya.

- Menghindari minuman berakolhol

- Mengkosumsi makanan yang aman bagi kesehatan


(45)

3.2. Defenisi Konseptual

Defenisi Operasional: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan penatalaksanaan diet diabetes melitus.

Variabel

Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan keluarga Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan penatalaksanaan diet diabetes melitus. Kuesioner 18 pertanyaan Ya = 1 Tidak = 0

Baik 76%-100% 15-18 Cukup 60%-75% 11-14 Kurang < 60% < 10 Ordinal


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yang bertujuan mengidentifikasi pengetahuan keluarga terhadap penatalaksanaan diet Diabetes Militus Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

4.2 Populasi Dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien diabetes militus yang ada di kecamatan babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti jumlah pasien diabetes yang didapat dari puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara pada bulan Januari–Desember 2010 berjumlah 218 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, apabila jumlah subjek kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar atau banyak


(47)

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006) jadi sampel yang diambil dalam penelitian adalah 25% dari jumlah sampel yang direncakan yaitu dengan teknik purposive sampling sebanyak 54 orang responden.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga (yang tidak menderita DM) yang mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus di Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara, yang bersedia menjadi responden serta bisa membaca dan menulis.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilyah kerja Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun pertimbangan pemilihan wilayah Kecamatan tersebut karena kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga terhadap diet diabetes melitus, khususnya keluarga yang mempunyai keluarga yang menderita diabetes melitus. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini sudah dilakukan serta mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau


(48)

tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu lembar pertama mengenai data demografi, lembar kedua mengenai pengetahuan. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia.

Kuesioner mengenai data demografi meliputi: No responden, , jenis kelamin., pendidikan, pekerjaan,penghasilan perbulan, hubungan dengan penderita DM, bagian kedua yaitu kuesioner dalam bentuk tertutup yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi bagaimana pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet Diabetes Militus, yang terdiri dari pertanyaan negatif dan pertanyaan positif. Untuk pertanyaan positif pada soal 1,3,5,7,9,11,13,15,dan 17. Dan untuk pertanyaan negatif pada soal 2,4,6,8,10,12,14,16, dan18. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan yang dikembangkan peneliti dari


(49)

penatalaksanaan diet diabetes melitus. Tiap pernyataan diberi nilai 1 bila ”ya” dan diberi nilai 0 bila ”tidak”.

Penilaian pengetahuan dalam penelitian ini akan dikategorikan menjadi Baik, Cukup, dan Kurang. Menurut Arikunto ( 2006), untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimilki seseorang dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: tingkat pengetahuan Baik jika skor atau nilai 76%-100%, Cukup dengan skor 60%-75% dan pengetahuan kurang jika skor Kurang dari 60%.

Berdasarkan persentase diatas untuk tingkat pengetahuan keluarga tentang diet diabetes militus dikatakan mampu menjawab soal sebagai berikut :

Baik : jika jawaban benar dengan nilai 76%-100% dengan total score 15-18. Cukup : jika jawaban benar dengan nilai 60%-75% dengan total score 11-14 Kurang : jika jawaban benar dengan nilai <60% dengan total score <10

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh dosen keperawatan medikal bedah dengan hasil yang baik dan kemudian kuesioner dapat di sebarkan pada responden.

Tes reliabilitas (kepercayaan) merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti


(50)

sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama ( Notoadmodjo, 2005 ).

Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan

Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data, dengan mengujikan kuesioner kepada 22 subjek diluar dari subjek penelitian dengan kriteria subjek penelitan yang sama kemudian menilai reliabilitasnya. Untuk instrumen yang baru dikatakan reliabel apabila memiliki nilai 0,70. (Arikunto, 2006).

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di kecamatan babusalam Aceh Tenggara. Metode pengumpulan data yang digunakan terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti memperoleh surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan Kepala Puskesmas Kecamatan Babusalam. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner. Setelah selesai pengisian, peneliti mengambil lembar


(51)

kuesioner kemudian memeriksa kelengkapan data dan jawaban. Jika ada data yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing

untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.

Pengolahan data demografi meliputi alamat, umur, lama menderita diabetes, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pengahisan perbulan, dan hubungan dengan penderita diabetes. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi data tetapi tidak dianalisis (Arikonto, 2006). Sedangkan pengolahan data diet diabetes melitus menggunakan teknik komputerisasi yang juga ditampilkan dalam persentase.


