Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Penelitian Tinjauan Pustaka

8 P : Kapan ko sampe? MT : Kemarin. Pada contoh 8 terdapat kontraksi sampe yang berasal dari bentuk panjang sampai. Kontraksi sampe merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal e dari kata sampai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, persoalan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja jenis pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut. 1.2.1 Apa saja pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah? 1.2.2 Apa saja pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. 1.3.1 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. 1.3.2 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil penelitian tentang penggalan dan kontraksi ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik morfologi, yaitu memperkuat teori bahwa penggalan dan kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggalan dan kontraksi itu memiliki pola-pola pembentukannya. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi penutur untuk lebih memahami tuturan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh anak muda Sumba Tengah.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penggalan dan kontraksi merupakan jenis pembentukan kata berupa pemendekan. Saat ini telah dijumpai pembahasan jenis pemendekan dalam bahasa Indonesia, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, dan lambang huruf sebagaimana yang dikemukakan antara lain oleh Kridalaksana 1992:162, Baryadi 2011: 52, Chaer 2008: 236-239, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1975:3, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia 1975:21, dan Suratmi 1997: 12-14 Kridalaksana 1992:162 dalam bukunya yang berjudul Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Kridalaksana mengemukakan bahwa pemakai bahasa Indonesia membutuhkan bahasa yang mudah disampaikan adalah dengan cara mengekalkan salah satu bagian leksem yang disebut penggalan. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana juga menegaskan subjenis dari proses pemendekan yang lebih praktis terhadap adanya ringkasan salah satu leksem dengan cara meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem menjadi lebih padat atau pendek dan menjadi kata lebih baru tanpa mengurangi makna dari suatu kata tersebut. Baryadi 2011: 52 dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam Ilmu Bahasa mengemukakan bahwa penggalan adalah hasil pemendekan dengan menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu bagian dari bentuk dasar. Baryadi menjelaskan berubahnya kata menjadi lebih baru dengan proses pemendekan dengan cara menanggalkan salah bagian dari bentuk dasarnya. Kontraksi adalah pemendekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1975:3 dalam lampiran II yang berjudul Pedoman Umum Pembentukan Istilah mengemukakan bahwa singkatan ialah istilah yang dibentuk dengan menanggalkan satu bagiannya atau lebih seperti kereta api ekspres, Surat kabar harian, surat kawat, lab oratorium. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang ditulis serta dilafalkan sebagai kata yang wajar. Lambang huruf adalah bentuk yang tulisannya disingkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk tulisannya singkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk lengkapnya. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia 1975:21 menjelaskan akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata yang wajar. Webster 1965: 21 menjelaskan akronim adalah suatu kata yang terbentuk dari deret huruf awal atau bagian lain yang besar dari istilah yang terdiri dari gabungan kata. Chaer 2008: 236-239 dalam bukunya yang berjudul Morfologi Bahasa Indonesia: pendekatan proses menjelaskan bahwa akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Chaer menjelaskan juga akronim juga adalah sebuah singkatan, namun yang diperlakukan sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Suratmi 1997: 14 dalam tugas akhir yang berjudul “Akronim Bahasa Indonesia dalam surat kabar harian Kompas: Tinjauan Terhadap Pola Pembentukan, Tipe Frase yang Dibentuk, Proses Morfologis yang Menyertai, dan Bidang Penggunaannya” menjelaskan akronim adalah sebuah bentuk dari huruf pertama kata utama, suku kata, dan bagian-bagian lain selain dua unsur yang telah sebutkan. Unsur-unsur selain huruf pertama dan suku kata akan disebut dengan istilah ‘bagian lain’. Objek penelitiannya berupa pola pembentukan akronim, tipe- tipe frase yang dibentuk menjadi akronim, proses morfologis yang menyertai akronim, dan bidang penggunaan akronim. Berdasarkan objek penelitian, ditemukan hasil penelitian berupa tujuh pola pembentukan akronim, yaitu akronim berunsur huruf pertama kata kata utama berjumlah 166 buah, akronim berunsur suku kata utama berjumlah 66 buah, akronim berunsur gabungan antara huruf pertama kata utama dengan bagian lain kata utama berjumlah 44 buah, akronim berunsur gabungan antara huruf pertama kata utama denagn suku kata kata utama berjumlah 61 buah, akronim berunsur gabungan antara suku kata kata pertama dengan ‘bagian lain’ kata utama berjumlah 190 buah, akronim berunsur ‘bagian lain’ kata utama berjumlah 66 buah, akronim berunsur huruf pertama, suku kata, dan bagian lain kata utama berjumlah 73 buah. Hasil analisis kedua ditemukan tipe-tipe frase bahwa tipe frase dapat dibentuk menjadi akronim adalah frase endrosentrik koordinatif berjumlah 25 buah dan frase endrosentrik atributif berjumlah 641 buah. Hasil penelitian ketiga ditemukan hasil analisis mengenai proses morfologis yang dapat menyertai akronim adalah proses morfologis afiksasi dan reduplikasi. Hasil analisis keempat berupa bidang-bidang yang dipergunakan akronim adalah bidang agama berjumlah 9 buah, bidang ABRI hankam berjumlah 105 buah, bidang ekonomi- bisnis berjumlah 115 buah, bidang geografi berjumlah 33 buah, bidang hukum berjumlah 9 buah, bidang kesehatan berjumlah 14 buah, bidang organisasi lembaga-negara-departemen berjumlah 9 buah, bidang pendidikan berjumlah 84 buah, bidang sosial-budaya berjumlah 16 buah, bidang transportasi-komunikasi berjumlah 16 buah, bidang olahraga berjumlah 37 buah, bidang lain-lain berjumlah 116 buah. Dari kedua belas macam bidang itu, akronim paling banyak digunakan dalam bidang ekonomi-bisnis. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Belum ditemukan penelitian mengenai penggalan dan kontraksi. Yang telah ada hanya pembahasan mengenai dua jenis pemendekan dari lima jenis pemendekan bahasa Indonesia dan penelitian mengenai akronim.

1.6 LandasanTeori