PORNOGRAFI DALAM MEDIA CETAK (Studi Analisis Isi Headline Pada Majalah FHM Periode Januari-Juni 2010 Sesuai Dengan Undang-undang Pornografi).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh : Novi Ika Rahayu NPM. 0743010006

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

Dengan Undang-undang Pornografi) Oleh :

Novi Ika Rahayu NPM. 0743010006

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2011

Pembimbing Utama Tim Penguji 1. Ketua

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si Dr. Catur Suratnoaji, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1 NPT. 3 6804 94 0028 1

2. Sekretaris

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1

3. Anggota

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 19550718 19830 2201


(3)

Puji syukur peneliti tujukan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya lah peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pornografi Dalam Media Cetak (Studi Analisis Isi Headline Pada Majalah FHM Periode Januari-Juni 2010 Sesuai Dengan Undang-undang Pornografi)

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada peneliti. Tak lupa peneliti juga menyapaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama menyusun penulisan skripsi ini:

1. Allah SWT karena telah

melimpahkan segala karuniaNya, sehingga peneliti mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua

Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku

Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi.

5. Seluruh dosen-dosen Ilmu

Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu selama perkuliahan dan dalam menyelesaikan proposal maupun skripsi.


(4)

segenap keluarga besar peneliti yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan dan semangat bagi peneliti secara moril maupun materiil.

2. Nur Indra yang telah dengan sabar

memberi dukungan dan bantuan kepada peneliti selama proses penyelesaian skripsi.

3. Sahabat-sahabat seperjuangan,

Dimas, Shandy, Fandy. Terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku kuliah, meskipun kadang kalian menyebalkan.

4. Sahabat-sahabat senasip

sepenanggungan yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian skripsi bersama peneliti, Riska, Merry, Ristin. Serta teman-teman yang telah mendahului lulus sebulan lebih dulu tetapi akhirnya kita bisa wisuda bareng, Rizky Putri, Komeng, Mbak Cherry, Dessy terima kasih atas dukungan dan bantuannya.uhuuuii.. Dian Ayu, kita sama-sama senasip dari bimbingan, seminar proposal sampai detik-detik terakhir... gambate sist..!!!. Juga seluruh teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi’07.

5. Seluruh sahabat-sahabat UPN TV

’07, kalian semua teman-teman yang heboh dan menyenangkan.. ha.. ha.

6. Terima kasih kepada seluruh pihak

yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh peneliti atas semua bantuannya yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di program studi Ilmu Komunikasi.


(5)

Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

ABSTRAKSI...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Perumusan Masalah...12

1.3Tujuan Penelitian...13

1.4Manfaat Penelitian...13

1.4.1 Kegunaan Teoritis...13

1.4.2 Kegunaan Praktis...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA...14


(6)

2.1.2 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa...16

2.1.3 Makna Sensualitas...19

2.1.4 Pornografi...24

2.1.5 Perempuan Sebagai Objek Media Massa...32

2.1.6 Majalah FHM...34

2.1.7 Headline Dalam Majalah FHM...36

2.1.8 Analisis Isi...37

2.1.9 Teori Gate Kepeer...38

2.2 Kerangka Berpikir...39

BAB III METODE PENELITIAN...40

3.1 Definisi Operasional...40

3.1.1 Pornografi...40

3.1.2 Frekuensi Pornografi...41

3.2 Unit Analisis...41

3.3 Kategorisasi...41

3.4 Populasi dan Sampel...43

3.4.1 Populasi...43

3.4.2 Sampel...44

3.5 Teknik Pengumpulan Data...44

3.6 Uji Keterhandalan...44

3.7 Teknik Analisis Data...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...48

4.1 Deskripsi Objek Penelitian...48


(7)

A. FHM Edisi Januari 2010...51

B. FHM Edisi Februari 2010...54

C. FHM Edisi Maret 2010...58

D. FHM Edisi April 2010...61

E. FHM Edisi Mei 2010...64

F. FHM Edisi Juni 2010...67

G. Total Januari Hingga Juni 2010...70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...80

5.1 Kesimpulan...80

5.2 Saran...80

DAFTAR PUSTAKA...82


(8)

NOVI IKA RAHAYU, PORNOGRAFI DALAM MEDIA CETAK (Studi Analisis Isi Headline Pada Majalah FHM Periode Januari-Juni 2010 Sesuai Dengan Undang-undang Pornografi)

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya fenomena majalah FHM sebagai salah satu majalah khusus dewasa paling bertahan di Indonesia, yang banyak menampilkan pose seksi dan menunjukkan sensualitas dari para modelnya. Hal ini berkaitan pula dengan dicetuskan undang-undang pornografi di Indonesia. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana headline dalam majalah FHM periode Januari 2010 hingga Juni 2010 sesuai dengan undang-undang pornografi?. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana headline dalam majalah FHM periode Januari hingga Juni 2010 sesuai dengan undang-undang pornografi.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa, Makna Sensualitas, Pornografi, Perempuan Sebagai Objek Media Massa, Majalah FHM, Headline Dalam Majalah FHM, Analisis Isi, Teori Gate Keeper, Kerangka Berpikir.

Metodologi penelitian berisikan Definisi Operasional, Pornografi, Frekuensi Pornografi, Unit Analisis, Kategorisasi, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Uji Keterhandalan, Teknik Analisis Data.

Hasil penelitian kategorisasi tampilan paling banyak dimiliki oleh sub kategori ketelanjangan sebanyak 43 kali, kemudian alat kelamin yaitu 6 kali, dan tidak terdapat tampilan aktivitas seksual. Sedangkan kategorisasi kalimat didominasi oleh sub kategori kata organ sex sebanyak 12 kali, lalu kata vulgar 11 kali, dan kata aktivitas sex 8 kali.

Sedangkan kesimpulan penelitian adalah : (a) Kategorisasi pornografi dalam headline majalah FHM didominasi oleh kategori tampilan yang mengandung pornografi dan sesuai dengan undang-undang pornografi. (b) Sub kategori tampilan pada headline lebih didominasi dengan penyajian gambar ketelanjangan yang sesuai dengan undang-undang pornografi yang berlaku di Indonesia. (c) Sub kategori kalimat pada headline lebih didominasi dengan kata organ sex yang menunjukkan konsep pornografi di dalam headline majalah FHM.


(9)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi menjadi sangat penting. Setiap orang, badan dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya. Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami dan mengerti hal-hal yang ada dan terjadi di sekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi sangat penting.

Setiap orang, badan, lembaga, organisasi kemasyarakatan mempunyai hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya dimana informasi dan komunikasi tersebut menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pers, lembaga-lembaga informasi dan masyarakat. Untuk itu perlu dibangun dan dikembangkan jaringan informasi guna tersalurnya kebebasan dalam rangka memperoleh informasi.

Komunikasi akan terjadi dengan baik atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai hal-hal yang diperbincangkan, komunikasi dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yang salah satunya menggunakan media massa. Media massa menjadi hasil karya


(10)

budaya manusia yang semakin berkembang dan meluas, sehingga keperluan berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak meluas.

Media massa yang terdiri dari pers, televisi, radio dan lain-lain, serta proses komunikasi massa (peran yang dimainkannya) semakin banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini seiring dengan meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai institusi penting dalam masyarakat. Asumsi tersebut ditopang oleh dalil yakni media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait, media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat (McQuail, 1987:3).

Sejarah menuturkan bahwa jurnalisme ialah alat pemasok kebutuhan orang berkomunikasi. Komunikasi sebagai alat yang penting bagi manusia dan merupakan jalan bagi manusia untuk bertukar informasi. Komunikasi banyak berubah bentuk, sejak awal kehidupan bermasyarakat mempergunakan berbagai media untuk berkomunikasi, orang-orang kemudian memindahkan bahasa sebagai alat mengantarkan pikiran dan perasaan kedalam catatan-catatan yang bersifat kronikal, riwayat, biografis, sejarah, perjalanan dan berbagai bentuk surat-menyurat dari yang bersifat pribadi sampai pesan-pesan kerja, dari yang menyajikan khotbah (nasihat) sampai kerjaan omong kosong, mereka ulang cerita dan selebaran-selebaran. Sampai kemudian ketika jurnalisme ditemukan sebagai sebuah kegiatan melaporkan berbagai kejadian/peristiwa yang terjadi di


(11)

masyarakat. Dan perkembangannya terkait dengan ditemukan mesin cetak sebagai wahana yang mengganti oral dari mulut ke mulut, ketika menyampaikan informasi (kisah-kisah kronis, pelaporan pamflet). Bentuk cetakan, khususnya surat kabar, merupakan awal dunia jurnalisme yang mengkabarkan berbagai kejadian masyarakat.

Pers sendiri berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris berarti press yang artinya menekan atau mengepres. Jadi secara harfiah pers atau press yang mengacu pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang cetakan. Sekarang kata pers atau press digunakan untuk merujuk pada semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak (Hikmat&Purnama Kusumaningrat, 2007:17).

Kehidupan pers sangat tergantung pada kekuatan ekonomi suatu negara, salah satu contoh ketergantungan pers pada kekuatan ekonomi dapat kita lihat dampak krisis moneter yang saat ini sedang melanda Indonesia, akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat harga surat kabar pun naik, menyebabkan pembaca menurun sehingga oplah atau pendapatan surat kabar pun menurun. Selain faktor ekonomi yang menyebabkan timbulnya kondisi ketergantungan bagi pers, hal lain adalah faktor politik yang berupa kontrol pemerintah dinilai menghambat pers dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai kontrol sosial.

