PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAp perkembangan

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA KERTAS KARYA DIKERJAKAN O

H JENI KHAIRIAH Nim : 062204016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA

Kertas Karya dikerjakan oleh

Jeni Khairiah 062204016

Pembimbing

Drs.Ridwan Azhar,M.Hum NIP 131124058

Kertas Karya ini diajukan kepada ketua departemen pariwisata program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan diploma III dalam program studi pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR PROGRAM D-III PARIWISATA DALAM BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

DISETUJUI OLEH: PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 MEDAN,……MARET 2009 PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

DRS. RIDWAN AZHAR, M.Hum NIP 131124058

Pengesahan

Diterima oleh : Panitia Ujian program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Satsra Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D NIP 132098531

Panitia ujian: No. Nama

Keterangan

Tanda Tangan

1. Drs.Ridwan Azhar, M.Hum.

(Ketua Jurusan)

2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ………………

3. Drs. Ridwan Azhar ,M.Hum

(Pembimbing)

4. Drs.Parlaungan Ritonga,M.Hum (Dosen pembaca) ………………

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik dan

tepat waktu.

Kertas karya ini berjudul “ Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap

Kebudayaan dan Bahasa”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belumlah sempurna, baik isi maupun sistematikannya oleh karena terbatasnya bacaan dan kemampuan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan kertas karya ini,

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materil demi terwujudnya kertas karya ini, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumayera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

3. Bapak Drs.Parlaungan Ritonga M.Hum.selaku dosen pembaca yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Kepada para staf pengajar yang telah banyak membantu dan membimbing dalam proses belajar- mengajar di bidang pariwisata.

5. Buat kedua orang tua yang telah banyak mendukung, membimbing,dan mendidik serta membesarkan ananda dengan penuh rasa sabar, perhatian dan kasih saying.Tanpa ayah dan bunda penulis tidak akan bisa seperti sekarang ini.

6. Buat kakak-kakak dan abang yang telah banyak mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

7. Buat keponakanku Alif, Rifky dan Fadlan yang lucu-lucu dan imut, I Love U.

8. BuatKeluargaQ: K’Rotua (K’Ro), Lusianna(sehat), Florence (Dombat),Linda (Lindong/Benget),Oktri (maniez),Friska (Pipis/Iting) dan Leony(Once) yang selalu buat suasana menjadi rame dan menyenangkan, dan semoga persahabatan kita abadi selamanya,dan kalian memang is the best,I MISS U ALL and I Love U all.

9. Buat anak-anak UW(Usaha Wisata) 06 yang keren dan Gokil abis, makasih ya semuanya atas partisipasi dan kerja samanya.Tetap Semangat.

4.3 Usaha Mengatasi Pengaruh Pariwisata terhadap Kebudayaan dan

46

dan Bahasa…………………………………………………..

50 BAB V:PENUTUP

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa …………………….

5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 55

5.2 Saran………………………………………………………………. 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK

Pariwisata merupakan satu usaha yang mengalami perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan pariwisata akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan

masyarakat setempat, yaitu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, budaya, religi,bahasa dan juga lingkungan.Luasnya pengaruh perkembangan pariwisata terhadap aspek kehidupan dapat dikaji secara mandiri.

Disamping itu, pariwisata juga berperan besar dalam perluasan lapangan kerja, mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang, memperkenalkan keindahan alam dan budaya yang tak terlepas dari rasa untuk meningkatkan persaudaraan dalam lingkungan nasional dan internasional .

KeyWord:Perkembangan,Pariwisata,Kebudayaan dan Bahasa

BAB I PENDAHULUAN

1. Alasan Pemilihan Judul

Kebudayaan merupakan suatu yang sangat penting bagi perkembangan pariwisata.Dengan berkembangnya pariwisata diharapkan semakin baik pula kehidupan masyarakat kedepannya dan perkembangan pariwisata akan memberikan efek terhadap kehidupan masyarakat setempat maupun masyarakat lokal, maka dari itu, kebudayaan itu harus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat.selain pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan, pariwisata juga dapat mempengaruhi bahasa yaitu mempengaruhi dalam bidang kosa kata dan istilah, artinya perkembangan pariwisata dapat memperkaya khasanah perbendaharaan kata dan istilah dalam bahasa Indonesia.

Alasan memilih judul ini adalah karena sangat menarik untuk dibahas dan dijelaskan. Selain itu, kebudayaan dan bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dijaga dengan baik.

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini yaitu mengenai bagaimana pengaruh dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan, juga akan membahas mengenai kebudayaan Melayu dan dampak dari pengaruh pariwisata itu terhadap kebudayaan ini dan sejauh mana pula pengaruh perkembangan pariwisata terhadap bahasa dan apa-apa sajakah yang akan menjadi dampak dan pengaruh perkembangan pariwisata terhadap bahasa.

3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini sendiri yaitu sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang akan dibahas,yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar ahli pada Program Diploma III Program Studi Pariwisata,Fakultas Sastra,Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa.

3. Untuk mengetahui hubungan pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa.

4. Mengetahui dampak dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa.

4. Masalah Penelitian

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Penulis mengumpulkan data melalui buku-buku pedoman kepariwisataan, kebudayaan dan bahasa Indonesia yang direkomendasikan oleh dosen selama di bangku perkuliahan baik dari perpustakaan, dan dari luar yang berkenaan dengan judul kertas karya ini.

2. Internet Research (Penelitian Internet) Penulis melakukan penelitian langsung di internet dan mengumpulkan data- data penting yang berkenaan dengan judul.

5.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri atas alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Pariwisata Kebudayaan dan Bahasa terdiri atas pengertian kebudayaan,pengertian bahasa dan jenis pariwisata

BAB III : Gambaran umum kebudayaan dan bahasa terdiri atas hubungan pariwisata dan kebudayaan, hubungan kebudayaan dan bahasa,sifat BAB III : Gambaran umum kebudayaan dan bahasa terdiri atas hubungan pariwisata dan kebudayaan, hubungan kebudayaan dan bahasa,sifat

BAB IV :Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan dan Bahasa terdiri atas pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan, pengaruh pariwisata terhadap bahasa, usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa

BAB V : Berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai pembahasan

dalam bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS PARIWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Batasan pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, batasan tentang pariwisata belum ada keseragaman tergantung dari sudut pandangnya. Salah satu diantaranya adalah yang dikemukan oleh E. Guyer Freuler dalam Yoeti (1996: 115), yang menyatakan:

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan Phenomena dari Zaman sekarang yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

Pengertian lainnya tentang pariwisata adalah:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselnggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

(Yoeti, 1996: 118).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah. Jadi, tujuan utama perjalanan itu adalah berhubungan dengan pertamasyaan. Di samping itu, dari pengertian itu juga diketahui bahwa orang yang melakukan perjalanan akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Jadi, produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan, mulai meningggalkan tempat tinggalnya (asal wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi ke daerah asalnya.

Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996: 153) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya”.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah yang dikemukakan oleh Damardjati yang dikutip oleh Sihite (2000:54). Menurutnya, “industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama- sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.2 Jenis Pariwisata

Banyak daerah sebenarnya memiliki potensi pemasukan dari sektor pariwisata.

Untuk itu perlu dikembangkan jenis-jenis pariwisata sesuai kondisi suatu daerah. Misalnya wisata bahari/tirta, wisata sejarah, wisata arkeologi, wisata budaya, wisata agama, wisata ziarah, wisata kesehatan, wisata wredha (orang tua), wisata remaja, wisata perkebunan (wisata agro), wisata nostalgia, wisata pendidikan/ilmiah, wisata alam, wisata petualangan, wisata dirgantara, wisata berburu, wisata belanja, dan wisata industri. Wisata bahari/tirta berhubungan dengan air/laut. Banyak pulau pantas Untuk itu perlu dikembangkan jenis-jenis pariwisata sesuai kondisi suatu daerah. Misalnya wisata bahari/tirta, wisata sejarah, wisata arkeologi, wisata budaya, wisata agama, wisata ziarah, wisata kesehatan, wisata wredha (orang tua), wisata remaja, wisata perkebunan (wisata agro), wisata nostalgia, wisata pendidikan/ilmiah, wisata alam, wisata petualangan, wisata dirgantara, wisata berburu, wisata belanja, dan wisata industri. Wisata bahari/tirta berhubungan dengan air/laut. Banyak pulau pantas

Wisata sejarah umumnya berupa kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap bersejarah. Contohnya tempat pembacaan naskah Proklamasi 1945 atau tempat kelahiran seorang tokoh nasional.

Wisata arkeologi berkenaan dengan situs-situs arkeologi, museum, candi, dan tempat-tempat yang memiliki peninggalan arkeologi. Misalnya situs Banten Lama, situs Trowulan, Museum Nasional dan Candi Borobudur.

Wisata budaya adalah kunjungan ke suatu tempat untuk menikmati hasil budaya atau kebudayaan suatu daerah. Definisi kebudayaan sendiri sangat luas, antara lain mencakup kesenian.

Wisata agama berhubungan dengan upacara-upacara tradisional keagamaan seperti peringatan 1 Sura, Sekaten, Mauludan, Galungan, dan Waisak.

Wisata ziarah adalah kunjungan ke tempat-tempat ziarah, misalnya ke makam para wali, Sendangsono (dianggap Lourdes-nya Indonesia), dan makam-makam tokoh sejarah/yang dikeramatkan. Wisata ziarah berkaitan dengan semua agama yang ada di Indonesia.

Wisata kesehatan mulai digalakkan akhir-akhir ini, objek utamanya adalah tempat permandian air panas (belerang) dan spa.

Wisata wredha khusus buat orang-orang tua. Tujuannya untuk menyegarkan pikiran mereka.

Wisata remaja diikuti para remaja, terutama para pelajar. Biasanya kegiatan dilaksanakan pada musim liburan sekolah.

Wisata perkebunan (wisata agro) mulai digalakkan beberapa tahun lalu. Kegiatannya antara lain melihat perkebunan teh sekaligus cara memetik dan mengolah teh, melihat perkebunan apel, melihat hutan jati, dan melihat perkebunan tebu.

Wisata nostalgia bertujuan mengenang kembali peristiwa yang dialami seseorang. Mengunjungi tempat pembuangan tawanan di Boven Digul atau tempat tahanan politik di Pulau Buru, bagi sementara orang merupakan objek wisata nostalgia yang menarik.

Wisata pendidikan/ilmiah berupa kegiatan mengunjungi tempat-tempat seperti laboratorium penelitian, observatorium, planetarium, kebun raya, balai penelitian tanaman dan peternakan.

Wisata alam mengajak para wisatawan mengunjungi tempat yang memiliki pemandangan atau keindahan alam memesona, seperti Ngarai Sianok (Sumatera Barat), Cagar Alam Cibodas (Jawa Barat), dan Taman Sibolangit (Sumatera Utara).

Wisata petualangan juga disenangi banyak wisatawan. Kegiatannya antara lain menyusuri sungai atau arung jeram (rafting), mendaki gunung dan merambati hutan.

Wisata dirgantara antara lain menyaksikan keindahan suatu tempat dari atas pesawat. Misalnya dengan pesawat kecil wisatawan diajak menikmati Ancol dan kawasan Monas dari udara.

Wisata berburu adalah mengunjungi tempat-tempat perburuan yang dihuni banyak babi hutan, rusa, atau berbagai jenis burung. Diisyaratkan, wisatawan tidak mengganggu habitat hewan-heran tersebut atau memburu satwa langka.

Wisata belanja adalah kegiatan mengunjungi tempat atau pusat-pusat penjualan barang/produk. Berbagai daerah biasanya mempunyai ciri khas masing- masing. Misalnya Cibaduyut (sentra sepatu), Sidoarjo (sentra kerajinan kulit), dan Pekalongan (sentra batik).

Wisata industri adalah mengunjungi pabrik-pabrik besar, seperti tempat pembuatan kapal terbang, pabrik mobil, pabrik sepatu, pabrik elektronika, pabrik jamu, dan pabrik obat-obatan. Beberapa kota besar sudah mempunyai daerah kawasan industri, misalnya di Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Jawa Barat) dan Rungkut (Jawa Timur).

Sebenarnya masih banyak lagi jenis pariwisata yang dapat diciptakan. Hal ini tergantung sejauh mana kita dapat memanfaatkan potensi yang ada.

2.3 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak- gerik manusia. (Nababan, 1984: 49).

Berdasarkan definisi di atas, jelas sekali terlihat bahwa antara manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga antara manusia Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan manusia Indonesia di samping hidup dalam satu kesatuan wilayah masyarakat etnik, juga hidup dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam kaitan ini, mereka menjunjung kebudayaan yang satu, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara, yaitu kebudayaan nasional

Indonesia (Geriya, 1996: 71).

Lebih lanjut dijelaskan secara formal normatif sistem budaya Indonesia menata keseluruhan manusia dan masyarakat Indonesia. Ada dua fungsi sistem budaya Indonesia yang amat penting, yaitu: sebagai pemberi identitas dan sebagai komunikasi yang menyatukan dan mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti: kepercayaan, kesenian, dan sebagainya” Misalnya, Kebudayaan Cina, Kebudayaan Indonesia, dan Kebudayaan Jawa. (Poerwadarminta, 1983: 157). Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan hanyalah manusia yang mempunyai kebudayaan. Hal ini disebabkan manusialah makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi untuk mengasilkan kebudayaan.

Di samping dua pengertian di atas, pengertian kebudayaan juga dapat dipandang dari sudut Ilmu Antropologi. Dalam hal ini, kebudayaan (budaya) diartikan sebagai “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan bermasyarakat”. (Koentjaraninggrat Ed., 1985: 77).

Budaya dalam hal ini dipahami sebagai tingkah laku yang dipelajari dan dilakukan oleh sekelompok orang, budaya diperoleh dari orang lain dengan dipelajari dari masyarakatnya. Kebudayaan itu juga mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku, dan materi yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan dengan kebudayaan adalah suatu hasil cipta karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Batasan ini lebih ditekankan pada kenyataan bahwa manusialah yang mampu Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan dengan kebudayaan adalah suatu hasil cipta karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Batasan ini lebih ditekankan pada kenyataan bahwa manusialah yang mampu

2.4 Pengertian Bahasa

Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komuniasi. Hal ini tidak berarti bahwa bahasa hanya memiliki satu fungsi. Fungsi yang lain adalah sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial. (Keraf, 1980: 3).

Berdasarkan fungsi tersebut, disebutkan juga bahwa “Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbul bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia” (Keraf, 1980: 1). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sitindoan (1984: 17) yang menyatakan “Bahasa adalah lambang yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, mempunyai sistem dan mengandung arti yang bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi antar sesamanya untuk membentuk, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan perasaannya. Sifatnya sosial kultural”.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dijelaskan di atas, jelaslah yang dimaksudkan bahasa dalam tulisan ini adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mempunyai lambang, sistem, arti, serta bersifat arbitrer dan sosial kultural. Setiap bahasa mempunyai lambang. Dengan adanya lambang akan memudahkan terjadinya komunikasi, walaupun tidak langsung berhadapan dengan bendanya. Hal ini disebabkan setiap lambang sudah mengandung suatu konsep atau Berdasarkan pengertian-pengertian yang dijelaskan di atas, jelaslah yang dimaksudkan bahasa dalam tulisan ini adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mempunyai lambang, sistem, arti, serta bersifat arbitrer dan sosial kultural. Setiap bahasa mempunyai lambang. Dengan adanya lambang akan memudahkan terjadinya komunikasi, walaupun tidak langsung berhadapan dengan bendanya. Hal ini disebabkan setiap lambang sudah mengandung suatu konsep atau

Bahasa bersifat arbitrer maksudnya tidak ada hubungan secara langsung antara lambang dengan yang dilambangkan. Munculnya pelambangan terhadap suatu benda hanyalah berdasarkan konvensi. Akan tetapi, walaupun demikian untuk dapat mengerti suatu bahasa haruslah dipelajari dan digunakan sebagai alat komunikasi.

Dari paparan di atas dapat dikatakan yang dimaksud dengan bahasa Indonesia di sini adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh penduduk Negara Republik Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa resmi. Sebagai bahasa nasional maksudnya bahasa Indonesia diakui dan dipakai secara resmi oleh bangsa Indonesia dalam bidang administrasi, pendidikan, politik, dan bidang kebudayaan dalam arti luas; sebagai bahasa resmi maksudnya bahasa Indonesia dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi dalam situasi yang bersifat resmi: dalam pertemuan resmi, untuk keperluan administrasi negara, pendidikan dan pengajaran, serta pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. (Sitindoan, 1984: 19).

BAB III GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN DAN BAHASA

3.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan

Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling mempengaruhi (Geriya, 1996:38).

Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.

Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya, 1996: 45). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya, 1996: 45). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu

Uraian di atas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh kebudayaan nasional Indonesia.

3.2 Hubungan Kebudayaan dan Bahasa

Kebudayaan dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebudayaan dan bahasa dalam hal ini dibatasi pada kebudayaan nasional Indonesia dan bahasa Indonesia. Hubungan di antara keduanya tidak hanya sebatas bahasa Indonesia adalah bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, tetapi juga terlihat dari fungsi bahasa sebagai pengungkap, pelestari, dan pewaris budaya bangsa Indonesia.

Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah bagian dari sistem kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, karena kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa adanya bahasa. Bahasa inilah memungkinkan Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah bagian dari sistem kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, karena kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa adanya bahasa. Bahasa inilah memungkinkan

Hubungan kebudayaan dan bahasa yang lainnya adalah bahwa bahasa sebagai suatu sistem komunikasi, akan mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang menjadi wadahnya. Ini artinya untuk bisa mengerti suatu bahasa, setidaknya juga harus paham dengan kebudayaannya. Demikian sebaliknya, untuk memahami kebudayaan suatu daerah atau suatu negara akan lebih sempurna apabila juga memahami bahasanya.

Hubungan antara kebudayaan dan bahasa juga dapat dilihat pada sisi yang lain, yaitu bahasa merupakan kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan. Oleh karena itu, dalam mempelajari suatu kebudayaan diperlukan juga mempelajari bahasanya.

Menurut Nababan (1984: 52) ada dua macam hubungan antara kebudayaan dan bahasa. Kedua hubungan itu adalah (1) bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan (2) bahwa seseorang belajar kebudayaan melalui bahasanya. Hubungan yang pertama disebut dengan hubungan filogenetik, sedangkan hubungan kedua disebut dengan hubungan ontogenetik. Kedua hubungan antara bahasa dan kebudayaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Filogenetik (Sistemik) Ontogenetik (Belajar)

Dari uraian di atas bahasa secara umum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan. Hal ini juga terjadi antara bahasa Indonesia dan kebudayaan Dari uraian di atas bahasa secara umum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan. Hal ini juga terjadi antara bahasa Indonesia dan kebudayaan

3.3 Sifat dan Wujud Kebudayaan

3.3.1 Sifat Kebudayaan

Dari sifat hakikat kebudayaan tersebut di atas maka setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat berikut.

1.Kebudayaan bersifat universal, karena kebudayaan masyarakat antara satu dengan yang lain memiliki atribut yang berbeda, sebagai akibat dari adat istiadat, pengalaman hidup, dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Contoh : bangsa Indonesia, Amerika, Eropa masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus yang yang berbeda. Bahkan Indonesia memiliki aneka ragam suku bangsa, dengan kekhasan masing- masing budayanya.

2.Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis, serta setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Kebudayaan yang bersifat stabil dapat diperhatikan melalui hubungan antara unsur-unsur yang tetap stabil dengan unsur- unsur yang berubah. Contoh unsur yang tetapi stabil adalah unsur rohaniah seperti sistem kepercayaan, moral, struktur keluarga, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan 2.Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis, serta setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Kebudayaan yang bersifat stabil dapat diperhatikan melalui hubungan antara unsur-unsur yang tetap stabil dengan unsur- unsur yang berubah. Contoh unsur yang tetapi stabil adalah unsur rohaniah seperti sistem kepercayaan, moral, struktur keluarga, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan

3.Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun jarang disadari oleh manusia itu sendiri. Tidak semua anggota masyarakat menguasai seluruh unsur-unsur kebudayaan yang seharusnya berfungsi sebagai pendukung. Contohnya orang Indonesia tidak sanggup untuk mengetahui kebudayaan Indonesia sampai sekecil-kecilnya, padahal kebudayaan tersebut menentukan arah perjalanan hidup mereka.

