B. Deskriptif Analisis
1. Deskriptif Data Sampel
Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive sampling, maka diperoleh data sebagai berikut :
a. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah go
public selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan.
b. Menerbitkan laporan keuangan secara kontinyu selama periode 2004 –
2008 dan mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember, berjumlah 11 perusahaan.
c. Perusahaan tidak menunjukkan saldo total ekuitas dan laba negatif
selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan. d.
Perusahaan memiliki struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik berjumah 11
perusahaan. Dan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial berjumkah 11 perusahaan.
2. Deskriptif Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0, untuk dapat mengolah data
dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Penjelasan lebih lanjut dari variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
70
a. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan tentang seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang dikonfirmasikan
dengan rasio hutang debt ratio. Rasio ini menggambarkan besarnya aktiva perusahaan didanai oleh hutang. Rasio hutang diukur dengan
membandingkan total aktiva. Adapun rasio yang diperoleh berdasarkan perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rasio Hutang
Rasio Hutang
NO KODE 2004 2005 2006 2007 2008
1 BBMI 0.8855 0.8923 0.8893 0.9068 0.9197
2 BBNI 0.8975 0.9048 0.9199 0.9055 0.9136
3 BBRI 0.8855 0.8961 0.9035 0.9162 0.922
4 BABP 0.9275 0.9263 0.9018 0.9127 0.9129
5 BBCA 0.9167 0.9052 0.9078 0.9144 0.9147
6 BDMN 0.8429 0.8388 0.8621 0.858 0.9094
7 BNII 0.8999 0.8936 0.8854 0.8854 0.8775
8 MEGA 0.9361 0.9452 0.935 0.9329 0.898
9 BNGA 0.9254 0.8762 0.9371 0.924 0.8683
10 NISP 0.9026 0.8659 0.8793 0.8755 0.8762
11 BNLI 0.9397 0.9312 0.9036 0.8983 0.9198
Tertinggi 0.9397 0.9452
0.9371 0.9329 0.922
Terendah 0.8429 0.8388
0.8621 0.858 0.8683 Rata-rata 0.9053
0.8977 0.9022
0.9027 0.9029
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio hutang tertinggi pada
tahun 2004 dimiliki oleh PT Bank Permata tbk sebesar 0,9397
71
93,97, pada tahun 2005 dimiliki oleh PT Bank Mega tbk sebesar 0.9452 94,52, pada tahun 2006 dimiliki oleh PT Bank CIMB
Niaga sebesar 0.9371 93,71, dan pada tahun 2008, rasio hutang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia tbk BRI yaitu
sebesar 0.922 92,2. Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2004,2005,2006 dan
2007 dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia tbk sebesar 0,8429 84,29, 0,8388 83,88, 0.8621 86,21 dan 0,858 85,8.
Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk yaitu sebesar 0.8683 86,83.
Dan rata-rata rasio hutang pada tahun 2004 sebesar 0,9053 90,53, artinya pada tahun 2004, rata-rata perusahaan perbankan
yang menjadi objek penelitian tersebut rata-rata sebesar 90,53 , lebih dari setengah dari aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dan jika
aset itu tidak digunakan seoptimal mungkin, maka akan meningkatkan resiko kebangkrutan. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, rata-rata
rasio hutang tersebut menunjukkan angka: tahun 2005 sebesar 0,8977 89,77, tahun 2006 sebesar 0,9022 90,22, tahun 2007 sebesar
0,9027 90,27 dan tahun 2008 sebesar 0,9029 90,29.
b. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial X
1
, kepemilikan institusional X
2
, kepemilikan publik X
3
, dan jumlah
72
pemegang saham X
5
. Penjelasan lebih lanjut dari variabel struktur kepemilikan adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial X
1
Kepemilikan manajerial menggambarkan kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris perusahaan. Kepemilikan
manajerial ini diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki direksi dan komisaris perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk mengetahui proporsi kepemilikan oleh manajemen perusahaan terhadap jumlah saham beredar.
Data yang diperoleh dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan perbankan nasional
yang menjadi objek penelitian periode 2004-2008 adalah 0 atau kurang dari 5. Ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan
manajerial yang rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak manajemen atas perusahaan juga semakin rendah. Hal ini juga
menyebabkan segala tindakan dan keputusan yang dilakaukan oleh manajer diawasi oleh pihak institusi atau publik.
