usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009. USU Repository © 2009

4.3 usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa

Kongres Kebudayaan 1991, menurut penilaian semua pihak, diselenggarakan pada waktu yang tepat. Dikatakan demikian karena dewasa ini bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai perubahan, baik yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar. Ini menuntut penyegaran jati diri. Jati diri bangsa Indonesia dibangun dari pengalaman sejarah dan kerangka acuan nasional yang tercermin dalam dasar dan pandangan hidup bangsa, yaitu Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia itu secara historis dan ideologis terbuka dan berketuhanan Yang Maha Esa. Keterbukaan sangat diperlukan untuk membangkitkan kreativitas, prakarsa, swakarsa, dan partisipasi masyarakat, sehingga dengan demikian hal itu juga akan memperbesar tanggung jawab sosial. Melalui keterbukaan itu pula Kedaulatan Rakyat, yang menjadi prinsip utama Undang-undang Dasar 1945, harus semakin dapat diwujudkan. Kebudayaan Indonesia harus sanggup membangun bangsa Indonesia yang tangguh, tegar, disiplin, dan ulet agar ilmu pengetahuan dan teknologi modern dapat direbut dan dikuasai. Dengan demikian, bangsa Indonesia akan sanggup bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009. USU Repository © 2009 Dalam kebudayaan Indonesia nilai dan rasa keadilan sangat mempengaruhi semangat hidup bersama. Oleh karena itu, nilai dan rasa keadilan itu harus diwujudkan dalam segala kehidupan dengan jalan menegakkan azas negara hukum serta mendayagunakan perangkat-perangkat pelaksanaan dan pengawasnya. Tantangan pembangunan dan perubahan yang kita hadapi itu menuntut agar kita memiliki kebudayaan yang berorientasi ke hari esok. Sehubungan dengan hal itu, bahasa Indonesia sebagai wahana salah satu pokok kebudayaan harus digunakan secara sadar dan bertanggung jawab. Pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia dalam segala perwujudannya seperti yang terungkap dalam Kongres Kebudayaan 1991, menjadi tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab itu hendaknya dapat terwujud dalam peningkatan peran serta masyarakat guna memajukan kebudayaan bangsa melalui berbagai cara dan wahana yang tersedia Keinginan untuk melestarikan bahasa atau budaya tentunya merupakan niat yang mulia dan patut didukung. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaiman sebaiknya harus diwujudkan. Apakah himbauan saja atau pelarangan dapat mewujudkan apa yang kita semua inginkan. Jadi mengapa harus pusing dengan nasib bahasa? Bahasa datang dan pergi. Pertanyaan kuncinya justru ini: “Mengapa bahasa itu jadi demikian banyak dipakai dibandingkan dengan bahasa lainnya?”. Justru pertanyaan ini yang menurut saya Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009. USU Repository © 2009 sangat perlu di jawab. Bila dulu bahasa belanda dipakai di Indonesia, itu bukan karena secara struktur atau gramatika bahasa in lebih baik dari bahasa lainnya. Begitu pula bahasa Inggris sekarang dipakai bukan karena bahasa lainnya jelek secara struktur dibandingkan bahasa Inggris. Sama sekali bukan. Tapi karena ini: Para Penggunanya Memainkan Peran Penting di dunia. Bila dikaitkan dengan konteks sastra dan buku, maka menurut saya adalah lebih penting untuk mempedulikan nasib ide yang diusung dan posisi para pendukung pengguna bahasa itu dibandingkan nasib bahasa Indonesia. Usul riilnya adalah kita harus secara agresif mengalihbahasakan sebanyak mungkin karya sastra para sastrawan atau penulis Indonesia ke bahasa Inggris. Kita juga harus menjadi semakin mahir berbahasa Inggris. Kita punya banyak ide dan gagasan yang asli Indonesia yang dapat kita jual dan kita kemas untuk konsumsi internasional.dalam hal ide, kita tidak perlu melihat ke eropa atau amerika,kita sudah cukup kaya. Kita melihat ke barat untuk mempelajari metode pengemasannya. Walaupun upaya ini sangat menantang, tapi bukan suatu hal yang mustahil dilakukan. Dengan cara pandang ini maka kita akan jadi lebih peduli pada kualitas diri kita dibandingkan kulit-kulitnya saja. Kita harus membuat kualitas produk seni dan pemikiran seperti sastra atau sinema kita sedemikian tingginya dan orisinil, sangat tinggi sehingga bahkan orang paling pesimistis sekalipun tak mampu Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009. USU Repository © 2009 menolaknya. Dan mungkin bila nasib baik datang, nama karya sastra Indonesia akan dapat diangkat dan bila kita ingin melestarikan bahasa Indonesia kita harus memampukan pengguna bahasanya. Jangan sampai upaya untuk melestarikan bahasa Indonesia justru mengecilkan pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa tidak akan berkembang tanpa dukungan dari pengguna bahasa itu, dan sebaliknya pengguna bahasa itu juga takkan dapat berbuat banyak bila mereka ada dalam keadaan termarjinalkan.

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa