Pengaruh Penyajian Neraca Skpd Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENYAJIAN NERACA SKPD DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD

DI PEMERINTAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA OLEH :

NAMA : SAUFI IQBAL NASUTION

NIM : 040503154

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2 0 0 9


(2)

Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

Adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 27 Juni 2009 Yang membuat pernyataan

SAUFI IQBAL NASUTION Nim. 040503154


(3)

Khalik, Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tiada terhingga, sehingga penyusunan skripsi ini selesai dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini yaitu: Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Pada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Banyak sekali pihak-pihak yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara moril dan materil dalam membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terutama buat kedua orang tuaku Ayahanda Parlaungan Nasution dan Ibunda Suhartini yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan materil, nasehat, serta doanya kepada peneliti. Beserta kepada kakak, abang dan adikku yang aku cintai dan sayangi. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak. Selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak dan Bapak Iskandar Muda, SE, Msi, Ak selaku Penguji I dan Penguji II yang telah membantu peneliti melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

6. Kakanda Suri Wahyuni Nst, abanganda Surya Ihsan Nst, dan adinda Yahya Zailani Nst, yang telah membantu peneliti serta seluruh keluarga yang telah senantiasa mendoakan dan mendukung baik dari segi moril maupun materil yang tidak ternilai harganya.

7. Sahabat-sahabatku di HMI Komisariat Fakultas Ekonomi USU, Mizan Ahmad Srg., M. Sidqi R.Z, M. Iqbal Hrp, Musdar Y.Lbs, Aris M.

8. Hamdani Srg, Yogi Marshal, Jaka H., Dewi Novika, Melisa, Dede H.D, dan Sahabat-sahabat lainnya di Dept. Akuntansi terima kasih atas semuanya yang selalu memberi semangat dan motivasi.

9. Jihan, Sely, Mitha, Wiman, Deka, Indra dan Adik-adikku di HMI Komisariat FE USU terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu bersama.

10. Sahabat-sahabat Seniorku Kakanda Enda Mora Siregar, Kakanda Maf’ul Taufiq, Kakanda T. Dirkansyah dan senior lainnya di HMI Koms. FE USU


(5)

Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang akuntansi.

Medan, 27 Juni 2009

Peneliti

SAUFI IQBAL NASUTION Nim. 040503154


(6)

pengelolaan keuangan SKPD serta (c) mencoba memberikan saran-saran yang dapat membantu Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi khususnya masalah yang diteliti yaitu tentang pengaruh penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah assosiatif

kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan penulis adalah simple random sampling. Jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer, adapun

teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan survey, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian Asumsi klasik yang digunakan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas. Sedangkan model penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan analisis statistik persamaan Regresi Linear Berganda, adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi simultan, uji signifikansi parsial, dan koefisien determinan.

Peneliti telah menganalisis dan mengevaluasi mengenai pengaruh penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD yang terdiri dari (a) variabel penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (b) secara parsial variabel penyajian neraca SKPD (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD

(X2) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD pada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, (c) Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,917 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD memiliki hubungan yang sangat erat sebesar 91,7%. Kata Kunci: neraca, aksesibilitas, transparansi, dan akuntabilitas.


(7)

and (c) try to give advice that can help North Sumatra Province Government in solve faced problem in particular problem which are analyzed which is about SKPD’s balance sheet representation influences and accessibility of financial statement to transparencies and accountability of SKPD's financial management.

Observational design that is utilized in this research is assosiatif kausal . sample's taking method that utilized by researcher is simple random is sampling. Data type that utilized by researcher is primary data, there is tech even data collecting did by documentation and survey, and data processing is done by use of programs assistive tool statistical. Classic Assuming examination one was utilized by researcher cover normality quiz, multikolinieritas's quiz, and heterokedastisitas's quiz. Meanwhile research model that utilized by researcher is by use of Double Linear Regression statistic analysis, there is hypthosts testing even did by simultaneous significance test, partial significance test, and determinant coefficient.

Researcher have analized and evaluated hit SKPD’s balance sheet representation influence and accessibility of SKPD’s financial statement to transparencies and accountability of SKPD's financial management that consisting of (a) SKPD’s balance sheet representation variable and accessibility of SKPD'S financial statement goes together or simultaneously having for positive and significant to transparencies and accountability of SKPD's financial management (b) partially variable SKPD'S balance sheet representation (X1) and

accessibility of SKPD’s financial statement (X2) having positive influence and

significant to transparencies and accountability of SKPD's financial management on North Sumatra Province Governance, (c) the result of Double Linear Regression statistic analysis Simultaneously as big as 0,917 one mean that correlation/ relationship among SKPD’s balance sheet presentation and accessibility of SKPD’s financial statement to transparencies and accountability of SKPD's financial management has relationship that really hand in glove as big as 91,7%.


