Perempuan Sebagai Objek Media Massa

Pada ayat 2: Yang dimaksud dengan “di tempat dan dengan cara khusus” misalnya penempatan yang tidak dapat dijangkau oleh anak- anak atau pengemasan yang tidak menampilkan atau menggambarkan pornografi. Undang-undang Pornografi Hampir keseluruhan pornografi ditampilkan melalui bentuk gambar atau berupa video. Akan tetapi pornografi bukan hanya terdapat pada gambar atau segala bentuk tampilan di media massa saja, namun melalui bentuk tulisan atau kalimat juga dapat mengandung unsur pornografi. Sesuai dengan undang-undang pornografi pasal 1 ayat 1 bahwa melalui tulisan termasuk didalamnya, tulisan sendiri merupakan karya pencabulan porno yang ditulis sebagai naskah cerita atau berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam buku-buku komik, sehingga pembaca merasa seakan-akan ia menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan- hubungan seks. Yang mencakup tiga sub kategori yaitu kata vulgar, kata organ sex, dan kata aktivitas sex Bungin, 2005:124.

2.1.5 Perempuan Sebagai Objek Media Massa

Wanita atau perempuan secara filsafat adalah makhluk humanis, namun tidak berarti lemah untuk melakukan sesuatu yang sulit, dalam berbagai profesi saja perempuan bisa menjadi yang nomor satu terlepas dari apapun yang pro atau pun kontra terhadap kesetaraan perempuan atau gender, perempuan dalam status sosial tersebut tentu menjadi kuat dan profesional dalam melaksanakan aktifitas. Persoalannya disini adalah ketika dilihat dari sisi keadilan masyarakat tentu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berbeda saat kita melihat perempuan dalam tatanan status sosial yang lain. Dalam hal ini yang muncul adalah perempuan menjadi sosok yang kadang termarginalkan oleh hak-hak dan perlindungan atasnya. Apalagi tentang banyaknya media massa yang menjadikan perempuan sebagai objeknya. Media massa dalam pemberitaannya masih mengeksploitasi kaum perempuan, bahkan cenderung melecehkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan perempuan masih menjadi objek eksploitasi pemberitaan media massa. Beritanya bernuansa melecehkan, bahkan terkadang menyalahkan keberadaan kaum perempuan. www.arsipberita.comshowaji-media-massa-masih-eksploitasi-perempuan- 81160.html. Alasan umum sering menggunakan perempuan sebagai objek yakni perempuan adalah makhluk yang lembut dan menawan penampilan fisiknya, dan pasti semua orang akan suka melihat penampilan perempuan baik di media elektronik maupun media cetak. Apalagi jika penampilan perempuan tersebut terlihat seksi dan secara sengaja menampilkan lekuk tubuhnya. Ironisnya adalah perempuan cenderung mempunyai fungsi hanya sebagai keindahan dimana keindahan biologis dimanfaatkan oleh pelaku media sebagai komoditas dan identitas dari sebuah mutu dan kesan mewah. Terlihat disini bahwa perempuan cenderung sebagai obyek yang sepihak tanpa mengedepankan nilai-nilai atau norma yang tentu sudah jelas dianut oleh bangsa kita sebagai bangsa yang beradap. Apalagi negara Indonesia telah menetapkan undang-undang pornografi, yang erat kaitannya dengan perempuan sebagai objek pornografi tentunya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6 Majalah FHM