2. Kepemilikan Institusional X
2
Kepemilikan institusional menggambarkan kepemilikan saham oleh investor institusi seperti pemerintah, bank, asuransi,
dan lain sebagainya. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi
73
terhadap jumlah saham yang beredar. Adapun rasio yang diperoleh dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Struktur Kepemilikan Institusional
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI
0.6954 0.7876 0.6786 0.6727 0.6697 2 BBNI
0.9912 0.9912 0.9912 0.7636 0.7636 3 BBRI
0.5908 0.5816 0.5697 0.5683 0.5679 4 BABP
0.7328 0.7328 0.7305 0.7305 0.7305 5 BBCA
0.5627 0.5118 0.5152 0.5152 0.4834 6 BDMN
0.7626 0.7641 0.7424 0.6805 0.6786 7 BNII
0.6856 0.6844 0.6242 0.6805 0.9752 8 MEGA
0.5728 0.5728 0.522 0.5522 0.5782 9 BNGA
0.6 0.6425 0.9388
0.6313 0.9388
10 NISP 0.6456 0.7946 0.7946 0.7957 0.819
11 BNLI 0.8927 0.8926 0.8901 0.8901 0.8901
Tertinggi 0.9912 0.9912
0.9912 0.8901
0.9752 Terendah 0.5627
0.5118 0.5152
0.5152 0.4834
Rata-rata 0.7029 0.7232
0.7270 0.6800
0.7359
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah Struktur kepemilikan saham oleh institusi merupakan
kepemilikan yang dominan. Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kepemilikan saham institusi 0,7029 70,29 pada tahun 2004,
0,7232 72,32 pada tahun 2005, 0,7270 72,70 pada tahun 2006, dan 0,68 68 pada tahun 2007 serta 0,7359 73,59 pada
tahun 2008.
74
PT Bank Nasional Indonesia tbk BBNI merupakan perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusi tertinggi
sebesar 0,9912 99,12 selama tahun 2004-2006. Pada tahun 2007, kepemilikan saham institusi tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Permata tbk, yaitu sebesar 0,8901 89,01, sedangkan kepemilikan saham tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT
Bank Internasional Indonesia tbk yaitu sebesar 0,9752 97,52. Sementara kepemilikan saham institusi terendah adalah PT
Bank Central Asia tbk BBCA, sebesar 0,5627 56,27 pada tahun 2004, 0,5118 51,18 pada tahun 2005, 0,5121 51,52
pada tahun 2006 dan 2007 serta 0,4834 48,34 pada tahun 2008. Dengan kepemilikan institusi yang dominan, menunjukkan
bahwa pemegang saham institusi dapat melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen dengan lebih efektif dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, meningkatnya kepemilikan saham oleh institusi dapat
mengimbangi kebutuhan terhadap hutang.
3. Kepemilikan Publik X
3
Kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham oleh publik atau masyarakat luas, diukur dengan persentase jumlah
saham yang dimiliki masyarakat. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
75
Tabel 4.3 Struktur Kepemilikan Publik
KEPEMILIKAN PUBLIK NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI
0.3046 0.2124 0.3214 0.3273 0.3303 2 BBNI
0.0088 0.0088 0.0088 0.2364 0.2364 3 BBRI
0.4092 0.4184 0.4303 0.4317 0.4321 4 BABP
0.2672 0.2672 0.2695 0.2695 0.2695 5 BBCA
0.4373 0.4882 0.4848 0.4848 0.5166 6 BDMN
0.2374 0.2359 0.2576 0.3195 0.3214 7 BNII
0.3144 0.3156 0.3758 0.3145 0.248 8 MEGA
0.4272 0.4272 0.478 0.4478 0.4218 9 BNGA
0.4 0.3575 0.0612
0.3687 0.612 10 NISP
0.3544 0.2054 0.2054 0.2043 0.181 11 BNLI
0.1073 0.1074 0.1099 0.1099 0.1099
Tertinggi 0.4373 0.4882
0.4848 0.4848
0.612 Terendah 0.0088
0.0088 0.0088
0.1099 0.1099
Rata-rata 0.2970 0.2767
0.2729 0.3194
0.3344
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah Dari data di atas, struktur kepemilikan saham publik atau
masyarakat pada tahun 2004 memperlihatkan rata-rata sebesar 0,2970 29,70, kemudian menurun menjadi 0,2767 27,67
pada tahun 2005, dan 0,2729 27,29 pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, rata-rata kepemilikan saham publik mengalami
peningkatan menjadi 0,3194 31,94 dan pada tahun 2008, kepemilikan publik sebesar 0,3344 33,44.
Kepemilikan saham publik tertinggi adalah PT Bank Central Asia tbk BBCA, yaitu sebesar 0,4373 43,73 pada
76
tahun 2004, 0,4882 48,82 pada tahun 2005, dan 0,4848 48,48 pada tahun 2006 dan 2007. Sedangkan kepemilikan
saham publik tertinggi pada tahun 2008 adalah PT Bank CIMB Niaga, yaitu sebesar 0,612 61,2.
Kepemilikan saham publik terendah adalah PT Bank Nasional Indonesia tbk BBNI yaitu 0,0088 0.88 pada tahun
2004 sampai dengan tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, kepemilikan saham publik terendah dimiliki oleh PT Bank
Permata tbk, yaitu sebesar 0,1099 10,99. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepemilikan publik perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian memiliki kepemilikan mulai dari 0,88 hingga 61,2.
Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan publik dapat menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang kuat terhadap
perilaku oportunistik manajer, sehingga pemanfaatan akan aktiva perusahaan akan semakin efektif dan efisien.
4. Jumlah Kelompok Pemilik Saham X
4
Jumlah kelompok pemilik saham adalah penyebaran kepemilikan saham, baik itu kepemilikan saham institusional,
kepemilikan saham manajerial, maupun kepemilikan saham publik Erni Masdupi : 2005. Jumlah pemilik saham adalah sebagai
berikut :
77
Tabel 4.4 Jumlah Kelompok Pemegang Saham
JUMLAH PEMEGANG SAHAM NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI
3 3 2 2 2 2 BBNI
2 2 2 2 2 3 BBRI
2 2 2 2 2 4 BABP
3 3 3 3 3 5 BBCA
4 3 4 4 4 6 BDMN
3 3 3 2 2 7 BNII
5 4 3 4 3 8 MEGA
2 2 2 2 2 9 BNGA
2 2 3 2 3 10 NISP
5 3 3 3 3 11 BNLI
4 4 3 3 3
Tertinggi 5 4 4 4 4 Terendah 2 2 2 2 2
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah Dari data di atas, jumlah pemilik saham tertinggi ada 5
orang atau kelompok pemegang saham. Sedangkan jumlah pemilik saham terendah yaitu 2 orang atau kelompok pemegang saham. Hal
ini disebabkan, jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham tidak
menyebar.
78
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
1. Profitabilitas X
5
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan dari investor . Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset ROA yang diperoleh dengan cara
laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dibagi dengan rata- rata total aset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan data,
diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut ini : Tabel 4.5
ROA ROA
NO KODE 2004 2005 2006 2007 2008
1 BBMI 0.0319 0.0319 0.0047 0.024 0.0269
2 BBNI 0.0245 0.0161 0.0185 0.0085 0.0112
3 BBRI 0.0577 0.0504 0.0436 0.0461 0.0418
4 BABP 0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 0.0009
5 BBCA 0.0321 0.0344 0.038 0.0334 0.0342
6 BDMN 0.0451 0.0426 0.024 0.025 0.0158
7 BNII 0.0235 0.0172 0.0143 0.0123 0.0123
8 MEGA 0.0299 0.0125 0.008 0.0233 0.0198
9 BNGA 0.0291 0.021 0.0227 0.025 0.011
10 NISP 0.025 0.0152 0.0155 0.0131 0.0154
11 BNLI 0.023 0.012 0.012 0.019 0.017
Tertinggi 0.0577 0.0504
0.0436 0.0461
0.0418 Terendah
0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 0.0009 Rata-rata 0.0304
0.0219 0.0185
0.0214 0.0187
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah
79
Dari data di atas, rata-rata kemampuan perusahaan untuk memperoleh profitabilitas tahun 2004 adalah sebesar 0.03034
3,03. Kemudian pada tahun 2005, profitabilitas rata-rata mengalami penurunan menjadi sebesar 0.0219 2,19 dan pada
tahun 2006, profitabilitas rata-rata menjadi 0,0185 1,85. Namun pada tahun 2007, profitabilitas rata-rata mengalami peningkatan
menjadi 0,0214 2,14 dan pada tahun 2008, profitabilitas rata- rata kembali menurun menjadi 0,0187 1,87.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa profitabilitas tertinggi pada tahun 2004 sampai tahun 2008 dimiliki oleh PT
Bank Rakyat Indonesia tbk BBRI, yaitu sebesar 0,0577 5,77 pada tahun 2004, 0,0504 5,04 pada tahun 2005, 0,0436 4,36
pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, berturut- turut adalah 0,0461 4,61 dan 0,0418 4,18. Sedangkan
perusahaan yang memiliki profitabilitas terendah adalah Bank ICB Bumiputera tbk BABP. Selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun
2004 sebesar 0,0127 1,27, tahun 2005 sebesar -0,0124 - 1,24, tahun 2006 sebesar 0,0026 0,26, dan tahun 2007 dan
2008 berturut-turut adalah 0,0057 0,57 dan 0,0009 0,09. Dari uraian di atas, diketahui bahwa perusahaan-perusahaan
objek penelitian, mengalami fluktuasi dalam memperoleh profit. Hal ini menunjukkan bahwa dengan profitabilitas yang rendah,
kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang relatif besar.
80
2. Pertumbuhan Perusahaan X
6
Perusahaan dengan asset yang fleksibel cenderung menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang
memiliki asset yang tidak fleksibel. Variabel pertumbuhan asset menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang
dengan jaminan jumlah asset yang dimiliki collateral value of asset
. Rasio ini diukur dari pertumbuhan total aktiva dari tahun ke tahun. Rasio pertumbuhan perusahaan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
81
Tabel 4.6 Growth
GROWTH NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI
-0.0224 0.0545 0.0075 0.1556 0.1033 2 BBNI
0.0347 0.0757 0.1285 0.0725 0.0917 3 BBRI
0.1152 0.1282 0.2065 0.2401 0.1724 4 BABP
0.1438 0.1183 0.2028 0.1467 -0.0093 5 BBCA
0.1061 0.0061 0.1505 0.1888 0.1126 6 BDMN
0.086 0.1367 0.1612 0.081 0.1737 7 BNII
0.0332 0.2438 0.0191 0.0466
8 MEGA 0.2583 0.2558 0.1893 0.1127 -0.0013
9 BNGA 0.229 0.2593 0.1096 0.5019 0.0911
10 NISP 0.1339 0.1131 0.1708 0.1644 0.1541
11 BNLI 0.0864 0.0866 0.0841 0.0361 0.2738
Tertinggi 0.2583 0.2593 0.2065 0.5019 0.2738 Terendah -0.0224 0.0061 0.0075
-0.0093 Rata-rata 0.1094 0.1343 0.1299 0.1545 0.1098
Sumber : Bank Indonesia data setelah diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan
perusahaan yang menjadi objek penelitian tahun 2004 adalah 0,1094 10,94, kemudian pada tahun 2005, pertumbuhan
perusahaan mengalami peningkatan menjadi 0,1343 13,43. Namun, pada tahun 2006, rata-rata pertumbuhan perusahaan
kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 0,1299 12,99. Pada tahun 2007, rata-rata pertumbuhan perusahaan 0,1545
15,45 dan pada tahun 2008, rata-rata pertumbuhan asset perusahaan sebesar 0,1098 10,98. Peningkatan pertumbuhan
perusahaan akan dapat memberikan peluang yang lebih besar
82
dalam mengakses pasar modal. Kemudahan dalam mengakses pasar modal, berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk
mendapatkan dana. Petumbuhan perusahaan tertinggi pada tahun 2004 dimiliki
oleh PT Bank Mega Tbk, yaitu sebesar 0,2583 25,83. Pada tahun 2005, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT
Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,2593 25,93. Pada tahun 2006, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Rakyat Indonesia tbk BBRI, yaitu sebesar 0,2065 20,65. Sedangkan pada tahun 2007, petumbuhan perusahaan tertinggi
dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,5019 50,19, dan pada tahun 2008, petumbuhan perusahaan tertinggi
dimiliki oleh PT Bank Permata tbk, yaitu sebesar 0,2738 27,38. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan
terendah adalah PT Bank Mandiri tbk, yaitu sebesar -0,0224 - 2,24 pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia tbk BBCA, yaitu sebesar 0,0061 0,61. Pada tahun 2006,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Mandiri tbk, yaitu sebesar 0,0075 0,75. Dan pada tahun 2007,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia tbk, yaitu sebesar 0 . Pada tahun 2008,
83
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank ICB Bumiputera, yaitu sebesar – 0,0093 - 0,93.
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis