Analisis Fosfor .1 Analisis Kualitatif Fosfor

homogen di dalam lumpang. Diperoleh bubuk cacing tanah kering Megascolex sp. dan F ridericia sp. 3.5.4 Pr osedur Destr uksi B asah Sampel yang telah dihaluskan masing - masing ditimbang seksama sebanyak 5 g dalam kurs porselen, ditambahkan 5 ml asam nitrat 65 bv, didiamkan selama 24 jam. Kemudian dipanaskan di atas hotplate, ditambahkan asam nitrat 65 bv secara perlahan-lahan sebanyak 15 ml, waktu pemanasan 6 jam dengan suhu 100°C hingga larutan berubah menjadi kuning jernih. Lalu didinginkan selama 1 jam Friel dan Nguyen, 1986. 3.5.5 Pembuatan L ar utan Sampel Larutan hasil dekstruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan kurs porselen dibilas dengan akuabides sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dengan membuang 2 ml larutan pertama hasil penyaringan dan selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif. 3.6 Analisis Fosfor 3.6.1 Analisis Kualitatif Fosfor Analisis Kualitatif fosfor dapat dilakukan dengan pereaksi ammonium molibdat dan barium klorida. Analisis kualitatif dilakukan pada larutan sampel. 1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sampel, ditambahkan pereaksi ammonium molibdat 4 bv ± 2 ml, dikocok lalu didiamkan, maka akan terbentuk endapan kuning. Universitas Sumatera Utara 2. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sampel, ditambahkan pereaksi barium klorida 5 bv ± 1 ml, dikocok lalu didiamkan, maka akan terbentuk endapan putih yang larut dalam asam encer. 3.6.2 A nalisis K uantitatif F osfor 3.6.2.1 Pembuatan L ar utan I nduk B aku K H 2 PO 4 L I B I Ditimbang 0,2195 g KH 2 PO 4 yang telah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105ºC, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, ditambahkan 25 ml larutan HNO 3 5 N, dikocok hingga larut, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada Larutan Induk Baku LIB I adalah 100 µgml Sitompul, 2009. Perhitungan konsentrasi Larutan Induk Baku dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 44. 3.6.2.2 Pembuatan K ur va Ser apan L ar utan K H 2 PO 4 Dari LIB I dipipet 3 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml kemudian dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5 ml akuabides, dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor lalu dikocok konsentrasi 0,8571 µgml. Diukur serapan pada rentang λ 400-800 nm. 3.6.2.3 Penentuan W aktu K er ja Dari LIB I dipipet 3 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis. Dipipet 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, Universitas Sumatera Utara dikocok, dan didiamkan konsentrasi 0,8571 µgml. Kemudian diukur serapan pada λ maksimum 705 nm mulai menit ke-1 hingga menit ke-60 dengan interval waktu 1 menit. 3.6.2.4 Pembuatan K ur va K alibr asi L ar utan B aku F osfor Dari LIB I tersebut dipipet 1; 2; 3; 4; dan 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok dan didiamkan selama 20 menit. Didapat kosentrasi larutan 0,2857; 0,5714; 0,8571; 1,1429; dan 1,4286 μgml. Diukur serapan pada λ maksimum 705 nm pada menit ke-20 dengan spektrofotometer sinar tampak. 3.6.2.5 Penetapan K adar F osfor Dalam Sampel 3.6.2.5.1 Penetapan K adar F osfor pada C acing T anah Megascolex sp. Dipipet 10 ml larutan sampel, dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dari labu tersebut dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu 25 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1 ml larutan tersebut, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 ml larutan pengembang warna fosfor dan 1 ml akuabides. Didiamkan selama 20 menit. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 705 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah diperoleh. 3.6.2.5.2 Penetapan K adar F osfor pada C acing T anah F ridericia sp. Universitas Sumatera Utara Dipipet 1 ml larutan sampel, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor. Didiamkan selama 20 menit. Diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 705 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah diperoleh. Nilai serapan yang diperoleh harus berada dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku, Dengan demikian konsentrasi fosfor dapat dihitung berdasarkan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Menurut Walpole 1982, kadar fosfor dapat dihitung dengan rumus: Kadar = C × V × V P W Keterangan: C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran μgml V = Volume labu tentukur ml F P = Faktor pengenceran W = Berat sampel g 3.7 A nalisis Data Secar a Statistik 3.7.1 Penolakan H asil Pengamatan Kadar fosfor yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan uji distribusi dengan rumus: t hitung = � x − x� SD √6 � Data ditolak apabila t hitung lebih besar dari t tabel, dan sebaliknya. Untuk mencari standar deviasi SD digunakan rumus: Universitas Sumatera Utara SD = �∑ x − x� 2 n − 1 Keterangan: x = Kadar sampel x � = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, ɑ = 1, dk = n-1, dapat digunakan rumus: μ = x� ± t α2,dk × SD √n Keterangan: x : Kadar rata-rata sampel SD : Standard deviasi dk : Derajat kebebasan dk = n-1 α : Tingkat kepercayaan n : Jumlah pengulangan 3.7.2 Pengujian B eda Nilai R ata-R ata A ntar Sampel Menurut Sudjana 2005, sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variasi σ tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variasi kedua populasi sama σ = σ 1 atau berbeda σ ≠ σ 1 dengan menggunakan rumus: F o = S 1 2 S 2 2 Keterangan: F : Beda nilai rata-rata S 1 : Standard deviasi terbesar S 2 : Standard deviasi terkecil Universitas Sumatera Utara Menurut Walpole 1982, apabila dari hasil perhitungan diperoleh F tidak melewati nilai kritis F, maka perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan uji distribusi t dengan rumus: S p = � n 1 − 1S 1 2 + n 2 − 1S 2 2 n 1 +n 2 − 2 t o = X � 1 − X� 2 S � 1 n 1 + 1 n 2 Keterangan: x � 1 : Kadar rata-rata sampel 1 x � 2 : Kadar rata-rata sampel 2 Sp : Simpangan baku S 1 : Standard deviasi sampel 1 S 2 : Standard deviasi sampel 2 Jika F melewati niai kritis F, maka perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan uji distribusi t dengan rumus t o = X � 1 − X� 2 S � 1 n 1 + 1 n 2 Keterangan: x � 1 : Kadar rata-rata sampel 1 x � 2 : Kadar rata-rata sampel 2 Sp : Simpangan baku S 1 : Standard deviasi sampel 1 S 2 : Standard deviasi sampel 2 Kedua sampel dikatakan berbeda apabila t yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya Sudjana, 2005. 3.8 V alidasi M etode 3.8.1 Uji Per olehan K embali R ecovery Universitas Sumatera Utara Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan baku standard addition method. Dalam metode ini, kadar fosfor dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar fosfor dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Ermer dan Miller, 2005. Cacing tanah yang telah dikeringkan ditimbang seksama sebanyak 5 gram, ditambahkan 10 ml larutan baku fosfor 100 µgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya diukur absorbansinya sebagaimana perlakuan terhadap sampel. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali uji recovery dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: �������� = � � − � � � � ∗ × 100 Keterangan: C F = Kadar larutan sampel setelah penambahan baku C A = Kadar rata-rata sampel C A = Kadar larutan standard yang ditambahkan 3.8.2 Simpangan B aku R elatif Keseksamaan atau presisi diukur sebagai baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual kestika suatu metode dilakukan secara berulang yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya kesekasamaan metode yang dilakukan Harmita,2004. Simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini. RSD = SD X � × 100 Universitas Sumatera Utara Keterangan: x � = Kadar rata-rata sampel SD = Standard deviasi RSD = Relative Standard Deviasi 3.8.3 Penentuan B atas Deteksi L imit of Detection dan B atas K uantitasi L imit of Quantitation Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit salam sampel yang yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: SYX = � Y − Y i 2 n − 2 LOD = 3 × SYX Slope LOQ = 10 × SYX Slope Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN