Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Berisiko tentang Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN ANGGOTA

KELUARGA BERISIKO TENTANG PENCEGAHAN

DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi

Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

MARIA ULFA

1111104000051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2015


(3)

iii

NURSING DEPARTMENT

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduate thesis, July 2015

Maria Ulfa, NIM: 1111104000051

The Descriptive of Risk Family Members’ Knowledge in Preventing Diabetes Mellitus Type II in Puskesmas Pisangan

xix + 62 Pages + 14 Tables + 3 Charts + 7 Attachments

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the non-communicable diseases that could be passed down from parents to their children. Complication diseases that have been occured to the people are stroke, kidney disease, heart disease, nephropathy, retinopathy, and gangrene. Besides complications, diabetes could also lead to socio-economic impacts and losses, both directly and indirectly for the patient. Diabetes mellitus could be prevented by lifestyle changes, getting the ideal weight, increasing physical activity, and a healthy diet. This study is aimed to describe the risk family members’ knowledge in preventing diabetes mellitus type 2. This research is quantitative descriptive research which is cross sectional, while the total sampling is 44 respondents. The data analysis is univariate analysis.

The results showed that the characteristics of a majority respondents are female, 17-44 years old, well-educated, diabetes history from one of parents, and the old diabetes <5 years. Overview of knowledge respondents indicated that 13 respondents (29.5%) are well-educated, 23 respondents (52.3%) are enough-educated, and 8 respondents (18.2%) are less-educated. This research could be the new consideration for Puskesmas Pisangan to improve surrounded people’s knowledge in preventing diabetes mellitus. Especially for risk family members could do the diet and exercise regularly to reduce the indication of diabetes mellitus in the future.

Keywords: Diabetes Prevention, Knowledge, Risk Family Members References: 44 (2006-2014)


(4)

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi Juli, 2015

Maria Ulfa, NIM: 1111104000051

Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Berisiko tentang Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

xix + 62 Halaman + 14 Tabel + 3 Bagan + 7 Lampiran

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Komplikasi yang sering ditimbulkan berupa stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, retinopati, dan gangren. Selain terjadi komplikasi, diabetes juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi dan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penderita. Diabetes melitus bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup, mencapai berat badan ideal, peningkatan aktivitas fisik, diet seimbang dan bergizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko tentang pencegahan diabetes melitus tipe 2. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif cross sectional, cara pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 44 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden mayoritas jenis kelamin perempuan, usia 17-44 tahun, rata-rata berpendidikan tinggi, riwayat diabetes salah satu dari ayah atau ibu, dan lama diabetes <5 tahun. Gambaran pengetahuan responden menunjukkan bahwa 13 responden (29,5%) berpengetahuan baik, 23 responden (52,3%) berpengetahuan cukup, dan 8 responden (18,2%) berpengetahuan kurang. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Puskesmas Pisangan untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan diabetes melitus. Masyarakat terutama anggota keluarga berisiko dapat mengatur diet dan melakukan olahraga teratur dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes melitus di masa mendatang.

Kata Kunci: Anggota Keluarga Berisiko, Pencegahan DM, Pengetahuan Daftar Bacaan: 44 (2006-2014)


(5)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MARIA ULFA

Tempat, Tanggal Lahir : OKU Timur, 03 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Ds. Sukomulyo Martapura Sumatera Selatan Telepon : 0857-7042-6584

Email : mrlf20@gmail.com

Pendidikan

1. 1998-1999 : TK Al-Hidayah Tugasari 2. 1999-2005 : SDN 13 Martapura 3. 2005-2008 : MTs Nurul Huda 4. 2008-2011 : MA Nurul Huda

5. 2011-1015 : S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syahid Jakarta

Organisasi

1. 2009-2010 : Ikatan Santri MA Nurul Huda 2. 2012-2014 : CSS Mora UIN Jakarta


(6)

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan teruntuk orang-orang yang amat tercinta yang senantiasa memberikan limpahan kasih sayang, serta doa yang tiada hentinya.

Ayahanda Mustopa, sosok ayah serta pemimpin keluarga yang luar biasa hebatnya, pantang menyerah, menjadi teladan dalam kehidupan ini, mengajarkan arti menghargai serta mensyukuri apapun yang kita dapatkan, terima kasih ayah seluruh jasamu tak kan pernah ternilai dengan apapun.

Ibunda Ropiah tercinta, yang selalu mengajarkan makna luar biasa tentang kesabaran, serta menjadi sosok ibu yang penuh dengan kasih sayang serta menjadi panutan bagi anak-anaknya. Abah KH. Affandi, BA. sungguh luar biasa jasanya, bak mentari yang menyinari bumi tiada henti. Beliau adalah sosok yang amat sangat berjasa yang telah menunjukkan jalan menuju kesuksesan yang tak pernah terduga.

Adinda Inayah, Hasan, para bibi, paman, bude, pakde, dan seluruh keluarga besar, kalian adalah keluarga terbaik sepanjang masa yang tak kan pernah terlupa dan tergantikan oleh siapapun dan bagaimanapun, yang selalu berbagi suka duka senyum tawa bahagia bersama.

Sahabat sekaligus saudara terbaik pelengkap seluruh kebahagiaan, tanpamu apalah artinya perjalananku ini, Ning Liha, Gus Zein,

Mas Ni’am, Mas Rico, Mas Coyin, Herlis, Lina, Lisa, begitu

bersyukurnya karena Allah telah menganugerahkan dan mempertemukan kita, berbagi dalam suka dan duka, saling mengingatkan dan menasihati. Tak kan pernah terlupa segala jasa kalian wahai saudaraku.

Terima kasih Tuhan telah memperkenalkan kami dalam kehidupan ini....


(7)

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain pujian ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko terhadap pencegahan diabetes melitus tipe II.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolonganMu Ya Allah serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp,M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ernawati, S.Kp,M.Kep.,Sp.KMB dan Bapak Karyadi, M.Kep.,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing, terima kasih telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya selama proses pembuatan skripsi ini.


(8)

xi

4. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, menjadi tempat curhat, dan memberi motivasi selama hampir 4 tahun duduk di bangku kuliah.

5. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses perkuliahan, tanpa beasiswa tersebut saya belum tentu bisa menikmati indahnya kuliah di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Orang tua saya, Bapak Bisri Mustopa dan Ibu Siti Ropiah yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak terhingga kepada saya. Tak lupa, Adikku, Maftukhatul Inayah dan Ahmadi Hasan dan seluruh keluargayang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.

7. Sahabat terbaikku Malihatus Syafi’ah yang tak pernah bosan mengingatkan dan memberikan support serta berbagi ilmu dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Saudara-saudaraku CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman tak terhingga.

9. Saudara IKANUHA Jakarta serta Sahabat seperjuangan tercinta angkatan 2011 dan BEM PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.

10. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini hingga selesai.