Pada era orde baru pemerintah yang otoriter menyebabkan pers tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun pemberitahuan media massa atas


(12)

sejumlah isu-isu saat ini memperlihatkan munculnya kembali keberanian dan kejujuran dalam menentukan sikap dan pandangan. Hal ini dapat disimak sekilas dalam hal editorial, tema-tema yang lebih variatif, sesuatu yang pada era orde baru sulit ditemui. Perubahan politik yang terjadi mendorong media kedalam ruang gerak yang lebih leluasa untuk menyampaikan fakta dan secara lebih terbuka, berani, dan independen

Good Journalism, kata Leonard Downie Jr dan Robert G Keiser dalam Jurnalisme Kontemporer (Santana K, 2005:4) ialah kegiatan dan produk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis. Berbagai informasi dan gambaran krisis, yang terjadi dan disampaikan, mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian yang merugikan masyarakat terjadi, sebuah media memberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Sesuatu itu ialah fakta-fakta, juga penjelasan dan ruang diskusi, yang menolong banyak orang terhadap sesuatu yang tak terduga kejadiaannya. Masyarakat diajak agresif pada sesuatu yang penting terjadi. Sedangkan BadJournalism ialah media yang kurang cakap melaporkan pemberitaan yang penting diketahui masyarakat. Media yang memberitakan sesuatu peristiwa secara dangkal, sembrono, dan tidak lengkap, sering disebut tidak akurat dan tidak coverbothsides.

Obyek penelitian ini adalah media massa cetak yaitu majalah. Majalah muncul sebagai medium massa terutama karena perannya sebagai sistem penghubung pemasaran. Selama bertahun-tahun majalah mampu merangkum aneka selera dan kepentingan yang luas. Namun tidak seperti media lainnya seperti media elektronik, sebagian majalah yang ada terfokus pada khalayak


(13)

homogen tertentu atau kelompok-kelompok yang kepentingannya sama. Berbeda dengan koran, sirkulasi majalah umumnya berskala nasional. Dengan berfokus pada selera atau bidang tertentu, majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas sosial, tingkat pendapatan atau pendidikan di seluruh penjuru dunia.

Majalah sebagai penyampai dan penafsir pesan lebih dahulu melakukan jurnalisme interpretative ketimbang koran ataupun kantor-kantor berita. Bagi majalah, interpretasi justru menjadi sajian utama. Kalau media siaran memberi perhatian kepada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain akan berkurang. Majalah acap kali sengaja meliput sesuatu yang diberikan oleh media siaran secara lebih panjang dan lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak oleh sesuatu yang diberitakan televisi akan mencarinya di majalah. Sejak lama, aneka majalah sengaja menyajikan tinjauan atau analisis terhadap suatu peristiwa secara mendalam, dan itulah hakikat interpretasi. Kecenderungan ini menguat sejalan dengan spesialisasi majalah. Majalah-majalah khusus laku karena menyajikan analisis panjang lebar. Dibanding koran, majalah lebih kuat mengingat emosi pembacanya.

Namun menurut pengkritikannya, majalah diliputi banyak kelemahan yang merendahkan mutunya sebagai penafsir berita. Sebagai contoh, kebanyakan majalah berhaluan konservatif sehingga apa yang disampaikan tidak lepas dari perspektif itu (konservatif). Disamping itu, banyak majalah yang hanya menganalisis berita dari sumber lain, dan hampir tidak mencari berita sendiri. Majalah juga cenderung meniru artikel-artikel apa saja yang populer. Namun yang paling serius majalah dituding ikut menciptakan dunia semu dengan menyajikan


(14)

sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan (Rivers, Jensen, Peterson, 2003:212-213).

Terdapat sejumlah kategori majalah, salah satunya ialah majalah khusus. Kategori majalah khusus ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat. Khalayak-khalayak menginginkan majalah yang memfokuskan isinya pada soal-soal khusus seperti kesenian, kriminalitas, sejarah, sosial, seks, hal mistik, bahkan sains dan lain-lain (Santana K, 2005:97).

Salah satunya dalam majalah khusus dewasa FHM, elemen sensualitas dan gaya hidup merupakan hal yang sangat utama, peringkatnya sangatlah diperhitungkan sama halnya dengan berita yang menggemparkan, ulasan tentang kehidupan para modelnya yang kebanyakan kaum wanita begitu gamblang dibicarakan. Majalah FHM merupakan majalah khusus dewasa yang paling bertahan di Indonesia, bahkan menduduki peringkat ke tiga majalah dewasa terpopuler di dunia. Ini didukung karena sebelumnya majalah FHM merupakan produk majalah luar negeri, tepatnya berasal dari Britania Raya yang sebelumnya diberi nama For Him dan mengubah judul untuk FHM menjadi For Him Magazine pada tahun 1994 ketika Emap Media Konsumen membeli majalah itu. Didirikan oleh Chris Astrigde, majalah ini adalah publikasi didominasi fashion berbasis yang didistribusikan melalui outlet fashion laki-laki.

Lalu FHM diterbitkan di Indonesia sejak tahun 2003 oleh PT. Media Fajar Harapan Mandiri. (www.apabae.co.cc). Majalah FHM mempunyai frekuensi terbit


(15)

setiap bulan sekali dengan sajian 146-162 halaman termasuk cover per edisinya dengan metode informasi yang dikumpulkan secara mendalam. Majalah FHM mempunyai beberapa rubrik yang kuat kaitannya dengan sensualitas perempuan yang hanya menggunakan pakaian dalam saja, sesuai dengan konsumen majalah ini adalah laki-laki. Termasuk dalam headline di majalah FHM pada suatu bulan, berisi tentang pose-pose seksi para model disertai wawancara antara wartawan FHM dengan para model-model yang pada bulan tersebut menjadi icon dan juga menjadi cover depan majalah FHM. Dalam majalah FHM terdapat pula informasi lain yang berkaitan dengan seksualitas dan informasi umum yang tidak pernah disangka atau diketahui oleh pembaca sebelumnya. Bukan hanya menyajikan berita yang berkaitan dengan sensualitas saja, majalah FHM juga berisi tentang informasi yang ada hubungannya dengan teknologi dan gaya hidup masyarakat modern. Hal ini terkait dengan tiga kriteria nilai berita yakni kriteria Sex yaitu segala macam berita tentang seks yang selalu banyak peminatnya, Information yaitu informasi yang mempunyai nilai berita atau memberi banyak manfaat pada publik yang patut mendapatkan perhatian media, dan Public Figure, News Maker yaitu berita tentang orang-orang penting. Orang-orang ternama, pelopor, selebritis, figur publik, dimanapun selalu membuat berita melalui ucapan dan tingkah lakunya (Sumadiria, 2005:86).

Jika dilihat dari segi sensualitas hingga informasi yang disajikan di majalah FHM, majalah ini tergolong majalah yang mengusung konsep pornografi. Apalagi didukung dengan para model dalam majalah tersebut yang bukan hanya orang Indonesia saja, namun dari luar negeri juga. Sedangkan seperti kita ketahui


(16)

bahwa di Indonesia sudah dicetuskan undang-undang pornografi, meskipun masih banyak pula masyarakat yang belum paham akan undang-undang tersebut dan sampai dimana batasan yang dikatakan sebagai pornografi sesuai dengan undang-undang itu. Pemerintah tetap memutuskan adanya undang-undang-undang-undang pornografi dan sanksi yang akan diberikan jika melanggar undang-undang tersebut.

Hal ini sesuai dengan UU no 44 tahun 2008 tentang ketentuan umum pornografi pada Pasal 1, ayat 1 yaitu pornografi adalah seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

(www.lbh-apik.or.id/uu.pornografi.htm)

Dalam undang-undang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa segala hal dalam media apapun, baik berupa gambar atau tulisan dengan tampilan yang bisa meningkatkan gairah seksual bagi penikmatnya maka bisa dikatakan sebagai pornografi. Hal itu juga berarti bahwa setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dilarang pula menyebarluaskan atau memperjualbelikan segala tampilan yang mengandung unsur ketelanjangan berupa visual maupun audio visual. Selain karena dicetuskannya undang-undang pornografi di Indonesia, media massa hendaknya menyaring informasi yang layak dibaca masyarakat atau tidak, sehingga informasi


(17)

yang diterima masyarakat lebih berguna dan tidak hanya menimbulkan hasrat seksual bagi pembaca semata.

Meskipun majalah FHM merupakan majalah dewasa yang bukan berupa majalah khusus seks saja, namun banyak sekali penikmat majalah FHM yang mengakui menjadi terangsang setelah atau pada saat membaca dan melihat artikel didalamnya. Selain itu kenyataan lain yang terjadi yakni majalah yang mengarah pada seks ataupun segala bentuk sensualitas justru terjual bebas dan sangat mudah diperoleh di pasaran salah satunya majalah FHM. Walaupun dilihat dari segi usia segmentasi pembaca majalah FHM yaitu 21 tahun keatas akan tetapi pembaca atau pembeli majalah FHM juga banyak yang masih remaja antara 16 - 19 tahun. (www.archive.kaskus.us/thread/975714/40). Sesuai pula dengan pengamatan peneliti saat akan membeli majalah FHM.

Majalah FHM sebagai majalah berlisensi luar negeri yang hadir di Indonesia mampu menunjukkan keberhasilannya, walaupun banyak juga majalah lokal yang substansi isinya seperti majalah FHM. Dengan berusaha menyajikan gaya terbaik para model disertai berbagai macam pose yang sedikit nakal sehingga majalah FHM dapat bersaing dalam industri media cetak di Indonesia. Selain itu jika ditilik dari segi isi majalah FHM memang lebih lengkap daripada majalah serupa yang ada di Indonesia. Namun bukan hanya dari segi isi saja, tampilan dari majalah FHM juga menarik minat pembaca yang mayoritas kaum laki-laki, gambar yang ditampilkan terlihat lebih terang dan seperti nyata, serta gaya penulisan dan bahasa yang digunakan pada majalah FHM lebih enak dibaca dan mudah dimengerti pembaca bahkan ada pula gaya penulisan yang seperti lelucon,


(18)

sehingga dapat membuat tertawa pembacanya. Bukti lain dari kesuksesan majalah FHM di Indonesia yakni banyaknya permintaan untuk mengulang cetakan edisi-edisi majalah FHM perdana serta edisi-edisi yang lain, ini membuktikan bahwa majalah FHM benar-benar diminati, sampai ada yang menjadikan majalah FHM sebagai “Collector Item” pribadi.

Salah satunya dalam headline majalah FHM yang berisi tentang hasil wawancara antara wartawan FHM dengan model yang menjadi icon atau cover depan majalah FHM bulan tersebut, wawancaranya pun seputar kehidupan model dan tidak jarang pula wartawan membuat tulisan pada pembukaan yang bisa membuat pembaca berimajinasi serta dapat meningkatkan hasrat seksual pembaca. Juga yang berkaitan dengan kegiatan seksual seorang model disertai dengan pose-pose seksi mereka. Meskipun hanya terbit setiap satu bulan sekali tetapi baik gambar maupun tulisan yang disajikan dalam headline majalah FHM berusaha menghadirkan yang teraktual dan baru saja dihimpun oleh redaksi majalah FHM.

Alasan tersebutlah yang menjadikan peneliti memilih majalah FHM untuk dijadikan sebagai objek penelitian dengan menggunakan metode analisis isi. Karena dengan metode analisis isi ini, peneliti dapat mengetahui secara sistematis isi gambaran komunikasi (describingcommunication content) oleh majalah FHM, selain itu karena majalah FHM mempunyai kualitas isi yang baik dari nasional maupun internasional, serta majalah FHM bukan hanya ada di Indonesia saja namun di beberapa negara di dunia yang diterjemahkan ke dalam bahasa masing-masing negara tersebut. Meskipun majalah FHM termasuk majalah yang cenderung menampilkan sensualitas dan dapat menggugah hasrat seksual bagi


(19)

pembacanya, namun para pembaca juga dapat memiliki penilaian sendiri tentang gambar atau tulisan yang ditampilkan dalam majalah FHM.

Melalui headline majalah FHM peneliti mencoba memberi analisis tentang tulisan atau kata-kata dan gambar yang dianggap sebagai pornografi, dimana yang dikatakan sebagai hal pornografi tersebut telah dilakukan oleh model yang diwawancarai atau sesuai dengan hasil wawancara yang dihimpun oleh wartawan majalah FHM juga melalui kalimat yang dibuat oleh wartawan FHM.

Peneliti mulai meneliti dengan menganalisa isi berupa kata-kata atau tulisan hingga gambar dalam headline majalah FHM pada Januari sampai Juni 2010 yang berkaitan dengan undang-undang pornografi yang berlaku saat ini. Periode ini dipilih karena dalam waktu tersebut majalah FHM dinilai banyak menyajikan wawancara berkaitan dengan sensualitas para model dan foto seksi mereka, selain itu pada periode tersebut juga ada pemilihan GND (Girl Next Door) majalah FHM ke tiga, yang banyak menampilkan pose seksi dari para finalisnya beserta hasil wawancara dengan mereka.

Analisis isi sering dipakai untuk mengkaji pesan-pesan media, analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom,


(20)

in what channel, with what effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B. Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with what effect)?.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata). (www.massofa.wordpress.com)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahannya adalah :

“ Bagaimana headline dalam majalah FHM periode Januari 2010 hingga Juni 2010 sesuai dengan Undang-undang pornografi? ”


(21)

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

“ Bagaimana headline dalam majalah FHM periode Januari hingga Juni 2010 sesuai dengan Undang-undang pornografi? ”

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teorotis

Dapat memberikan masukan bagi pengembangan kajian komunikasi massa pada bidang jurnalistik khususnya pada studi analisis isi headline pada majalah FHM.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Memberikan landasan pemikiran dan pertimbangan bagi pengelola media massa dalam penerbitannya. Dalam hal ini opini pada rubrik surat FHM, hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan pemenuhan informasi yang diharapkan bagi para pembacanya.

b. Memberikan bahan dan ide penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut dalam situasi dan kondisi lain, bagi kalangan akademis pada umumnya dan khususnya pada mahasiswa komunikasi yang akan mengadakan penelitian di bidang media cetak.


(22)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology: An Introduction to the Study of communication mendefinisikan komunikasi massa dengan lebih tegas yakni komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan (Effendy, 2007:20-21). Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa mereggangkan kelompok lainnya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang


(23)

fundamental adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak.

Menurut Effendy (2007:22-25) komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya yakni:

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah artinya bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga artinya media massa

sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.

c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum artinya pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan artinya ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultancity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen artinya komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang


(24)

terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi.

2.1.2 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa

Media massa umumnya mempunyai dampak utama yang signifikan. Media massa memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media massa mempengaruhi kebiasaan konsumsi. Media memberikan model dan contoh (baik positif atau negatif) yang mengarahkan perkembangan dan perilaku. Media mendorong untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan.

Secara sederhana Jalaludin Rakhmat menyatakan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah radio, televisi, dan film (Rakhmat, 2004:189). Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak dan elektronik.

Media massa cetak adalah majalah yang terbit satu bulan sekali. Majalah merupakan kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainnya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalahnya biasanya terbit secara teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. (Djuroto, 2002:11) Sebagai terbitan berkala, majalah juga digunakan sebagai ajang diskusi berkelanjutan dalam membahas suatu masalah dalam waktu yang lama.


(25)

Definisi majalah adalah penerbitan pers yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan pengetahuan umum, karang-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olah raga, film, dan seni.

2. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karang-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti: majalah kecantikan, majalah keluarga, majalah humor, majalah wanita, politik, kebudayaan, cerpen dan lain sebagainya.

Selain berfungsi sebagai media yang memberikan informasi kepada pembacanya, keberadaan majalah dapat membantu menghadapi kesepian, memberikan hiburan, dan mengajarkan berbagai hal baru. Selain itu, majalah juga dapat memperkuat rasa percaya diri bagi pembacanya, dan menegaskan arti penting peran dan keberadaannya sekaligus meneguhkan kebajikan dan nilai-nilai positif yang dimiliki (Rivers, Jensen, Peterson, 2003:318). Maka tidak salah lagi, bahwa keberadaan media massa khususnya majalah, saat ini mempunyai arti penting bagi masyarakat, karena isi majalah khusus diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut, sehingga hal inilah yang membuat khalayak cenderung bergantung kepada media massa khususnya majalah khusus.

Majalah harus bervariasi dalam isi dan meliputi semua hal kepentingan publik untuk semua orang, tidak hanya untuk kelompok tertentu yang dipilih isi


(26)

majalah tersebut terdiri atas berita utama, tajuk rencana, kolom artikel, rubrik, surat pembaca, dan hiburan.

1. Fungsi Menyiarkan Informasi

Majalah yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan inilah yang dicari oleh pelanggan.

2. Fungsi Mendidik

Majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuan.

3. Fungsi Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Isi majalah yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang, karikatur, juga bersifat yang mengandung minat insani (human interest) dan tajuk rencana.

4. Fungsi Mempengaruhi

Fungsi yang keempat ini yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan majalah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari majalah secara implisit (langsung) terdapat dalam berita, sedangkan secara eksplisit (tidak langsung) terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Majalah FHM merupakan majalah berkala bulanan penerbitannya. Berdasarkan klasifikasi pengkhususan isi maka majalah FHM merupakan


(27)

golongan majalah pria dewasa. Segmentasi majalah FHM adalah pria dengan kriteria usia 21 tahun ke atas, akan tetapi pembaca dan pembeli majalah FHM juga banyak yang berusia 16 – 19 tahun karena penjulan majalah FHM yang bisa dibeli oleh segala umur dan terjual bebas di pasaran.

2.1.3 Makna Sensualitas

Sensual adalah sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri. Dan sensualisme yaitu, ajaran yang menganggap bahwa segala pengetahuan manusia itu didasarkan pada suatu hal yang dapat ditangkap oleh panca indera. Sedangkan sensualitas merupakan segala sesuatu yang mengenai badani bukan rohani.

Kata “sensualitas” berasal dari kata “sense” yang umumnya dalam kaitan dengan karya seni itu diterjemahkan menjadi “rasa” (dalam arti yang luas, terutama aspek visual yang ada di dalam karya seni itu). Sedangkan kata “seksualitas” berasal dari kata “sex”, maka jelaslah antara “sex” dengan “sense” itu berbeda. Pengertian sensualitas itu memang luas, termasuk adegan ranjang, atau foto telanjang dan semacamnya, tetapi tetap itu bukan pornografi dan itu bukan satu-satunya yang bisa digolongkan ke dalam seksualitas. Sensualitas tidak

selamanya ada kaitannya dengan seks.