4.Kebudayaan adalah milik bersama seluruh anggota masyarakat pendukungnya. Tidak ada kebudayaan yang lahir tanpa masyarakat pendukungnya, dan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh sebab itu masyarakat dan kebudayaan berada dalam satu sistem atau kesatuan. Contoh, masyarakat dan kebudayaan suku bangsa Sunda, Jawa dan seterusnya.

5.Kebudayaan tumbuh dan berkembang melalui proses belajar (enkulturasi), tidak seperti insting, naluri atau keterampilan dari jenis-jenis binatang yang diturunkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya secara biologis. Contoh, kemampuan harimau atau singa memburu binatang buruannya akan sama dari generasi ke generasi, kapanpun dan dimana pun kelompok harimau atau singa itu berada, begitu pula halnya dengan keterampilan burung dalam merakit sarangnya.

6.Kebudayaan bersifat relatif, artinya hanya dapat dinilai berdasarkan ide atau norma yang berlaku pada masyarakatnya sendiri, contoh, ketika orang Belanda dulu datang ke pedalaman Pulau Kalimantan, mereka menyatakan bahwa orang Dayak tidak beragama, padahal sebenarnya mereka memiliki kepercayaan sendiri yang disebut Kaharingan.

7.Kebudayaan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Daya adaptasi adalah daya yang saling bergantung dan saling mempengaruhi antara kebudayaan manusia dengan lingkungan sekitarnya (ekosistem). Contoh, pada masyarakat yang sudah tidak tradisional seperti orang Sunda, Jawa, Bali dan sebagainya, telah mampu mengembangkan lingkungan persawahan. Sehingga sawah dapat memberikan berkah dan kesejahteraan hidup bagi para petaninya.

8.Kebudayaan bersifat integratif, artinya unsur kebudayaan yang satu berintegrasi dengan unsur-unsur budaya lainnya, sehingga terjadi satu kesatuan bulat dan berfungsi.

9.Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang. Kebudayaan sebagai kesatuan ide, gagasan, atau norma, akan tampak dalam berbagai bentuk simbol bahasa. Gagasan untuk menyatakan kepercayaan atau keyakinan religiusnya dilahirkan dalam simbol-simbo keagamaan, seperti kitab suci, Salib, rumah-rumah ibadat, dan lain-lain, sedangkan gagasan rupa, seni tari, seni suara dan sebagainya.

10.Kebudayaan diciptakan manusia sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis kebutuhan yaitu :

a.Kebutuhan rohaniah, yakni kebutuhan yang bersifat rohaniah seperti kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, penghargaan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dan lain-lain.

b.Kebutuhan yang bersifat jasmaniah seperti sandang, dan popan, serta sarana maupun prasarana transportasi dan komunikasi, dan sebagainya.

3.3.2 Wujud Kebudayaan

Apabila kita menelaah pengertian budaya seperti yang dikemukakan sebelumnya jelas kebudayaan tidak memiliki wujud nyata atau konkret seperti sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Menurut analisis tersebut kebudayaan hanya ada dalam alam pikiran manusia para pendukung kebudayaan yang bersangkutan, wujudnya hanyalah merupakan ide, pandangan hidup, peraturan atau norma yang dianut oleh para anggota masyarakatnya, yang apabila dilaksanakan secara konsekuen dan teratur, akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima.

Berbeda dengan pandangan di atas, para ahli antropologi seperti A.L. Kroeber dan Koenjaraningrat menganalisis konsep kebudayaan tidak semata-mata dari aspek ide dan gagasan saja, akan tetapi juga dari aspek-aspek konkret yang dihasilkan oleh Berbeda dengan pandangan di atas, para ahli antropologi seperti A.L. Kroeber dan Koenjaraningrat menganalisis konsep kebudayaan tidak semata-mata dari aspek ide dan gagasan saja, akan tetapi juga dari aspek-aspek konkret yang dihasilkan oleh

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua wujud yaitu :

1.Kebudayaan rohanilah seperti ide, gagasan, norma, aturan, kepercayaan, dan lain- lain.

2.Kebudayaan jasmaniah, seperti benda-benda budaya, contohnya buku, makanan, model bangunan, dan lain-lain.