(8)

KATA PENGANTAR ……… ii

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ……….... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan Penelitian……….... 4

C. Perumusan Masalah ……….. 4

D. Tujuan Penelitian ……….. 5

E. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi SKPD...…. 7

B. Definisi Neraca SKPD………..……… 8

C. Definisi Aksesibilitas Laporan Keuangan...…...….……... 8

D. Definisi Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah.. 9

E. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan SKPD... 12


(9)

A. Desain Penelitian………. 16

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..……… 16

C. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data..……….. 17

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.……….. 18

E. Pengujian Kualitas Data... 20

1. Uji Validitas……….. 20

2. Uji Reliabilitas ………. 21

F. Pengujian Asumsi Klasik………. 21

1. Uji Normalitas... 21

2. Uji Multikolinieritas... 22

3. Uji Heterokedastisitas... 23

G. Pengujian Hipotesis... 24

1. Uji F (Uji Serentak )………... 24

2. Uji Signifikan parsial ( Uji-t)……….... 26

3. Koefisien Determinan ( R² )………... 26

H. Jadwal dan Lokasi penelitian... 27

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian……… 28

1. Sejarah Singkat Propinsi Sumatera Utara………. 28


(10)

a. Uji Normalitas……….. 38

b. Uji Multikolinieritas………... 40

c. Uji Heterokedastisitas……….. 41

6. Hasil Analisis Regresi Berganda………. 42

7. Hasil Pengujian Hipotesis……… 45

a. Uji Signifikan Simultan ( Uji-F )....………. 45

b. Uji Signifikan Parsial ( Uji-t )... 46

c. Koefisien Determinan ( R2 )... 49

B. Pembahasan... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 52

B. Saran ………. 53

DAFTAR PUSTAKA ..……… 56 LAMPIRAN


(11)

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 27 Tabel 4.1 SKPD di Lingkungan Pemerintahan Propinsi

Sumatera Utara 32

Tabel 4.2 Analisis statistik deskriptif 34 Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel

Penyajian Neraca SKPD 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel

Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD 36 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Varibel Transparansi

dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD 37 Tabel 4.6 Hasil Uji Gejala Multikolinearitas 41 Tabel 4.7 Variabels Entered / Removed 43

Tabel 4.8 Regresi Linier Berganda 44

Tabel 4.9 Hasil Uji-F Hitung 46

Tabel 4.10 Hasil Uji-T Hitung 47


(12)

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3

Kerangka Konseptual Penelitian…..……….. Kerangka Konseptual Penelitian... Normal P-Plot of Regression Standarized Residual... Histogram... Scatterplot...

14 30 39 40 42


(13)

Nomor Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7 Lampiran 8

Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Judul Reliability X1

Reliability X2

Reliability Y

Descriptive Statistics, Correlations

Regressions, Variable Enter/Removed (b), Model Summary (b), ANOVA (b), Coefficients(a)

Residual Statistics (a), Coefficients (a), Coefficient Correlations (a)

Collinearity Diagnostics (a), Chart, Histogram

Normal P-Plot of Regression Standardized Residual, Scatterplot

Partial Regresion Plot X1, Partial Regresion Plot X2

NPar Test

Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi t Tabel Nilai-Nilai r Product Moment Tabel Nilai-Nilai Untuk Distribusi F Kuesioner Halaman 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengimplementasikan perundang-undangan bidang keuangan negara telah dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk peraturan pemerintah (PP), antara lain PP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP No. 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga, PP. No. 24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan lain-lain. Khusus berkenaan dengan pengelolaan Keuangan daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut PP No. 58 tahun 2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir telah direvisi dengan Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini khusus mengatur mangenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru, sesuai arah reformasi tata kelola keuangan negara/daerah. Perubahan yang sangat mendasar dalam peraturan ini adalah bergesernya fungsi ordonancering dari Badan/Bagian/Biro Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


(15)

dan SKPD sebagai accounting entity berkewajiban untuk membuat laporan keuangan SKPD serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.

Upaya reformasi penyajian pelaporan keuangan daerah nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah maupun di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. Perubahan pendekatan akuntansi pemerintah daerah dari single entry menuju double entry merupakan perubahan yang cukup revolusioner. Pada kenyataannya, berdasarkan survei ke sejumlah pemerintah daerah dan informasi dari sejumlah konsultan keuangan daerah, Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sebagai pengelola keuangan pemerintah daerah dan khususnya SKPD tidak serta merta dapat menyusun laporan keuangan baru tersebut, terutama neraca. Di sisi lain, publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lain nampaknya belum menjadi hal yang umum bagi sebagian daerah. Dalam Permendagri 59/2007 menambahkan satu ayat dalam pasal 116. Ayat (4a) pasal 116 berbunyi, Untuk memenuhi asas transparansi, kepala daerah wajib menginformasikan substansi APBD kepada masyarakat yang telah diundangkan dalam lembaran daerah. Apakah SKPD sebagai pengguna anggaran dalam APBD dan sebagai bagian dari sistem pengelolaan keuangan pemda mampu memenuhi tuntutan tersebut?.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul sehubungan dengan penyajian laporan keuangan daerah saat ini adalah pertama, belum semua pemerintah daerah


(16)

maupun SKPD-nya dapat menyusun komponen laporan keuangan secara lengkap. Seperti kita ketahui laporan keuangan pemerintah daerah disusun berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Perbendaharaan Daerah. Untuk itu SKPD sebagai salah satu pihak yang menyajikan laporan keuangan yang dijadikan sumber bagi penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah apakah telah dapat menyusun neraca sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan?.

Masalah kedua adalah aksesibilitas laporan keuangan SKPD tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara luas misalnya via internet atau media massa. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui atau mengaksesnya dengan mudah mengenai informasi (kinerja) keuangannya.

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan SKPD, pertanyaan yang muncul adalah apakah laporan keuangan selama ini disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai acuan dari pengelolaan keuangan daerah telah memberi kontribusi signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan?. Apakah SKPD telah menyajikan semua informasi keuangan relevan yang dibutuhkan oleh para pengguna?, dan apakah para pengguna sudah dapat mengakses laporan keuangan tersebut dengan mudah?. Dalam kaitannya dengan masalah ini, setidaknya terdapat dua tuntutan yang dihadapi oleh SKPD pada saat ini. Tuntutan pertama sejak tahun 2000, dengan keluarnya PP No 105 tahun 2000, pemerintah daerah dituntut untuk menyajikan neraca daerah yang sebelumnya tidak diwajibkan untuk dibuat. Dan PP No. 8 tahun 2006 yang selain


(17)

mensyaratkan SKPD sebagai bagian dari sistem pengelolaan keuangan daerah dituntut untuk menyampaikan informasi keuangan tersebut secara terbuka atau dapat diakses oleh masyarakat, misalnya dengan mengembangkan SIKDA (UU No. 3 tahun 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : “Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara”.

B. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada satu pemerintahan propinsi yaitu Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, dengan meneliti seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mencakup Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Sekretariat KPU, Badan, Dinas, dan Kantor.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan pada sub bab sebelumnya, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD di Propinsi Sumatera Utara ?


(18)

2. Bagaimana transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD di Propinsi Sumatera Utara ?

3. Apakah penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD di Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD di Propinsi Sumatera Utara.

3. Untuk melihat pengaruh penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi penulis penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan akan sistem pengelolaan keuangan daerah terutama berkaitan dengan pengelolaan keuangan serta penyajian laporan keuangan SKPD.


(19)

2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan pertimbangan dalam pengelolaan keuangan SKPD.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi SKPD

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, sekarang ini pada setiap daerah dibentuk Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah, dimana Perangkat Daerah ini juga disebut dengan unit-unit kerja.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah. Dalam permendagri No. 13 tahun 2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

SKPD adalah entitas (konsep) akuntansi unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi dan menyususn laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan unit kerja. Sedangkan laporan keuangan yang harus dibuat setiap unit kerja adalah


(21)

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

B. Definisi Neraca SKPD

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 1, alinea 43, (PP No. 24 tahun 2004) dinyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas; investasi jangka pendek; piutang pajak dan bukan pajak; investasi jangka panjang; aset tetap; kewajiban jangka pendek; kewajiban jangka panjang; dan ekuitas dana. Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah penting, sebab pemerintah khususnya SKPD umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas.

C. Definisi Aksesibilitas Laporan Keuangan

SKPD pada setiap pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampaikannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, paradigma baru tersebut berupa tuntutan


(22)

dilakukannya pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik.

Untuk itu, pemerintah daerah maupun SKPD yang mereka miliki dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan dan menyampaikan informasi keuangan tersebut secara transparan kepada publik. Selain itu laporan keuangan tersebut hendaknya mudah diperoleh masyarakat dengan biaya yang murah.

D. Definisi Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennet dalam Mulyana, 2006).

Transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktifitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Transparansi memungkinkan semua stakeholder dalam melihat struktur dan fungsi pemerintahan, tujuan dari kebijakan dan proyeksi fiskalnya serta laporan pertanggungjawaban periode lalu. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, artinya informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo, 2002).

Salah satu akuntabilitas yang ada di pemerintahan adalah akuntabilitas keuangan yang ada di pemerintahan daerah. Menurut Mardiasmo (2002:20), akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk


(23)

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut yakni DPR dan masyarakat luas. Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari : (1) akuntabiitas vertikal, dan (2) akuntabilitas horizontal.

Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi (Turner and Hulme, 1997). Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan kepada pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya


(24)

dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for

probity and legality),

b. Akuntabilitas proses (process accountability) c. Akuntabilitas program (program accountability) d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan penghundaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) oleh pejabat dalam penggunaan dan pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan kekayaan publik. Akuntabilitas hukum juga dapat diartikan bahwa kekayaan daerah harus memilik status hokum yang jelas, agar pihak tertentu tidak dapat menyalahgunakan atau mengklaim kekayaan daerah tersebut.

Akuntabilitas proses terkait dengan dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan daerah, termasuk didalamnya dilakukannya compulsory competitive tendering contract (CCTC) dan penghapusan mark-up. Untuk itu perlu kecukupan sistem informasi akuntansi,


(25)

system informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap DPRD dan masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan penggunaan dan pemanfaatankekayaan daerah.

E. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan SKPD

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam permendagri No. 13 tahun 2006 dijelaskan bahwa azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.


(26)

(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. (8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.


(27)

(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. (10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu

sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

F. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyajian Neraca SKPD

Aksesibilitas Laporan Keuangan

SKPD

Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan SKPD H1

H2


(28)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis pada penelitian ini adalah :

H1 : Penyajian neraca SKPD berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD

H2 : Aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD

H3 : Penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara simultan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan SKPD

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Tri Kadarmi tahun 2008 yang mengambil lokasi untuk pengambilan sampel di 3 kabupaten dan 1 kota yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah bahwa penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD baik secara simultan maupun parsial.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi) (Sugiyono, 2006 : 41). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membukt ikan hubungan penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD sebagai variabel independen terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang ada maka penelitian ini termasuk penelitian design cross sectional yaitu penelitian yang melibatkan perhitungan sampel untuk digeneralisir populasinya, melalui proses inferensial dimana variabel diteliti pada waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 55). Populasi penelitian adalah Kepala SKPD dan staf yang terlibat dalam proses pengelolaan keuangan daerah yaitu mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan.


(30)

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi

2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden

3. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1 minggu lagi.

Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan.

C. Jenis dan prosedur pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, adapun metode yang digunakan yaitu metode survei.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini dirancang untuk bersifat kuantitatif, oleh karena itu bentuk pertanyaan tertutup agar memudahkan pengukuran respon.


(31)

Skala pengukuran adalah 5 (lima) poin skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari varibel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pengamatan dan dipengaruhi oleh variabel independen serta menjadi konsekuensi dari variabel independen. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD. Definisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Penelitian Variabel

Dependen

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

Transparansi adalah kebebasan untuk mengakses aktifitas politik dan ekonomi pemerintah dan

keputusan-Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan

SKPD diukur berdasarkan persepsi

dari responden tentang


(32)

keputusannya. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan pengelolaan Keuangan SKPD.

Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju). Variabel Independen Penyajian Neraca SKPD Penyajian Neraca SKPD adalah penyajian laporan aset, utang, dan ekuitas dana dari SKPD

Penyajian Neraca SKPD diukur berdasarkan persepsi responden tentang penyajian Neraca SKPD.

Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju). Interval Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD adalah memberikan kemudahan dalam mencari informasi mengenai Laporan Keuangan SKPD. Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD diukur berdasarkan persepsi dari responden mengenai akses publik

terhadap laporan keuangan SKPD.

Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu


(33)

mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).

E. Pengujian Kualitas Data 1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mnegukur apa yang diukurnya (Ancok,1998:20). Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner (Hakim:1999 dalam Widyastuti:2000). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut

valid.

b. Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut

tidak valid.


(34)

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS untuk memperoleh hasil terarah.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally,1976:120).

F. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1) normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3) heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji kolmogorov-smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari:

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.


(35)

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Selain melihat signifikansi dari uji kolmogorov smirnov, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness.

Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan uji skewness. Berdasarkan uji ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika Zhitung lebih kecil dari Ztabel.

Nilai Z dari uji Skewness dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Zhitung =

n Skewness

/ 6

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien menjadi tidak dapat ditaksir.

b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar varibel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:


(36)

1) Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.

2) Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.

Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antara variabel bebas (independent variable). Jika nilai korelasi antara variabel bebas tersebut lebih besar dari 0.7 (Nunnally, 1967), maka dapat dikatakan bahwa terjadi gejala multikolinearitas. Di samping dengan melakukan uji korelasi tersebut, pengujian ini juga dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair, 2003), maka

dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian.

3. Uji Heterokedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.


(37)

G. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode statistik analisa regresi linear berganda yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh/hubungan variabel independen dan variabel dependen. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software SPSS. Formulasi yang digunakan adalah:

Y = a + b1X1+b2X2+e

Dimana:

Y = transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (variabel dependen)

a = konstanta b1, b2 = koefisien regresi

X1 = penyajian neraca SKPD (variabel independen)

X2 = aksesibilitas laporan keuangan SKPD (variabel independen)

E = error

Pengujian hipotesis 1 dan 2 akan dilakukan dengan pengujian signifikansi individual (uji t) dan pengujian hipotesis 3 akan dilakukan dengan pengujian signifikansi simultan (uji F).

1. Uji-F (uji serentak)

Uji-F (uji serentak) dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(38)

Ho : b1=b2=0, artinya secara bersama-sama (serentak) variabel

independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1≠b2≠0, artinya secara bersama-sama (serentak) variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kriteria:

Ho diterima, apabila Fhitung < Ftabel pada = 5 %

Ha diterima, apabila Fhitung > Ftabelpada = 5 %

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi berganda. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian (ANOVA). Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan Fhitung dengan

Ftabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA < 0,05, maka Ho ditolak

(berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel

ANOVA > 0,05, maka Ho diterima (tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan dengan

ketentuan yaitu apabila Fhitung > Ftabel ( = 0,05) maka Ho ditolak (berpengaruh),

sementara sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel ( = 0,05) maka Ho diterima (tidak

berpengaruh). Adapun Ftabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan ( )


(39)

2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh

terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :

Apabila Probabilitas < = 5 %, maka Ha diterima. Apabila Probabilitas > = 5 %, maka Ha ditolak.

3. Koefisien determinan (R2)

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Hal ini berarti bila R2=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(40)

H. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009, yang dilakukan di SKPD di lingkungan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara Jl. P. Diponegoro No. 30 Medan.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No. KEGIATAN

BULAN/2009

FEB MAR APR MEI JUN JUL

1. Proposal Penelitian Survei Awal

Penyusunan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal 2. Penelitian

Pengiriman Kuesioner Pengembangan

Kuesioner

Analisis Data Penelitian

Penyusunan Hasil Penelitian

3. Ujian Skripsi (meja Hijau)


(41)

52 BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Propinsi Sumatera Utara

Di awal kemerdekaan, Sumatera Utara termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera. Pada tanggal 15 April 1948, Sumatera Utara terbentuk dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Pada tahun 1956, Aceh berdiri sendiri sebagai Propinsi, dengan demikian wilayah Sumatera Utara hanya mencakup wilayah Sumatera Timur dan Tapanuli. Kondisi wilayah ini tetap sampai sekarang.

Dari awal terbentuk, Propinsi Sumatera Utara sudah mengalami beberapa pergantian gubernur. Mereka yang pernah menjadi gubernur antara lain:

1. A. Hakim (1950-1953) 2. Mr. S.M. Amin (1953-1956) 3. St. Kumala Pontas (1956-1960) 4. Raja Junjungan Lubis (1960-1963) 5. Eny Karim (1963-1963)

6. Ulung Sitepu (1963-1965) 7. P.R. Telaumbanua (1965-1967)

8. Brigjen Marah Halim Harahap (1967-1978) 9. Mayjen E.W.P. Tambunan (1978-1983)


(42)

10. Mayjen Kaharuddin Nasution (1983-1988) 11. Mayjen Raja Inal Siregar (1988-1998) 12. Mayjen Tengku Rizal Nurdin (1998-2005) 13. Rudolf Pardede (2005-2008)

14. Syamsul Arifin (2008-2013).

Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Pemerintah Propinsi (Pemprop) Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja


(43)

sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah Pembangunan. Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km 2 , sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000. TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

2. Letak Geografis

Propinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, yang pada tahun 2004 memiliki 18 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328 kecamatan, secara keseluruhan Propinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan. Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km2.


(44)

Di Propinsi Sumatera Utara terdapat beberapa Pemerintahan Kabupaten dan Kota, antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintahan Kota Medan 2. Pemerintahan Kota Binjai 3. Pemerintahan Kota P. Siantar 4. Pemerintahan Kota Tebing Tinggi 5. Pemerintahan Kota Sibolga 6. Pemerintahan Kota P. Sidempuan 7. Pemerintahan Kota Tanjung Balai 8. Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara 9. Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah 10. Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan 11. Pemerintahan Kabupaten Nias

12. Pemerintahan Kabupaten Langkat 13. Pemerintahan Kabupaten Karo

14. Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang 15. Pemerintahan Kabupaten Simalungun 16. Pemerintahan Kabupaten Asahan 17. Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu 18. Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Utara 19. Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 20. Pemerintahan Kabupaten Dairi


(45)

22. Pemerintahan Kabupaten Madina

23. Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai 24. Pemerintahan Kabupaten Samosir

25. Pemerintahan Kabupaten Humbahas 26. Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat 27. Pemerintahan Kabupaten Nias Selatan 28. Pemerintahan Kabupaten Batubara 29. Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas 30. Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas Utara

Struktur Organisasi Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara terdiri dari Sekretariat daerah dan DPRD, Badan, Dinas, kantor, dan UPTD. Jumlah unit kerja/ Instansi Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara adalah:

Tabel 4.1

SKPD di lingkungan Pempropsu

No.

Sekretariat/ Badan/ Dinas/ Kantor/

UPTD Unit Kerja/ Instansi 1. Sekretariat Daerah 1. Biro Otonomi Daerah

2. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan 3. Biro Pemerintahan Umum

4. Biro Pembangunan

5. Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial 6. Biro Perekonomian

7.

Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak, dan KB

8. Biro Umum

9. Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset 10. Biro Keuangan

11. Biro Hukum

2. Sekretariat DPRDSU


(46)

3. Sekretariat KPU

4. Badan 1. Badan Penelitian dan Pengembangan 2. Badan Lingkungan Hidup

3. Inspektorat

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5. Badan Pendidikan dan Pelatihan

6. Badan Penanaman Modal dan Promosi

7.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa

8.

Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi

9. Badan Ketahanan Pangan 10. Badan Kepegawaian Daerah

11.

Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

5. Dinas 1. Dinas Pendidikan

2. Dinas Kelautan dan Perikanan 3. Dinas Kesehatan

4. Dinas Pemuda dan Olahraga

5. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 6. Dinas Kesejahteraan dan Sosial

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 9. Dinas Kehutanan

10. Dinas Perhubungan

11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 12. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 13. Dinas Pendapatan

14. Dinas Pertanian 15. Dinas Perkebunan

16. Dinas Pertambangan dan Energi 17. Dinas Bina Marga

18. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 19. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 20. Dinas Komunikasi dan Informatika

6. Kantor 1. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 2. Kantor Pengolahan Data Elektronik 3. Kantor Penghubung

7. UPTD 1. Rumah Sakit Umum Jiwa


(47)

3. Analisis Statistik Deskriptif

TABEL 4.2

Descriptive Statistics

30 21.5000 1.61352

30 13.3000 1.39333

30 12.8333 1.31525

30 PN

ALK TA

Valid N (listwise)

N Mean Std. Deviation

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (pembukuan, inventarisasi, pelaporan, dan pengamanan aset daerah), peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif yang tersaji pada tabel 4.2 diatas. Dari tabel tersebut, berdasarkan jawaban dari 30 responden maka hasil pengukuran variabel transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y) diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 12,8333 dengan standar deviasi 1,31525.

Hasil pengukuran variabel penyajian neraca SKPD (X1) pada tabel

terlihat, dari 30 responden diperoleh skor jawaban responden mempunyai rata-rata 21,5000 dengan standar deviasi 1,61352. Hasil pengukuran variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) diperoleh skor jawaban

rata-rata (mean) 13,3000 dengan standar deviasi 1,39333.

4. Hasil Uji Kualitas Data

Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas (Huck dan Cornier, 1996:108). Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan


(48)

akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas dan validitas yaitu uji reliabilitas dengan melihat koefisien (Cronbach) Alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing instrument penelitian jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 dianggap reliable. Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor butir dengan skor faktor harus berkorelasi positif, kemudian membandingkan r tabel dengan r hasil dari tiap butir pertanyaan. Secara rinci hasil uji reliabilitas dan hasil validitas disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Penyajian Neraca SKPD (X1)

Pertanyaan Corrected item total correlation (r hitung )

r table VALIDITAS

1 0,388 0,361 Valid

2 0,412 0,361 Valid

3 0,579 0,361 Valid

4 0,460 0,361 Valid

5 0,646 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor item dengan total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk menguji validitas, butir pernyataan terebut harus dibandingkan dengan rtabel pada = 0,05 dengan derajat kebebasan. Pada


(49)

Berdasarkan gambar pada tabel 4.3 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan valid karena rhitung > rtabel pada taraf

signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil ini maka variabel penyajian neraca SKPD dengan pertanyaan 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat disimpulkan dinyatakan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,734. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner sudah memiliki reliabilitas yang tinggi.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2)

Pertanyaan Corrected item total correlation (r hitung )

r table VALIDITAS

1 0,578 0,361 Valid

2 0,569 0,361 Valid

3 0,616 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.4 diatas, setiap item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel. Berdasarkan hasil ini maka item variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,753. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner sudah memiliki reliabilitas yang tinggi.


(50)

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item pertanyaan variabel transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y) Pertanyaan Corrected item total

correlation (r hitung )

R table VALIDITAS

1 0,599 0,361 Valid

2 0,551 0,361 Valid

3 0,733 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel 4.5 diatas, setiap item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel. Berdasarkan hasil ini maka item variable transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka cronbach

alpha lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,785. Berdasarkan hasil ini juga

dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner sudah memiliki reliabilitas yang tinggi.

5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian Statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik (Damodar,1995:122). Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:


(51)

d. Uji Normalitas

Menurut cetral limit theorem, asumsi normalitas akan terpenuhi apabila jumlah sample yang digunakan lebih dari satu atau sama dengan 25 (Mendenhall dan Beaver,1992:164). Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafiknya histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

Pada hasil pengolahan data menampilkan grafik normal plot yang ada menunjukkan titik menyebar sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis diagonal, demikian juga dengan grafik histogram memberikan pola distribusi normal .Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksikan keberhasilan pengamanan aset daerah berdasarkan masukan variabel independennya (penyajian neraca dan aksesibilitas laporan keuangan).


(52)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Transparansi dan Akuntabilitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).


(53)

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

6

4

2

0

Histogram Dependent Variable: Transparansi dan Akuntabilitas

Mean =7.42E-16฀ Std. Dev. =0.965฀

N =30

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Selain itu, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One

sample kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh

nilai asymptotic significance (2-tailed) adalah 0,704, dan diatas nilai signifikansi (0,05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. e. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation

Floor) dan nilai Tolerance. Jika nilai VIF dibawah 5, maka dapat dikatakan


(54)

nilai Tolerance di atas 0,1 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinieritas disajikan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Uji Gejala Multikolinieritas

No. Variabel Tolerance VIF

1 Penyajian Neraca 0,275 3,632

2 Aksesibilitas Laporan Keuangan 0,275 3,632 Dependen Variabel : Y = Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6 diatas, karena nilai VIF untuk semua variable memiliki nilai lebih kecil daripada 5 dan nilai

Tolerante lebih besar dari 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala

multikolinieritas antar variable independen. f. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas, dan jika (2) jika tidak ada pola yang jelas titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dari grafik Scatterplot


(55)

penelitian ini terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD berdasarkan masukan variable independennya (Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD).

Regression Studentized Residual

2 1 0 -1 -2 -3 R egressi on S tandardi z ed P redi ct ed V a lu e 2 1 0 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Transparansi dan Akuntabilitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

6. Hasil Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi liner berganda dilakukan dengan menggunakan metode enter, karena dengan metode enter seluruh variabel akan dimasukkan kedalam analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh


(56)

variabel independen terhadap variabel dependen. Data akan diolah dengan menggunakan metode enter pada input alat bantu program statistik dan dihasilkan output sebagai berikut yang dapat dilihat pada table 4.7.

Tabel 4.7

Variables Entered/Removedb

Aksesibilit as Laporan Keuangan, Penyajian Neracaa

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Transparans i dan Akuntabilitas b.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 4.7 variables Entered Removedb menunjukkan analisis statistik deskriptif yaitu sebagai berikut :

a. Variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu Penyajian Neraca SKPD (X1) dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2).

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (removed). c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu


(57)

Tabel 4.8

Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

-1.081 1.390 -.778 .443

.321 .119 .394 2.698 .012 .275 3.632

.527 .138 .558 3.826 .001 .275 3.632

(Constant) Penyajian Neraca Aksesibilitas Laporan Keuangan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Transparans i dan Akuntabilitas a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada kolom

Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi

linear berganda sebagai berikut :

Y = -1,081 + 0,321X1 + 0,527X2 + e

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Konstanta (a) = -1,081, menunjukkan harga konstan, dimana jika tidak ada variabel penyajian neraca oleh SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD yang mempengaruhi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD, maka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y) hanya sebesar -1,081. b. Koefisien regresi variabel penyajian neraca oleh SKPD

(X1) = 0,321, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu

satuan variabel penyajian neraca oleh SKPD (X1) akan

mendorong peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebesar 0,321 satuan dengan


(58)

anggapan variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) adalah tetap/konstan.

c. Koefisien regresi variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) = 0,527, menunjukkan bahwa setiap kenaikan

satu satuan variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) akan mendorong peningkatan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebesar 0,527 satuan dengan anggapan variabel penyajian neraca SKPD (X1) adalah tetap/konstan.

d. Standar error (e ) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

7. Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel Penyajian Neraca SKPD (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2), secara

bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD (Y).

Nilai F hitung diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistik seperti terlihat pada tabel 4.9.


(59)

Tabel 4.9 Hasil Uji F Hitung

ANOV Ab

42.219 2 21.109 71.711 .000a

7.948 27 .294

50.167 29

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Aks esibilitas Laporan Keuangan, Penyajian Neraca a.

Dependent Variable: Transparansi dan A kunt abilitas b.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dalam pengujian menunjukkan hasil F hitung sebesar 71,711 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Keuangan SKPD.

b. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel penyajian neraca SKPD (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2),

secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y).

Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistik seperti terlihat pada tabel 4.10.


(60)

Tabel 4.10 Hasil Uji T-Hitung

Coefficientsa

-1.081 1.390 -.778 .443

.321 .119 .394 2.698 .012

.527 .138 .558 3.826 .001

(Constant) Penyajian Neraca Aksesibilitas Laporan Keuangan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Transparans i dan Akuntabilitas a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

1) Variabel Penyajian Neraca SKPD (X1)

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa variabel penyajian neraca SKPD memiliki t hitung sebesar 2,698 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,012 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti penyajian neraca SKPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan penyajian neraca SKPD berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD terbukti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyajikan neraca SKPD maka akan berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Dari tabel diketahui bahwa model regresi linear tersebut dapat dianalisis berdasarkan koefisien-koefisiennya. Model persamaan regresi linear berganda berdasarkan tabel di atas adalah :


(61)

Dari fungsi regresi tersebut, diketahui bahwa penyajian neraca SKPD sangat berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

2) Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2)

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD memiliki t hitung sebesar 3,826 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD terbukti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangan SKPD bagi para pengguna akan mewujudkan terciptanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang lebih baik.

Dari tabel diketahui bahwa model regresi linear tersebut dapat dianalisis berdasarkan koefisien-koefisiennya. Model persamaan regresi linear berganda berdasarkan tabel di atas adalah :

Y = -1,081 + 0,527 (X2)

Dari fungsi regresi tersebut, diketahui bahwa aksesibilitas laporan keuangan SKPD sangat berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.


(62)

Berdasarkan hasil tabel di atas, diperoleh nilai standrdized coefficent tertinggi senilai 0,558 , yang merupakan nilai dari variabel bebas aksesibilitas laporan keuangan SKPD. Dapat disimpulkan bahwa variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD mempunyai pengaruh dominan ataupun kuat terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

c. Koefisien Determinan (R2)

Determinan (R²) atau R – Square digunakan untuk melihat berapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain koefisien determinan digunakan untuk mengukur kemampuan variabel penyajian neraca SKPD (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan

SKPD (X2), dapat menjelaskan variabel transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan SKPD (Y).

Tabel 4.11

Model Summ aryb

.917a .842 .830 .54256

Model 1

R R Square

Adjust ed R Square

St d. E rror of the Es timate

Predic tors: (Constant), Aks esibilitas Laporan Keuangan, Penyajian Neraca

a.

Dependent Variable: Transparansi dan A kuntabilitas b.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statisik, 2009 (data diolah)

Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,917 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara variabel penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD dengan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebesar


(63)

91,7%. Artinya memiliki hubungan yang sangat erat. Karena semakin besar nilai R, maka hubungan akan semakin erat. Sedangkan nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,842 yang berarti bahwa variabel dependen (transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD) mampu dijelaskan oleh variabel independen (penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD) sebesar 84,2% dan selebihnya 15,8% (100% - 84,2% = 15,8%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini.

B. Pembahasan

Dari hasil persamaan regresi linear berganda dapat dilihat bahwa variabel Penyajian Neraca SKPD memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD. Pengaruh variabel Penyajian Neraca SKPD ini dikatakan kuat karena nilai sig. variabel Penyajian Neraca SKPD adalah 0.012. Berpengaruh positif dan signifikan karena nilai sig. Lebih kecil dari 0.05. Sedangkan untuk Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD. Dikatakan berpengaruh positif dan signifikan karena nilai sig. Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD adalah 0.001 dan lebih kecil dari 0.05. Dan dari hasil ini dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD maka akan meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas


(64)

Pengelolaan Keuangan SKPD. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan merupakan salah satu syarat terwujudnya tata pemerintahan yang lebih baik (good governance). Salah satu media akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah yang dapat digunakan adalah laporan keuangan pemerintah daerah. Oleh sebab itu cukuplah beralasan apabila pemerintah pusat mewajibkan setiap pemerintah daerah serta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di dalamnya untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang diterima umum. Salah satu laporan keuangan yang wajib dibuat dan dianggap sangat penting adalah neraca, sebab pemerintah daerah maupun Satuan Perangkat Daerah yang ada di dalamnya pada umumnya mempunyai aset dan utang yang cukup signifikan dan pengungkapan atas informasi ini merupakan elemen penting dari transparansi dan akuntabilitas fiskal.

Selain menyajikan laporan keuangan khususnya neraca hal lain yang dipandang perlu dilakukan adalah memberikan kemudahan akses laporan keuangan yang dibuat bagi pengguana laporan keuangan. Alasannya adalah apalah artinya menyajikan neraca tapi tidak memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangannya, maka usaha untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan tidak bisa berjalan maksimal. Jadi laporan keuangan yang selama ini disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai acuan atau sumber dari pengelolaan keuangan daerah bisa dikatakan memberi kontribusi signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan.


(65)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai Pengaruh penyajian neraca SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebagai berikut :

1. Hasil analisa data dengan menggunakan metode analis regresi linier berganda menunjukan bahwa Penyajian Neraca SKPD (X1)

dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2), secara

bersama-sama atau serentak berpengaruh signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

2. Secara parsial variabel Penyajian Neraca SKPD (X1) dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2) mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, dan dapat dikatakan bahwa variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD memiliki pengaruh yang kuat.

3. Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,917 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara


(66)

Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD dengan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD memiliki hubungan yang sangat erat sebesar 91,7%. Sedangkan nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,842 yang berarti bahwa variabel dependen (Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD) mampu dijelaskan oleh variabel independen (Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD) sebesar 84,2% dan selebihnya 15,8% (100% - 84,2% = 15,8%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

B. Saran

Laporan keuangan yang selama ini disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai acuan atau sumber dari pengelolaan keuangan daerah dapat dikatakan memberi kontribusi signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan. Mengingat begitu signifikannya pengaruh yang diberikan maka sudah seharusnya kalau SKPD harus berusaha untuk menyajikan laporan keuangan yang lengkap dan relevan termasuk neraca dan memberikan kemudahan akses bagi pengguna. Bekaitan dengan hal ini maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Daerah khususnya Pempropsu dan SKPD di lingkungannya adalah bahwa:


(67)

1. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD khususnya dan pemerintah daerah pada umumnya adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan secara lengkap (termasuk neraca) dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang berlaku.

2. Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Untuk mendukung akuntabilitas yang efektif tersebut, pemerintah dapat mempublikasikan laporan keuangannya melalui media, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet; dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhdap masyarakat.

3. Penyajian laporan keuangan secara lengkap dan yang mudah diakses oleh semua pemakai laporan keuangan, memungkinkan dapat berjalannya fungsi control baik control terhadap pertanggungjawaban penggunaan aset daerah berupa laporan keuangan maupun control terhadap kebijakan-kebijakan keuangan yang diambil oleh pemerintah, baik control yang dilakukan oleh wakil pengawas, masyarakat, dan investor.


(68)

4. Dengan adanya tuntutan dari pemerintah pusat yang mengharuskan SKPD maupun pemerintah daerah agar membuat laporan keuangan, setidaknya pemerintah daerah berusaha untuk menyiapkan SDM yang mampu membuat laporan keuangan, yaitu melalui perekrutan karyawan yang memiliki latar belakang di bidang akuntansi dan keuangan maupun melalui pelatihan-pelatihan.

5. Bagi karyawan SKPD sebagi bagian dari entitas pembuat laporan maupun sebagai pengguna laporan dituntut untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, serta kepedulian terhadap laporan keuangan terutama di masa otonomi daerah sekarang ini agar bisa menilai kinerja, prestasi dan prospek unit kerja tempat mereka bekerja


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 1998. Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Bastian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik,edisi 2,Salemba Empat,Jakarta.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis, USU Press, Medan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi,

2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Forum Diskusi Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi

pemerintahan Telaah Kritis-PP No. 24 Tahun 2005. BPFE,

Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Mardiasmo, 2006. “Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance”.

Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 2 No.1, hal 1-17.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi sektor publik, Penerbit Andi,Yogyakarta. Mardiasmo, 2002.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, andi Offset,

Yogyakarta

Nordiawan, Deddi, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.


(70)

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Santoso, Singgih, 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS

14, terbitan pertama, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doly M. Ja’far Dalimunthe, Iskandar Muda, Muslich Lutfi, Syahyunan, 2008. Analisis Data Penelitian, terbitan pertama, USU Press, Medan.

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, cetakan kesembilan, Alfa Beta, Bandung.


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 30 .0000000 .52351392 .129 .129 -.116 .705 .704 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR PERTANYAAN

I. Identitas Responden

Nama :

(boleh tidak diisi)

Jabatan :

(boleh tidak diisi)

Lama menjabat :

II. Pertanyaan Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara disilang (X). Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban adalah sebagai berikut :

Skor 1 Sangat tidak Setuju (STS)

Skor 2 Tidak Setuju (TS)

Skor 3 Netral (N)

Skor 4 Setuju (S)


(6)

STS TS N S SS

I. Penyajian Neraca

1. Neraca disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan 2. Neraca menggunakan dasar akrual 3. Jurnal korolari diperlukan untuk

menjembatani dari laporan realisasi anggaran yang menggunkana kas basis ke Nerca yang menggunakan dasar akrual

4. Dalam neraca aset disajikan sebesar nilai perolehan.

5. Laporan keuangan disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan Pemerintah daerah

. STS TS N S SS

II. Aksesibilitas Laporan Keuangan

1. Laporan keuangan dipublikasikan

secara terbuka melalui media massa

2. Memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang laporan keuangan

3. Masyarakat dapat mengakses laporan keuangan daerah melalui internet

STS TS N S SS

III. Transparansi dan Akuntabilitas

1. Pengelolaan keuangan diselenggarakan berdasarkan

sistem pengendalian intern yang memadai

2. Laporan keuangan disampaikan oleh Kepala Daerah kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan

3. Laporan Keuangan SKPD di review oleh inspektorat sebelum diserahkan kepada BPK


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

12 138 95

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Skpd Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

14 72 105

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 8 1

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

1 18 105

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 1 2

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 0 13

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 0 2

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 2 8

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAN PENYAJIAN NERACA TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ( Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Kudus )

0 0 12