(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Pada Bab ini akan di uraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara, penelitian ini dilaksanakan mulai 25 Juli sampai 10 Agustus 2011 di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Dengan jumlah responden sebanyak 54 orang. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh hasil berdasarkan umur terendah 18 tahun dan umur tertinggi 53 tahun,. Berdasarkan jenis kelamin setengah laki-laki 27 responden (50%) dan perempuan (50%), berdasarkan latar belakang pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA 23 responden (42,6%), berdasarkan pekerjaan setengah responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswata 20 responden (37%). Berdasarkan penghasilan responden memiliki peghasilan kurang dari Rp.1000.000 sebanyak 25 responden (46,3%), berdasarkan hubungan keluarga dengan penderita Diabetes melitus memiliki hubungan yaitu anak 21


(53)

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n = 54) di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

Data Demografi Responden Frekuensi (n=54) Persentase (%) Usia Mean SD 31,04 10,499 Minimum Maximum 18 tahun 53 tahun 3 1 5,6 1,6 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan 27 27 50 50

Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 6 4 13 23 8 11,1 7,4 24,1 42,6 14,8 Pekerjaan PNS Wiraswasta Buruh Pelajar 14 20 9 11 25,9 37,0 16,7 20,4 Penghasilan perbulan < Rp.1.000.000 Rp.1000.000-Rp.2.500.000 >Rp.2500.000 25 17 12 46,3 31,5 22,2 Hubungan keluarga penderita diabetes melitus Suami Istri Anak Menantu Cucu 14 11 21 8 0 25,9 20,4 38,9 14,8 0


(54)

5.1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Diet DM

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara diketahui bahwa setengah responden berpengetahuan kurang 25 responden (46,3%), kategoricukup 20 responden (37,0%), dan pengetahuan responden baik sebanyak 9 responden (16,7%).

Tabel 5.1.2 pengetahauan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

Pengetahuan Frekuensi

(n = 54)

Persentase (%) Baik Cukup Kurang 9 20 25 16,7% 37,0% 46,3% 5.2 Pembahasan

Mengenai pembahasan pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet DM Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabuapaten Aceh Tenggara yang dilakukan terhadap 54 responden keluarga yang menderita penyakit DM, bepengetahuan sebagian besar pada katagori kurang yaitu 25 responden (46,3%), dan pengetahuan cukup yaitu 20 responden (37,0%), sedangkan hanya 9 responden (16,7%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai diet DM.


(55)

Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas kecamatan babusalam kabupaten aceh tenggara menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang kurang yaitu 25 responden (46,3%).

Tingkat pengetahuan yang bervarias dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman. Faktor eksternal meliputi lingkungan, kebudayaan dan informasi (Notoadmojo, 2002).

Rendahnya pengetahuan responden tentang penatalaksanaan diet DM dipengaruhi oleh kuranganya pengetahuan diakibatkan kurangnya informasi yang diperoleh responden dari lingkungan sekitar. Dimana masyarakat sekitar kurang memamfaatkan fasilitas kesehatan yang disediakan, dan dari peryataan tenaga kesehatan yang bertugas dipuskesmas kecamatan babusalam, setiap mereka melakukan penyuluhan DM hanya sedikit masyarakat yang menghadirinya diakibatkan sibuk dengan tugas masing-masing. Dan dari hasil penelitina yang dilakukan di puskesmas kecamatan babusalam kab. Aceh tenggara kebanyakan responden berpengetahuan yang kurang yaitu 25 responden (46,3). Hal ini sesuai dengan pendapat Solita Sarwono (1997) bahwa perubahan perilaku dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi secara terus menerus yang akan menambah pengetahuan responden dan membuat responden memahami materi yang disampaikan, yang pada akirnya berefek pada hal yang positf.


(56)

Dari penelitian diperoleh data tengtang jenis kelamin responden yaitu 27 responden laki-laki (50%) dan responden perempuan yaitu 27 responden (50%) winata. Dari jenis kelamin ini dapat mempengaruhi pengetahuan responden tengtang penatalaksanaan diet DM dimana lebih banyak pengalaman wanita dalam memilih dan mengatur makanan dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi (2008) yang meneliti tentang pengetahuan diet diabetes melitus, darihasil penelitian ditemukan responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak melakukan kesalahan praktek pengukuran makanan/dietnya dibanding perempuan yaitu sebanyak 30 orang ( 53,6 % ). Hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih teliti melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan ketrampilan dalam mengatur menu mkanan penderita DM. Lazimnya wanita lebih teliti dan tekun daripada pria dalam melakukan suatu pekerjaan terutama dalam menu makanan. Hal ini mungkin terjadi karena wanita merasa sudah sangat biasa berhubungan dengan makanan,

Dari hasil penelitian yang dilukukan bahwa masih ada responden yang tidak sekolah yaitu 6 responden (11,1%), pendidikan SD 4 responden (7,4%), SMP 13 responden (24,1), diama yang palaing banyak responden yang berpendidikan SMA yaitu 23 responden (42,6%) dan pendidikan perguruan tinggi yaitu 8 responden dengan persentase (14,8%).

Dari tingkat pendidikan responden yang berpariasi maka tingkat pengetahuan responden berbeda-beda. Pengalamaan responden dalam juga dapat menpengaruhi pengetahuan. Hal ini sesusai denga pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa sebagian besar pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat dari diri


(57)

sendiri maupun orang lain, sedangkan tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya.

Menurut penelitian Dewi (2008) yang meneliti tentang pengetahuan diet diabetes melitus, darihasil penelitian ditemukan responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak melakukan kesalahan praktek pengukuran makanan/dietnya dibanding perempuan yaitu sebanyak 30 orang ( 53,6 % ). Hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih teliti melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan ketrampilan dalam mengatur menu mkanan penderita DM. Lazimnya wanita lebih teliti dan tekun daripada pria dalam melakukan suatu pekerjaan terutama dalam menu makanan. Hal ini mungkin terjadi karena wanita merasa sudah sangat biasa berhubungan dengan makanan,

Dukungan keluarga sangat motovasi keluarga sangat berpengaruh dalam penatalaksanaan diet DM, dimana dalam penelitian ini didapat data tentang hubungan keluarga dengan penderita DM yaitu suami 14 responden (25,9%), istri 11 responden (20,4%), dan kebanyakan responden yang memiliki hubungan dengan penderita DM yaitu anak sebanyak 21 responden (38,9), dan menantu yaitu 8 responden (14,8%). Menurut Teori Green (2000) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga termasuk dalam faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang membuat seseorang bersemangat untuk melakukan perubahan perilaku dalam hal ini adalah menjadi lebih memperhatikan kepada hal yang sedang dijalankan. dengan adanya perhatian dan motivasi keluarga kepada


(58)

penderita DM dapat memberikan kesadaran kepada penderita dm sehingga dapat menjalankan dietnya dengan baik dan benar


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Juli sampai 25 Agustus 2011 di puskesmas kecamatan Babusalam Kab. Aceh Tenggara dan setelah membahas secara teoritis serta dilakukan pengujian hasil riset tentang Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet DM Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu: Tingkat pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan diabetes melitus mayoritas pasien memilki pengetahuan yang kurang yaitu 25 responden (46,3%).

6.2 Saran

6.2.1 Pelayanan Keperawatan/ Puskesmas

Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang penatalaksanaan diet diabetes kategori kurang, oleh karena itu penelitian ini diharapkan menjadi data dasar, dan melalui penelitian ini diharapkan perawat bisa menjadi edukator, fasilitator dalam pencegahan penatalaksanaan diet DM dengan pemberian informasi dan penyuluhan tentang penatalaksanaan diet DM kepada masyarakat terutama kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit DM,.


(60)

6.2.2 Keluarga Pasien

Diharapkan kepada keluarga pasien DM agar lebih memahami tentang diet DM melalui pelayanan kesehatan yang telah di sediakan, agar tidak memperburuk kondisi pasien yang menderita DM.

6.2.3 Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien diabetes pada kategori kurang. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang faktor lain yang mempengaruhi peningkatan diabetes dan penatalaksanaan diet DM dengan hasil yang lebih baik.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anandita. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Diakses Tanggal 11 April 2011 dari

Anugraheni. K. (2008) Pengetahuan Keluarga Tentang Diet Diabetes Melitus. Diakses tanggal 20 januari 2012 dari tentang-diet diabetes-militus.html

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian – Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi IV, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Lanywati, E. (2001). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta : Penerbit Kanisus

Dewi. P. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Pengukuran Makanan (Diet) Sehari-Hari Pada Pasien Dm Tipe 2. Diakses tanggal 24 januari 2012 dari www. http://Jurnal Epidemiologi-faktor-yang mempengaruhi-diet diabetes-melitus.html

Mubarak (2006). Ilmu Kperawatan Komunitas 2. Jakarta: Penerbit Sagung Seto Nabil. (2009). Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Notoatmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Perkeni . (2006). Kosensus pengelolaan dan pencegahan diabetes di Indonesia .

Diakses 27 juni 2011

Konsensus-Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabets-Melitus-Tipe-2-di-Indonesia-2006.htm

Rahma. (2009). Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya Di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam,

Rsup Haji Adam Malik, Medan, Tahun 2010. Diakses tanggal 25 januari

201 pengetahuan-diet

pasien-diabetes-melitus.html

Setiabudi, Prawira.(2009). Pusat informasi sumut. Waspada online. Diakses tanggal 11 april.