(www.mailarchive.com/ppiindia@yahoogroups.com)

Tiap bagian tubuh perempuan mengandung daya tarik seksual tersendiri dan memberikan sensasi sensual yang berbeda-beda. Kriteria sensualitas perempuan diantaranya adalah :


(28)

a. Poster Tubuh

Poster tubuh yang baik adalah yang padat berisi, dalam arti tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk itu dapat dikatakan memiliki postur tubuh proporsional.

b. Rambut

Rambut panjang dan lurus akan memberi kesan cantik dan anggun tetapi akan terkesan kurang seksi. Perlakuan dengan menguncir rambut satu belakang akan lebih memberi kesan seksi bagi para laki-laki. Rambut keriting kecil dan panjang akan memberikan kesan yang lebih seksi. Sedangkan rambut yang bergelombang akan memberikan kesan sensual yang kuat.

c. Mata

Mata seorang perempuan yang terlihat besar dan bulat dengan disertai alis yang tebal akan memancarkan kecantikan seorang wanita secara utuh karena akan memberi kesan anggun, teduh, dan tenang. Mata yang sedikit sipit dengan kantung mata yang sedikit tebal serta sorot mata yang nakal adalah tatapan yang sangat menggoda bagi para pria. d. Bibir

Bibir yang tipis identik dengan kecantikan seorang wanita, tipis sekaligus identik dengan kelembutan sedangkan yang agak panjang lebih bermakna pada keanggunan. Sementara bibir yang sensual memiliki kriteria yang berbeda, yakni agak tebal, merah delima, dengan ukuran bagian bawah sedikit tebal.


(29)

e. Dada

Dada adalah daya tarik seksual utama bagi wanita, bentuk dada menonjol dapat sangat menarik perhatian lawan jenis.

f. Perut

Perut yang langsing akan menambah daya tarik wanita, tapi dalam hal ini bukan perut yang terlihat kurus, tetapi terlihat ramping mengikuti lekuk tubuh.

g. Pinggul atau bokong

Bagian ini menjadi daya tarik utama kedua bagi perempuan. Bokong yang bagus adalah besarnya cukup padat tapi tidak terlalu besar. h. Paha

Bagian ini juga merangsang bagi pria yang melihat, paha yang besar yang dimiliki perempuan akan terlihat lebih seksi.

i. Betis

Bagi sebagian laki-laki, perempuan yang seksi dapat dilihat dari betisnya. Betis perempuan yang seksi adalah yang memiliki betis panjang, dan mulus.

(www.dokterumum.net/sensualitas-wanita-dimata-pria<<salimin’s site.htm)

Kriteria sensualitas dimata pria mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dan pada tiap bagian tubuh perempuan pasti mengandung daya tarik seksual tersendiri atau bisa memberikan sensasi sensual yang berbeda-beda :


(30)

1. Tubuh atletis

Pria menyukai wanita yang bertubuh atletis karena dalam pandangan mereka pasti wanita tersebut mampu menjadi ibu yang baik. Dan tentu akan mampu menjalani hari-harinya sebagai ibu dan mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. Wanita bertubuh atletis juga diyakini mampu melindungi dirinya dari bahaya.

2. Payudara padat berisi

Bagi para pria, payudara favorit wanita paling indah ada pada rentang usia awal 20 tahunan. mereka adalah payudara padat berisi persis yang ada di majalah pria dan iklan-iklan pakaian dalam.

3. Kaki jenjang

Ketika seorang wanita beranjak remaja, kaki mereka akan bertambah jenjang. Dimata pria, kaki yang panjang menandakan kedewasaan wanita. Banyak wanita berkaki panjang menyadari kelebihan tersebut. 4. Pinggang yang ramping

Bentuk tubuh jam pasir sejak dulu menjadi idola wanita. Sejak lima abad silam, wanita berusaha keras mewujudkan bentuk tersebut lewat bentukan korset, diet ketat, sampai operasi plastik. Semakin segaris pinggul dengan pinggang membuat pria semakin tertarik.

5. Pantat

Pantat yang bulat penuh dipastikan membuat mata pria tak bisa berpaling. Pantat wanita memiliki banyak fungsi, seperti menyimpan lemak untuk menyusui dan tempat menumpuk energi untuk saat-saat


(31)

tertentu. Inilah mengapa banyak orang menganggap semakin besar pantat semakin menarik wanita tersebut.

6. Perut ramping

Perut ramping akan membuat pria jatuh cinta karena jelas perut ramping menandakan wanita tersebut tidak hamil. Dan perut ramping menandakan wanita tersebut pandai merawat diri dan peduli akan kesehatannya.

7. Leher jenjang

Leher jenjang wanita membuat pria terpesona. Leher jenjang dianggap sebagai tanda kewanitaan yang menggoda, membuat pria senang mencium dan menghiasinya dengan perhiasan.

8. Wajah ramah

Diam-diam pria mengidolakan wanita yang berwajah sedikit kekanak-kanakan dan penuh senyum. Wajah mungil, dagu kecil, rahang yang elegan, tulang pipi tinggi, bibir penuh dan mata besar merupakan ciri-ciri wajah favorit pria.

9. Mulut yang sensual

Pria menyukai wanita berbibir penuh dan sensual. Untuk wanita yang tidak memiliki bentuk bibir demikian jangan khawatir. Dengan bantuan lipstik merah menyala, pria juga bisa tergoda.

10.Daun telinga

Telinga wanita juga memiliki peran penting dalam menggaet pria. Bagian telinga tempat wanita memasang anting-anting adalah bagian


(32)

favorit pria. Panjangnya bagian tersebut menurut beberapa pria membuat wanita makin seksi. Anting-anting model panjang dan menarik minat perhatian jadi pilihan wanita untuk membantu membuat bagian tersebut terlihat lebih menarik.

11.Mata besar

Pria umumnya mengagumi mata besar wanita tanpa alasan yang jelas. Menurut mereka mata semacam itu membuat para pria merasa terlindungi.

12.Hidung mungil

Secara umum, pria menyukai wanita yang imut seperti anak-anak. Wajah tersebut merasa pria merasa ingin melindungi. Begitu juga dengan hidung, pria sangat menyukai wanita yang berhidung mungil. 13.Rambut panjang

Untuk pria bule, rambut pirang dianggap menarik karena wanita terkesan feminim dan subur. Namun apapun warnanya, pria menyukai rambut yang bersih dan berkilat. Rambut tersebut menandakan wanita tersebut bersih dan rajin merawat diri. Menurut sebuah survey, 75% pria lebih tertarik pada wanita yang berambut panjang. (www.idamanistri.comartikel113bagiantubuh.htm)

2.1.4 Pornografi

Kata pornografi, berasal dari dua kata Yunani, porneia (porneia) yang berarti seksualitas yang tak bermoral atau tak beretika (sexual immorality) atau yang popular disebut sebagai zinah; dan kata grafe yang berarti kitab atau tulisan.


(33)

Kata kerja porneuw (porneo) berarti melakukan tindakan seksual tak bermoral (berzinah = commit sexual immorality) dan kata benda pornh (porne) berarti perzinahan atau juga prostitusi. Rupanya dalam dunia Yunani kuno, kaum laki yang melakukan perzinahan, maka muncul istilah pornoz yang artinya laki-laki yang melakukan praktik seksual yang tak bermoral. Tidak ada bentuk kata feminin untuk porno. Kata grafh (grafe) pada mulanya diartikan sebagai kitab suci, tetapi kemudian hanya berarti kitab atau tulisan. Ketika kata itu dirangkai dengan kata porno menjadi pornografi, maka yang dimaksudkannya adalah tulisan atau penggambaran tentang seksualitas yang tak bermoral, baik secara tertulis maupun secara lisan. Maka sering anak-anak muda yang mengucapkan kata-kata berbau seks disebut sebagai porno. Dengan sendirinya tulisan yang memakai kata-kata yang bersangkut dengan seksualitas dan memakai gambar-gambar yang memunculkan alat kelamin atau hubungan kelamin adalah pornografi. Pornografi umumnya dikaitkan dengan tulisan dan penggambaran, karena cara seperti itulah yang paling banyak ditemukan dalam mengekspos masalah seksualitas.

Pornografi juga bisa diartikan sebagai tulisan, gambar/rekaman tentang seksualitas yang tidak bermoral, bahan/materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual, tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu birahi orang yang melihat atau membaca, tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran, dan penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas. (www.artikel.sabda.org/pornografi )


(34)

Berdasarkan definisi tersebut, maka kriteria porno dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sengaja membangkitkan nafsu birahi orang lain, bertujuan merangsang birahi orang lain/khalayak, tidak mengandung nilai (estetika, ilmiah, pendidikan), tidak pantas menurut tata krama dan norma etis masyarakat setempat, dan bersifat mengeksploitasi untuk kepentingan ekonomi, kesenangan pribadi, dan kelompok.

Dari pengertian dan kriteria di atas, dapatlah disebutkan jenis-jenis pornografi yang menonjol akhir-akhir ini yaitu: tulisan berupa majalah, buku, koran dan bentuk tulisan lain-lainnya, produk elektronik misalnya kaset video, VCD, DVD, laser disc, gambar-gambar bergerak (misalnya "hard-r"), program TV dan TV cable, cyber-porno melalui internet, audio-porno misalnya berporno melalui telepon yang juga sedang marak diiklankan di koran-koran maupun tabloid akhir-akhir ini. Ternyata bahwa semua jenis ini sangat kental terkait dengan bisnis. Maka dapat dikatakan bahwa pornografi akhir-akhir ini lebih cocok disebut sebagai porno-bisnis atau dagang porno dan bukan sekadar sebagai pornografi.

Sedangkan menurut Soebagijo beberapa contoh pornografi yang banyak beredar di masyarakat :

1. Lagu-lagu berlirik mesum atau lagu-lagu yang mengandung bunyi-bunyian atau suara-suara yang dapat diasosiasikan dengan kegiatan seksual.

2. Gambar atau foto adegan seks atau artis yang tampil dengan gaya yang sensual.


(35)

3. Penampilan penyanyi atau penari latar dengan pakaian serba minim dan gerakan sensual dalam klip video-musik di TV dan VCD.

4. Iklan-iklan di media cetak yang menampilkan artis dengan gaya yang menonjolkan daya tarik sensual. Biasanya ditemukan pada iklan parfum, mobil, handphone, dan sebagainya (Soebagijo, 2008:30). Pada tahun 1986, Komisi Meese berhasil mengidentifikasi lima jenis pornografi :

1. Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan menyertakan

kekerasan. Jenis pornografi ini tidak saja menggambarkan adegan seksual secara eksplisit tetapi juga melibatkan tindakan kekerasan.

2. Nonviolent material depicting degradation, domination, subordation,

or humiliation. Meskipun jenis ini tidak menggunakan kekerasan

dalam materi seks yang disajikan, di dalamnya terdapat unsur yang melecehkan perempuan, misalnya adegan melakukan seks oral, atau ‘dipakai’ oleh beberapa pria.

3. Nonviolent and non degrading materials adalah produk media yang

memuat adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan atau pelecehan terhadap perempuan. Contohnya adalah adegan pasangan yang melakukan hubungan seksual tanpa paksaan.

4. Nudity, yaitu materi seksual yang menampilakan model telanjang.

5. Child pornography adalah produk media yang menampilkan anak atau

remaja sebagi modelnya (Soebagijo, 2008:36-37).

Majalah FHM memuat tentang gambar dan tulisan yang dapat membangkitkan gairah seksual bagi pembacanya. Gambar dalam majalah FHM


(36)

kebanyakan gambar para wanita yang hanya menggunakan pakaian dalam saja dengan berpose seksi, atau menggunakan pakaian yang mini dengan menampilkan kesensualan seorang wanita. Sedangkan tulisan yang dimuat dalam majalah FHM juga kata-kata yang mengandung unsur seks, sekalipun ada rubrik humor namun tetap yang dibahas dalam tulisannya yakni tentang seks. Oleh sebab itu, majalah FHM dapat disebut sebagai majalah yang memuat gambar dan tulisan berkaitan dengan pornografi.

Sedangkan ketentuan dan larangan yang termasuk pornografi dan terdapat dalam undang-undang pornografi yakni:

1. Pasal 1 ayat 1: pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

2. Pasal 1 ayat 2: jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya.

3. Pasal 4 ayat 1: setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat:


(37)

a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang. b. Kekerasan seksual.

c. Masturbasi atau onani.

d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. e. Alat kelamin, atau

f. Pornografi anak.

4. Pasal 4 ayat 2: setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:

a. Menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan.

b. Menyajikan secara eksplisit alat kelamin,

c. Mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual

d. Menawarkan atau mengiklankan, baik secara langsung maupun tidak langsung layanan seksual.

5. Pasal 7: setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

6. Pasal 8: setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi.

7. Pasal 9: setiap orang dilarang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi.

8. Pasal 10: setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan


(38)

ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya.

9. Pasal 13: pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang memuat selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) wajib mendasarkan pada peraturan perundang-undangan. (2) pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan ditempat dan dengan cara khusus.

Dari pasal-pasal yang diuraikan diatas adapun penjelasan tentang kalimat yang tertuang dalam pasal tersebut yakni:

1. Pasal 4 ayat (1): yang dimaksudkan “membuat” adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri.

Pada huruf a: Yang dimaksudkan dengan “persenggamaan yang menyimpang” antara lain persengamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, oral seks, anal seks, lesbian dan homoseksual.

Pada huruf b: Yang dimaksudkan dengan “kekerasan seksual” antara lain persenggamaan yang didahului dengan tindakan kekerasan (penganiayaan) atau mencabuli dengan paksaan atau pemerkosaan.

Pada huruf d: Yang dimaksud dengan “mengesankan ketelanjangan” adalah suatu kondisi seseorang menggunakan


(39)

penutup tubuh, tetapi masih menampakkan alat kelamin secara eksplisit.

Pada huruf f: Pornografi anak adalah segala bentuk pornografi yang melibatkan anak atau yang melibatkan orang dewasa yang berperan atau bersikap seperti anak.

2. Pasal 8: ketentuan ini dimaksudkan bahwa jika pelaku dipaksa dengan ancaman atau diancam atau dibawah kekuasaan atau tekanan orang lain, dibujuk atau ditipu daya, atau dibohongi oleh orang lain, pelaku tidak dipidana.

3. Pasal 10: yang dimaksud dengan “pornografi lainnya” antara lain kekerasan seksual, masturbasi, atau onani.

4. Pasal 13 ayat (1): yang dimaksud dengan “pembuatan” termasuk memproduksi, membuat, memperbanyak, atau menggandakan. Yang dimaksud dengan “penyebarluasan” termasuk menyebarluaskan, menyiarkan, mengunduh, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, meminjamkan, atau menyediakan. Yang dimaksud dengan “penggunaan” termasuk memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki atau menyimpan. Frasa “selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)” dalam ketentuan ini misalnya majalah yang memuat model berpakaian bikini, baju renang, dan pakaian olah raga pantai, yang digunakan sesuai dengan konteksnya.


(40)

Pada ayat (2): Yang dimaksud dengan “di tempat dan dengan cara khusus” misalnya penempatan yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak atau pengemasan yang tidak menampilkan atau menggambarkan pornografi. (Undang-undang Pornografi)

Hampir keseluruhan pornografi ditampilkan melalui bentuk gambar atau berupa video. Akan tetapi pornografi bukan hanya terdapat pada gambar atau segala bentuk tampilan di media massa saja, namun melalui bentuk tulisan atau kalimat juga dapat mengandung unsur pornografi. Sesuai dengan undang-undang pornografi pasal 1 ayat 1 bahwa melalui tulisan termasuk didalamnya, tulisan sendiri merupakan karya pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam buku-buku komik, sehingga pembaca merasa seakan-akan ia menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks. Yang mencakup tiga sub kategori yaitu kata vulgar, kata organ sex, dan kata aktivitas sex (Bungin, 2005:124).

2.1.5 Perempuan Sebagai Objek Media Massa

Wanita atau perempuan secara filsafat adalah makhluk humanis, namun tidak berarti lemah untuk melakukan sesuatu yang sulit, dalam berbagai profesi saja perempuan bisa menjadi yang nomor satu terlepas dari apapun yang pro atau pun kontra terhadap kesetaraan perempuan atau gender, perempuan dalam status sosial tersebut tentu menjadi kuat dan profesional dalam melaksanakan aktifitas. Persoalannya disini adalah ketika dilihat dari sisi keadilan masyarakat tentu


(41)

berbeda saat kita melihat perempuan dalam tatanan status sosial yang lain. Dalam hal ini yang muncul adalah perempuan menjadi sosok yang kadang termarginalkan oleh hak-hak dan perlindungan atasnya. Apalagi tentang banyaknya media massa yang menjadikan perempuan sebagai objeknya. Media massa dalam pemberitaannya masih mengeksploitasi kaum perempuan, bahkan cenderung melecehkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan perempuan masih menjadi objek eksploitasi pemberitaan media massa. Beritanya bernuansa melecehkan, bahkan terkadang menyalahkan keberadaan kaum perempuan. (www.arsipberita.com/show/aji-media-massa-masih-eksploitasi-perempuan-81160.html). Alasan umum sering menggunakan perempuan sebagai objek yakni perempuan adalah makhluk yang lembut dan menawan penampilan fisiknya, dan pasti semua orang akan suka melihat penampilan perempuan baik di media elektronik maupun media cetak. Apalagi jika penampilan perempuan tersebut terlihat seksi dan secara sengaja menampilkan lekuk tubuhnya. Ironisnya adalah perempuan cenderung mempunyai fungsi hanya sebagai keindahan dimana keindahan biologis dimanfaatkan oleh pelaku media sebagai komoditas dan identitas dari sebuah mutu dan kesan mewah.

Terlihat disini bahwa perempuan cenderung sebagai obyek yang sepihak tanpa mengedepankan nilai-nilai atau norma yang tentu sudah jelas dianut oleh bangsa kita sebagai bangsa yang beradap. Apalagi negara Indonesia telah menetapkan undang-undang pornografi, yang erat kaitannya dengan perempuan sebagai objek pornografi tentunya.


(42)

2.1.6 Majalah FHM

Majalah FHM adalah majalah yang disadur dari majalah FHM versi Amerika Serikat. Sesuai dengan namanya, yakni merupakan singkatan dari For Him Magazine memang majalah ini dikhususkan sebagai majalah pria, tetapi tidak menutup kemungkinan wanita juga membacanya. Pada dasarnya majalah FHM mempunyai segmentasi usia 21 tahun ke atas, namun dikarenakan majalah ini masih dijual bebas, siapa saja dapat memiliki majalah FHM begitu juga dengan yang usia remaja antara 16-19 tahun.

Kemunculan majalah FHM pertama kali tepatnya pada 1 September 2003 dengan cover majalah pemain film seri TV Baywatch. Majalah FHM Indonesia terbit di beberapa kota, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Purwokerto, Semarang, Solo, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Lampung, Palembang, Padang, Pekanbaru, Jambi, Tanjung Pinang, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Balikpapan, Ujung Pandang, serta Manado.

Majalah FHM adalah majalah yang berisi gambar seksi dan sensual yang menggunakan wanita sebagai objeknya. Dengan kata-kata atau tulisan yang dibahas dalam hasil wawancara juga tidak jauh-jauh dari seks, dan memang 60% yang tersaji dalam majalah ini membahas tentang wanita dan seks.

Secara spesifik majalah FHM terbagi dalam beberapa rubrik antara lain: 1. Features, merupakan rubrik utama dalam majalah FHM pada bulan

tersebut, menampilkan hasil wawancara dengan model seksi dan foto-foto seksi mereka. Juga informasi umum dan informasi lain tentang seks.


(43)

2. Miss FHM, rubrik tentang wanita yang mengulas segala hal tentang kehidupan para wanita, ditampilkan pula gambar dan foto seksi yang membuat pembacanya berkhayal dan berfantasi. Tidak hanya itu, dalam rubrik ini juga memberikan tips-tips untuk para pembaca tentunya dalam hal membahagiakan pasangannya. Ada pula cerita atau pengalaman dari pembaca yang dibagikan pada khalayak, berkaitan dengan kehidupan asmaranya.

3. Incoming, berisi tentang email yang dikirim pembaca, tidak lupa menghadirkan foto seksi dan wawancara dengan model atau artis yang ditunjuk oleh majalah FHM. Juga berisi tentang tips dan informasi hiburan.

4. Reviews, dalam rubrik ini memang dikhususkan untuk rubrik hiburan, rubrik ini berkaitan sepenuhnya dengan film terbaru, musik, games, DVD, dan buku.

5. Style, merupakan rubrik yang mengangkat gaya hidup atau kebiasaan masyarakat perkotaan seperti fashion, clubbing, shopping serta memberikan informasi terbaru mengenai tempat hang outs, clubbing

dan shopping serta berbagai event atau kegiatan-kegiatan terbaru

seputar dunia entertainment (hiburan).

6. Upgrade, membahas tentang teknologi terkini dan membahas barang atau inovasi menganai dunia IT hingga otomotif, juga tentang tempat makan atau resto terbaru yang mempunyai kenyamanan bagi pengunjungnya.


(44)

7. Regulars, merupakan rubrik yang menampilkan kisah seru dan lucu dari para pembaca, juga rubrik yang mengangkat tema seksual yang berfungsi menghibur para pembaca karena menyajikan humor serta cerita-cerita lucu seputar pengalaman seksual pria dan wanita.

2.1.7 Headline Dalam Majalah FHM

Headline merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua halaman secara jelas dan cukup memberitakan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Karena berita yang harus disajikan itu banyak, dan masing-masing berita harus bisa diminati dan dinikmati pembaca, pendengar atau penontonnya, maka headline pun dibuat tidak seragam. Selain bunyi pernyataan (terutama pada siaran radio dan televisi), juga jenis, ukuran serta penyusunan huruf atau kata-katanya (khusus dalam surat kabar atau majalah), dibuat sedemikian rupa sehingga masing-masing berita (melalui headline nya) memiliki daya tarik tersendiri, yang merangsang pembaca pendengar dan penontonnya untuk memperhatikan dan meminatinya.

Headline dalam majalah FHM memuat foto-foto seksi dengan menunjukkan sensualitas dari model yang menggunakan bikini dan lingerie saja, sekaligus menjadi icon atau cover depan majalah FHM dalam edisi tersebut. Selain itu menyertakan pula hasil wawancara antara wartawan majalah FHM dengan model, wawancaranya sekitar kehidupan model, segala bentuk aktivitasnya, dan tidak jarang pula yang berkaitan dengan seks atau seputar kehidupan asmara model dalam edisi tersebut.


(45)

Gambar model yang dimuat dalam headline bukan hanya sebagai cover saja, tetapi juga ditampilkan pada daftar isi dalam rubrik utama majalah FHM. Dalam headline foto yang disajikan juga dibuat lebih banyak dibanding rubrik lain dengan muatan serupa.

2.1.8 Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D.Laswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik atau metode penelitian.

Namun analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :

a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang berdokumentasi (buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain).

b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan atau data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas dan spesifik.


(46)

Analisis isi dapat dipergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari sisi mana peneliti memanfaatkannya. Kategorisasi dipakai hanya sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul selama proses riset (Rachmat, 2006:248).

2.1.9 Teori Gate Keeper

Organisasi media massa bukan hanya bertumpu pada proses peliputan serta hasil karya tersebut. Oleh karena itu dalam memberitakan informasi kepada masyarakat perlu bertindak cermat dan penuh kearifan. Menghindarkan masyarakat dari kepungan informasi secara berlebihan tentunya merupakan tindakan yang bijak. Pada konteks inilah peran media massa selaku penjaga gawang (gate keeper) mesti dijelaskan. Gate keeper adalah seleksi terhadap semua bahan-bahan berita yang berdatangan dari berbagai penjuru arah sumber berita yang ada di kantor redaksi, hal ini dikarenakan terbatasnya ruang.

Media massa harus massa harus mampu secara professional “menyaring” perolehan informasi yang akan disebarluaskan kepada masyarakat sebagai bagian dari lembaga social kemasyarakatan. Media massa memiliki tanggung jawab social yang cukup berat dan itu memerlukan kearifan dari manusia pengembannya (Cahyana, Suyanto, 1996:111).

Gate keeper dalam organisasi media massa dikenal dengan proses penyuntingan (editing) yaitu proses terakhir dalam penulisan berita, disebabkan seorang redaksi yang bertugas melakukan pengeditan setelah terlebih dahulu melalui beberapa tangan untuk dibaca, ditentukan pembuatannya, diperbaiki dan dibuat kopi berita yang siap dimasukkan ke percetakan. Oleh karena itu berita


(47)

yang termuat di surat kabar merupakan hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan dalam pemilihan berita tersebut.

2.2 Kerangka Berpikir

Majalah FHM yang hadir di Indonesia secara khusus bertujuan memberikan wawasan tentang kebutuhan pria atau wanita dewasa, meskipun masuk dalam segmentasi untuk pria, namun tidak menutup kemungkinan jika wanita membacanya. Secara umum bagi pembaca majalah FHM akan dapat menambah pengetahuan tentang dunia pria dewasa, serta pengetahuan tentang dunia luas yang begitu cepat mengalami perubahan.

Meskipun majalah FHM menampilkan gambar atau foto seksi juga kalimat yang ditulis dalam majalah FHM yang mengandung unsur seks, namun majalah yang demikian masih banyak terjual di pasaran dan cara mendapatkannya pun begitu mudah. Sedangkan Indonesia merupakan negara yang mencetuskan adanya undang-undang pornografi, dan hal ini berlaku baik dari media audio visual maupun media visual.

Melalui headline yang disajikan dalam majalah FHM, juga bisa dilihat tulisan yang berkaitan dengan sensualitas. Apalagi didukung dengan foto seksi model yang menjadi icon majalah FHM edisi tersebut. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan undang-undang pornografi yang berlaku di Indonesia, dan dengan penelitian ini dapat juga diketahui bahwa majalah FHM merupakan majalah yang melanggar undang-undang pornografi atau tidak.


(48)

METODE PENELITIAN

Teknik analisis isi digunakan untuk menggambarkan isi pesan dengan mengambil kesimpulan dari pengamatan yang telah dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Peneliti menggunakan metode analisis isi untuk menganalisa kata-kata atau tulisan dan gambar pada headline dalam majalah FHM, yang mengandung unsur pornografi tentunya sesuai dengan undang-undang pornografi.

3.1 Definisi Operasional 3.1.1 Pornografi

Pornografi merupakan penggambaran atau representasi tubuh manusia berupa gambar maupun tulisan dan segala bentuk perilaku seksual yang bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual bagi penikmatnya, baik yang melihat maupun yang membaca. Saat ini pornografi tidak hanya dinikmati oleh orang dewasa saja, namun remaja juga banyak sekali yang menjadi konsumen pornografi. Ini didukung karena banyaknya media yang menyediakan jasa pornografi, sehingga lebih memudahkan semua pihak mengaksesnya. Jasa pornografi yang dapat dinikmati dengan mudah yakni melalui media cetak seperti majalah. Di Indonesia banyak sekali majalah yang mengandung unsur pornografi terjual dipasaran, salah satunya majalah FHM. Majalah FHM merupakan salah satu majalah yang terbit di Indonesia dengan memuat foto-foto wanita berpose seksi yang hanya menggunakan pakaian dalam saja dan juga memuat tulisan atau kalimat yang mengandung unsur sensualitas, sehingga dapat meningkatkan hasrat seksual bagi pembacanya. Hal semacam ini dapat disebut dengan pornografi, sedangkan di Indonesia telah ditetapkan adanya undang-undang pornografi. Melalui headline di majalah FHM dapat dilihat dan dibaca unsur-unsur pornografi


(49)

Indonesia. Apakah rubrik tersebut melanggar isi dari undang-undang pornografi atau tidak. 3.1.2 Frekuensi Pornografi

Frekuensi adalah keajekan atau seringnya teks atau gambar porno dalam satu headline majalah tersebut muncul. Dalam hal ini prosentase yang dimaksud diukur dalam satuan prosentase (%).

 

3.2 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan berupa unit referen yakni rangkaian kata-kata, kalimat, atau paragraf dan juga gambar yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai dengan penelitian yang dimaksud. Ini dapat diartikan segala kata-kata atau kalimat dan juga gambar dalam headline majalah FHM yang dipilih sesuai dengan kategorisasi yang ada terkait dengan penelitian.

3.3 Kategorisasi

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat kategori dan definisi yang sesuai dengan undang-undang pornografi dan disusun sendiri, maka alat ukur ini harus diprauji (pretest) terlebih dahulu. Untuk diprauji dilakukan dengan menunjukkan tingkat reliabilitas alat ukur sehingga hasil yang di harapkan dapat diterima, serasi dan dapat dipercaya.

Kategori hal yang bisa dikatakan sebagai pornografi yaitu sebagai berikut: 1. Segala tampilan yang memuat pornografi secara eksplisit, yakni:

a. Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan telanjang artinya suatu kondisi seseorang menggunakan penutup tubuh tetapi masih menampakkan alat kelamin secara eksplisit dengan maksud alat kelamin dalam kategorisasi


(50)

ini merupakan gambar organ seks khususnya pada wanita, seperti bagian payudaranya, serta menampilkan bagian tubuh secara eksplisit tentunya pada wanita pula. Ketelanjangan yang dimaksud terdiri dari telanjang dada, bokong, paha, bagian perut yakni didalamnya menampilkan bentuk pinggang dan pinggul secara jelas. Mencakup pula segala hal yang ada kaitannya dengan jasa pornografi.

b. Dengan sengaja menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan ini berarti secara sengaja pula membangkitkan nafsu birahi seseorang. Jika tampilan tersebut merupakan budaya atau kultur maka itu tidak dapat dikatakan sebagai porno karena sama sekali tidak ada unsur seksual, misalnya dalam cara berpakaian suku Asmat di Papua.

c. Menyajikan secara eksplisit alat kelamin ini berarti secara sadar dan sengaja menampilkan bentuk alat kelamin baik pria maupun wanita. Meskipun gambar yang disajikan bukan alat kelamin yang sesungguhnya, namun gambar tersebut dibuat seakan-akan sebagai alat kelamin hingga membuat imajinasi dan meningkatkan gairah seksual penikmatnya.

d. Mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual yang berarti secara langsung menunjukkan segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang erat hubungannya dengan seks, yang umumnya berupa video. Hal ini juga termasuk ke dalam lagu dan klip video yang berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit. Eksploitasi seks juga mencakup adegan tarian yang bukan mengandung unsur budaya melainkan menurut akal sehat dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks.


(51)

a. Kata vulgar merupakan kata yang tersusun dalam sebuah narasi yang dapat menimbulkan gairah seksualitas. Meliputi kata yang diceritakan oleh seseorang tentang hubungan seksualitasnya sehingga pembaca juga ikut larut didalamnya.

Contoh : Pada edisi Februari 2010, “Saya bisa tampil seksi tanpa memperlihatkan kulit sekalipun”.

b. Kata organ sex merupakan kata-kata organ sex yang disusun dalam sebuah narasi sehingga dapat menimbulkan gairah pembacanya. Secara langsung menyebutkan alat kelamin dan bagian-bagian tubuh yang berkenaan dengan sex, baik pria maupun wanita.

Contoh : Pada edisi Februari 2010, “Mereka bilang payudara saya terlalu besar”.

c. Kata aktivitas sex adalah kata-kata tentang aktivitas sex yang disusun secara narasi sehingga membawa pembaca ke arah seksualitas yang pada akhirnya timbul gairah seks yang membara.

Contoh : Pada edisi Januari 2010, “Berarti saya boleh mendapatkan ciuman dari kamu saat ini? Ha ha, tentu saja dengan senang hati. (Dan Rin melakukannya dalam sesi foto)”.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tulisan dan gambar yang mengandung unsur pornografi dan mengarah pada seksualitas dalam headline majalah FHM periode Januari sampai Juni 2010, ditambah pula tulisan dan gambar yang sesuai dengan kategorisasi


(52)

pada periode tersebut. Periode ini dipilih karena dalam kurun waktu tersebut majalah FHM dinilai banyak menyajikan wawancara yang berkaitan dengan sensualitas para model dan menghadirkan foto seksi pula. Juga tulisan wartawan yang bisa membuat pembaca berimajinasi dan menggugah nafsu birahi. Selain itu dalam periode tersebut didukung dengan adanya pemilihan GND (Girl Next Door) majalah FHM ke tiga, yang banyak menampilkan wawancara dengan finalisnya dan foto seksi mereka.

3.4.2 Sampel

Pengambilan sampel penelitian sebanyak total sampel jadi didapatkan jumlah sampel sebanyak 6 headline dalam majalah FHM yang mengandung unsur pornografi dan seksualitas dari gambar maupun tulisannya mewakili secara keseluruhan dari periode Januari sampai Juni 2010.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tulisan dan gambar dalam headline yang selanjutnya dilengkapi pula dengan data yang berasal dari rubrik lainnya yang sesuai dengan penelitian. Pertama, dengan melakukan pencatatan terhadap tulisan-tulisan yang mengandung unsur pornografi dalam majalah FHM. Kedua, data yang telah dikumpulkan dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6 Uji Keterhandalan

Sebelum dilakukan analisis dalam penelitian terlebih dahulu harus dilakukan uji keterhandalan untuk kategorisasi yang akan digunakan, agar mendapatkan kategorisasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Uji keterhandalan dilakukan dengan memberikan dua koder penjelasan mengenai kategorisasi dan konsep-konsep yang digunakan, yaitu pemakaian alat


(53)

menunjukkan bahwa hasil-hasil yang mempunyai kesesuaian antara 70-80% antara pengkoder independen dapat diterima sebagai data yang dapat dipercaya.

CR=___2M____

N1+N2

Dimana :

CR : Coeffisient Reliability (bilangan pokok yang dapat dipercaya) M : Jumlah kategori yang disetujui oleh koder

N1+N2 : Jumlah kategori yang diuji

Selanjutnya untuk memperkuat reliabilitasnya diuji lagi menggunakan rumus formula Scott :

Pi=_% Oα-% Eα___

1-% Eα

Dimana :

Pi : Indek dari reliability

Oα : Persetujuan yang diperoleh dari peneliti

Eα : Persetujuan yang diharapkan di dapat dari penguadranan proporsi seluruh point yang dijumlahkan

Dalam pengujian keterhandalan ini, peneliti meminta bantuan seorang pengkoding sebagai penguat kategori penelitian isi headline majalah FHM.

3.7 Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan kategori yang sudah ada, kemudian dipresentasikan dengan jumlah keseluruhan


(54)

data selanjutnya data dianalisis dan diinterpretasikan dengan tujuan dan perumusan masalah. Kecenderungan atau hasil yang tampak diperhatikan secara seksama kemudian dikaitkan dengan teori dan fenomena lain, juga kenyataan di sekitarnya yang berhubungan serta mendukung hasil penelitian.

Untuk mempermudah perhitungan pada tabel frekuensi, rumus yang digunakan adalah:

P = F x 100%

n

Keterangan :

P = Persentase pornografi

F = Frekuensi pornografi

n = Jumlah lembar

Dengan menggunakan rumus tersebut, akan diperoleh presentasi pornografi melalui kategorisasi yang ada. Hasil perhitungan di atas selanjutnya disajikan dalam tabel agar mudah dianalisis dan diinterpretasikan. Sedangkan distribusi tabelnya tampak seperti berikut ini :

Tabel 3.1

Kategorisasi Tampilan Pornografi Berdasarkan Frekuensi

No Kategori Tampilan Frekuensi Prosentase

1. Ketelanjangan A (A/∑E)x100%

2. Alat Kelamin B (B/∑E)x100%

3. Aktivitas Seksual C (C/∑E)x100%


(55)

Kategorisasi Tulisan Pornografi Berdasarkan Frekuensi

No Kategori Tulisan Frekuensi Prosentase

1. Kata Vulgar A (A/∑D)x100%

2. Kata Organ Sex B (B/∑D)x100%

3. Kata Aktivitas Sex C (C/∑D)x100%

Jumlah ∑(A+B+C)=∑D 100%


(56)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Majalah FHM

FHM adalah singkatan dari For Him Magazine, majalah FHM yang terbit di Indonesia merupakan majalah lisensi dari Amerika Serikat. Jika disesuaikan dengan namanya memang majalah FHM dikhususkan sebagai majalah pria, namun tidak menutup kemungkinan wanita juga membacanya.

Selain itu majalah FHM merupakan majalah khusus dewasa yang paling bertahan di Indonesia, bahkan menduduki peringkat ke tiga majalah dewasa terpopuler di dunia. Ini didukung karena sebelumnya majalah FHM merupakan produk majalah luar negeri, tepatnya berasal dari Britania Raya yang sebelumnya diberi nama For Him dan mengubah judul untuk FHM menjadi For Him Magazine pada tahun 1994 ketika Emap Media Konsumen membeli majalah itu. Didirikan oleh Chris Astrigde, majalah ini adalah publikasi didominasi fashion berbasis yang didistribusikan melalui outlet fashion laki-laki.

Lalu FHM diterbitkan di Indonesia sejak tahun 2003 oleh PT. Media Fajar Harapan Mandiri. Tepatnya pada 1 September 2003 dengan cover majalah pemain film seri TV Baywatch. FHM Indonesia beralamatkan di Wisma Kosgoro, lantai 19, Jl. M.H Thamrin 53, Jakarta 10350. Telepon redaksi: 021-39832381-82, email: redaksi@fhm.co.id. Distribusi majalah FHM dipercayakan pada PT.Citra Distribusi Mandiri, diterbitkan dan dicetak oleh PT.Indonesia Printer.

