Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Skpd Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

(1)

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SKPD DAN

AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN

KEUANGAN SKPD

       

TESIS

Oleh

FRANS JUDIKA PASARIBU

087017012/Akt

 

 

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SKPD DAN

AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN

KEUANGAN SKPD

  

  

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRANS JUDIKA PASARIBU

087017012/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SKPD DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD.

Nama Mahasiswa : Frans Judika Pasaribu Nomor Pokok : 087017012

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 5 April 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, April 2011

Yang membuat Pernyataan,

(Frans Judika Pasaribu)  

                 


(6)

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SKPD DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD sebagai faktor yang berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Populasi penelitian adalah kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang

Hasundutan, dan Kabupaten Samosir sebagai salah satu pengguna sekaligus penyusun laporan keuangan SKPD. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji asumsi klasik dan uji kualitas data terhadap data sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara simultan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan berperngaruh negatip dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, namun aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positip terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan SKPD di pemerintahan kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kata Kunci : Penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.


(7)

THE INFLUENCE THE PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS SKPD AND ACCESSIBILITY OF FINANCIAL STATEMENTS SKPD ON

TRANSPARENCY AND ACCOUNTABILITY IN GOVERNMENT

FINANCIAL STATEMENT SKPD

ABSTRACT

The purpose of this research is to obtain empirical evidence and analyzing

financial statement presentation and accessibility SKPD SKPD financial statements as a factor affecting the transparency and accountability of financial management SKPD.

The study population were employees within SKPD (regional work units) in the district Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosi as one of the users of financial statements SKPD. Hypothesis is done by multiple regression analysis after the classic assumption test and quality test data against sample data.

The results showed that the presentation of financial statements and accessibility SKPD financial statements simultaneously significant effect on transparency and accountability in government financial statement SKPD, but in partially the presentation of financial statements have negative effect and significant on transparency and accountability in government financial management SKPD, but the accessibility of financial statement show positive effect to transparency and accountability in government financial management SKPD in North Tapanuli District, Toba Samosir District, Samosir District and Humbang Hasundutan District.

Keywords: SKPD financial statement presentation, financial reports SKPD accessibility, transparency and accountability of financial management SKPD.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaannya, sehingga penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabililitas Pengelolaan Keuangan SKPD” dapat berjalan lancar.

Tesis ini juga penulis persembahkan untuk keluarga besarku, keluarga yang sangat luar biasa, terima kasih buat segala hal yang kalian berikan, kalian adalah orang-orang yang sangat berharga, kalian adalah orang-orang yang menjadi inspirasi dan kekuatan bagi penulis dalam menjalani kehidupan.

Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.


(9)

6. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Firman Syarief, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

8. Bapak dan Ibu para Dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

9. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, terima kasih buat dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan tesis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2010 Penulis,

Frans Judika Pasaribu NIM: 087017012


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Frans Judika Pasaribu

2. Tempat/Tanggal Lahir : Lumban Rihit, 04 Agustus 1979. 3. Alamat : Lumban Rihit, Kecamatan Sipoholon

Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Agama : Kristen Protestan

5. Jenis Kelamin : Laki-Laki

6. Pekerjaan : PNS

7. Status : Menikah

8. No. Telepon/HP : 081376199110

9. Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri 175742 Lumban Rihit, Tarutung tahun 1992. b. Lulus SMP Negeri 5 Tarutung, Tarutung tahun 1995.

c. Lulus SMA Negeri 1 Sipoholon, Sipoholon tahun 1998.

d. Lulus Sarjana Ekonomi Manajemen (S1) Universitas HKBP Nomensen tahun 2003. 10. Riwayat Pekerjaan :


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang .. ………. 1

1.2. Rumusan Masalah …….. ………. 6

1.3. Tujuan Penelitian ……..……….. 7

1.4. Manfaat Penelitian …….……….. .. 7

1.5. Originalitas ……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. …… 10

2.1. Landasan Teori .……. ……… 10

2.1.1. Laporan Keuangan Daerah ……… 10

2.1.2. Aksesibilitas Laporan Keuangan ………. 15

2.1.3. Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah ……… 16

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 21


(12)

3.1. Kerangka Konsep ….. ………. 25

3.2. Hipotesis ………. 29

BAB IV METODE PENELITIAN……… 30

4.1 Jenis Penelitian……….………. 30

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian..……….... . 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……… 31

4.4 Metode Pengumpulan Data….………. . 31

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... . 32

4.5.1 Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan SKPD…………... …. 32

4.5.2 Penyajian Laporan Keuangan SKPD……….………….. ……. 33

4.5.3 Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD………... …….. 34

4.6 Metode Analisis Data……… … 36

4.6.1 Teknik Analisis Data…....………... ……. 36

4.6.2 Pengujian Kualitas Data.………... …….. 36

4.6.2.1. Pengujian validitas………. 36

4.6.2.2. Pengujian reliabilitas………. 37

4.6.3 Pengujian Asumsi Klasik..………... ………. 37

4.6.3.1. Uji normalitas………..………... 38

4.6.3.2. Uji multikolinearitas………..………... 38

4.6.3.3. Uji heteroskedastisitas………... 40


(13)

4.6.4.1. Uji F (uji serentak) ………..…………... 41

4.6.4.2. Uji signifikan parsial (uji t) .……..……... 42

4.6.4.3. Koefisien determinan (R2).………..……... 42

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………. 44

5.1. Analisis Hasil Penelitian………... 44

5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif .……… …... 44

5.1.2 Hasil Uji Kualitas Data………. 45

5.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik……… ……… 47

5.1.3.1. Uji normalitas……….. 48

5.1.3.2. Uji multikolinearitas ……….. 49

5.1.3.3. Uji heteroskedastisitas..……….. 50

5.1.4 Uji Hipotesis Penelitian………..………. …. 52

5.1.5 Hasil Pengujian Hipotesis……….………... … 53

5.1.5.1. Uji signifikansi simultan (uji F) …….………. 53

5.1.5.2. Uji signifikan parsial (uji t) …….…….………. … 54

5.2. Pembahasan………..………... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…..………..………..……….. 60

6.1. Kesimpulan……..……….……… 60

6.2. Saran……..……..………..………… 61


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 23

4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

5.1 Deskriptif Statistik ... 44

5.2 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Penyajian Laporan Keuangan SKPD (X1)... 45

5.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2)... 46

5.4 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y)... 47

5.5 Hasil Uji Gejala Multikolinearitas... 50

5.6 Regresi Linier Berganda... 52

5.7 Hasil Uji F Hitung ANOVA... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual………... 25

5.1 Histogram……….………... 48

5.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual... 49


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Populasi Penelitian Pegawai Satuan Kerja Perangka Daerah ... 65

2 Sampel Penelitian Pegawai Satuan Kerja Perangka Daerah ... 72

3 Deskriptif Statistik ... 76

4 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel ... 76

5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel ... 76

6 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel ... 77

7 Uji Normalitas... 77

8 Hasil Uji Gejala Multikolonieritas ... 78

9 Hasil Uji Gejala Heteroskedastisitas ... 79

10 Regresi Linier Berganda ... 79

11 Anova ... 80

12 Hasil Uji T Hitung... 80


(17)

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SKPD DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD sebagai faktor yang berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Populasi penelitian adalah kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang

Hasundutan, dan Kabupaten Samosir sebagai salah satu pengguna sekaligus penyusun laporan keuangan SKPD. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji asumsi klasik dan uji kualitas data terhadap data sampel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara simultan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan berperngaruh negatip dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, namun aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positip terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan SKPD di pemerintahan kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kata Kunci : Penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.


(18)

THE INFLUENCE THE PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS SKPD AND ACCESSIBILITY OF FINANCIAL STATEMENTS SKPD ON

TRANSPARENCY AND ACCOUNTABILITY IN GOVERNMENT

FINANCIAL STATEMENT SKPD

ABSTRACT

The purpose of this research is to obtain empirical evidence and analyzing

financial statement presentation and accessibility SKPD SKPD financial statements as a factor affecting the transparency and accountability of financial management SKPD.

The study population were employees within SKPD (regional work units) in the district Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosi as one of the users of financial statements SKPD. Hypothesis is done by multiple regression analysis after the classic assumption test and quality test data against sample data.

The results showed that the presentation of financial statements and accessibility SKPD financial statements simultaneously significant effect on transparency and accountability in government financial statement SKPD, but in partially the presentation of financial statements have negative effect and significant on transparency and accountability in government financial management SKPD, but the accessibility of financial statement show positive effect to transparency and accountability in government financial management SKPD in North Tapanuli District, Toba Samosir District, Samosir District and Humbang Hasundutan District.

Keywords: SKPD financial statement presentation, financial reports SKPD accessibility, transparency and accountability of financial management SKPD.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengimplementasikan perundang-undangan bidang keuangan negara telah dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah antara lain: Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan lain-lain. Khusus berkenaan dengan pengelolaan Keuangan Daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir telah direvisi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan ini khusus mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru, sesuai arah reformasi tata kelola keuangan negara atau daerah. Perubahan yang sangat mendasar dalam peraturan ini adalah bergesernya fungsi ordonancing dari Badan atau Bagian Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan


(20)

SKPD sebagai accounting entity berkewajiban untuk membuat laporan keuangan SKPD serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.

Perhatian terhadap isu transparansi dan akuntabilitas keuangan publik di Indonesia semakin meningkat dalam dekade terakhir ini. Hal ini terutama

disebabkan oleh dua faktor berikut ini yaitu:

1. Krisis ekonomi dan turbulen fiskal telah memberi kontribusi terhadap erosi

substansial kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara.

2. Desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sebagai

konsekuensi dari otonomi daerah, telah menyebabkan perubahan signifikan dalam komposisi pengeluaran anggaran pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sebagai salah satu konsekuensinya, pemerintah harus dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara (pusat dan daerah). Salah satu prasyarat untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat.

Steccolini (2002) menyatakan bahwa laporan tahunan (laporan keuangan), meskipun belum melaporkan akuntabilitas secara keseluruhan dari entitas pemerintahan, secara umum dipertimbangkan sebagai media utama akuntabilitas (pendapat lainnya: Boyne dan Law, 1991; Ryan et al., 2000; Taylor dan Rosair, 2000;


(21)

Coy et al., 2001; Mack et al., 2001). Pendapat senada dikemukakan oleh Ryan et al. (2002) yang menyatakan bahwa ada dua tujuan yang diterima secara umum dari pelaporan tahunan sektor publik yaitu accountability (akuntabilitas) dan decision usefulness (pengambilan keputusan).

Undang-undang yang mengatur mengenai akuntabilitas sektor publik sedang mengalami perubahan mendasar, dengan penekanan pada peranan sistem akuntansi dalam pengukuran dan pengevaluasian baik kinerja keuangan maupun pelayanan, mendorong pengungkapan dan pengkomunikasian hasil-hasil kepada stakeholders. Sebagai konsekuensinya, di berbagai negara, pelaporan eksternal sedang ditansformasikan agar lebih konsiten dengan kebutuhan akuntabilitas baru (Guthrie et al., 1998; Guarini, 1999; dalam Steccolini, 2002).

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan daerah, telah terjadi reformasi mendasar sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut mengharuskan kepala daerah untuk menyusun dua jenis laporan keuangan yang baru yaitu: Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas.

Akan tetapi, upaya perbaikan di bidang penyajian pelaporan keuangan daerah ini nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Pada kenyataannya, berdasarkan survey ke sejumlah Pemerintah Daerah, pemerintah daerah tidak serta-merta dapat menyusun dua buah laporan keuangan baru tersebut, terutama neraca. Belum dimilikinya neraca oleh pemerintah daerah disebabkan, antara lain, karena sistem dan pelaporan yang selama ini ada belum kondusif ke arah tersebut


(22)

(Halim, 2002). Masalah lainnya adalah publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah (melalui surat kabar, internet, atau dengan cara lain) nampaknya belum menjadi hal yang umum.

Menurut Jones et al. (1985) dalam Steccolini (2002), ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial. Sebagai konsekuensinya, penyajian laporan keuangan yang tidak lengkap dan tidak aksesibel dapat menurunkan kualitas dari transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.

Upaya reformasi penyajian pelaporan keuangan daerah nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah maupun di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. Perubahan

pendekatan akuntansi pemerintah daerah dari single entry menuju Double entry

merupakan perubahan yang cukup revolusioner. Pada kenyataannya, berdasarkan survey ke sejumlah pemerintah daerah dan informasi dari sejumlah konsultan keuangan daerah, Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sebagai pengelola keuangan pemerintah daerah dan khususnya SKPD tidak serta merta dapat menyusun laporan keuangan baru tersebut, terutama neraca. Di sisi lain, publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lain nampaknya belum menjadi hal yang umum bagi sebagian daerah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 menambahkan satu ayat dalam pasal


(23)

116. Ayat (4a) pasal 116 berbunyi, Untuk memenuhi asas tansparansi, kepala daerah wajib menginformasikan subsanti APBD kepada masyarakat yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah. Apakah SKPD sebagai pengguna anggaran dalam APBD dan sebagai bagian dari sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah mampu memenuhi tuntutan tersebut?.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul sehubungan dengan penyajian laporan keuangan daerah saat ini adalah pertama, belum semua pemerintah daerah maupun SKPD-nya dapat menyusun komponen laporan keuangan secara lengkap. Seperti kita ketahui laporan keuangan pemerintah daerah disusun berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Perbendaharaan Daerah. Untuk itu SKPD sebagai salah satu pihak yang menyajikan laporan keuangan yang dijadikan sumber bagi penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah apakah telah dapat menyusun neraca sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan?.

Masalah kedua adalah aksesibilitas laporan keuangan SKPD tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara luas misalnya via internet atau media massa. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui atau mengaksesnya dengan mudah mengenai informasi (kinerja) keuangannya.

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan SKPD, pertanyaan yang muncul adalah apakah laporan keuangan selama ini disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai acuan dari pengelolaan keuangan daerah telah


(24)

memberikan kontribusi signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah?. Apakah SKPD telah menyajikan semua informasi keuangan relevan yang dibutuhkan oleh para pengguna?, dan apakah para pengguna sudah dapat mengakses laporan keuangan tersebut dengan mudah?. Dalam kaitannya dengan masalah ini, setidaknya terdapat dua tuntutan yang dihadapi oleh SKPD pada saat ini. Tuntutan pertama sejak tahun 2000, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Pemerintah daerah dituntut untuk menyajikan neraca daerah yang sebelumnya tidak diwajibkan untuk dibuat. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 yang selain mensyaratkan SKPD sebagai bagian dari system pengelolaan keuangan daerah dituntut untuk menyampaikan informasi keuangan tersebut secara terbuka atau dapat diakses oleh masyarakat, misalnya dengan mengembangkan SIKDA (Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat Tesis dengan judul : “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesbilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Apakah penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD pada Kabupaten


(25)

Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD baik secara parsial maupun simultan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD pada Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang berarti bagi daerah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan akan

sistem pengelolaan keuangan daerah terutama berkaitan dengan pengelolaan keuangan serta penyajian laporan keuangan SKPD.

2. Bagi pemerintah daerah yang menjadi lokasi penelitian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan pertimbangan dalam pengelolaan keuangan SKPD.

3. Bagi Masyarakat atau Publik, penelitian ini sebagai bahan informasi mengenai

sejauh mana Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD dalam daerah.


(26)

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah dilakukan. Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian yang dilakukan oleh Mulyana pada tahun 2007.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyana yaitu:

1. Variabel independen penelitian terdahulu adalah penyajian neraca daerah dan

aksesibilitas laporan keuangan, sedangkan variabel independen penelitian peneliti adalah penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD.

2. Variabe l dependen antara peneliti terdahulu dan peneliti memiliki kesamaan yaitu tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

3. Populasi penelitian terdahulu adalah pengguna eksternal laporan keuangan

pemerintah daerah di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian saat ini yang menjadi populasi penelitian adalah Kepala SKPD yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 32 SKPD, Kabupaten Toba Samosir yaitu 29 SKPD, Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 107 SKPD, dan Kabupaten Samosir yaitu 64 SKPD.

4. Sampel penelitian terdahulu adalah pengguna eksternal laporan keuangan yang

berada di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Sedangkan sampel penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala


(27)

SKPD di empat kabupaten tersebut dengan jumlah 180 SKPD dengan Kreteria SKPD yang masih bias dijangkau oleh Peneliti.

5. Pada penelitian terdahulu penyampelan atas responden (pengguna laporan

keuangan) dilakukan dengan teknik purposive sampling, sedangkan dalam penelitian yang peneliti lakukan, penyampelan dilakukan dengan teknik random,

yaitu dengan menyebar kuisioner kepada seluruh kepala SKPD di empat kabupaten yang menjadi lokasi penelitian, dan kuisioner yang dikembalikan akan menjadi

sampel penelitian.

6. Waktu penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2006, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan dilakukan pada tahun 2010.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan pengertian penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1. Laporan Keuangan Daerah

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, sekarang ini pada setiap daerah dibentuk Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah, dimana Perangkat Daerah ini juga disebut dengan unit-unit kerja.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang.


(29)

SKPD adalah entitas (konsep) akuntansi unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, asset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan unit kerja. Sedangkan laporan

keuangan yang harus dibuat setiap unit kerja adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah sebagai berikut:

1. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel

secara publik;

2. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai

keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

Sementara itu, bila dilihat dari jenis laporan keuangan yang disusun pemerintah daerah sampai saat ini telah mengalami dua perkembangan. Perkembangan pertama, di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 (Pasal 38) sebagaimana

ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 (Pasal 81) laporan keuangan yang harus disajikan secara lengkap pada akhir tahun oleh kepala daerah terdiri dari:

1. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

2. Nota Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;


(30)

4. Neraca Daerah.

Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada Pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala daerah setidak-tidaknya meliputi:

1. Laporan Realisasi APBD;

2. Neraca;

3. Laporan Arus Kas; dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah penting, sebab pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas (Diamond, 2002). Di samping itu, seiring dengan tuntutan yang dikehendaki dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, neraca pembukaan (neraca yang pertama kali dibuat) menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap pemerintah daerah. Sebab, bila Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) ingin menghasilkan laporan keuangan secara lengkap pada akhir tahun, maka perlu terlebih dahulu disusun neraca pembukaan (opening balance). Apabila hal ini tidak segera diantisipasi oleh pemerintah daerah, maka bukan tidak mungkin

reformasi dalam keuangan daerah menjadi terkesan lamban dan mandul (Halim, 2002). Persoalan yang muncul saat ini berkaitan dengan penyusunan neraca adalah:

1. belum dimilikinya neraca oleh pemerintah daerah karena sistem dan pelaporan

yang selama ini ada belum kondusif ke arah tersebut;

2. bagaimana pengertian awal dan akhir pada neraca pemerintah daerah, mengingat

organisasi pemerintah daerah sudah eksis jauh sebelum masa reformasi (Halim, 2002).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 1, alinea 43, (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005) dinyatakan bahwa neraca


(31)

jangka pendek; piutang pajak dan bukan pajak; persediaan; investasi jangka panjang; aset tetap; kewajiban jangka pendek; kewajiban jangka panjang; dan ekuitas dana.

Informasi keuangan di dalam neraca dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala daerah dan para pejabat

pemerintah daerah) ketika mereka menjadi bertanggung jawab tidak hanya pada kas masuk dan kas keluar, tetapi juga pada aset dan utang yang mereka kelola;

2. Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah. Pemerintah umumnya

mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas.

3. Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan semua sumber daya

dan kewajiban.

4. Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk pengambilan

keputusan.

Sebaliknya, dengan tidak adanya informasi seperti yang dilaporan dalam neraca akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh dari transaksi keuangan pada pemerintah daerah dalam suatu periode

tidak tercermin secara penuh, misalnya tidak ada pelaporan mengenai piutang pajak, saldo aktiva persediaan, aktiva dalam konstruksi, kewajiban saat ini untuk menyerahkan (membayar) sejumlah uang atau barang di masa yang akan datang, dsb.

2. Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan penggunaan kas dan mengabaikan

transparansi dan akuntabilitas untuk pengelolaan aset dan utang;

3. Tidak memfasilitasi penilaian posisi keuangan karena tidak menunjukkan semua


(32)

4. Informasi yang dibutuhkan tidak memadai untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

2.1.2. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial (Jones et al., 1985). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampai-kannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lainnya.

Informasi yang dimuat di dalam SIKD tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 102, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, mencakup:

1. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota;

2. Neraca daerah;

3. Laporan arus kas;

4. Catatan atas laporan keuangan daerah;

5. Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan;


(33)

7. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. 2.1.3. Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah

Reformasi dalam pemerintahan di Indonesia tidak terlepas dari semangat penegakan demokrasi. Istilah ‘demokrasi’ mengisyaratkan setidaknya tiga elemen esensial: Transparansi, Akuntabilitas dan Keadilan (Shende dan Bennett, 2004). Transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktivitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Transparansi memungkin semua

stakeholders dapat melihat struktur dan fungsi pemerintahan, tujuan dari kebijakan dan proyeksi fiskalnya, serta laporan pertanggungjawaban periode yang lalu. Akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya. Konsep keadilan berarti bahwa masyarakat diperlakukan secara sama di bawah hukum, dan mempunyai derajat yang sama dalam partisipasi politik dalam pemerintahannya (Shende dan Bennett, 2004).

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004) menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas, sedangkan esensi dari akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi).

Mohamad dkk. (2004) berpendapat bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban terhadap permasalahan information asymmetry. Teori asimetri informasi beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajemen. Scott (1997) menjelaskan bahwa kelanggengan suatu organisasi ditentukan oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang terbuka, seimbangan dan merata bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholders).

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo, 2000). Transparansi mengisyaratkan bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat tetapi juga terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah


(34)

dalam rangka menjalankan amanat rakyat. Sekarang ini, banyak negara

mengklasifikasikan catatan atau laporan sebagai Top Secret, Secret, Confidential dan

Restricted, dan Official Secrets Acts membuat unauthorized disclosure terhadap suatu

criminal offence. Kultur secara umum di banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, adalah kerahasian (Shende dan Bennet, 2004).

Instrumen utama dari akuntabilitas keuangan adalah anggaran pemerintah, data yang secara periodik dipublikasikan, laporan tahunan dan hasil investigasi dan laporan umum lainnya yang disiapkan oleh agen yang independen. Anggaran tahunan secara khusus mempunyai otoritas legal untuk pengeluaran dana publik, sehingga proses penganggaran secara keseluruhan menjadi relevan untuk manajemen fiskal dan untuk melaksanakan akuntabilitas keuangan dan pengendalian pada berbagai tingkat operasi (Shende dan Bennet, 2004).

Reformasi di bidang pengelolaan keuangan daerah terus bergulir yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah yang mendahuluinya (Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000). Hal ini merupakan upaya sinkronisasi menyusul keluarnya paket Undang-Undang pengelolaan keuangan negara (Undang Nomor 17 Tahun 2003, ((Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan ( Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004) dan revisi paket Undang-Undang-Undang-Undang otonomi daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004) serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 (Pasal 1), keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah terebut. Bila dilihat dari ruang lingkupnya, keuangan daerah meliputi kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya. Kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah meliputi APBD dan barang-barang inventaris milik daerah. Sedangkan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya meliputi badan-badan usaha milik daerah (Halim, 2002).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut.

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk


(35)

didalamya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah

dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

4. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program

dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

5. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang

maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

6. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan


(36)

7. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

8. Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan

kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

9. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi

kewenangan dan pendanannya dan atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

10.Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap

yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

11.Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa

keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. 2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam melihat menganalisis penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SKPD. Beberapa hasil penelitian terdahulu adalah

Steccolini, (2002) meneliti tentang hubungan penyajian laporan tahunan pemerintah daerah dengan akuntabilitas: apakah laporan tahunan tersebut merupakan medium untuk akuntabilitas. Sampel penelitiannya adalah sejumlah pemerintah daerah di Italia. Analisis dari hasil penelitiannya menyebutkan bahwa laporan tahunan

nampaknya digunakan untuk pelaksanaan akuntabilitas kepada pengguna internal, bahkan tidak jelas apakah laporan tersebut benar-benar dibaca atau tidak. Sementara itu, laporan tersebut tidak mempunyai peranan yang signifikan dalam

pengkomunikasian kepada pengguna eksternal, sehingga peranan laporan keuangan aktual dan derajat akuntabilitas di pemda-pemda di Italia perlu dipertanyakan.


(37)

Mulyana, (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.

Iqbal, (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Secara parsial dan simultan, Penyajian Neraca SKPD (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Steccolini (2002) Pengaruh Penyajian Laporan Tahunan Pemerintah Daerah terhadap Akuntabilitas Laporan Tahunan Pemerintah Daerah Variabel independen adalah Penyajian Laporan Tahunan Pemerintah Daerah, sedangkan variabel dependennya adalah Akuntabilitas Laporan Tahunan Pemerintah Daerah. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa laporan tahunan nampaknya digunakan untuk pelaksanaan akuntabilitas kepada pengguna internal, bahkan tidak jelas apakah laporan tersebut benar-benar dibaca atau tidak. Sementara itu, laporan tersebut tidak mempunyai peranan yang signifikan dalam pengkomunikasian kepada pengguna eksternal, sehingga peranan laporan keuangan aktual dan derajat akuntabilitas di pemda-pemda di Italia perlu dipertanyakan.


(38)

Lanjutan Tabel 2.1

2 Budi Mulyana (2006)

Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Variabel independennya adalah Penyajian Neraca Daerah (X1) dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), sedangkan variabel dependennya adalah Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Penyajian neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara

bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

3 Saufi Iqbal Nasution (2009)

Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

Variabel independennya adalah Penyajian Neraca SKPD (X1) dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), sedangkan variabel dependennya adalah Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Secara parsial dan simultan, Penyajian Neraca SKPD (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006: 27). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah penyajian laporan keuangan SKPD, dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD. Sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Berdasarkan latar belakang, landasan teoriti, dan review peneliti terdahulu (theoritical mapping), maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen (Bebas)

Variabel Dependen (Terikat)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y) Aksesibilitas Laporan

Keuangan SKPD (X2)

  Penyajian

Lap. Keu. SKPD (X1)


(40)

Undang-undang yang mengatur mengenai akuntabilitas sektor publik sedang mengalami perubahan mendasar, dengan penekanan pada peranan sistem akuntansi dalam pengukuran dan pengevaluasian baik kinerja keuangan maupun pelayanan, mendorong pengungkapan dan pengkomunikasian hasil-hasil kepada stakeholders. Sebagai konsekuensinya, di berbagai negara, pelaporan eksternal sedang ditansformasikan agar lebih konsiten dengan kebutuhan akuntabilitas baru (Guthrie et al., 1998; Guarini, 1999; dalam Steccolini, 2002).

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan daerah, telah terjadi reformasi mendasar sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut mengharuskan kepala daerah untuk menyusun dua jenis laporan keuangan yang baru yaitu: Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas.

Akan tetapi, upaya perbaikan di bidang penyajian pelaporan keuangan daerah ini nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Pada kenyataannya, berdasarkan survey ke sejumlah pemerintah daerah, pemerintah daerah tidak serta-merta dapat menyusun dua buah laporan keuangan baru tersebut, terutama neraca. Belum dimilikinya neraca oleh pemerintah daerah disebabkan, antara lain, karena sistem dan pelaporan yang selama ini ada belum kondusif ke arah tersebut (Halim, 2002). Masalah lainnya adalah publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah (melalui surat kabar, internet, atau dengan cara lain) nampaknya belum menjadi hal yang umum.


(41)

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial (Jones et al., 1985). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampaikannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lainnya.


(42)

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004) menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas, sedangkan esensi dari akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi).

Mohamad dkk. (2004) berpendapat bahwa akuntabilitas muncul sebagai

jawaban terhadap permasalahan information asymmetry. Teori asimetri informasi

beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajemen. Scott (1997) menjelaskan bahwa kelanggengan suatu organisasi ditentukan oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang terbuka, seimbangan dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah (LAN dan BPKP, 2000).

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo, 2000). Transparansi mengisyaratkan bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat tetapi


(43)

juga terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam rangka menjalankan amanat rakyat. Sekarang ini, banyak negara mengklasifikasikan catatan atau laporan sebagai Top Secret, Secret, Confidential dan

Restricted, dan Official Secrets Acts membuat unauthorized disclosure terhadap suatu

criminal offence. Kultur secara umum di banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, adalah kerahasian (Shende dan Bennet, 2004).

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis pada penelitian ini adalah penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan SKPD.


(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen dan variabel dependen (Sugiyono, 2006:41). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan hubungan penyajian laporan keuangan SKPD dan Aksesibilitas laporan keuangan SKPD sebagai variabel independen terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang ada maka penelitian ini termasuk penelitian design cross sectional yaitu penelitian yang melibatkan perhitungan sampel untuk digeneralisir populasinya, melalui proses inferensial dimana variabel diteliti pada waktu yang bersamaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini maka akan dilakukan penyebaran kuisioner kepada sampel penelitian yaitu Kepala SKPD di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir. Waktu penelitian dilakukan secara bertahap dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan November 2010. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


(45)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 55). Populasi penelitian adalah Kepala SKPD yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 32 SKPD, Kabupaten Toba Samosir yaitu 29 SKPD, Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 107 SKPD, dan Kabupaten Samosir yaitu 64 SKPD. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 56). Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling Sampel diambil sebesar 80% dari jumlah populasi yang ada berdasarkan keterjangkauan daerah penyebaran kuisioner. Langkah-langkah penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi.

2. Setelah 2 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, adapun metode yang digunakan yaitu metode survey.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.


(46)

Kuesioner dalam penelitian ini dirancang untuk bersifat kuantitatif, oleh karena itu bentuk pertanyaan tertutup agar memudahkan pengukuran respon. Skala pengukuran adalah 5 (Lima) poin skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD dan yang menjadi variabel independennya adalah penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD dengan penjelasan sebagai berikut:

4.5.1. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004) menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas, sedangkan esensi dari akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi). Skala yang dipergunakan adalah skala interval.


(47)

Penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board (GASB, 1998) memiliki tujuan sebagai berikut:

3. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel

secara publik;

4. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai

keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

Sementara itu, bila dilihat dari jenis laporan keuangan yang disusun pemerintah daerah sampai saat ini telah mengalami dua perkembangan. Perkembangan pertama, di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 (Pasal 38) sebagaimana ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 (Pasal 81) laporan keuangan yang harus disajikan secara lengkap pada akhir tahun oleh kepala daerah terdiri dari:

5. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

6. Nota Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

7. Laporan Aliran Kas; dan


(48)

Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada Pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala daerah setidak-tidaknya meliputi:

5. Laporan Realisasi APBD;

6. Neraca;

7. Laporan Arus Kas; dan

8. Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan daerah.

4.5.3. Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial (Jones et al., 1985). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampai-kannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah. Skala yang dipergunakan adalah skala interval.


(49)

Tabel 4.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala

Penelitian Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y) Transparansi adalah kebebasan untuk mengakses aktifitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD diukur berdasarkan persepsi dari responden tentang pengeloaan Keuangan SKPD. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor

5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju). Interval Penyajian Laporan Keuangan SKPD (X1) Penyajian Laporan Keuangan SKPD adalah penyajian laporan asset, utang, dan ekuitas dana dari SKPD.

Penyajian Laporan Keuangan SKPD diukur berdasarkan persepsi responden tentang penyajian laporan keuangan SKPD.

Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor

5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju). Interval Aksessibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2) Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD adalah memberikan kemudahan dalam mencari informasi mengenai Laporan Keuangan SKPD

Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD diukur berdasarkan persepsi dari responden mengenai akses public terhadap laporan keuangan SKPD. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).


(50)

4.6. Metode Analisis Data 4.6.1. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model regresi linier berganda dan uji residual, untuk keabsahan hasil analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen penelitian, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software SPSS.

Formulasi yang digunakan adalah: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana:

Y = transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD a = konstanta

b1, b2 = koefisien regresi

X1 = penyajian laporan keuangan SKPD

X2 = aksesibilitas laporan keuangan SKPD

E = error

4.6.2. Pengujian Kualitas Data 4.6.2.1. Pengujian validitas

Pengujian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument, sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukurnya (Ancok, 1998: 20). Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner


(51)

dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner (Hakim: 1999 dalam Widyastuti: 2000). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistic, dengan kreteria sebagai berikut:

a. Jika rhitung positif dan r hitung > r table maka butir pertanyaan tersebut valid.

b. Jika rhitung negatiftif dan r hitung < r table maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

c. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation.

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS untuk memperoleh hasil terarah.

4.6.2.2. Pengujian reliabilitas

Pengujian reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai

cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1976: 120). 4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi,

maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1) normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3) heteroskedastisitas.


(52)

4.6.3.1. Uji normalitas

Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk

lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti

distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji kolmogorov-smirnov tentang data

tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari:

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,005, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,005, maka distribusi data adalah normal.

Selain melihat signifikansi dari uji Kolmogorov smirnov, untuk melihat apakah

suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari Zskewness. Pengujian

normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan uji skewness. Berdasarkan uji ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika Zhitung lebih kecil dari Ztabel.

Nilai Z dari uji Skewness dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Zhitung

4.6.3.2. Uji multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel


(53)

bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesame variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: a. Koefisien-koefisien menjadi tidak dapat ditaksir.

b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:

1) Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling

berkolerasi dengan kuat, maka bias dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.

2) Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.

Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antara variabel bebas (independent variable). Jika nilai korelasi antara variabel bebas tersebut lebih besar dari 0,7 (Nunnally, 1967), maka dapat dikatakan bahwa terjadi gejal multikolinearitas. Di samping dengan melakukan uji korelasi tersebut, pengujian ini juga dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair, 2003), maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian.


(54)

4.6.3.3. Uji heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

4.6.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda. Menurut Kuncoro (2003: 216), sebagai alat statistik, regresi bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1) Seberapa jauh variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model; 2) Manakah diantara variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen; 3) Apakah dengan dimasukkannya tambahan satu

variabel independen dapat memperbaiki prediksi terhadap variabel dependen; 4) Apakah prediksi terhadap variabel dependen dari sejumlah variabel independen

lebih baik dibandingkan kombinasi variabel independen yang lain; dan 5) Apakah penambahan sampel (observasi) akan meningkatkan daya prediksi model.


(55)

Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Metode analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat secara langsung pengaruh beberapa variabel terikat tersebut.

4.6.4.1. Uji-F (uji serentak)

Uji-F (uji serenta k) dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Melalui uji statistic dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Ho : b1 = b2= 0, artinya secara bersama-sama (serentak) variabel independen tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama (serentak) variabel independen

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kreteria: Ho diterima, apabila Fhitung < Ftabel pada α = 5 %

Ha diterima, apabila Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi bergansa. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut denangan Analysis of Varian (ANOVA). Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Pengujian

dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuanan yaitu apabila hasil signifikansi pada table ANOVA < α 0,005, maka Ho ditolak (berpengaruh), sementara


(56)

sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA > α 0,05, maka Ho diterima (tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan dengan

ketentuan yaitu apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak (berpengauh), maka

sementara sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima (tidak

berpengaruh). Adapun Ftabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan (α)

dan derajat bebas (degree of freedom).

enden.

4.6.4.2. Uji signifikan parsial (uji t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap

variabel dep

Kriteria pengambilan keputusan:

Apabila Probabilitas < α = 5 %, maka Ha diterima. Apabila Probabilitas > α = 5 %, maka Ha ditolak. 4.6.4.3. Koefisien determinan (R2)

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbagan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya


(57)

variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1

menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin


(58)

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Hasil Penelitian 5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan data yang diperoleh maka terdapat sekitar 152 SKPD yang mengembalikan kuisinoer, maka diperoleh deskritptif statistik data penelitian, sebagai berikut:

Tabel 5.1. Deskriptif Statistik

Variabel N Mean Std. Deviation

PN 152 21.3224 1.48101

ALK 152 13.6250 1.17260

TA 152 13.500 1.10388

Valid N (listwise) 152

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik (2010, data diolah)

Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (pembukuan, inventarisasi, pelaporan, dan pengamanan aset daerah), peneliti menggunakan tabel statistic deskriptif yang tersaji pada Tabel 5.1 diatas. Dari tabel tersebut, berdasarkan jawaban dari 152 responden maka hasil pengukuran variabel transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y) diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 13.500 dengan standar deviasi 1.10388.

5.1.2. Hasil Uji Kualitas Data

Kualiatas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument penelitian dapat dievaluasi melalui reliabilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas dan validitas yaitu uji reabilitas dengan melihat koefisien (Cronbach) Alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing instrument penelitian jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 dianggap reliable.


(59)

Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor butir dengan skor faktor harus berkorelasi positif, kemudian membandingkan r tabel dengan r hasil dari tiap butir pertanyaan. Secara rinci hasil uji reliabilitas dan hasil uji validitas disajikan pada Tabel 5.2 di bawah ini:

Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Penyajian Laporan Keuangan SKPD (X1)

Pertanyaan Corrected item total

correlation (r hitung) r tabel Validitas

1 0,252 0,159 Valid 

2 0,503 0,159 Valid 

3 0,252 0,159 Valid 

4 0,00 0,159 Tidak Valid 

5 0,432 0,159 Valid 

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah)

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrument. Untuk menguji validitas, butir pertanyaan tersebut harus dibandingkan dengan r tabel pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan. Pada signifikansi 5% dengan derajat bebas df = 152 r tabel sebesar 0,159.

Berdasarkan pada Tabel 5.2 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan valid karena r hitung. r tabel pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil ini maka variabel penyajian laporan keuangan SKPD dengan pertanyaan 1,2,3 dan 5 dapat disimpulkan dinyatakan lolos uji validitas, sedangkan item pertanyaan 4 disimpulkan tidak lulus uji validitas. Hasil pengujian terhadap reabilitas kuesioner menghasilkan angka cronbach alpha lebih kecil dari 0,5 yaitu sebesar -0,351. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner tidak memiliki reabilitas yang tinggi.

Tabel 5.3. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2)


(60)

Pertanyaan Corrected item total

correlation (r hitung) r tabel Validitas

1 0,252 0,159 Valid 

2 0,365 0,159 Valid 

3 0,291 0,159 Valid 

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada Tabel 5.3 di atas, setiap item

pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r tabel. Berdasarkan hasil ini, maka item variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reabilitas kuisioner menghasilkan angka

cronbach alpha lebih kecil dari 0,5 yaitu sebesar -0,351. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner tidak memiliki rebilitas yang tinggi.

Tabel 5.4 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Tabel 5.4. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y)

Pertanyaan Corrected item total

correlation (r hitung) r tabel Validitas

1 0,304 0,159 Valid 

2 0,253 0,159 Valid 

3 0,231 0,159 Valid 

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada Tabel 5.4 di atas, setiap item

pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r tabel. Berdasarkan hasil ini, maka item variabel transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reabilitas kuisioner menghasilkan angka cronbach alpha lebih kecil dari 0,5 yaitu sebesar -,351.


(61)

Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner tidak memiliki rebilitas yang tinggi.

5.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan

pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi – asumsi klasik tersebut antara lain:

5.1.3.1. Uji normalitas

Menurut central limit theorem, asumsi normalitas akan terpenuhi apabila jumlah sampel yang digunakan lebih dari satu atau sama dengan 25. Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

Gambar 5.1. Histogram

Pada hasil pengolahan data menampilkan grafik plot yang ada menunjukkan tiitk menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis diagonal, demikian juga dengan grafik histogramnya memberikan pola distribusi normal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksikan keberhasilan pengamanan aset daerah berdasarkan masukan variabel independenya (penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan).


(62)

Gambar 5.2. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual 5.1.3.2 Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai

Tolerance. Jika nilai VIF di bawah 5, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian. Jika nilai Tolerance di atas 0,1 maka tidak terdapat gejala multikononieritas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat disajika pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF

1 Penyajian Laporan Keuangan SKPD

.696 1.437 

2 Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD

.696 1.437 

Dependen Variabel: Y = Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD


(1)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010

(data diolah).

Lampiran 12.

Hasil Uji T Hitung

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 16.555 2.179 7.596 .000

x1 -.260 .064 -.349 -4.057 .000 .696 1.437

1

x2 .183 .081 .194 2.256 .026 .696 1.437

a.Dependent variabel : Transparansi dan Akuntabiltas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010

(data diolah).

Lampiran 13.

DAFTAR PERTANYAAN

I.

Identitas Responden

Nama

:

(boleh tidak diisi)


(2)

(boleh tidak diisi)

Lama Menjabat :

II.

Pertanyaan Pengaruh Penyajian laporan keuangan SKPD dan Aksesibilitas

Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan SKPD Di Pemerintahan (Pilih Kabupaten yaitu

Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang

Hasundutan, dan Kabupaten Samosir)

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas

pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara silang (X). Jika

menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada

pilihan yang mendekati. Skor jawaban adalah sebagai berikut :

Skor 1

Sangat Tidak Setuju (STS)

Skor 2

Tidak Setuju (TS)

Skor

3

Netral

(N)

Skor

4

Setuju

(S)

Skor 5

Sangat Setuju (SS)

STS TS N S SS

I.Penyajian Laporan Keuangan

1.Laporan Keuangan disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan

2.Laporan keuangan menggunakan dasar akrual

3.Jurnal korolari diperlukan untuk menjembatani dari laporan realisasi anggaran yang menggunakan kas basis ke yang menggunakan dasar akural

4.Dalam laporan keuangan aset disajikan sebesar nilai perolehan

5.Laporan keuangan disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah

STS TS N S SS

II.Aksesibilitas Laporan Keuangan

1.Laporan Keuangan dipublikasikan secara terbuka melalui media massa

81


(3)

2.Memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang laporan keuangan

3. Masyarakat dapat mengakses laporan keuangan daerah melalui internet

STS TS N S SS

III.Transparansi dan Akuntabilitas

1.Pengelolaan Keuangan diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai

2.Laporan Keuangan disampaikan oleh Kepala Daerah kepada BPK untuk melakukan Pemeriksaan

3.Laporan Keuangan SKPD di reviw olehInspektorat sebelum diserahklan kepada BPL


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Pengaruh Penyajian Neraca Skpd Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara

11 98 85

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 8 1

Determinan Aksesibilitas dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 4 10

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

2 5 14

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

3 8 14

PENGALAPO Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 3 15

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 4 8

PENL Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 3 16

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 1 2