6. Moire Pattern Pola Kain Sutra
Artefak ini berbentuk sebagai garis radier halus yang biasanya ditemukan dekat tulang padat atau dekat batas lengkung suatu gambar yang padat, hal
ini disebabkan fungsi mekanik yang kurang baik. 7.
Ring Artefact Banyak artefak berbentuk cincin ini antara lain tidak adanya keseimbangan
antara detector dan tabung sinar-x yang berputar. Dalam suatu citra bisa dilakukan untuk mengurangi artefak dapat dilakukan rekalibrasi alat.
2.5 Slice Thickness
Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan
detail yang rendah, sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi . Nilai slice thickness pada teknologi Multi-Slice CT
MSCT dapat dipilih antara 0,5 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Setiap generasi MSCT, mempunyai ketebalan slice yang berbeda Sprawls, 1995.
Semakin tipis slice thickness semakin baik kualitasnya. Tetapi, disatu sisi ukuran slice thickness yang semakin tipis akan menghasilkan artefak yang tinggi.
Selain itu, dengan mempertipis irisan maka jumlah irisan akan bertambah banyak sehingga semakin besar radiasi yang diterima oleh pasien. Sehingga untuk aplikasi
klinis, perlu dilakukan optimasi sesuai dengan keperluan yang digunakan Sprawls, 1995.
Pada pemeriksaan organ yang berukuran kecil atau untuk melihat kelainan yang berukuran kecil, digunakan slice thickness tipis, demikian sebaliknya untuk
organ yang berukuran besar dapat menggunakan slice thickness yang tebal. Pada pemeriksaan yang membutuhkan rekonstruksi gambar dalam potongan axial
maupun coronal diperlukan slice thickness yang tipis, karena jika menggunakan slice thickness yang tebal, gambar akan tampak besar, sedangkan dengan slice
thickness yang tipis gambar akan nampak lebih halus. Pada pesawat CT Scan, besarnya slice thickness diatur dengan kolimator pre pasien. Kolimator itu diatur
sedemikian rupa sehingga diharapkan menghasilkan slice thickness seperti yang diharapkan.
2.6 Prinsip Kerja CT Scan
Gambar 2.9 Bagan Prinsip Kerja CT Scanner http:en.wikipedia.orgwikix-ray computed tomography
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan
ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x
yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya
diproyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh Analog to Digital Converter AD C yang kemudian
dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar
yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager. Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan
intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam
bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT Scan, untuk menghasilkan
citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor
untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian
diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
2.6.1 Pemrosesan data
Suatu sinar sempit narrow beam yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi
oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.10 Collimator dan Detektor Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi
menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :
Gambar 2.11 Proses Pembentukan Citra Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi
dikonversi ke bentuk digital menggunakan AD Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.
2.7 Interaksi Sinar-X dengan Bahan
Interaksi sinar-X dengan materi akan terjadi bila sinar-X yang dipancarkan dari tabung dikenakan pada suatu objek. Sinar-X yang terpancar merupakan
panjang gelombang elektromagnetik dengan energi yang cukup besar. Gelombang elektromagnnetik ini dinamakan foton. Foton ini tidak bermuatan listrik dan
merambat menurut garis lurus. Bila sinar-X mengenai suatu objek, akan terjadi interaksi antara foton
dengan atom-atom dengan objek tersebut. Interaksi ini menyebabkan foton akan kehilangan energi yang dimiliki oleh foton. Besarnya energi yang diserap tiap
satuan massa dinyatakan sebagai satuan dosis serap, disingkat Gray. Dalam jaringan tubuh manusia, dosis serap dapat diartikan sebagai adanya 1 joule energi
radiasi yang diserap 1 kg jaringan tubuh BATAN. Interaksi radiasi dengan materi tergantung pada energi radiasi, Jika berkas
sinar-X melalui bahan akan terjadi proses utama yakni: 1.
Efek foto listrik Dalam proses foto listrik energi foton diserap oleh atom yaitu elektron,
sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang keluar dari atom disebut foton elektron. Peristiwa efek foto listrik ini
terjadi pada energi radiasi rendah dan nomor atom besar. Bila foton mengenai elektron dalam suatu orbit dalam atom, sebagian
energi foton digunakan untuk mengeluarkan elektron dari atom dan sisanya dibawa oleh elektron sebagai energi kinetik nya. Seluruh energi foton dipakai
dalam proses tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek fotolistrik :
a. Nomor atom ketebalan bahan yang dikenai
Jika nomor atomketebalan bahan yang dikenainya semakin tinggi sementara faktor lainnya tetap, maka kemampuan kejadian penyerapan
fotolistrik akan bertambah b.
Energi foton sinar-X yang mengenai bahan Jika energi foton sinar-X yang mengenai bahan semakin tinggi sementara
faktor lainnya tetap, maka kemampuan menembus akan semakin besar, sehingga kemungkinan kejadian penyerapan foton listrik akan berkurang.
Dalam radiografi, tulang calsium akan lebih banyak menyerap energi sinar-X bila dibandingkan dengan jaringan lunak yang terdiri dari otot dan
lemak. Akibatnya jumlah energi yang melewati jaringan lunak lebih banyak,
yang mengenai film juga lebih banyak, sehingga gambar jaringan lunak pada fim lebih hitam.
2. Efek Compton
Penghamburan compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton berinteraksi
dengan elektron yang dianggap bebas tenaga ikat elektron lebih kecil dari energi foton datang.
Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika
momentum dan energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi semakin dimungkinkan. Jika hal itu memang benar,
maka menurut hukum kekekalan semua energi foton diberikan kepada elektron dan didapatkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek Compton a.
Nomor atomketebalan bahan yang dikenai Jika nomor atomketebalan bahan yang dikenai semakin tinggi sementara
faktor yang lain tetap, maka kemampuan bahan dalam menghasilkan hamburan makin besar, sehingga kemungkinan kejadian hamburan
Compton akan bertambah. b.
Energi foton sinar-X yang mengenai bahan Jika energi foton yang mengenai sinar-X yang mengenai bahan semakin
tinggi sementara faktor yang lain tetap, maka hamburan berantai multiple dapat terjadi, sehingga kemungkinan kejadian hamburan Compton akan
meningkat. Hamburan Compton pada tulang dan pada jaringan lunak :
1. Jika nomor atom tulang lebih tinggi daripada nomor atom jaringan lunak, maka
hamburan lebih banyak terjadi pada tulang dibandingkan dengan jaringan lunak.
2. Pada eksposi diagnostik, mulai 40 kV perbedaan hamburan pada tulang dan
jaringan lunak signifikan, makin mendekati sampai pada 85 kV, selanjutnya hamburan pada tulang dan jaringan lunak akan sama besar.
Efek kejadian fotolistrik dan Compton : a.
Peristiwa fotolistrik dan Compton pada hakekatnya melepaskan elektron dari orbit atom bahan yang dikenainya.
b. Apabila elektron yang terlepas berasal dari orbit dalam, maka akan diikuti
dengan peristiwa transisi, yang mengakibatkan terjadinya sinar-X karakteristik.
3. Produksi Pasangan
Sebuah foton yang energinya lebih dari 1.02 MeV. Pada saat bergerak dekat dengan sebuah inti, secara spontan akan menghilang dan energinya akan
muncul kembali sebagai suatu positron dan elektron. Kejadian tersebut akan diikuti oleh hilangnya kedua partikel gabungan itu
hilang masa dan berubah menjadi sepasang foton kembar yang disebut radiasi annihilasi.
2.8 Densitas