FHM Indonesia terbit di beberapa kota, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Purwokerto, Semarang, Solo, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Lampung, Palembang, Padang,


(57)

Pandang, serta Manado.

Susunan Redaksi majalah FHM yang berkantor pusat di Jakarta adalah sebagai berikut:

Pemimpin Redaksi : Richard Sam Bera Wakil Pemimpin Redaksi : Arvero Iwantara Redaktur Fitur : Alham Fiyandi

Redaktur Fashion : Jessica Indah, Erick Tjong

Reporter : Gembira Putra Agam, Quinnella Djuansjah, Tedy Matondang

Sekretaris Redaksi : Marina Purnamasari Koordinator Design Grafis : Rainer Arya

Design Grafis : Yerrico Gunawan Pembantu Design Grafis : Hermawan Tanihaha

Fotografer : Hary Sebastian, Hadi Cahyono, Yuniardi Prasetyanto, Adi Nugroho, Laily Rachev, Rinal Wiratama, Rici Linde, Insan Obi

Kontributor Teks : Grub Smith, Simon Burnton, Apisak Chuachan, Damon Wise, Alex C.Paita, Louis Raubenheimer

Kontributor Foto : Rayhan Sharrief, Mauro Fermarillo, Ricky, Doc Marlon Pecjo, Getty Images, SIPA Press

Kontributor Gambar Digital : Henny Hendrawaty

Kontributor Pengarah Gaya : Jessica Punter, Hiron Guiguin, Joshua Cheung, Johnny Wujek


(58)

4.2 Penyajian dan Analisis Data 4.2.1 Banyaknya Pornografi

Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu yang telah ditentukan, mulai dari Januari 2010 sampai dengan Juni 2010 pada headline majalah FHM, didukung juga dengan data dari rubrik lainnya sesuai dengan kategorisasi.

4.2.2 Kategorisasi Headline

Kategorisasi headline yang terkandung dalam majalah FHM dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kalimat atau kata yang mengandung unsur pornografi yakni kata-kata yang ditulis tersebut menjelaskan atau menceritakan segala hal yang dianggap sebagai kalimat porno, sesuai dengan kategorisasi penelitian.

b. Tampilan bernuansa pornografi yakni segala bentuk gambar yang dimuat dalam majalah FHM menunjukkan kesensualitasan seseorang, dengan menampilkan bentuk tubuhnya sehingga dapat meningkatkan imajinasi seksual pembaca pula. Selain itu tampilan juga mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan seks, baik secara langsung maupun tidak langsung yang mencakup pula jasa pornografi yang ditawarkan dalam kemasan majalah dan tidak lepas dari kategorisasi penelitian.

Masing-masing kategorisasi kemudian dibagi-bagi dalam suatu sub-sub kategori. Kategorisasi-kategorisasi tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan pula dengan undang-undang pornografi yang berlaku di Indonesia sehingga diharapkan dapat diterima karena sudah melalui uji tingkat reliabilitasnya. Selanjutnya dapat dilihat frekuensi dan prosentase masing-masing kategorisasi sesuai dengan penelitian.


(1)

AS : Aktivitas Seks

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa sub kategori paling banyak dimiliki oleh sub kategori ketelanjangan sebesar 43 kali, diikuti sub kategori terkecil yakni pada sub kategori alat kelamin sebanyak 6 kali, sedangkan pada aktivitas seks yang dimaksud tidak terdapat dalam majalah FHM. Jika dilihat dari sub kategori tersebut prosentase tertinggi yang diperoleh yakni pada Maret 26,56%, Mei 18,36%, diikuti Juni yang mempunyai prosentase sebesar 16,32%, lalu Januari 14,28%, dan yang terakhir yakni pada Februari dan April yang mempunyai prosentase sama-sama 12,24%.

Berdasarkan prosentase tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa banyaknya kandungan tampilan porno yang dimuat dalam headline majalah FHM menyebabkan majalah ini dikategorikan sebagai majalah porno dan melanggar undang-undang pornografi yang ditetapkan di Indonesia, meskipun hanya dilihat dari headline saja belum termasuk rubrik pendukung lainnya.

Selain kategorisasi tampilan yang memuat pornografi, dalam headline majalah FHM juga memuat kategorisasi kalimat yang dapat diketahui dari tabel berikut :

2. Kategorisasi Kalimat

Tabel 4.26

Kategorisasi Kalimat Porno Headline Majalah FHM Pada Januari-Juni 2010

No Edisi

Frekuensi Prosentase (%)

KV KO KA Total

1. Januari 4 - 6 10 32,25

2. Februari 4 6 - 10 32,25

3. Maret 1 1 - 2 6,45

4. April 1 3 - 4 12,93

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

79   

Sumber Data : Data Primer Keterangan :

KV : Kata Vulgar KO : Kata Organ Sex KA : Kata Aktivitas Sex

Berdasarkan tabel 4.26 tersebut tampak bahwa kalimat yang mengandung pornografi didominasi kata organ sex 12 kali, kemudian diikuti dengan kata vulgar 11 kali, dan frekuensi terendah yakni kata aktivitas sex sebanyak 8 kali. Prosentase yang diperoleh dari sub kategori setiap bulannya secara berurutan yakni tertinggi pada Januari dan Februari 32,25%, kemudian Juni 16,12%, April 12,93% dan yang terendah pada Maret 6,45%, sedangkan pada Mei tidak terdapat kata-kata sesuai dengan sub kategori penelitian.

Berdasar dari prosentase pula dari sub kategori kata organ sex dari headline majalah FHM cukup banyak, meskipun itu hanya sebagian kecil saja namun dapat diketahui bahwa majalah FHM merupakan majalah yang mengusung konsep porno di dalamnya dan melanggar undang-undang pornografi.

5. Mei - - - - -

6. Juni 1 2 2 5 16,12


(3)

80  

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan seperti yang diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kategorisasi pornografi dalam headline majalah FHM didominasi oleh kategori tampilan yang mengandung pornografi yang menyajikan ketelanjangan. Hal ini berarti tampilan lebih banyak disajikan dalam visual headline dan sisanya baru kalimat yang mengandung unsur pornografi. Ketelanjangan sebagai sub kategori yang ditampilkan sesuai dengan undang-undang pornografi.

2. Sub kategori tampilan pada headline lebih didominasi dengan penyajian gambar ketelanjangan, namun sebagai tampilan yang merangsang dengan mengutamakan kesensualitasan yang ada, khususnya pada majalah FHM tentunya sesuai dengan undang-undang pornografi.

3. Sub kategori kalimat pada headline lebih didominasi dengan kata organ sex yang dimuat dalam headline majalah FHM.

5.2 Saran

Saran yang dikemukakan peneliti mengenai analisis isi headline majalah FHM yakni : 1. Headline hendaknya berisikan gambar-gambar model yang tidak tampil seronok, tidak

menampilkan secara jelas bentuk tubuhnya atau dapat menimbulkan rangsangan bagi pembaca. Selain itu meskipun majalah FHM mempunyai segmentasi usia 21 tahun keatas, namun tidak menutup kemungkinan ramaja berusia 16-18 tahun membacanya, maka lebih diperhatikan lagi distribusinya. Begitu juga dengan kata-katanya, haruslah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

81   

melalui proses editing atau penyuntingan ulang terlebih dahulu tentunya dengan lebih mempertimbangkan norma kesusilaan.

2. Banyaknya gambar pornografi dengan menunjukkan kesensualitasan dalam headline akhirnya dapat mendorong majalah FHM sebagai majalah porno. Untuk itu hendaknya pihak redaktur lebih cermat lagi memperhatikan tampilannya sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas.

3. Headline hendaknya juga harus bisa memberikan berita atau tulisan yang aktual dan lebih dibutuhkan masyarakat Indonesia dengan tidak mengubah identitas majalah FHM, karena majalah FHM merupakan majalah franchise yakni majalah berlisensi luar negeri. Dengan adanya berita yang aktual dan lebih layak untuk masyarakat Indonesia akan membuat majalah FHM tidak dikategorikan lagi sebagai majalah yang mengusung pornografi di dalamnya melainkan menjadi majalah yang lebih bermutu.


(5)

Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia, Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: PT. Kencana

Cahyana, Yan Yan, Suyanto, Bagong. 1996. Kajian Komunikasi dan Seluk Beluknya.

Surabaya: Airlangga University Press

Djuroto, Totok. 2002. ManajemenPenerbitan Pers. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2007. IlmuKomunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mc Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Purnama, Hikmat Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya

Rakhmat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Rachmat, Kriyantono. 2006. TeknikPraktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Rivers, Jensen, Peterson. 2003. MediaMassa dan Masyarakat Modern. Jakarta: PT Kencana

Santana, Septiawan K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sumadiria, Haris AS. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbosa Rekatama Media

Soebagijo, Azimah. 2008. Pornografi Dilarang Tapi Dicari. Jakarta: Gema Insani

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Non Book :

Undang-undang pornografi. 2009. Undang-undang Republik Indonesia no 44 tahun 2008.

Bandung: Fokusmedia

www.apabae.co.cc

www.lbh-apik.or.id/uu.pornografi.htm www.archive.kaskus.us/thread/975714/40

www.massofa.wordpress.com

www.mailarchive.com/ppiindia@yahoogroups.com

www.dokterumum.net/sensualitas-wanita-dimata-pria<<salimin’s site.htm

www.idamanistri.comartikel113bagiantubuh.htm www.artikel.sabda.org/pornografi