Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
TUGAS AKHIR
Praktik Kerja Lapangan Mandiri
PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA BINJAI O
L E H
NAMA : BENNY ROY TAMBA
NIM : 062600171
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
KATA PENGANTAR
Rasa puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk segala hikmat, dan kasih karuniaNya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini yang diberi judul “Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai”.
Di dalam penulisan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa isi dari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman, baik dalam memperoleh, mengumpulkan dan mengolah data. Meskipun demikian penulis mengusahakan agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan berjalan sebagaimana seharusnya, oleh karena itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dan cintai, Ayahanda A.Tamba dan Ibunda D.br Simanjuntak atas kasih sayang yang tulus, kesabaran dan ketabahannya dalam mendidik dan membimbing penulis. Karena tanpa doa dan dukungan moral maupun materil yang diberikan oleh mereka, penulis tidak akan mampu meyelesaikan segala proses mulai dari awal pendidikan hingga sampai tahap akhir penulis menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik dan lancar tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2) Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3) Ibu Dra. Arlina, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4) Ibu Dra. Elita Dewi, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, pemikiran serta pengertian untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini.
(3)
5) Seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah membantu penulis dalam segala urusan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi.
6) Bapak Drs. Humala Siagian, M.M, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
7) Bapak Sabaruddin, S.E, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
8) Pegawai Seksi Pelayanan dan Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
9) Untuk Adik-adikku yang tersayang, Merry Indah, Jesicca Yolanda, dan Tommy Josua. Terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang telah kalian berikan, yang telah membuat aku bersemangat dalam menyelesaikan perkuliahan, semoga Tuhan selalu memberkati kalian agar apa yang kalian cita-citakan dapat terkabul. Amin
10) Untuk teman-teman kampus, Fauzi Rahman, Yudi Roza dan banyak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dari kelas C angkatan 2006, terima kasih buat dukungannya.
11) Dan untuk teman-teman dekat dan orang-orang yang telah berjasa membantu dan mendukung baik doa, moril maupun materil yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu- persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, semoga Tuhanlah yang memberkati.
Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan,01 Juni 2011
(4)
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKLM ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
1.3 Ruang Lingkup PKLM ... 5
1.4 Metode PKLM ... 5
1.5 Metode Pengumpulan Data ... 7
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... 7
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Binjai ... 9
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Binjai ... 13
2.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Binjai ... 14
2.4 Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Binjai ... 17
2.5 Deskripsi Kerja KPP Pratama Binjai ... 21
BAB III : GAMBARAN DATA 3.1 Defenisi Pajak ... 26
3.2 Fungsi Pajak ... 27
(5)
3.4 Pengertian Data dan Jenis-Jenis Data ... 28
3.5 Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 30
3.6 Unit Organisasi Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 31
3.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 31
3.8 Pemeriksaan Pajak ... 34
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI 4.1 Data Yang Digunakan Sebagai Dasar Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 37
4.2 Kegiatan Pencarian Data ... 39
4.3 Pemanfatan Data ... 41
4.4 Tahap-tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak 41 4.5 Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 43
4.6 Faktor Penghambat ... 47
4.7 Pelaksana Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 48
4.8 Pengawasan ... 49
4.9 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Pada KPP Pratama Binjai 50 a. Analisis Perkembangan Jumlah WP Pada KPP Pratama Binjai ... 50
(6)
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 55 5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(7)
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sesuai dengan fungsinya, pajak merupakan sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin negara atau yang sering disebut dengan fungsi budgeter. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak sangat diperlukan demi mewujudkan cita-cita pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Sejak terjadinya krisis ekonomi, peranan kebijakan fiskal sangat penting. Perkembangan pendapatan negara harus diupayakan lebih cepat dari perkembangan belanja atau pengeluaran negara. Dalam hal ini, sektor pajak adalah sektor yang paling ideal dan yang paling menjanjikan untuk membiayai APBN, yang mana belanja negara tiap tahunnya terus meningkat. Apalagi pada saat sekarang ini banyak dari wajib pajak yang menganggap, bahwa membayar pajak itu tidak ada gunanya dan menganggap pajak hanya sebagai beban karena mengurangi pendapatan dari penghasilan mereka, bahkan banyak dari wajib pajak yang melakukan perlawanan terhadap Undang-Undang Perpajakan untuk meminimalkan jumlah pajaknya.
Alasan utama dipilihnya sektor pajak sumber dana utama merupakan upaya pemerintah untuk melepaskan perekonomian negara dari ketergantungan pada pihak luar negeri yang memberikan dana baik dalam bentuk pinjaman maupun dalam bentuk hibah. Dengan dipergunakannya pajak sebagai dana utama pembangunan,
(8)
diharapkan negara mampu mandiri untuk membiayai pembangunan yang bagi masyarakat secara luas. Tekad kemandirian ini dapat diwujudkan secara nyata dengan memaksimalkan penerimaan pendapatan dari sektor pajak melalui intensifikasi dari berbagai jenis pajak yang telah ada maupun melakukan ekstensifikasi dari jenis pajak yang baru.
Pajak merupakan penerimaan negara yang wajib dibayar oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang yang sifatnya dapat dipaksakan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dan pengeluaran rutin dari pembangunan negara. Bila kita perhatikan dari keadaan sekeliling kita, pembangunan negara ini dapat terlihat dengan adanya berbagai fasilitas umum, seperti jalan-jalan raya, sekolah-sekolah, jembatan, pasar, rumah sakit dan berbagai fasilitas umum lainnya yang kita pergunakan sehari-hari. Tentunya keseluruhan dari berbagai fasilitas umum tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar untuk membangun dan memeliharanya. Untuk membiayai seluruh hasil pembangunan tersebut maka diperlukan dana yang sekarang ini sebagian besar bersumber dari sektor pajak, disamping sumber-sumber penerimaan potensial yang lainnya.
Adapun salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan melaksanakan ekstensifikasi dan intensifikasi dari sektor perpajakan. Dalam hal ini, berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak, baik yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan yang telah terdaftar kemudian dilakukan perluasan berbagai objek pajak dalam lingkup administrasi Direktorat
(9)
Jenderal Pajak (DJP). Umumnya dalam hal ekstensifikasi perpajakan ini hal yang paling sering dilakukan adalah dengan melakukan pendataan dan penambahan jumlah wajib pajak yang belum mau mendaftarkan dirinya secara sukarela sebagai wajib pajak ataupun sebagai pengusaha kena pajak kemudian mengukuhkannya sebagai wajib pajak atau pengusaha kena pajak. Jadi berdasarkan permasalahan yang ada tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai langkah-langkah serta data-data apa saja yang menjadi dasar pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran negatif bagi kalangan masyarakat.
Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, peserta diharapkan dapat memperdalam pengetahuannya di bidang perpajakan serta untuk memberikan pengalaman praktis atas teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah di Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, sehingga setelah peserta nantinya menamatkan studinya dapat memperoleh bekal dan keterampilan untuk menghadapi dunia kerja nyata yang telah terbentang didepannya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk memilih judul Laporan Tugas Akhir (LTA) tentang “Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai”.
(10)
2. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pada dasarnya, pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri bertujuan untuk mengembangkan atau menguji pengetahuan pesertanya.
Adapun yang menjadi tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
a. Untuk mengetahui langkah-langkah dan data yang menjadi landasan pelaksanaan dari ekstensifikasi wajib pajak.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan dari ekstensifikasi wajib pajak tersebut.
2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah:
a. Bagi Mahasiswa
1. Memperdalam pengetahuan mahasiswa di bidang perpajakan khususnya pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM.
3. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan.
(11)
4. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan.
5. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman kerja.
b. Bagi Universitas Sumatera Utara
1. Mempererat hubungan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
2. Memberikan gambaran secara nyata mengenai ekstensifikasi wajib pajak.
3. Mengimplementasikan aplikasi yang nyata pada kurikulum pendidikan.
4. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
5. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
(12)
c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
1. Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan Universitas Sumatera Utara.
2. Mendapat gagasan dari Universitas Sumatera Utara menyangkut ekstensifikasi wajib pajak.
3. Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai kepada masyarakat wajib pajak khususnya Civitas Academica FISIP USU.
4. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam mensosialisasikan perpajakan kepada masyarakat wajib pajak melalui peserta PKLM.
d. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang perpajakan sekaligus sebagai penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak baik pajak orang pribadi maupun pajak badan.
3. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM)
Dalam hal ini, penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Adapun yang menjadi ruang lingkup di dalam PKLM ini adalah :
(13)
1. Persiapan dan langkah-langkah dari pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
2. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
4. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
4.1 Tahap Persiapan
Tahap ini adalah awal Pada tahap ini penulis melakukan persiapan-persiapan mulai dari penentuan tempat Praktik Lapangan Kerja Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
Setelah seluruh persiapan dari data-data dan isi dari proposal dinyatakan lengkap oleh dosen yang bersangkutan, maka judul tersebut akan di periksa kembali kelengkapannya, kemudian di paparkan oleh peserta PKLM untuk kemudian disahkan oleh dosen yang bersangkutan.
4.2 Studi Literatur
Didalam tahap ini penulis mencari berbagai bacaan seperti : Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan dan lain-lain maupun literatur yang berhubungan dengan objek PKLM.
(14)
Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Yaitu dengan mencari informan kunci yang mengetahui segala hal yang berhubungan dengan PKLM, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar, melaksanakan wawancara dan mengamati proses ekstensifikasi wajib pajak pada KPP Pratama Binjai.
4.4 Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan langkah-langkah pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dapat diperoleh melalui :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang serta observasi penulis di lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
b. Data Sekunder
Yaitu data informasi yang diperolah melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
4.5 Analisa Data dan Evaluasi
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data dan mengevaluasi data meliputi :
(15)
a. Penggunaan teknik-teknik analasis yang sesuai dengan bentuk dan berbagai macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan Praktik Lapangan Kerja Mandiri (PKLM).
b. Pengolahan data dengan memberikan penjelasan secara sistematis atas permasalahan yang telah diangkat.
5. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktek Lapangan Kerja Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
5.1 Daftar Observasi
Pengumpulan data tentang pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan melakukan pengamatan langsung tentang objek dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tersebut.
5.2 Daftar Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai key informan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.
5.3 Daftar Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan pelaksanaan dari ekstensifikasi wajib pajak.
(16)
6. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab I penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab II berisi tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, struktur Organisasi di KPP Pratama Binjai berikut uraian tugas dan uraian visi misinya.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan ekstensifikasi dari wajib pajak serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya.
(17)
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis menganalisis data yang diperoleh kemudian mengadakan proses evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab berbagai rumusan masalah yang diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti sari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam PKLM. Sedangkan Saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atau masalah yang dibahas dari Objek Pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
(18)
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
2.1. Sejarah Singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
KPP Binjai didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut:
1) Kotamadya Binjai 2) Kabupaten Langkat 3) Kabupaten Deli Serdang
a. Kec. Labuhan Deli b. Kec. Sunggal c. Kec. Pancur Batu d. Kec. Hamparan Perak e. Kec. Sibolangit f. Kec. Kutalimbaru 4) Kabupaten Tanah Karo
Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut:
1) Kotamadya Binjai 2) Kabupaten Langkat
(19)
2.2. Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di jalan Jambi no. 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Sub Bagian Umum, dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Maka disini penulis akan menggambarkan tentang struktur organisasi.
2.3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyeiakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dan masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi yang merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksananya fungsi pengorganisasian dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat
(20)
jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan ini akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai menyelenggarakan fungsi:
1) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya. 3) Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
(21)
4) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
5) Pelaksanaan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. 6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
7) Pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi perpajakan. 8) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.
9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Adapun struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah sebagai berikut:
1) Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yakni: a. Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetaan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancara tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
(22)
b. Bagian Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
c. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dari segi material agar dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) terdiri dari seorang kepala seksi pengolahan data dan informasi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, serta ekstensifikasi wajib pajak, dan intensifikasi sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:
a. Menerima dan memanfaatkan data intern (dari seksi terkait di KPP Pratama Binjai) dan data ekstern (di luar KPP Pratama Binjai; Pemda Binjai, Asosiasi, Notaris dan PPAT, dan pihak ketiga lainnya).
b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikategorikan menjadi data dikenal dan data tidak dikenal.
(23)
c. Mengirimkan data dikenal ke seksi yang terkait dan KKP di luar KPP Pratama Binjai.
d. Mengirimkan data tidak dikenal ke KPP di luar KPP Pratama Binjai, bila alamat pada data tersebut bukan merupakan wilayah kerja KPP Pratama Binjai.
e. Melakukan perekaman data ke menu Sistem Informasi Perpajakan (SIP) KPP Pratama Binjai.
f. Mengirimkan back up data harian KPP Pratama Binjai.
g. Mengirimkan back up data KPP Pratama Binjai ke Kanwil DJP Sumatera I secara priodik 2 (dua) minggu sekali.
h. Melaksanakan transfer data mingguan ke Kantor Pusat.
i. Membuat himbauan NPWP/ NPPKP kepada wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan.
3) Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pelayanan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan pelayanan ada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penatausaan pendataan, pemindahan dan pencabutan identitas wajib pajak lainya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat wajib pajak lainnya, kearsipan beras wajib pajak, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak (SKP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kepala Seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:
(24)
a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT), surat wajib pajak lainnya, melakukan penatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan kearsipan wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang yang berlaku.
4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Waskon adalah salah satu seksi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di seluru Indonesia. Seksi ini terbentuk setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak tidak lagi berorientasi pada jenis pajak, tetapi pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak berorientasi pada fungsi seksi.
Waskon adalah singkatan dari dua suku kata yaitu pengawasan dan konsultasi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam hal menjalankan seluruh kegiatan administrasi nya.
Seksi Waskon dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Kasi), yang tugasnya adalah mengkoordinir seluruh tugas-tugas pada Seksi Waskon. Dan Kepala Seksi
(25)
Waskon dibantu oleh Accounter Representative (AR). Tugas dari Accounter Representative adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon I, seperti:
a. Memberikan pejelasan tentang kegiatan administrasi perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.
b. Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak.
c. Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.
d. Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan wajib pajak. e. Mendisposisiskan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar. f. Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan
mengisi Surat Pemberitahuan (SPT). g. Membuat data base Wajib Pajak..
Seksi Waskon pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dibagi menjadi 3 (tiga) bagian:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Dan pada prinsipnya tugas dari ketiga seksi tersebut adalah sama, dan yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini diberlakuakan dengan tujuan untuk mempermudah dan membantu tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pajak (KPP) Pratama Binjai.
(26)
5) Seksi Ekstensifikasi
Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/ atau pertokoan. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai melalui Seksi Ekstensifikasi perpajakan.
Dasar peraturannya adalah:
a. Per-16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/ bendaharawan pemerintah.
b. Per-116/PJ/2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribai melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan, sebagaimana telah diubah melalui Per-32/PJ/2008.
c. Per-35/PJ/2008 tentang Kewajiban Pemilik Nomor Pokok Waji Pajak (NPWP) dalam rangka pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
6) Seksi Penagihan
Seksi Penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagihan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan,
(27)
penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan ketentuan peraturan per- Undang-Undangan yang berlaku.
Kepala Seksi penagihan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:
a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
7) Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang tugasnya adalah:
a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan. b. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,
c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
2.4. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai 1) Sub Bagian Umum
Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kasubbag Umum) 2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI
Jumlah Pegawai : 9 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 3) Seksi Pelayanan
Jumlah Pegawai : 10 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
(28)
Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 5) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 6) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 7) Seksi Ekstensifikasi
Jumlah Pegawai : 10 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 8) Seksi Penagihan
Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 9) Seksi Pemeriksaan
Jumlah Pegawai : 2 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 10) Seksi Fungsi Pemeriksaan
Jumlah Pegawai : 10 Orang
Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Adapun Kantor Pelayanan Pajak Binjai memiliki Visi dan Misi sebagai berikut : a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Sebagaimana yang telah disepakati bersama visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.
Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menjadi suatu institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang
(29)
efektif dan efisien. Sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji. Selain itu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah “Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab Kantor Pelayanan Pratama Binjai sebagai penghimpun penerimaan negara di bidang perpajakan.
(30)
BAB III
GAMBARAN DATA 3.1 Defenisi Pajak
Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang perpajakan, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama.
Menurut Rochmat Soemitro tahun 1997 (dalam Mardiasmo 2003) berpendapat bahwa :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan harta dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran yang bersifat umum.
Sebenarnya pajak adalah kekayaan dari kas rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya dipergunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar ke kas negar berdasarkan undang-undang untuk membiayai pengeluaran rutin dan public saving.
Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :
(31)
b. Membayar pajak tidak mendapatkan kontra prestasi/timbal balik secara langsung
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara 3.2 Fungsi Pajak
Menurut Brotodihardjo pajak mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Budgeter, yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik dimana pajak merupakan suatu sumber memasukan uang ke kas negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara, dan apabila setelah itu masih terdapat surplus akan digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.
b. Fungsi Reguler (mengatur), yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu selain di bidang keuangan yang umumnya ditujukan terhadap sektor swasta.
3.3 Pengertian Ekstensifikasi Wajib Pajak
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No. : SE.06/PJ.9/2001 ekstensifikasi wajib pajak dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah wajib pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak.
(32)
Dalam Surat Edaran tersebut adapun yang dimaksud dengan :
a. Ekstensifikasi wajib pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jendral Pajak (DJP).
b. Pemeriksaan adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek pajak serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP serta hasil dari pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sebagaimana tersebut diatas.
3.4 Pengertian Data dan Jenis-jenis Data
Berdasarkan Pedoman Induk Tata Usaha Pengolahan Data (PTUPD) tahun 1992, data adalah keterangan dalam segala bentuk baik yang terutang dalam tulisan, media elektronik dan rekaman.
Berdasarkan pengertian data tersebut di atas, data dapat dibedakan berdasarkan :
3.4.1 Berdasarkan Klasifikasinya : a. Data Makro
Adalah keterangan yang menunjukkan kegiatan atau keadaan secara umum dalam suatu masa tertentu tanpa menunjukkan secara khusus kegiatan atau keadaan wajib pajak tertentu.
(33)
b. Data Mikro
Adalah keterangan yang menunjukkan secara khusus memberi petunjuk kegiatan atau keadaan wajib pajak badan maupun perseorangan dalam peristiwa atau masa tertentu.
3.4.2 Berdasarkan Jumlah Satuannya, data dibedakan atas :
a. Data Tunggal, yaitu data mikro dalam suatu dokumen hanya memberi petunjuk tentang kegiatan atau keadaan seseorang/satu wajib pajak alam suatu masa tertentu.
b. Data Gabungan, yaitu data mikro dalam suatu dokumen yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan beberapa wajib pajak perseorangan maupun badan dalam suatu masa tertentu.
3.4.3 Nilai data adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang dari suatu keadaan peristiwa atau perbuatan. Misalnya :
a. Nilai bukti potong PPh Pasal 23 adalah nilai sewa/ deviden/ royalti/ bunga.
b. Nilai bukti potong PPh Pasal 21 adalah nilai gaji.
c. Nilai NJOP adalah nilai jual bumi dan bangunan, dan lain-lain. 3.4.4 Sumber Data adalah asal darimana data itu diperoleh, yaitu :
a. Wajib Pajak sendiri menghasilkan data antara lain berupa SPT, surat menyurat wajib pajak, bukti pemungutan/pemotongan pajak.
(34)
b. Instansi atau lembaga pemerintah/swasta, karena tugasnya menghasilkan data antara lain berupa izin tenaga kerja asing/izin penempatan tenaga kerja asing, surat izin tempat usaha, surat izin usaha perdagangan, izin mendirikan bangunan, akte pendirian, pengesahan badan hukum, sertifikat tanah dan lain-lain.
c. Dari pihak ketiga, antara lain temuan-temuan pada waktu pemeriksaan berupa bukti pemungutan pajak/pemotongan pajak, faktur pajak, invoice, voucher, dan surat-menyurat lainnya.
d. Mass media, baik berupa media cetak, media elektronik, brosur-brosur, televisi, radio, dan lain-lain.
e. Mancanegara (khususnya negara partner tax treaty)
3.4.5 Pengolah data unit organisasi Direktorat Jendral Pajak yang ditugaskan untuk melakukan proses pengolahan data sehingga siap untuk disajikan, disalurkan, dan dimanfaatkan.
3.5 Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun yang menjadi dasar hukum pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah sebagai berikut :
a. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 Tentang pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak,
(35)
b. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.7/2001 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan dalam rangka Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak,
c. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07/PJ/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain,
d. Peraturan Menteri Keuangan No. 132 /PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak,
e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.04/2007 tentang Rencana Pemeriksaan Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan Tahun 2007 f. UU No.16 Tahun 200 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan perihal kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP. 3.6 Unit Organisasi Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun unit organisasi yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta kantor penyuluhan pajak yang ada diluar kota kedudukan KPP.
b. Dalam hal ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi wajib pajak dimaksudkan untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, kepala KPP dapat menunjuk petugas pada seksi PPh, seksi PPN dan Pajak Langsung
(36)
lainnya, serta seksi lainnya yang ada pada KPP untuk diperbantukan kepada seksi PDI dan Kantor Penyuluhan Pajak.
c. Khusus untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, dilakukan oleh tim satuan tugas yang dikordinir oleh kepala seksi PDI dengan pengarahan dan pengawasan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
3.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak meliputi :
a. Pemberian NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh orang pribadi yang berstatus karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Yang dimaksud pemberian NPWP atau pengukuhan PKP secara jabatan adalah pemberian NPWP atau Pengukuhan sebagai PKP terhadap WP atau PKP yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP atau dikukuhkan sebagai
(37)
PKP tetapi mereka tidak/belum mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau NP PKP.
Sesuai dengan KEP-338/P.J/2001 yang dimaksud dengan wajib pajak orang pribadi yang berstatus karyawan adalah karyawan tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang jumlahnya diatas PTKP.
b. Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya.
Dalam rangka tertib administrasi, Pasal 3 A KEP 161/PJ/2001 menegaskan bahwa setiap pengusaha Orang Pribadi yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memiliki NPWP dan wajib mempunyai nomor Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Tempat pengukuhan atau pelaporan sebagai PKP adalah di KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha.
Waktu melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan selambat-lambatnya satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan kepadanya akan diberikan nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, saat itulah yang bersangkutan menjadi PKP yang terdaftar, yaitu pengusaha
(38)
yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang telah dicatat dalam administrasi dan tata usaha perpajakan DJP.
Setiap pengusaha yang telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP diwajibkan mengisi formulir, yang harus diisi dan ditanda tangani sendiri, boleh menunjukkan kuasanya, tetapi harus didukung dengan surat kuasa khusus.
c. Pemberian NPWP atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai wajib pajak atau PKP baik didomisili atau lokasi.
Wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP ke KPP yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan usaha paling lama 1 (satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan.
d. Penentuan jumlah angsuran PPh Pasal 25 dan atau jumlah PPN yang harus disetor dalam tahun berjalan, di mulai sejak bulan januari tahun yang bersangkutan;
e. Penentuan jumlah PPN yang terutang atas transaksi penjualan dalam tahun berjalan, khususnya untuk Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran, yang mempunyai usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau sentra ekonomi lainnya.
(39)
3.8 Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau ketetapan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkn ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 199/PMK.03/2007 tentang Tata cara Pemeriksaan Pajak, antara lain mengatur bahwa pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut :
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak d. Wajib Pajak mengajukan Keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
f. Pencocokan data dan alat keterangan
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
(40)
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendidik dan mengingatkan/menghukum wajib pajak terhadap arti kejujuran pajak. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh pegawai DJP, yakni PNS yang memiliki keahlian sebagai pemeriksa, selain itu pemeriksa pajak bisa merupakan tenaga ahli yang ditunjuk oleh DJP, misalkan pegawai Badan Pemeriksa Keuangan dan Pemeriksa dari akuntan publik.
Adapun jenis pemeriksaan itu antara lain :
1. Pemeriksaan Lengkap yaitu, pemeriksaan lapangan untuk seluruh jenis tahun pajak, untuk tahun pajak berjalan, untuk tahun-tahun sebelumnya yang akan dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan, umumnya pemeriksaan ini dilakukan oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
2. Pemeriksaan Sederhana yaitu serangkaian kegiatan pemeriksaan untuk mengumpulkan dan mengolah data atau kegiatan lainnya dengan menerapkan teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana, pemeriksaan sederhana ini dapat dibagi dua, yaitu :
a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan, yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan
(41)
dalam rangka kegiatan ekstensifikasi wajib pajak meliputi pemeriksaan terhadap calon WP yang telah dikirimi surat himbauan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak namun :
1. Calon WP tidak menanggapi atau merespon surat himbauan 2. Calon WP menanggapi surat himbauan dan menyatakan bahwa
dirinya tidak wajib memiliki NPWP, 3. Surat himbauan kembali dari Kantor Pos.
b. Pemeriksaan Sederhana Kantor, yaitu pemeriksaan untuk jenis pajak tertentu dalam tahun pajak berjalan dengan menggunakan data-data yang ada di dalam kantor.
(42)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Sesuai dengan tujuan dari Praktik Lapangan Kerja Mandiri (PKLM) yang telah dilaksanakan penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, pelaksanaan ekstensifikasi pajak dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak, yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, telah membuahkan hasil. Meningkatnya pemohon wajib pajak baru juga diindikasikan dengan terus bertambahnya pemohon Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan adanya program Sunset Policy pada tahun 2008 yang lalu semakin terlihat apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka dalam bab analisa dan evaluasi ini penulis akan menyajikan data ke dalam tabel 4.1 tentang perkembangan jumlah wajib pajak orang pribadi maupun badan dalam lima tahun terakhir. Sehingga dapat diketahui jumlah perkembangannya dari tahun ke tahun. Dari tabel di bawah ini, dapat dilihat bahwa kegiatan ekstensifikasi wajib pajak di KPP Pratama Binjai cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah wajib pajak (PPh OP) yang terdaftar di tahun 2004, tahun 2005 sampai tahun 2009. Pada tahun 2008 terdaftar Wajib Pajak OP sebesar 3.829 WP (jumlah WP terbanyak). Pertambahan WP (Wajib Pajak) tersebut sudah termasuk atas permohonan sendiri dan pemberian NPWP secara jabatan. Pertambahan WP ini juga disebabkan oleh dikeluarkannya ketentuan yang mengharuskan setiap karyawan yang mempunyai
(43)
penghasilan di atas PTKP wajib memiliki NPWP dan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak yang diatur oleh surat edaran Dirjen Pajak No.SE-06/PJ.9/2001. Program ini dimaksudkan agar setiap orang yang telah memiliki penghasilan di atas PTKP mendaftarkan dirinya sebagai WP dengan tidak dikenakan sanksi dan denda serta bebas biaya fiskal bagi WP yang akan pergi ke luar negeri.
4.1Tabel Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan pada KPP Pratama Binjai
a. Analisis Data dan Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Bulan 2005 2006 2007 2008 2009
1 57 69 98 442 3.069
2 70 286 102 2.093 3.427
3 153 154 107 225 1.816
4 108 54 93 204 1.528
5 123 75 117 173 1.468
6 82 63 145 216 1.486
7 74 64 160 107 1.956
8 82 73 285 392 1.561
9 51 86 1149 2137 737
10 89 33 335 706 808
11 114 52 2914 4810 759
(44)
Sumber : KPP Pratama Binjai Tahun 2010
b. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Badan pada KPP Binjai Bulan 2005 2006 2007 2008 2009
1 15 15 41 19 15
2 10 14 30 25 46
3 20 16 17 28 33
4 17 9 20 23 53
5 13 10 27 12 43
6 6 18 17 19 36
7 13 13 16 13 58
8 14 8 14 19 39
9 10 8 16 15 15
10 22 6 18 15 29
11 6 5 18 17 30
12 10 5 13 24 45
Sumber : KPP Pratama Binjai Tahun 2010
Tabel 4.2 di atas merupakan gambaran jumlah WP Badan yang termasuk dalam kategori Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada KPP Prantama Binjai. Bila kita perhatikan tabel di atas, mulai bulan Januari 2005 s.d Desember 2009 jumlah WP Badan yang terdaftar terus terjadi peningkatan, sehingga jumlah WP Badan yang
(45)
terdaftar pada KPP Pratama Binjai secara keseluruhan (baik berdasarkan jenis usaha dan wajib pajaknya) pada bulan Desember 2009 sebanyak 45 WP Badan.
Jumlah WP Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Binjai setiap periode terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
4.2 Dasar Hukum Yang Digunakan Sebagai Dasar Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan surat edaran Direktorat Jendral Pajak No : SE-06/PJ.9/2001 data yang digunakan untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak meliputi data intern dan data ekstern, antara lain :
a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan muatan 6.600 watt atau lebih,
b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan Rp.300.000, atau lebih
c. Pemilik mobil dengan nilai Rp.200.000.000 atau lebih, atau pemilik motor dengan nilai Rp.100.00.00 atau lebih
d. Pemegang paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor haji dan paspor tenaga kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut),
e. Tenaga kerja asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
(46)
g. Pemilik tanah dan bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Rp.1.000.000.000 atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau petak blok atau DHR atau data SPOP,
h. Data Orang Pribadi atau Badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari laporan pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari notaris dengan harga Rp.60.000.000 atau lebih,
i. Pemilik telepon selular pasca bayar, j. Pemegang kartu kredit
k. Pemegang polis atau premi atau asuransi, l. Pemegang kartu keanggotaan klub golf, m. Artis,
n. Pemilik atau penyewa ruang apartemen atau kondominium,
o. Pemilik kapal pesiar atau “yacht”, “speedboat” dan pesawat terbang, p. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa,
q. Pemilik rumah sewa atau kost,
r. Pemegang saham, komisaris, direktur, dan penerima deviden,
s. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya,
(47)
t. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak, tetapi belum mempunyai NPWP,
u. Data yang ditemukan dalam pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
4.3 Kegiatan Pencarian Data
Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, pencarian data dapat dibedakan menjadi :
a. Pencarian data aktif meliputi :
1. Pertama-tama dilakukan penjajakan mengenai
instansi/asosiasi/persekutuan profesi yang akan dihubungi dan jenis-jenis data yang akan diminta,
2. Setelah diketahui instansi / asosiasi / persekutuan profesi serta jenis-jenis data yang akan diminta,
3. Setelah hal tersebut diatas, maka disiapkan : a. Surat permintaan Data (KP.PDIP 3.7a) b. Surat Tugas Pencarian Data (KP.PDIP 3.7)
Surat Permintaan Data dan tugas pencarian data (setelah ditanda tangani Kepala KPP) dicatat pada buku register pencarian data (KP.PDIP 3.23), untuk
(48)
selanjutnya diserahkan kepada petugas yang akan menyampaikan atau mengirim surat tersebut. Adapun rincian surat tersebut adalah sebagai berikut :
Lembar I : Untuk Instansi / Lembaga pemerintah / swasta sumber, Lembar II : Dikirim kepada Kakanwil atasan langsung KPP, Lembar III : Disimpan sebagai arsip.
Dengan berbekal surat tersebut, petugas mendatangi instansi / asosiasi / persekutuan profesi yang bersangkutan untuk meminta data sebagaimana telah diuraikan dalam surat permintaan data tersebut. Sebagai bukti bahwa tugas menghubungi instansi/asosiasi/persekutuan profesi yang bersangkutan telah dilaksanakan, maka petugas tersebut meminta agar pihak yang dikunjungi membubuhkan cap, tanda tangan serta tanggal pada surat tugas untuk selanjutnya dicatat pada buku register pencarian data (KP.PDIP 3.23).
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk menjangkau wajib pajak semaksimal mungkin adalah dengan melaksanakan ekstensifikasi wajib pajak, yaitu dengan cara menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan instansi swasta. Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak sebagai unsure pelaksana Direktorat Jendral Pajak yang langsung berhubungan dengan masyarakat/wajib pajak, maka dalam pelaksanaannya dibebankan kepada fiskus untuk mencari wajb pajak yang potensial agar memiliki NPWP dan sekaligus menghimbau kesadaran untuk
(49)
membayar pajak bagi masyarakat yang belum mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
Dari hasil himbauan inilah data-data yang diperoleh dari pihak ketiga, misalnya data berupa STNK, PPAT, TELKOM, rekening PLN, Fiskal Luar Negri, dan lain sebagainya. Atas nama-nama yang tercantum dalam data-data tersebut mula-mula dicek dengan menggunakan komputer, kemudian diadakan pemeriksaan sesuai dengan alamatnya apakah sudah terdaftar sebagai wajib pajak. Apabila wajib pajak tersebut tidak dikenal maka unit pengolahan data tersebut memberi tanda pada daftar WP tidak dikenal, maka akan diterbitkan surat himbauan NPWP kemudian dikirimkan kepada wajib pajak. Sebagaimana yang telah ditentukan dalam surat himbauan NPWP tersebut, bila sampai tanggal jatuh tempo sudah lewat tapi wajib pajak tidak memberi tanggapan, maka akan dilakukan verifikasi lapangan atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL). 4.4 Pemanfaatan Data
Berdasarkan tujuannya, data-data yang diperoleh dari Wajib Pajak digunakan untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak. Pemanfaatan data untuk kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan apabila data tersebut menyangkut wajib pajak yang belum terdaftar (belum mempunyai NPWP, belum mendaftarkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP) yang berdomisili atau bertempat kedudukan di wilayah kerja KPP Pratama Binjai. Atas data-data tersebut, KPP Pratama Binjai mengirim surat
(50)
himbauan kepada calon WP supaya mendaftarkan diri atau usahanya sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak.
4.5 Tahap-tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang menjadi tahap-tahap pelaksanaan ekstensifikasi WP tersebut adalah sebagai berikut :
a. KPP melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh pada waktu pencarian data tersebut diatas dan mencocokkannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan (SIP). b. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai
NPWP atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki.
c. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan. d. KPP melaksanakan koodinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait
dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.
e. KPP membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada wajib pajak yang terdapat dalam daftar nominatif dengan menggunakan formulir pemberitahuan untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Pemberitahuan tersebut dikirim dengan melampirkan formulir surat jawaban wajib pajak, formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya
(51)
peredaran usaha, formulir Surat Setoran Pajak (SSP), formulir SPT (Surat Pemberitahuan), formulir Pendaftaran Wajib Pajak dan Leaflet penyuluhan pajak.
f. Kakanwil DJP dapat menentukan prioritas pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak,
g. Kakanwil DJP dapat menentukan besarnya nilai yang tercantum dalam data-data yang ditemukan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab III diatas tentang data yang digunakan dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak mulai dari huruh a sampai dengan h dan disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.
4.6 Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ini ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar dalam administrasi perpajakan.
4.6.1 Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terdapat beberapa kemungkinan :
a. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak (PKP),
(52)
b. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan sudah diterima,
c. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan belum perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
d. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
e. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak lainnya,
f. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari Kantor Pos.
4.6.2 Terdapat wajib pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau perkantoran atau pertokoan atau mal/plaza atau sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan dengan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).
4.6.3 Terhadap wajib pajak, selain yang dimaksud dalam b diatas sepanjang wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarakan diri dan diberikan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) akan
(53)
dilakukan proses pemberian NPWP atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.6.4 Terhadap wajib pajak, selain terhadap wajib pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau perkantoran atau pertokoan atau mal/plaza atau sentra ekonomi lainnya, sepanjang wajib pajak tersebut tidak menanggapi pemberitahuan , walaupun pemberitahuan sudah diterima, oleh seksi Ekstensifikasi Perpajakan data wajib pajak tersebut diteruskan ke seksi PDI setelah itu diteruskan ke seksi Tata Usaha Perpajakan untuk dilakukan proses pemberian NPWP atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan dengan tata cara yang ditentukan,
4.6.5 Terhadap wajib pajak, selain terdapat wajib pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau perkantoran atau pertokoan atau mal/plaza atau sentra ekonomi lainnya, sepanjang memenuhi keadaan bahwa wajib pajak tersebut menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP atau belum perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.
4.6.6 Terhadap wajib pajak selain yang dimaksud dalam angka 4.5.2 sepanjang memenuhi keadaan yang dimaksud pada angka 4.5.1 huruf d dan e, dilakukan pencocokan dengan MFL (Master File Lokal) dan setelah itu diadakan pencocokan dengan MFL tersebut.
(54)
4.6.7 Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili wajib pajak sesuai dengan MFL, dilakukan updating data yang terdaftar dalam daftar nominatif wajib pajak dengan membubuhkan catatan bahwa wajib pajak tersebut sudah terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan.
4.6.8 Dalam hal wajib pajak terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda MFL, dilakukan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan).
4.6.9 Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) ataupun Verifikasi Lapangan.
Adapun pelaksana pemeriksaan didasarkan pada surat edaran Dirjen Pajak No.SE-04/PJ.04/2007, perihal pemeriksaan sederhana lapangan dalam rangka ekstensifikasi pajak. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui keadaan calon WP yang sebenarnya dan membuktikan atas respon dari WP.
Sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, tim pemeriksa dibentuk minimal terdiri dari tiga orang yakni, Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan atau Kepala Kantor Penyuluhan Pajak sebagai supervisor, ketua tim dan anggota pemeriksa. Dalam hal domisili calon WP terletak di luar kota wilayah KPP Pratama Binjai, maka pelaksana pemeriksa lapangan adalah Kantor Penyuluhan Perpajakan.
Dalam pelaksanaan di lapangan apabila pemeriksa tidak menemukan alamat calon WP sebagaimana tertera dalam SPPP, calon WP tidak dikenal oleh
(55)
masyarakat sekitar, maka harus dibuktikan dengan surat keterangan dari aparat pemerintah setempat (Lurah/Camat).
Apabila WP ditemukan tim pemeriksa, maka diadakan wawancara singkat dengan menanyakan apakah yang bersangkutan sudah memiliki NPWP atau membuktikan kebenaran data yang diperoleh. Untuk calon WP yang belum mempunyai NPWP dengan penghasilan melebihi PTKP, maka kepadanya akan diberikan NPWP. Adakalanya tim pemeriksa menemukan WP yang cukup potensial namun dengan sengaja selalu menghindari tim pemeriksa seperti tidak mau membukakan pintu rumah atau tempat usaha atau membuat alasan-alasan lain agar tidak bias ditemui, maka untuk calon WP tersebut akan diberikan pengukuhan NPWP sebagai PKP secara jabatan.
Hasil pemeriksaan sederhana lapangan yang dilakukan paling lambat tujuh hari kerja sejak SPPP disetujui, dituangkan kedalam Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan setiap LPP harus memuat kesimpulan dan usul tentang tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut.
4.7 Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah :
a. Sedikitnya aparat yang menangani pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak tesebut, sehingga pelaksanaannya di lapangan tidak dapat terlaksana dengan baik,
(56)
b. Belum sempurnanya sistem informasi perpajakan yang ada, sehingga data yang tersaji kurang lengkap dan akurat,
c. Kurangnya penyuluhan tentang perpajakan kepada masyarakat khususnya prosedur yang harus dilalui dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, d. Seringnya terjadi kerusakan pada komputer sehingga transfer data serta
penyajian data serta informasi tidak dapat terlaksana dengan baik,
e. Adanya perbedaan antara tempat tinggal WP dengan tempat kedudukan usaha WP dan hal ini tidak dilaporkan kepada KPP.
Adapun usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi antara lain :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan studi pelatihan, mengadakan lomba karya tulis bagi pelajar SMP sampai Perguruan Tinggi, keadaan ini dapat memicu minat masyarakat untuk lebih memahami kewajiban perpajakan dan fungsi pajak bagi pembangunan,
b. Meningkatkan keakuratan data yang direkam, misalnya penulisan alamat dengan jelas dan lengkap,
c. Meningkatkan penyuluhan perpajakan, misalnya : Melakukan promosi tentang perpajakan,
Pembukaan homepage DJP di internet yang dapat diakses oleh masyarakat,
(57)
Pemberian brosur perpajakan secara gratis di pusat pasar, tempat hiburan, dan lain-lain,
d. Pemberlakuan sanksi administrasi dan pidana yang lebig ketat terhadap WP yang tidak menanggapi secara positif tindakan ekstensifikasi wajib pajak tersebut.
4.8 Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak
Pelaksana ekstensifikasi wajib pajak pada KPP Pratama Binjai adalah Seksi Ekstensifikasi dan Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Seksi-seksi ini dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertugas untuk mengkoordinir pengolahan data, pemanfaatan data, mengkoordinasikan pemecahan, penyortiran, pengidentifikasian, editing, perekaman data perpajakan, peminjaman data, penyajian data potensial, penatausahaan data masukan dan data keluaran perpajakan serta mengkoordinir pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk menyajikan informasi perpajakan yang diperlukan.
4.9 Pengawasan
Dalam rangka pengawasan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pelaksana kegiatan diwajibkan memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut, adapun ketentuan yang menjadi dasar pengawasan tersebut adalah :
(58)
a. Setiap pelaksana kegiatan ekstensifikasi wajib secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifiaksi pajak untuk dikompilasi oleh kepala seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan diberikan kepada kepala seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi).
b. Kepala Kantor Penyuluhan Pajak bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak di wilayahnya, dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Kepala KPP atasannya.
c. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Kakanwil DJP atasannya.
d. Kakanwil DJP bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak di wilayahnya dan secara periodik melaporkan kegiatan tersebut kepada Direktur Jendral Pajak bagian Direktorat Informasi Perpajakan.
c. Evaluasi
Pada tahap ini, penulis mengadakan penyesuian terhadap pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dengan kewajiban memiliki NPWP dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Yang menjadi subjek pelaksanaan
(59)
ekstensifikasi wajib pajak adalah calon WP yang belum mempunyai NPWP dan belum mendaftarkan usahanya sebagai PKP padahal penghasilannya sudah diatas PTKP dan kegiatan usahanya menyerahkan barang dan jasakena pajak.
Hal tersebut diatas diatur dalam Undang-Undang RI nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000.
Pada pasal 2 (ayat 1):
Setiap wajib pajak mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan NPWP.
Ayat (2):
Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
(60)
DJP menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila WP atau PKP tidak melakukan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 137/PMK.03/2005 tanggal 30 Desember 2005 tentang Penyesuaian Besarnya Pengahasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (setahun) yaitu :
a. Rp. 15.840.000,- (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri wajib pajak Orang Pribadi,
b. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin,
c. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
(61)
Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil yang melakukan kegiatan usaha penyerahan barang kena pajak dengan omset pertahun melebihi Rp. 360.000.000,- dan/atau penyerahan jasa kena pajak per tahun melebihi Rp. 180.000.000,- wajib dikukuhkan sebagai PKP yang harus memungut PPN dari konsumen.
(62)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai melaksanakan program ekstensifikasi pajak dalam rangka mengoptimalkan penerimaan negara melalui pajak dan membangun kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam
pembiyaaan pembangunan negara.
b. Dalam pelaksanaan ekstensifikasi pajak yang akan dilakukan, KPP Pratama Binjai terlebih dahulu melakukan pendataan terhadap data-data wajib pajak yang telah diperoleh yang kemudian data tersebut akan dipergunakan dalam pengukuhan sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak.
c. Pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan yang telah dilakukan berdasarkan pada beberapa peraturan per undang-undangan yang berlaku, yaitu :
1. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 Tentang pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak,
2. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.7/2001 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan dalam rangka Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak,
(63)
3. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07/PJ/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain,
4. Peraturan Menteri Keuangan No.132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak.
d. Pemanfaatan data dan untuk tujuan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan apabila data tersebut menyangkut keadaan wajib pajak yang belum terdaftar, karena ekstensifikasi wajib pajak merupakan kegiatan untuk menambah wajib pajak yang terdaftar dan perluasan objek pajak.
e. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (SPL), merupakan kegiatan untuk menyesuaikan keadaan Wajib Pajak sebenarnya di lapangan dengan data yang diperoleh dan respon dari calon WP atas himbauan NPWP yang dikirim kepadanya.
f. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak adalah kurangnya informasi yang diperoleh wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak dan adanya wajib pajak yang menghindari pajaknya atau tidak adanya kesadaran membayar pajak.
(64)
5.2 Saran
a. Untuk memperlancar pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini, DJP harus meningkatkan penyuluhan agar masyarakat tahu apa hak dan kewajibannya dalam perpajakan,
b. Perlunya penyempurnaan sistem informasi perpajakan yang ada agar data dan informasi dapat tersaji dengan lengkap dan akurat,
c. Direktorat Jendral Pajak (DJP) harus lebih tegas untuk menerapkan sanksi administrasi dan sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tentang kewajiban perpajakannya,
d. Dalam hal pelayanan, DJP harus memberikan pelayan yang lebih prima serta menghargai kepatuhan Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya.
(65)
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung. Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta
Pandiangan, Liberty, 2002, Pemahaman Praktis UU Perpajakan Indonesia, Erlangga, Jakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta
Supramono, 2005, Perpajakan Indonesia – Mekanisme dan Perhitungan, Andi Offset, Yoggyakarta
Peraturan Undang-undang :
UU. No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 9 Tahun 1994 dan UU. No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pokok-Pokok perubahan Undang-Undang No:28 Tahun 2007 Tentang Perubahan ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005 Tanggal 30 Desember 2005 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 426/PM.1/2007 Tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-06/PJ.9/2001 Tanggal 11 Juli 2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intesifikasi Pajak
Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-04/2007 Tentang Rencana Pemeriksaan Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan Tahun 2007
(1)
DJP menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila WP atau PKP tidak melakukan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 137/PMK.03/2005 tanggal 30 Desember 2005 tentang Penyesuaian Besarnya Pengahasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (setahun) yaitu :
a. Rp. 15.840.000,- (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri wajib pajak Orang Pribadi,
b. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin,
c. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
(2)
Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil yang melakukan kegiatan usaha penyerahan barang kena pajak dengan omset pertahun melebihi Rp. 360.000.000,- dan/atau penyerahan jasa kena pajak per tahun melebihi Rp. 180.000.000,- wajib dikukuhkan sebagai PKP yang harus memungut PPN dari konsumen.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai melaksanakan program ekstensifikasi pajak dalam rangka mengoptimalkan penerimaan negara melalui pajak dan membangun kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam
pembiyaaan pembangunan negara.
b. Dalam pelaksanaan ekstensifikasi pajak yang akan dilakukan, KPP Pratama Binjai terlebih dahulu melakukan pendataan terhadap data-data wajib pajak yang telah diperoleh yang kemudian data tersebut akan dipergunakan dalam pengukuhan sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak.
c. Pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan yang telah dilakukan berdasarkan pada beberapa peraturan per undang-undangan yang berlaku, yaitu :
(4)
3. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07/PJ/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain,
4. Peraturan Menteri Keuangan No.132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak.
d. Pemanfaatan data dan untuk tujuan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan apabila data tersebut menyangkut keadaan wajib pajak yang belum terdaftar, karena ekstensifikasi wajib pajak merupakan kegiatan untuk menambah wajib pajak yang terdaftar dan perluasan objek pajak.
e. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (SPL), merupakan kegiatan untuk menyesuaikan keadaan Wajib Pajak sebenarnya di lapangan dengan data yang diperoleh dan respon dari calon WP atas himbauan NPWP yang dikirim kepadanya.
f. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak adalah kurangnya informasi yang diperoleh wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak dan adanya wajib pajak yang menghindari pajaknya atau tidak adanya kesadaran membayar pajak.
(5)
5.2 Saran
a. Untuk memperlancar pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini, DJP harus meningkatkan penyuluhan agar masyarakat tahu apa hak dan kewajibannya dalam perpajakan,
b. Perlunya penyempurnaan sistem informasi perpajakan yang ada agar data dan informasi dapat tersaji dengan lengkap dan akurat,
c. Direktorat Jendral Pajak (DJP) harus lebih tegas untuk menerapkan sanksi administrasi dan sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tentang kewajiban perpajakannya,
d. Dalam hal pelayanan, DJP harus memberikan pelayan yang lebih prima serta menghargai kepatuhan Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya.
(6)
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung. Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi 7, Andi Offset, Yogyakarta
Pandiangan, Liberty, 2002, Pemahaman Praktis UU Perpajakan Indonesia, Erlangga, Jakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta
Supramono, 2005, Perpajakan Indonesia – Mekanisme dan Perhitungan, Andi Offset, Yoggyakarta
Peraturan Undang-undang :
UU. No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 9 Tahun 1994 dan UU. No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pokok-Pokok perubahan Undang-Undang No:28 Tahun 2007 Tentang Perubahan ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005 Tanggal 30 Desember 2005 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 426/PM.1/2007 Tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-06/PJ.9/2001 Tanggal 11 Juli 2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intesifikasi Pajak
Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-04/2007 Tentang Rencana Pemeriksaan Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan Tahun 2007