(9)

xii

Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Juli 2015


(10)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Abstract... iii

Abstrak... iv

Pernyataan Persetujuan... v

Lembar Pengesahan... vi

Lembar Pengesahan... vi

Daftar Riwayat Hidup... viii

Lembar Persembahan... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xiii

Daftar Singkatan... xv

Daftar Bagan... xvii

Daftar Tabel... xviii

Daftar Lampiran... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Pertanyaan Penelitian... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pengetahuan... 9

1. Definisi Pengetahuan... 9

2. Tingkat Pengetahuan... 9

B. Diabetes Melitus... 11

1. Definisi Diabetes Melitus... 11

2. Klasifikasi Diabetes Melitus... 12

3. Faktor Risiko Diabetes Melitus... 13

4. Patofisiologi... 14

5. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2... 15

a. Diagnosis... 15

b. Diagnosis Diabetes Melitus... 16

c. Pilar Utama Pengelolaan Diabetes Melitus... 17

d. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2... 19

C. Pencegahan Penyakit Anggota Keluarga... 26

D. Penelitian Terkait... 27

E. Kerangka Teori... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 30


(11)

xiv

B. Definisi Operasional... 31

BAB IV METODE PENELITIAN... 33

A. Desain Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33

C. Populasi dan Sampel... 33

D. Instrumen Penelitian... 34

E. Uji Validitas dan Reliabilitas... 35

F. Proses Pengumpulan Data... 36

G. Pengolahan Data... 37

H. Analisa Data... 38

I. Etika Penelitian... 38

BAB V HASIL PENELITIAN... 41

A. Gambaran Tempat Penelitian... 41

B. Hasil Analisis Univariat... 43

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 43

2. Berdasarkan Usia... 43

3. Berdasarkan Pendidikan... 44

4. Berdasarkan Riwayat Orang Tua yang Menderita Diabetes Melitus... 44

5. Berdasarkan Lama Orang Tua Menderita Diabetes Melitus... 45

6. Gambaran Pengetahuan Responden... 45

BAB VI PEMBAHASAN... 50

A. Karakteristik Responden... 50

1. Jenis Kelamin... 50

2. Usia... 51

3. Pendidikan... 51

4. Riwayat Orang Tua yang Menderita Diabetes Melitus... 53

5. Lama Orang Tua Menderita Diabetes Melitus... 54

B. Gambaran Pengetahuan Responden... 55

C. Keterbatasan Penelitian... 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 60

A. Kesimpulan... 60

B. Saran... 60 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xv

DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association

CRIPE : Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training DM : Diabetes Melitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional GDPT : Gula Darah Puasa Terganggu HLA : Human Leucocyte Antigen ICA : Islet Cell Antibody

IDF : International Diabetes Association IMT : Indeks Massa Tubuh

Kemenkes : Kementerian Kesehatan MHR : Maximum Heart Rate

PAD : Peripheral Arterial Diseases PCOS : Polycystic Ovary Syndrome

Perkeni : Persatuan Endokrinologi Indonesia PT : Perguruan Tinggi

PTM : Penyakit Tidak Menular Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas THR : Targer Heart Rate


(13)

xvi TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral TNM : Terapi Nutrisi Medis UIN : Universitas Islam Negeri

UKGMD : Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat di Desa WHO : World Health Organization


(14)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Algoritma pencegahan DM tipe 2 24 Bagan 2.2 : Kerangka teori 29


(15)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa 17

Tabel 2.2 Aktivitas Fisik Sehari-hari 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional 31

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 43

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 43

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 44

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Orang Tua DM 44

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Riwayat Orang Tua DM 45

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 45

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pengetahuan 46

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Pengetahuan 47

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Riwayat DM dan Pengetahuan 47

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan 48

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Orang Tua DM dan Pengetahuan 49


(16)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Penjelasan tentang Penelitian Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4. Instrumen Penelitian

Lampiran 5. Rekapitulasi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Pengetahuan


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. PTM menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak menular yang menyita banyak perhatian adalah diabetes melitus Kemenkes, 2013).

International Diabetes Federation (IDF) (2014) menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak mampu memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi lebih tinggi. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu lama menyebabkan kerusakan tubuh dan kegagalan berbagai organ dan jaringan.

Penelitian Trisnawati dan Styorogo pada tahun 2012 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 adalah umur, riwayat keluarga, aktifitas fisik, tekanan darah tinggi, stres, dan kadar kolesterol. Demikian juga penelitian oleh Awad dkk (2013) menunjukkan bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian diabetes adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) >23, hipertensi >140/90 mmHg, riwayat keluarga, umur >40 tahun, dan dislipidemia. Faktor lain yang mendukung terjadinya diabetes yaitu, pola


(18)

makan yang salah, kurang aktifitas fisik, obat-obatan, proses menua, dan stress (Soegondo, 2007).

Sebagian besar penyandang diabetes di Indonesia adalah kelompok diabetes melitus tipe 2 yaitu lebih dari 90% dari seluruh populasi diabetes, sedangkan penyandang diabetes melitus tipe 1 lebih sedikit jumlahnya (Perkeni, 2011). Jumlah penderita diabetes di Indonesia tahun 2000 mencapai 8,43 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 21,257 juta jiwa pada tahun 2030, bahkan saat ini prevalensi diabetes di Indonesia menduduki urutan ke enam di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 4 juta orang meninggal setiap tahun akibat komplikasi (Kemenkes, 2013).

Prevalensi diabetes tahun 2013 adalah 2,1%, lebih tinggi daripada tahun 2007 (1,1%). Provinsi Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat memiliki kecenderungan menurun, sedangkan 31 provinsi lainnya menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes seperti Maluku (0,5% menjadi 2,1%), Sulawesi Selatan (0,8% menjadi 3,4%), Nusa Tenggara Timur (1,2% menjadi 3,3%), dan Banten mengalami peningkatan dari 0,9% menjadi 1,8 % (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi diabetes pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk,


(19)

3

diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 194 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi diabetes pada daerah urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh tenaga kesehatan yang ada (Perkeni, 2011).

Diabetes bisa dialami oleh siapa saja, berbagai profesi, suku, agama, usia, pekerjaan, dan status sosial ekonomi. Diabetes memiliki dasar genetik yang kuat untuk diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Gen yang dimaksud tidak selalu berasal dari orang tua kandung, tetapi bisa berasal dari kakek nenek atau generasi di atasnya. Bahkan, meskipun orang tua terhindar dari diabetes karena gaya hidup yang baik, bukan berarti anaknya terbebas dari faktor risiko di kemudian hari (Nurrahmani, 2011).

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga diabetes, memiliki tingkat risiko lebih tinggi. Risiko pada kembar monozigotik adalah 70%, sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20-30%. Jika salah satu orang tua yang menderita, risiko penyakit ini sebesar 40%, lebih besar jika ibu yang menderita. Jika kedua orang tua menderita diabetes risiko bagi anak-anaknya sebesar 70% (ADA, 2010).

Diabetes merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Komplikasi yang sering ditimbulkan yaitu stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, retinopati, dan gangren. Selain terjadi komplikasi, diabetes juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi dan kerugian bagi penderita. Kerugian langsung meliputi biaya perawatan, pelayanan medis,


(20)

rawat jalan, pembedahan, obat-obatan, uji laboratorium serta biaya peralatan. Kerugian tidak langsung mencakup kehilangan hari kerja yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan penghasilan, pembayaran asuransi, kerugian perorangan serta hal-hal yang tidak dapat dihitung seperti rasa nyeri dan ketidaknyamanan selama sakit (Price, 2012 & Perkeni, 2011).

Mengingat bahwa diabetes akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak sangat berperan dalam penanggulangannya, khususnya dalam upaya pencegahan (Perkeni, 2011). Diabetes bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup, mencapai berat badan ideal, peningkatan aktivitas fisik, diet seimbang dan bergizi, mengurangi rokok, mengurangi stres, dan pola tidur yang cukup (IDF, 2014).

Pengetahuan tentang diabetes merupakan komponen penting untuk pengendalian maupun pencegahan, dengan pengetahuan seseorang dapat menentukan manajemen diri dan perilaku apa yang harus digunakan untuk mengatasi penyakitnya (Hu, Jie dkk, 2012). Pengetahuan anggota keluarga berisiko yang lebih baik mengenai pencegahan diabetes diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menekan prevalensi diabetes di masa mendatang. Sebagaimana penelitian Omolafe dkk (2010) menyebutkan bahwa orang Amerika Afrika dengan riwayat keluarga positif diabetes memiliki pengetahuan lebih besar tentang faktor risiko terhadap diabetes, lebih memahami tentang pengaruh penyakit akibat kebiasaan makan dan aktivitas fisik, dan secara signifikan lebih sering


(21)

5

terlibat dalam aktivitas fisik daripada yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara yang dilakukan pada sepuluh responden anggota keluarga berisiko (anak) dengan orang tua mempunyai riwayat diabetes tentang pencegahan diabetes menunjukkan bahwa enam orang mengatakan pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga pola makan, dua orang mengatakan dengan olahraga dan mengatur pola makan, dan dua orang lainnya mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara pencegahannya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berisiko mengetahui bagaimana pencegahannya secara benar.

Penelitian ini difokuskan kepada diabetes melitus tipe 2 karena sebagaimana diketahui bahwa penyakit ini merupakan salah satu penyakit keturunan dan didukung oleh bagaimana pola hidup seseorang yang tidak baik. Sedangkan pada diabetes melitus tipe 1 faktor genetik dikaitkan dengan pola Human Leucocyte Antigen (HLA) tertentu yang berperan sebagai suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan sehingga terjadi kerusakan pada pankreas akibat infeksi virus (WDF, 2009).

Selama ini penelitian diabetes lebih berfokus pada penderita, sedangkan penelitian yang berkaitan dengan pencegahan pada kelompok berisiko belum pernah dilakukan di Indonesia termasuk di Puskesmas Pisangan Ciputat, oleh karena itu peneliti ingin meneliti gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko tentang pencegahan diabetes melitus tipe 2.


(22)

B. Rumusan Masalah

Tingginya kasus DM tipe 2 di Indonesia menjadi masalah yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Indonesia menempati urutan keenam penduduk tertinggi dengan diabetes melitus di dunia. Kecenderungan prevalensi diabetes melitus tahun 2013 adalah 2,1%, lebih tinggi daripada tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas, 2013).

Data dari Puskesmas Pisangan diperoleh bahwa jumlah kunjungan penderita diabetes melitus selama tahun 2014 mencapai 109 kunjungan, angka ini menyumbangkan partisipasi angka penderita diabetes melitus yang cukup berarti, dengan demikian orang-orang yang berisiko diabetes melitus juga tidak sedikit.

Pengetahuan tentang diabetes melitus merupakan komponen penting untuk dapat melakukan pencegahan diabetes melitus, dan tidak semua orang yang berisiko menderita diabetes melitus mengetahui bagaimana pencegahannya dengan benar, oleh sebab itu peneliti ingin meneliti tentang gambaran pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan diabetes melitus tipe 2.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko diabetes melitus terhadap pencegahan diabetes melitus.


(23)

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko terhadap pencegahan diabetes melitus.

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran data demografi anggota keluarga yang berisiko terhadap diabetes melitus tipe 2 (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama dan riwayat keluarga penderita DM.

2) Mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko terhadap deteksi dini diabetes melitus, diet, dan olahraga/aktifitas fisik.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi petugas puskesmas dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti di bidang penelitian keperawatan khususnya di bidang endokrinologi.

3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.


(24)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan diabetes melitus. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Subjek yang diteliti adalah anggota keluarga berisiko dengan riwayat orang tua diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat.


(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan tentang diabetes melitus merupakan komponen penting untuk pengendalian maupun pencegahan diabetes, dengan pengetahuan seseorang dapat menentukan manajemen diri dan perilaku apa yang harus digunakan untuk mengatasi penyakitnya (Hu, Jie dkk, 2012). Pembahasan mengenai pengetahuan dan diabetes melitus akan dijelaskan dalam tinjauan pustaka berikut ini.

A.Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2012). a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang


(26)

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahu, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah memahami objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang


(27)

11

baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut.

B.Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang dihasilkan dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2010).


(28)

Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2008).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologis diabetes melitus (ADA, 2010). 1) Diabetes Melitus Tipe 1

Destruksi sel beta, menjurus kepada defisiensi insulin absolut, autoimun dan idiopatik

2) Diabetes Melitus Tipe 2

Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

3) Tipe Lain

Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain berkaitan dengan diabetes melitus.

4) Diabetes melitus gestasional

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan kehamilan. Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat keluarga dengan diabetes melitus,


(29)

13

abortus berulang, riwayat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital atau melahirkan bayi dengan berat >4000 gram, riwayat preeklamsia.

Karakteristik untuk membedakan diabetes melitus tipe 1 dan 2, yaitu: 1) Diabetes Melitus Tipe 1: mudah terjadi ketoasidosis, pengobatan harus

dengan insulin, onset akut, biasanya kurus, biasanya pada umur muda, berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4, didapatkan Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga diabetes (+) pada 10%, 30-50% kembar identik terkena.

2) Diabetes Melitus Tipe 2: tidak mudah terjadi ketoasidosis, tidak harus dengan insulin, onset lambat, gemuk atau tidak gemuk, usia biasanya >45 tahun, tak berhubungan dengan HLA, tidak ada Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga (+) pada 30%, ± 100% kembar identik terkena

3. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat diwariskan.Gen merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orang tua kepada turunannya. Gen yang dimaksud tidak selalu berasal dari orang tua kandung, tetapi dapat berasal dari kakek nenek atau generasi di atasnya (Nurrahmani, 2012). Risiko diabetes tipe 2 pada kembar monozigotik adalah 70%, sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20-30%. Jika salah satu orang tua menderita diabetes melitus, risiko pengembangan penyakit ini sebesar 40%, lebih besar jika ibu yang menderita diabetes melitus tipe 2. Jika kedua orang tua menderita diabetes melitus risiko diabetes sebesar 70% bagi anak-anaknya.