Secara lebih rinci Koenjaraningrat membagi wujud kebudayaan ke dalam tiga wujud :

1.Kebudayaan sebagai kompleks ide atau gagasan yang bersifat abstrak, karena hanya terdapat dalam alam pikiran manusia. Gagasan atau ide itu sangat penting dan mendasar karena melaui ide dan gagasan inilah terbentuk wujud-wujud budaya lainnya. Contoh, nilai-nilai dan norma, adat istiadat, peraturan atau perundang- undangan, tata krama, sopan santun, dan sebagainya.

2.Kebudayaan sebagai kompleks tingkah laku atau perbuatan manusia. Contohnya, siswa belajar di sekolah, nelayan menjaring ikan di laut, petani bekerja di sawah, dan sebagainya.

3.Kebudayaan sebagai kompleks hasil perbuatan manusia, yang pada umumnya berwujud benda-benda, sehingga disebut kebudayaan material. Contohnya, bangunan-bangunan seperti tempat ibadah, rumah, sekolah, gedung pencakar langit, hingga hasil-hasil karya seni manusia seperti seni pahat atau ukir, mode pakaian, dan sebagainya.

3.4 Fungsi Bahasa

3.4.1.Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan

Kebudayaan dari sudut pandang ilmu bahasa adalah (1) pengatur dan pengikat masyarakat penutur bahasa itu (2), butir-butir dan satuan-satuan yang diperoleh manusia pemakai bahasa melalui jalur belajar atau pendidikan, (3) pola kebiasaan dan perlaku manusia dan (4) suatu sistem komunikasi dalam masyarakat yang berperan dalam membentuk dan memelihara kesatuan, kerja sama dan kehidupan.

Dengan dasar-dasar di atas, maka bahasa berfungsi dalam kebudayaan sebagai (1) sarana pengembangan kebudayaan (2) sarana pembinaan kebudayaan (3) jalur pemeliharaan dan penerus kebudayaan, dan (4) jalur dan sarana inventarisasi kebudayaan.

Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari pada kehidupan budaya manusia karena antara bahasa dan budaya ada semacam hubungan timbal balik atau Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari pada kehidupan budaya manusia karena antara bahasa dan budaya ada semacam hubungan timbal balik atau

3.4.2.Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat

Fungsi utama bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat interaksi sosial, walaupun bukan satu-satunya alat interaksi sosial. Selain bahas amasih banyak alat lain yang dapat digunakan sebagai alat interaksi sosial tersebut, tetapi apabila dibandingkan dengan media lainnya, bahasa merupakan alat yang paling penting dan lengkap, serta paling sempurna dalam melaksanakan interaksi.

Peran dan fungsi bahasa dalam masyarakat terdiri dari dua klasifikasi pokok, sebagai berikut :

1.Berdasarkan ruang lingkup (scope and area)

Dalam klasifikasi ini termasuk fungsi bahasa sebagai :

(a) lambang kebanggaan kebangsaan,

(b) lambang identitas bangsa,

(c) alat pemersatu antara berbagai suku bangsa dan kelompok tenis, dan

(d) alat perhubungan antara daerah dan kelompok penutur dari berbagai latar belakang budaya. Dalam kriteria fungsi bahasa seperti ini terdapat ruang lingkup bahasa sebagai alat komunikasi dalam area yang lebih luas.

2.Berdasarkan bidang pemakaian (function and quality)

3.4.3.Fungsi Bahasa Perorangan

Klasifikasi perorangan pada dasarnya adalah mengenai penggunaan bahasa melalui observasi yang terus menerus. Dalam fungsi bahasa perorangan terdapat enam kriteria yaitu :

1.Klasifikasi suruh, yaitu terdapat ungkapan untuk menyuruh orang lain melaksanakan sesuatu.

2.Klasifikasi interaksi, terdapat iklim kebahasaan yang menciptakan hubungan antar pribadi.

3.Klasifikasi personal, yaitu terdapat ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri partisipasi.

4.Klasifikasi pemecahan masalah, yaitu terdapat ungkapan yang meminta atau memberikan jawaban terhadap sesuatu masalah.

5.Klasifikasi khayalan, yaitu terdapat ungkapan yang mengajak pendengar berpura- pura atau suatu iklim kebahasaan yang melaksanakan simulasi terhadap sesuatu keadaan.

6.Fungsi informatif, merupakan iklim kebahasaan yang membentuk pemberitahuan mengenai sesuatu keadaan atau kejadian pada orang lain atau pada sekelompok orang.

3.5 Manfaat Bahasa Tambahan

Bahasa Melayu sudah lama menjadi bahasa resmi dalam sistem pendidikan negara. Hasil daripada pelaksanaan Dasar Pendidikan Negara yang dibentuk pada awal tahun negara mencapai kemerdekaan yaitu dalam usaha membentuk identiti sebuah negara bangsa maka kita melihat generasi muda kita mampu bertutur dalam bahasa Melayu yang baik.

Sebagai sebuah bangsa yang sedang melangkah menuju kepada status negara maju, pengetahuan dalam bahasa-bahasa lain seperti bahasa Mandarin, Tamil dan Arab.

Pada masa ini, hanya bahasa Melayu dan bahasa Inggeris menjadi mata pelajaran keras bagi para pelajar yang mengikuti pengajian di sekolah-sekolah rendah hingga ke peringkat menengah dan seterusnya ke peringkat pengajian tinggi.

Sebenarnya, pada masa sekarangpun, mata pelajaran bahasa Mandarin, Tamil dan Arab sememangnya ada ditawarkan kepada para pelajar,Tetapi bukanlah sebagai mata pelajaran pilihan, cuma sekadar untuk mengisi masa terluang. Maknanya, pelajar boleh mengikutinya jika mereka berminat..

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda

28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

3.6 Sejarah Perkembangan Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari- hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari- hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

3.6.1 Melayu Kuno

Penyebutan pertama istilah "Bahasa Melayu" sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan itu seperti:

Prasasti Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683

Talang Tuo di Palembang, tahun 684

Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686

Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:

Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha

Bogor, Praasasti Bogor, tahun 942

Kedua-dua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada ketika itu bukan saja dipakai di pulau Sumatra, melainkan juga dipakai di pulau Jawa.

Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.

3.6.2 Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303.

Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-

14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam.

3.6.3 Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

Penyempurnaan ejaan :

Ejaan-ejaan untuk bahasa melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:

1.Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.

2.Ejaan Soewandi

Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:

Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke- barat2-an.

Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

3.Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EyD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.

Perubahan:

Indonesia Malaysia

Sejak 1972

(pra-1972) (pra-1972)

tj

ch c

dj j

ch kh

kh

nj ny

ny

sj sh

sy

jy

oe* u

Penggolongan

Indonesia termasuk anggota dari Bahasa Melayu-Polinesia Barat subkelompok dari bahasa Melayu-Polinesia yang pada gilirannya merupakan cabang dari bahasa Austronesia. Menurut situs Ethnologue, bahasa Indonesia didasarkan pada bahasa Melayu dialek Riau yang dituturkan di timur laut Sumatra

Distribusi geografis

Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunakan di area perkotaan (seperti di Ibukota Jakarta yang digunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi serta logat Betawi).

Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek-dialek dan logat-logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia.

Kedudukan resmi

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:

Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, ”Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:

Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.

Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Bunyi

Berikut adalah fonem dari bahasa indonesia mutakhir

Vokal

Depan Madya Belakang

Tertutup

Tengah

Hampir Terbuka ( ɛ)

Terbuka

Bahasa Indonesia juga mempunyai diftong /ai/, /au/, dan /oi/. Namun, di dalam suku kata tertutup seperti air kedua vokal tidak diucapkan sebagai diftong

konsonan

2 Langit 2 Langit Celah

Bibir Gigi

keras lunak suara

Sengau m

Letup pb

Getar/Sisi

lr

Hampiran w

Vokal di dalam tanda kurung adalah alofon sedangkan konsonan di dalam tanda kurung adalah fonem pinjaman dan hanya muncul di dalam kata serapan.

/k/, /p/, dan /t/ tidak diaspirasikan

/t/ dan /d/ adalah konsonan gigi bukan konsonan rongga gigi seperti di dalam bahasa Inggris.

/k/ pada akhir suku kata menjadi konsonan letup celah suara

Penekanan ditempatkan pada suku kata kedua dari terakhir dari kata akar. Namun apabila suku kata ini mengandung pepet maka penekanan pindah ke suku kata terakhir.

Tata bahasa