(62)

Setiawati.S & Dermawan.C, (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Jakarta : EGC.

Soegondo. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Sunita. A. (2004). Perinsip Dasar Gizi. jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tcandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Waspadji & Sukarji. (2007) Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Watloly,2005. Tanggung Jawab Pengetahua: mempertimbangkan epistemology secara cultural .Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

WHO. (2008). Diabetes. Diakses tanggal 10 april 2011 dari

Yufi, (2009). Hubungan Pengetahuan Dengan Diet Dm. Diakses 27 juli 2011


(63)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth Bapak/Ibu/saudara/I Calon Responden

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara:

Nama : Iskandar Nim : 10112102 Alamat : Kutacane

Akan mengadakan penelitian dengan judul “ Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksaan Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara ”, dengan ini kami minta kesediaan bapak/ibu/saudara/I untuk menjadi responden penelitian tersebut.

Demikian kami, atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/I, kami ucapkan terimakasih.

Hormat kami,


(64)

Lampiran 4 A. Kuesioner Data Demografi

Berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang Anda anggap benar.

Nomor responden :

Umur :

1. Jenis kelamin ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Pendidikan terakhir

( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan tinggi 3. Pekerjaan

( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) Buruh

( ) lainnya, sebutkan…… 4. Penghasilan perbulan

( ) < 1.000.000

( ) 1.000.000-2.500.000 ( ) > 2.500.000


(65)

5. Hubungan dengan penderita DM ( ) Suami

( ) Istri ( ) Anak ( ) Menantu ( ) Cucu


(66)

B. Kuesioner Pengetahuan

Berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang Anda anggap benar.

No Pernyataan Ya Tidak

1. Dengan mengkomsumsi makanan yang beraneka ragam (lauk pauk, sayuran dan buah-buahan tidak memperberat penyakit Diabetes Melitus (DM)

2. Makanan pokok lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dapat dikomsumsi penderita DM dengan jumlah yang besar cukup dengan dua kali sehari

3. Sebelum melakukan pekerjaan penderita DM harus makan untuk menambah energi

4. Untuk berolah raga penderita DM memerlukan minuman

suplemen yang dijual bebas untuk menambah energi menambah energi

5. Banyak mengkomsumsi makanan yang mengandung lemak, minyak dan santan menyebabkan resiko penyakit jantung pada penderita DM

6. Membatasi komsumsi lemak, minyak dan santan memperberat penyakit DM

7. dengan mengkomsumsi garam beryodium secukupnya dapat mencegah resiko penyakit gondok pada penderita DM

8. Mengkomsumsi garam berlebihan dapat menetralisir gula dalam darah

9. Penderita DM (yang tidak memiliki penyakit asam urat) mengkosumsi makananan zat besi (penambah darah) seperti: kacang-kacangan, syuran (daun ubi), dan daging.

10. Mengkosumsi makanan sumber zat besi (penambah darah) dapat menyebabkan resiko anemia pada penderita DM

11. Makan sedikit tapi sering dapat mempertahankan gula darah normal


(67)

12. Makan pagi dengan porsi yang besar tidak memperberat penyakit DM

13. Kekurangan minum air penderita DM bisa terkena penyakit lain seperti Dehidrasi.

14. Sedikit minum air dapat nenunrunkan gula darah

15. Mengkosumsi minuman berakohol dapat menyebabkan penyakit lain seperti kerusakan hati pada penderita DM

16. Mengkomsumsi minuman beralkohol tidak mempengaruhi kadar gula darah penderita DM

17 mengkosumsi makanan yang aman bagi kesehatan bebas dari kuman, bakteri baik untuk dikosumsi penderita DM

18 Makan yang mengandung bahan penyedap tidak menpengaruhi penyakit DM


(68)

Medan, Juli 2011

Hal : Permohonan Validitas instrument Kepada Yth, Ibu Yessi Ariani, S.Kep, Ns.

Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul “,Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara” kepada ibu saya memohon untuk dapat memvalidasikan instrument penelitian saya.

Demikianlah surat ini saya buat, atas perhatian dan kesediaan bapak, saya ucapkan terima kasih.

Diketahui oleh

Dosen pembimbing Hormat saya,

(Lufthiani, S.Kep. Ns, Mkes) Iskandar


(69)

BIODATA

A. BIODATA ORANG TUA

a. Ayah

Nama : Zulkhaidir SE

TTL : Kutacane, 10 Oktober 1959 Pekerjaan : PNS

Tempat Tinggal : Kutacane

b. Ibu

Nama : Indun Br. Ginting

TTL : Kabanjahe, 30 Oktober 1959 Pekerjaan : IRT

Tempat Tinggal : Kutacane

B. BIODATA MAHASISWA

a. Biodata

Nama : Iskandar

TTL : Kutacane, 20 September 1988 Anak Dari : Ke 4 dari 4 Bersaudara

b. Riwayat Sekolah

-SD : SD Negeri 2 Kutacane (1994-2000)

-SMP : SMP Negeri 1 Kutacane (2000-2003)

-SMA : SMA Negeri 1 Kutacane (2003-2006)

-Kamenkes NAD Prodi Kep langsa (2007-2010)


(70)

SKRIPSI

− Biaya rental dan print proposal Rp 100.000

− Biaya internet Rp 50.000

− Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000

− Fotocopy perbanyak proposal Rp 75.000

− Membeli sumber, tinjauan perpustakaan Rp 250.000

− Biaya survey awal Rp 75.000

− Biaya transportasi Rp 150.000

PENGUMPULAN DATA

− Transportasi Rp 150.000

− Fotocopy Rp 75.000

− Biaya penelitian Rp 250.000


(71)

Iskandar 101121102

Pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara Kepada Yth. PUSKESMAS KUTACANE


(72)

(1)

12. Makan pagi dengan porsi yang besar tidak memperberat penyakit DM

13. Kekurangan minum air penderita DM bisa terkena penyakit lain seperti Dehidrasi.

14. Sedikit minum air dapat nenunrunkan gula darah

15. Mengkosumsi minuman berakohol dapat menyebabkan penyakit lain seperti kerusakan hati pada penderita DM

16. Mengkomsumsi minuman beralkohol tidak mempengaruhi kadar gula darah penderita DM

17 mengkosumsi makanan yang aman bagi kesehatan bebas dari kuman, bakteri baik untuk dikosumsi penderita DM

18 Makan yang mengandung bahan penyedap tidak menpengaruhi penyakit DM


(2)

Medan, Juli 2011

Hal : Permohonan Validitas instrument Kepada Yth, Ibu Yessi Ariani, S.Kep, Ns.

Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul “,Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara” kepada ibu saya memohon untuk dapat memvalidasikan instrument penelitian saya.

Demikianlah surat ini saya buat, atas perhatian dan kesediaan bapak, saya ucapkan terima kasih.

Diketahui oleh

Dosen pembimbing Hormat saya,

(Lufthiani, S.Kep. Ns, Mkes) Iskandar


(3)

BIODATA

A. BIODATA ORANG TUA

a. Ayah

Nama : Zulkhaidir SE

TTL : Kutacane, 10 Oktober 1959 Pekerjaan : PNS

Tempat Tinggal : Kutacane

b. Ibu

Nama : Indun Br. Ginting

TTL : Kabanjahe, 30 Oktober 1959 Pekerjaan : IRT

Tempat Tinggal : Kutacane

B. BIODATA MAHASISWA

a. Biodata

Nama : Iskandar

TTL : Kutacane, 20 September 1988 Anak Dari : Ke 4 dari 4 Bersaudara

b. Riwayat Sekolah

-SD : SD Negeri 2 Kutacane (1994-2000)

-SMP : SMP Negeri 1 Kutacane (2000-2003) -SMA : SMA Negeri 1 Kutacane (2003-2006) -Kamenkes NAD Prodi Kep langsa (2007-2010) -Fakultas kep USU (2010-2012)


(4)

SKRIPSI

− Biaya rental dan print proposal Rp 100.000

− Biaya internet Rp 50.000

− Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000 − Fotocopy perbanyak proposal Rp 75.000 − Membeli sumber, tinjauan perpustakaan Rp 250.000

− Biaya survey awal Rp 75.000

− Biaya transportasi Rp 150.000

PENGUMPULAN DATA

− Transportasi Rp 150.000

− Fotocopy Rp 75.000

− Biaya penelitian Rp 250.000


(5)

Iskandar 101121102

Pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara Kepada Yth. PUSKESMAS KUTACANE


(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya Di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, Rsup Haji Adam Malik, Medan, Tahun 2010

0 63 80

Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan

1 79 67

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Tentang Penatalaksanaan DM pada Pasien DM di Puskesmas Ciputat Timur

9 88 112

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

3 36 120

KARAKTERISTIK PENDUDUK MIGRAN DI KECAMATAN BABUSSALAM KABUPATEN ACEH TENGGARA.

0 7 21

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puske

0 5 16

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 4 9

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 2 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puske

0 8 13

9 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU DIET PENDERITA DIABETES MELLITUS

0 2 7