(30)

Faktor lain yang mendukung terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu, kegemukan atau obesitas, pola makan yang salah, kurang aktifitas fisik, obat-obatan, proses menua, dan stress (ADA, 2010 & Soegondo, 2008).

4. Patofisiologi

a. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1

Insulin pada diabetes melitus tipe 1 tidak dapat dibentuk oleh pankreas, dipengaruhi oleh reaksi autoimun yang disebabkan oleh peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini mengakibatkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi ICA mengakibatkan hancurnya sel beta namun sel alfa dan sel delta tetap utuh. Insulitis dapat disebabkan diantaranya oleh virus seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes, dan lain-lain yang menyerang sel beta (Soegondo, 2008).

Penderita DM tipe 1 mewarisi predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu seperti HLA-B8, HLA-B15, HLA B-18, HLA-Cw-3, HLA-DR3 dan HLA-DR4. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Individu yang memiliki salah satu HLA ini mempunyai risiko tiga kali lipat menderita diabetes melitus tipe 1 (ADA, 2010).


(31)

15

b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2

Terdapat dua masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya, insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Peningkatan jumlah insulin yang disekresikan dibutuhkan untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe 2 (ADA, 2010).

5. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2

a. Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan atas dasar glukosuria saja. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan darah plasma vena. Sedangkan, untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan


(32)

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (Perkeni, 2011).

b. Diagnosis Diabetes Melitus

Beberapa keluhan atau tanda gejala yang muncul pada penderita diabetes melitus diantaranya keluhan klasik berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1) Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.

2) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.


(33)

17

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis diabetes (mg/dl) (Perkeni, 2011)

Bukan DM

Belum pasti

DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200 Darah kapiler < 90 90-199 ≥200 Kadar glukosa

darah puasa (mg/dl)

Plasma vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100

c. Pilar Utama Pengelolaan Diabetes Melitus

1. Edukasi

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi diabetes melitus diperlukan bagi pasien dan keluarga untuk peningkatan pengetahuan dan motivasi. Pasien yang mengalami peningkatan pengetahuan dan motivasi akan mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan diabetes nelitus (Soegondo 2008).

Pendekatan umum untuk mengelola pendidikan diabetes adalah dengan membagi informasi dan keterampilan menjadi dua tipe utama. 1) Keterampilan serta informasi yang bersifat dasar (basic), awal

(initial) atau bertahan (survival), meliputi patofisiologi sederhana, cara-cara terapi, pengenalan, penanganan dan pencegahan


(34)

komplikasi akut yang meliputi hipoglikemia dan hiperglikemia, informasi yang pragmatis (dimana membeli dan menyimpan insulin, spuit suntik, alat-alat pemantau gula darah, kapan dan bagaimana menghubungi dokter).

2) Pendidikan tingkat lanjut meliputi: perawatan kaki, perawatan mata, hygiene, penanganan faktor risiko.

2. Perencanaan Makan (Terapi Nutrisi Medis)

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Prinsip pengaturan makan pada penderita DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penderita DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis makan, dan jumlah makanan, terutama bagi yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

3. Latihan Jasmani

Latihan jasmani dianjurkan teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, yang bersifat CRIPE (continuous, rhytmical, interval, progressive, endurance training). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.


(35)

19

Tabel 2.2. Aktivitas Fisik Sehari-hari

Kurang Aktifitas

Hindari aktivitas sebentar

Misalnya, menonton televisi, menggunakan internet, main game komputer.

Persering aktivitas

Mengikuti olahraga rekreasi dan beraktivitas fisik tinggi pada waktu liburan

Misalnya, jalan cepat golf, olah otot, bersepeda, sepak bola.

Aktifitas harian

Kebiasaan bergaya hidup sehat

Misalnya, berjalan kaki ke pasar (tidak menggunakan mobil), menggunakan tangga (tidak mengunakan lift), menemui rekan kerja (tidak haanya melalui telepon internal), jalan dari tempat parkir. 4. Intervensi Farmakologis

Pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:

1) Obat glikemik oral, meliputi pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea, Glinid), dan penambah sensitivitas terhadap insulin (Biguanid, Tiazolidindion, Penghambat Glukosidase Alfa).

2) Insulin

d. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yaitu mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk mendapat diabetes melitus dan kelompok intoleransi glukosa. Materi pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan dan pengeloaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa. Skema tentang alur pencegahan primer dapat dilihat pada bagan 1.


(36)

Materi penyuluhan meliputi:

1. Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai risiko diabetes dan mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 atau intoleransi glukosa. 2. Diet sehat

Diet dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko. Diet ini berupa pengaturan jumlah asupan kalori yang diberikan ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Jenis makanan mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Diet yang dianjurkan yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. (Perkeni, 2011).

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari berbagai jenis makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Pola 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang jika disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh (Almatsier, 2009).


(37)

21

3. Latihan jasmani

Pada saat berolahraga, permeabilitas membran sel terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga gula darah lebih mudah masuk dan resistensi insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat (Nurrahmani 2012). Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah dilakukan selama 30 menit untuk 1 kali olahraga, dilakukan sebanyak 3-4 kali aktivitas/minggu (Perkeni, 2011 & Diabetes Australia 2006).

Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi meliputi (Perkeni, 2002 dalam Ernawati, 2013):

a. Continuous

Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti.

b. Rhytmical

Olahraga sebaiknya dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.

c. Interval

Latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. d. Progressive

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit.


(38)

e. Endurance

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan prinsip latihan jasmani bagi seorang diabetisi maupun bukan, yaitu harus memenuhi beberapa hal: frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis (Perkeni, 2002 dalam Ernawati, 2013).

 Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu.

 Intensitas : ringan dan sedang (60-70% x maximum heart rate)

 Durasi : 30-60 menit

 Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.

Untuk melakukan latihan jasmani, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Nurrahmani, 2012):

a. Pemanasan (warm-up), dilakukan 5-10 menit. Tujuanya adalah untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi, mengurangi kemungkinan cedera.

b. Olahraga inti (conditioning), selama 20 menit. Diusahakan denyut nadi mencapai Target Heart Rate (THR). Jika di bawah THR maka olahraga tersebut tidak bermanfaat. Jika berlebihan akan menimbulkan risiko yang tidak diinginkan.


(39)

23

Rumus: sebelum menghitung THR, tentukan dahulu MHR (Maximum Heart Rate) : 220-umur. THR: 70%-80% x MHR. c. Pendinginan (cooling down), dilakukan selama 5-10 menit

bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat di otot yang dapat menimbulkan nyeri otot atau kepala pusing karena darah masih terkumpul di otot yang aktif. Jika jogging, pendinginan dilakukan dengan berjalan. Jika bersepeda, pendinginan dilakukan dengan tetap mengayun dengan tanpa beban.

d. Peregangan (stretching), bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang.

4. Berhenti merokok.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular pada penderita diabetes (Perkeni, 2011).


(40)

agan 2.1: Algoritma pencegahan DM tipe 2 (Perkeni, 2011)

Bagan 2.1: Alur pencegahan primer diabetes melitus tipe 2 (Perkeni, 2011) Populasi dengan risiko

tinggi pada usia <30 th.

-Riwayat keluarga DM

-Kelainan kardiovaskular -Berat badan lebih -Gaya hidup sedenter -Diketahui mengalami

GDPT atau TGT -Hipertensi -Trigliserida

meningkat, HDL rendah atau keduanya -Riwayat DMG -Riwayat melahirkan

bayi >4000 g -PCOS

-Terapi gizi -Aktivitas fisik -Penurunan berat badan Belum dianjurkan -Hipertensi -Dislipidemia -Kebugaran fisik

-Kontrol BB

TTGO 2 jam adalah metode yang paling sensitif untuk deteksi dini dan merupakan prosedur penyaring yang dianjurkan. -Bila berat badan

berlebih diturunkan sebanyak 5-10% -Latihan jasmani

30 menit 5 kali/minggu

Singkatan:

AIC= Hemoglobin A1c AGI= α-glukosidase inhibitor; GDP=Gula darah puasa; HDL=High density lipoprotein;GDPT= glukosa darah puasa terganggu, TGT= toleransi glukosa terganggu, TGM= terapi gizi medis; TTGO=Tes toleransi glukosa oral; GDPP= Glukosa darah 2 jam pos prandial; Rx=Terapi; SU=Sulfonyluree, TZD=Tiazolidindion.

Penatalaksanaan n

Deteksi dini gaya hidup Perubahan farmakologis Terapi

Pemantauan berkala untuk glukosa darah dan faktor risiko


(41)

25

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau meng- hambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita diabetes melitus. Pencegahan dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit diabetes melitus.

Program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan menuju perilaku sehat. Pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan diulang pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya. 3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dll.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.


(42)

C.Pencegahan Penyakit Anggota Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosinal serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2013). Keluarga merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya seperti lingkungan/masyarakat (Efendi, 2009).

Status sehat/sakit anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi. Penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan interaksinya, sementara itu keluarga pada gilirannya mempengaruhi perjalanan penyakit dan status kesehatan anggotanya. Keluarga cenderung menjadi pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus menjadi pelaku dalam menentukan masalah kesehatannya (Gillis, Rose, Hallburg, & Martinson, 1989; Wright & Leahey, 2000 dalam Friedman, 2013).

Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, sampai rehabilitasi.

Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga memberikan kemungkinan munculnya faktor risiko pada anggota keluarga lainnya,


(43)

27

demikian juga pada diabetes yang merupakan salah satu penyakit yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya.

Tingkat pencegahan mencakup keseluruhan spektrum isu sehat dan sakit, serta tujuan yang sesuai untuk setiap tingkatan. Ketiga tingkatan itu adalah: 1. Pencegahan primer, yang melibatkan promosi kesehatan dan tindakan

pencegahan spesifik atau tindakan perlindungan kesehatan yang dirancang untuk menjaga individu bebas dari penyakit atau ceera. Tindakan pencegahan spesifik atau perilaku yang melindungi kesehatan juga disebut pemeliharaan kesehatan.

2. Pencegahan sekunder, yang terdiri atas deteksi dini, diagnosis, dan terapi. 3. Pencegahan tersier, yang mencakup tahap pemulihan dan rehabilitasi,

dirancang untuk meminimalkan disabilitas klien dan memaksimalkan tingkat fungsi dirinya (Leavell, et al., 1965;Williams & Torrens, 1999 dalam Friedman 2013).

D.Penelitian Terkait

Penelitian Midhet dkk (2010) tentang Lifestyle Related Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus in Saudi Arabia menunjukkan bahwa ada hubungan antara diabetes dan riwayat diabetes maternal, pendidikan, kurang aktifitas latihan, dan kebiasaan diet. Diet sehat dan pola hidup aktif secara signifikan menurunkan risiko DM Tipe 2 pada kelompok dengan riwayat keluarga diabetes melitus. Program promosi kesehatan diet sehat dan aktifitas latihan teratur dibutuhkan untuk mengurangi kejadian diabetes melitus di Saudi Arabia.


(44)

Penelitian Omolafe dkk (2010) tentang We are Family: Family History of Diabetes Among African American and its Association to Perceived Severity, Knowledge of Risk Factors, and Phisycal Activity Level, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang Amerika Afrika dengan riwayat keluarga positif memiliki pengetahuan lebih besar tentang faktor risiko, lebih memungkinkan untuk menunjukkan bahwa kekhawatiran mereka tentang pengaruh penyakit melalui kebiasaan makan dan aktivitas fisik, dan secara signifikan lebih sering terlibat dalam aktivitas fisik daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes.


(45)

29

E.Kerangka Teori

Bagan 2.2 : Kerangka teori, modifikasi dari Perkeni, 2011; ADA, 2010; & Soegondo, 2008.

Faktor risiko -Genetik -Obesitas -Usia -Diet tidak

tepat

-kurang latihan fisik -Obat-obatan -Stress Diabetes Melitus Penatalaksanaan Edukasi Perencanaan makan Latihan Jasmani Terapi farmakologis Pencegahan Primer Sekunder Tersier Kelompok berisiko Mencegah timbul penyulit pada penderita DM Mencegah kecacatan lebih lanjut

deteksi dini, diet, olahraga/latihan fisik. Pengobatan, deteksi dini penyulit. Rehabilitasi, edukasi, pelayanan holistik terintegrasi.


(46)

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel penelitian adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian (Dharma, 2011). Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini memiliki satu variabel penelitian yaitu pengetahuan anggoa keluarga tentang pencegahan diabetes melitus tipe 2.

Pengetahuan anggota keluarga berisiko terhadap pencegahan diabetes melitus

- Definisi - Faktor risiko - Tanda gejala - Diet

- Olahraga/latihan fisik


(47)

31

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan pencegahan diabetes melitus Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh anggota keluarga berisiko terdiri dari definisi, tanda gejala, faktor risiko, diagnosis, diet, dan olahraga atau latihan fisik.

Kuesioner Kuesioner dibuat berdasarkan teori berjumlah 33 item pertanyaan, terdiri dari: 1.Definisi (1 item

pertanyaan) 2.Tanda gejala (9

pertanyaan) 3.Faktor risiko (6

pertanyaan) 4.Diagnosis (3

pertanyaan)

5.Diet (7 pertanyaan) 6.Olahraga/latihan fisik (6

pertanyaan)

7.Rokok (1 pertanyaan) Pemberian skor dengan skala Gutmann;Pertanyaan positif (1: Benar, 0: Salah) dan Pertanyaan Negatif (0: Benar, 1: Salah

Dibagi menjadi tiga kategori: 1.Baik = jika nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1,5 SD

2.Cukup = Jika nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3.Kurang = Jika nilai

responden yang diperoleh (x) < mean + 1 SD


(48)

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

2. Karakteristik Responden

e. Usia Umur responden pada saat dilakukan penelitian

Kuesioner Lembar isian 1. Risiko rendah (<40 tahun) 2. Risiko tinggi (≥40 tahun)

Nominal f. Jenis Kelamin Jenis yang membedakan laki-laki atau perempuan pada responden 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal

g. Pendidikan Jenjang pendidikan yang pernah

ditempuh oleh responden

1. Rendah (SD, SMP) 2. Tinggi (SMA, PT)

Nominal h. Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus

1. Ayah atau ibu 2. Ayah dan ibu

Nominal i. Lama menderita DM keluarga Lama waktu menderita DM yang dialami oleh orang tua

1. <5 tahun 2. ≥5 tahun


(49)

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang pengambilan data terhadap variabel penelitian dilakukan pada satu waktu. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga berisiko tentang pencegahan diabetes melitus.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat yang meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu karena di Puskesmas Pisangan belum pernah dilakukan penelitian berkaitan dengan diabetes melitus. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015.

C.Populasi dan Sampel

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah anggota keluarga berisiko diabetes melitus yang orang tuanya (penderita diabetes melitus) melakukan kunjungan ke Puskesmas Pisangan Ciputat.

Sampel adalah sekelompok individu bagian dari populasi dimana peneliti langsung mengumpulkan data penelitian (Dharma, 2011). Penelitian ini menggunakan sampling jenuh atau sensus atau total sampling yaitu cara


(50)

pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian (Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah anggota keluarga berisiko yang orang tuanya (penderita diabetes melitus) melakukan kunjungan ke Puskesmas Pisangan Ciputat. Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2008). Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:

1) Anak dengan orang tua yang menderita diabetes melitus yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Ciputat dan berkunjung ke Puskesmas. 2) Bersedia menjadi responden

3) Bisa membaca dan menulis 4) Usia ≥ 17 tahun

Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 70 responden. Tetapi, data yang diperoleh sesuai kriteria inklusi sebanyak 44 responden.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011). Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada untuk mengetahui gambaran pengetahuan anggota keluarga tentang pencegahan diabetes melitus. Kuesioner terdiri dari 2 jenis yaitu kuesioner 1 untuk mengetahui data demografi yang berisi nama, usia,


(51)

35

jenis kelamin, pendidikan, lama menderita diabetes dan riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Kuesioner 2 menggunakan skala Guttman yaitu skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak untuk mengukur pengetahuan responden penelitian (Hidayat, 2008). Kuesioner ini terdiri dari 33 item pertanyaan (11 pertanyaan negatif dan 22 pertanyaan positif). Pertanyaan positif terdapat pada nomor 3, 4, 10, 13, 14, 16, 17, 23, 26, 27, dan nomor 32. Pertanyaan positif terdapat pada nomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 30, 31, dan 33. Pertanyaan positif 0=salah, 1=benar, Pertanyaan negatif 0=benar, dan 1=salah. Kuesioner meliputi definisi (1 item pertanyaan), tanda gejala (9 pertanyaan), faktor risiko (6 pertanyaan), diagnosis (3 pertanyaan), diet (7 pertanyaan), olahraga/latihan fisik (6 pertanyaan), dan tentang rokok (1 pertanyaan).

Pengetahuan dikelompokkan menjadi baik, cukup, dan kurang. Baik, jika nilai responden yang diperoleh (x) >mean + 1 SD. Cukup, jika nilai mean- 1 SD x mean + 1 SD. Kurang, jika nilai responden yang diperoleh (x) <mean – 1 SD. Hasil analisis menunjukkan mean 25,30 dan standar deviasi 4,27. Pengetahuan dikelompokkan menjadi baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dikatakan baik jika nilai benar 29-33, cukup jika nilai benar 22-28, dan kurang jika nilai benar 0-21.

E.Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya


(52)

diukur. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan validitas isi (content validity) kepada pakar ahli, yaitu Ibu Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB dan Bapak Karyadi, M.Kep.,P.hD.

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reliabilitas suatu instrumen ditentukan berdasarkan perhitungan statistik dengan metode cronbach alpha, untuk dapat digunakan dalam suatu penelitian setidaknya instrumen memiliki nilai reliabilitas minimal 0,7 (Riwidikdo 2009) dan di atas 0,80 (Dharma, 2011).

Uji reliabilitas kuesioner ini telah dilakukan pada 33 orang responden pada tanggal 6-19 April 2015. Responden diambil dari data Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, yaitu responden yang tidak melakukan kunjungan ke Puskesmas. Uji reliabilitas menggunakan rumus KR-21 didapatkan hasil 0,75 maka instrumen bisa digunakan untuk penelitian.

F.Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Menentukan permasalahan, subjek penelitian, tempat penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian.

2. Mengajukan surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Pisangan.

3. Membuat surat izin penelitian ke dinas kesehatan kota Tangerang Selatan. 4. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan, surat


(53)

37

5. Mendata pasien diabetes melitus di Puskesmas Pisangan Ciputat.

6. Mendatangi ketua RT/RW tempat responden tinggal untuk meminta izin 7. Mendatangi responden sesuai data yang diperoleh

8. Meminta persetujuan responden

9. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden

10. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti jika belum jelas dengan penjelasan kuesioner

11. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner

12. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa kembali

13. Jika kuesioner belum lengkap peneliti menyerahkan kembali kepada responden untuk dilengkapi

14. Peneliti mengumpulkan kuesioner dari seluruh responden.

G.Pengolahan Data

1. Editing, yaitu kegiatan pengecekan dan perbaikan dalam pengisian kuesioner, meliputi kelengkapan jawaban semua pertanyaan, kejelasan jawaban atau tulisan dari tiap pertanyaan, jawaban relevan dengan pertanyaan. Kuesioner diperiksa kelengkapan jawabannya, dari beberapa kuesioner terdapat kuesioner yang belum lengkap jawabannya. Peneliti melengkapi jawaban dengan menanyakan kembali kepada responden.

2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (entry data). Peneliti memberi kode jawaban pada


(54)

lembar kuesioner. Jawaban pertanyaan positif (benar: 1, salah: 0), dan pertanyaan negatif (salah: 1, benar: 0).

3. Entry Data, yaitu memasukkan jawaban-jawaban setiap responden yang dalam bentuk kode ke dalam program komputer atau software. Software komputer yang digunakan untuk analisis data adalah program SPSS 21 for Windows. Data dimasukkan satu persatu ke dalam program SPSS.

4. Cleaning

Cleaning data merupakan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan. Setelah data kuesioner dimasukkan semuanya, terdapat beberapa data yang missing kemudian dicek kembali dan diperbaiki dengan melihat kuesioner.

H.Analisa Data

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis data univariat menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Variabel dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden dan pengetahuan tentang pencegahan diabetes melitus.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, karena berhubungan langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus


(55)

39

diperhatikan antara lain informed consent, anonimity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).

1. Persetujuan (Inform Consent)

Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Peneliti berkunjung ke rumah responden, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan dan memohon kesediaan kepada responden agar berkenan untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Peneliti menjelaskan bagaimana cara pengisian informed consent, dan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan di kuesioner.

2. Tanpa Nama(Anonimity)

Peneliti menjelaskan bahwa data kuesioner akan diolah dengan tidak mencantumkan nama responden pada hasil penelitian. Data kuesioner yang dimasukkan tidak disertakan namanya, hanya diberi kode dalam pengisiannya. Sehingga tidak bisa diketahui nama pengisi kuesioner. Hanya pihak tertentu saja yang mengetahuinya.


(56)

3. Kerahasiaan(Confidentiality)

Peneliti menjelaskan bahwa seluruh informasi dari kuesioner yang telah diisi dan dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. Data yang telah dimasukkan dan diolah tidak diberitahukan kepada siapapun kecuali beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian. Setelah itu data kuesioner akan dihancurkan.


(57)

41

BAB V

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan

Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, terletak di sebelah Tenggara Tangerang, dengan luas wilayah 1.685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa. Letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas yaitu, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Ciputat (Kec. Ciputat), sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, sebelah Utara wilayah kerja Puskesmas Jurangmangu Timr (Kec. Pondok Aren), sebelah Selatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang (Kel. Pondok Cabe Ilir). Wilayah kerja Puskesmas Pisangan meliputi dua kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.

2. Visi, Misi Puskesmas Pisangan

a. Visi

Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat Pisangan setia, amanah, siaga, mandiri, hidup sehat melalui akselerasi upaya kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan sehat 2015.

b. Misi

1. Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di masyarakat dalam bidang kesehatan


(58)

2. Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata dan terjangkau

3. Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral, dan swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan

3. Program-program Puskesmas Pisangan

a. Upaya Kesehatan

1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Kesehatan Lingkungn

3. Kesehatan Ibu dan Anak Termasuk Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) 6. Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan Wajib 1. Lansia

2. Usaha Kesehatan Sekolah

c. Upaya Kesehatan Pengembangan Pilihan 1. Laboratorium


(59)

43

B.Hasil Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan responden sebanyak 44 responden. Data jenis kelamin responden disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan data numerik.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 19 43,2

Perempuan 25 56,8

Total 44 100,0

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yang terpilih sebagai sampel. Responden terbanyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu 56,8% atau 25 responden dan jenis kelamin laki-laki 43,2% atau 19 responden.

2. Berdasarkan Usia

Data usia responden disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan data numerik.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

≤ 40 tahun 40 90,9

> 40 tahun 4 9,1

Total 44 100,0

Data 5.2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur responden yang terpilih sebagai sampel. Responden terbanyak dengan usia <40 tahun sebanyak 40 responden.


(60)

3. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan rendah (SD, SMP) 4 9,1

Pendidikan Tinggi (SMA, PT) 40 90,9

Total 44 100,0

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar 90,9% (40 responden), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 9,1% (4 responden).

4. Berdasarkan Riwayat Orang Tua yang Menderita Diabetes Melitus

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Orang Tua yang Menderita Diabetes Melitus

Riwayat Menderita DM Frekuensi Persentase (%)

Ayah dan Ibu 3 6,8

Ayah atau ibu 31 73,2

Total 44 100,0

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa sebagian besar yang mempunyai riwayat diabetes melitus adalah dengan penderita salah satu dari ayah atau ibu yaitu sebanyak 73,2% (31 orang), sedangkan riwayat penderita kedua orang tua (ayah dan ibu) sebanyak 6,8% (3 orang).


(61)

45

5. Berdasarkan Lama Orang Tua Menderita Diabetes Melitus

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Riwayat Menderita Diabetes Melitus Orang Tua

Lama DM Frekuensi Persentase (%)

<5 tahun 32 72,7

≥5 tahun 12 27,3

Total 44 100,0

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa mayoritas lama riwayat DM orang tua responden adalah <5 tahun yaitu sebanyak 72,7% (32 responden), dan yang menderita dengan lama riwayat DM ≥5 tahun sebanyak 27,3% (12 responden).

6. Gambaran Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2

Pada penelitian ini, pengetahuan responden dihitung berdasarkan skor yang dijawab oleh responden yang berjumlah 33 pertanyaan dalam kuesioner. Pengetahuan dikelompokkan menjadi baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dikatakan baik jika nilai benar 29-33, cukup jika nilai benar 22-28, dan kurang jika nilai benar 0-21.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang 8 18,2

Cukup 23 52,3

Baik 13 29,5

Total 44 100,0

Tabel 5.6 menggambarkan seberapa jauh pengetahuan responden mengenai pencegahan diabetes melitus. Sebagian besar responden


(62)

mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (52,3%), 13 responden (29,5%) berpengetahuan baik, dan 18,2 % (8 responden) mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

7. Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden tentang Pencegahan Diabetes Melitus

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pengetahuan

Jenis Kelamin

Pengetahuan

Total Kurang Cukup Baik

Laki-laki 4 9 6 19

21,1% 47,4% 31,6% 100,0%

Perempuan 4 14 7 25

16,0% 56,0% 28,0% 100,0%

Total 8 23 13 44

18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa pengetahuan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan berpengetahuan cukup sebanyak 14 (31,8%), kurang 9,1% (4 responden, dan berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (15,9%), sedangkan laki-laki berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (13,6%), berpengetahuan kurang sebanyak 4 responden (9,1%), dan berpengetahuan cukup sebanyak 9 responden (20,5%).


(63)

47

8. Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden tentang

Pencegahan Diabetes Melitus

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Pengetahuan

Usia Pengetahuan Total Kurang Cukup Baik

<40 tahun 8 20 12 40

20,0% 50,0% 30,0% 100,0%

≥40 tahun 0 3 1 4

0,0% 75,0% 25,0% 100,0%

Total 8 23 13 44

18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

Tabel 5.8 menunjukkan persentase pengetahuan tentang pencegahan diabetes melitus berdasarkan usia. Responden dengan usia <40 tahun memiliki pengetahuan kurang sebesar 18,2% (8 responden), berpengetahuan cukup dengan jumlah 45,5% (23 responden), dan berpengetahuan baik sebesar 27,3% (12 responden). Sedangkan responden dengan usia ≥40 tahun memiliki pengetahuan kurang sebesar 0,0% (0 responden), berpengetahuan cukup sebesar 6,8%), dan berpengetahuan baik sebesar 2,3% (1 responden).

9. Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Lama Menderita

Diabetes Melitus Orang Tua Responden

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Riwayat Menderita DM dan Pengetahuan

Lama DM Pengetahuan Total Kurang Cukup Baik

<5 tahun 8 19 5 32

25,0% 59,4% 15,6% 100,0%

≥5 tahun 0 4 8 12

0,0% 33,3% 66,7% 100,0%

Total 8 23 13 44


(64)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden dengan lama riwayat DM orang tua <5 tahun memiliki pengetahuan kurang sebesar 18,2% (8 responden, berpengetahuan cukup sebesar 43,2% (19 responden), dan berpengetahuan baik sebesar 11,4% (5 responden). Sedangkan responden dengan lama riwayat orang tua menderita DM ≥5 tahun memiliki pengetahuan kurang sebanyak 0,0% (0 responden), pengetahuan cukup sebanyak 9,1% (4 responden), dan pengetahuan baik sebanyak 18,2% (8 responden).

10. Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Responden

tentang Pencegahan Diabetes Melitus

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan

Tingkat Pendidian Pendidikan Total Kurang Cukup Baik

Pendidikan rendah (SD, SMP) 1 3 0 4

25,0% 75,0% 0,0% 100,0% Pendidikan Tinggi (SMA, PT) 7 20 13 40

17,5% 50,0% 32,5% 100,0%

Total 8 23 13 44

18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP), memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2,3% (1 responden), pengetahuan cukup 6,8% (3 responden), dan pengetahuan baik 0% (0 responden). Tingkat pendidikan tinggi (SMA dan PT) memiliki pengetahuan kurang sebanyak 15,9% (7 responden), pengetahuan cukup sebanyak 45,5% (20 responden), dan pengetahuan baik sebesar 29,5% (13 responden).


(65)

49

11. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Orang Tua yang

Menderita Diabetes Melitus

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Orang Tua Menderita DM dan Pengetahuan

Riwayat DM Pengetahuan Total Kurang Cukup Baik

Ayah atau ibu 8 20 13 41

19,5% 48,8% 31,7% 100,0%

Ayah dan Ibu 0 3 0 3

0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Total 8 23 13 44

18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden dengan riwayat kedua orang tua menderita DM memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (18,2%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 responden (45,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (29,6%). Sedangkan responden dengan riwayat salah satu orang tua menderita DM berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (18,2%), Pengetahuan cukup 20 responden (45,4%), dan pengetahuan baik 13 responden (29,6%).


(66)

50

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan beberapa pembahasan meliputi distribusi demografi responden, distribusi pengetahuan, dan keterbatasan penelitian.

A.Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Wanita lebih berisiko mengalami DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus menstruasi (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe 2 (Damayanti dalam Irawan, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu 56,8% dan jenis kelamin laki-laki 43,2%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013) tentang Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012 menunjukkan bahwa penderita DM terbanyak adalah pada jenis kelamin perempuan. Penelitian Mihardja (2009) tentang Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Perkotaan Indonesia, juga diperoleh bahwa prevalensi DM lebih banyak terjadi pada wanita.


(1)

Pengetahuan 21

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 31,8 31,8 31,8

Benar 30 68,2 68,2 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 22

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 8 18,2 18,2 18,2

Benar 36 81,8 81,8 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 23

p23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 32 72,7 72,7 72,7

Salah 12 27,3 27,3 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 24

P24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 4,5 4,5 4,5

Benar 42 95,5 95,5 100,0


(2)

Pengetahuan 25

P25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 2,3 2,3 2,3

Benar 43 97,7 97,7 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 26

p26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 27 61,4 61,4 61,4

Salah 17 38,6 38,6 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 27

p27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 22 50,0 50,0 50,0

Salah 22 50,0 50,0 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 28

P28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 2,3 2,3 2,3

Benar 43 97,7 97,7 100,0


(3)

Pengetahuan 29

P29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 2,3 2,3 2,3

Benar 43 97,7 97,7 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 30

P30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 2,3 2,3 2,3

Benar 43 97,7 97,7 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 31

P31

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 6 13,6 13,6 13,6

Benar 38 86,4 86,4 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pengetahuan 32

p32

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 15 34,1 34,1 34,1

Salah 29 65,9 65,9 100,0


(4)

Pengetahuan 33

P33

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 15,9 15,9 15,9

Benar 37 84,1 84,1 100,0

Total 44 100,0 100,0

DISTRIBUSI PROPORSI PENGETAHUAN BERDASARKAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1.

Berdasarkan Usia

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Kategori_P_Akhir 44 100,0% 0 0,0% 44 100,0%

Usia * Kategori_P_Akhir Crosstabulation Kategori_P_Akhir

Total

Kurang Cukup Baik

Usia <40 tahun Count 8 20 12 40

% within Usia 20,0% 50,0% 30,0% 100,0%

>= 40 tahun Count 0 3 1 4

% within Usia 0,0% 75,0% 25,0% 100,0%

Total Count 8 23 13 44


(5)

2.

Berdasarkan Jenis Kelamin

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JK * Kategori_P_Akhir 44 100,0% 0 0,0% 44 100,0%

JK * Kategori_P_Akhir Crosstabulation Kategori_P_Akhir

Total

Kurang Cukup Baik

JK Laki-laki Count 4 9 6 19

% within JK 21,1% 47,4% 31,6% 100,0%

Perempuan Count 4 14 7 25

% within JK 16,0% 56,0% 28,0% 100,0%

Total Count 8 23 13 44

% within JK 18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

3.

Berdasarkan Pendidikan

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

didik * Kategori_P_Akhir 44 100,0% 0 0,0% 44 100,0%

didik * Kategori_P_Akhir Crosstabulation

Kategori_P_Akhir

Total

Kurang Cukup Baik

Didik Pendidikan rendah (SD,

SMP)

Count 1 3 0 4

% within didik 25,0% 75,0% 0,0% 100,0%

Pendidikan Tinggi (SMA, PT) Count 7 20 13 40

% within didik 17,5% 50,0% 32,5% 100,0%

Total Count 8 23 13 44


(6)

4.

Berdasarkan Riwayat Penderita DM

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riw_DM * Kategori_P_Akhir 44 100,0% 0 0,0% 44 100,0%

Riw_DM * Kategori_P_Akhir Crosstabulation Kategori_P_Akhir

Total

Kurang Cukup Baik

Riw_DM Ayah atau ibu Count 8 20 13 41

% within Riw_DM 19,5% 48,8% 31,7% 100,0%

Ayah dan Ibu Count 0 3 0 3

% within Riw_DM 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Total Count 8 23 13 44

% within Riw_DM 18,2% 52,3% 29,5% 100,0%

5.

Berdasarkan Lama Riwayat Penderita DM

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N

Percen t Lama_DM *

Kategori_P_Akhir 44 100,0% 0 0,0% 44

100,0 %

Lama_DM * Kategori_P_Akhir Crosstabulation Kategori_P_Akhir

Total

Kurang Cukup Baik

Lama_DM <5 tahun Count 8 19 5 32

% within Lama_DM 25,0% 59,4% 15,6% 100,0%

>= 5 tahun Count 0 4 8 12

% within Lama_DM 0,0% 33,3% 66,7% 100,0%

Total Count 8 23 13 44