Singkatan Lain-lain - Latar Belakang Masalah

xi Ditulis ditulis Zawi al-Furu d A hl al-Sunnah

D. Singkatan

Swt = Subh}a nahu wa ta’a la H = Hijriyah As = ‘A laih al-Sala m ra = Rad}iya A lla h ‘anhu M = Masehi W = W afat Qs. = al-Qur’an: surat hal. = halaman Saw = S}alla A lla h ‘alaih wa sallam

E. Lain-lain -

Transliterasi syaddah - dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasi ta’ marbu t}ah adalah “h” - Untuk terjemahan ayat al-Qur’an, penulis mengutip Mushaf al-Qur’an Terjemah Departemen Agama RI. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat karya-karya yang berisikan tentang khasiat pengobatan Nabi Muhammad saw. Banyak terdapat kasus-kasus yang ditemukan oleh penulis dalam beberapa karya pengobatan Nabi saw di antaranya : Nabi saw pernah sarapan pagi dengan kurma, dan hal ini dijelaskan dengan Ibn Qayyim al-Jauziyah tentang khasiat kurma yang dapat memperkuat perut yang dingin dan menyegarkan badan bahkan buah kurma dapat menguatkan ginjal dan menghaluskan pencernaan. 1 Contoh lain yang didapatkan penulis ialah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah berasal dari Abi Hurairah Sesungguhnya Nabi saw bersabda barangsiapa yang memakan madu 3 hari dalam setiap bulan tidak akan tertimpa bala yang besar. Maksud hadis ini ialah penyakit. Hal ini dikuatkan oleh hadis Ibnu Majah dan al-Hakim berasal dari Ibnu Mas’ud Sesungguhnya Nabi saw bersabda madu adalah penyembuh penyakit dan al-Qur’an adalah penyembuh penyakit hati. 2 Kasus lain ialah tentang anggur yang diriwayatkan dari Abu Ubaidah Suatu hari ada seorang sahabat yang diare dan muntah-muntah setelah itu Abu 1 Mahir Hasan Mahmud Muhammad, Mukjizat Kedokteran Nabi Berobat Dengan Rempah dan Buah-buahan. Penerjemah Hamzah Hasan Jakarta:Qultummedia, 2007, h. 105. 2 Ahmad Lathif dan Md. Firdaus, Madu Lebah Penawar Penyakit Zahir dan Batin Kuala Lumpur: Darul Nu’man, 1996, h. 16. 2 Ubaidah menyuruh untuk memakan buah huruf yang berarti anggur mentah. Anggur ini mempunyai rasa seperti mint yang dapat menghilangkan rasa mual. 3 Contoh-contoh kasus pengobatan Nabi yang disebutkan penulis di atas merupakan sebagian besar pengobatan Nabi yang akan diteliti oleh penulis. Dalam hal ini penulis tidak akan membahas yang berkaitan dengan biologi dan kimia. Akan tetapi penyelidikan yang dilakukan penulis berdasarkan perawi- perawi yang terdapat dalam hadis tersebut. Walaupun ilmu kedokteran Nabi saw telah dipraktekan pada masa sahabat, akan tetapi belum menjadi sebuah disiplin. Hal ini bisa dilihat dari berbagai cara Nabi saw menjelaskan pengobatan Nabi sebagai berikut. Suatu hari terdapat sahabat Nabi saw yang sakit mata dan dia mengadu kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah saw menyuruh memandangi al-Qur’an dengan terus menerus sehingga orang itu sembuh. 4 Walaupun Nabi tidak menggunakan obat akan tetapi prakteknya sudah diaplikasi kepada sahabat dengan keyakinannya. Contoh lain yang ditemukan penulis ialah Nabi saw sering memandang jeruk sitrun dan mengatakan “Bahwa buah sitrun seperti seorang mu’min sejati rasanya manis dan baunya harum” khasiat buah ini dapat menghilangkan diare serta menghilangkan rasa lapar. Dan hal ini dipraktekan oleh Aisyah kepada saudaranya. 5 3 Jalaluddin Abdurrahman As-suyuthi, Pengobatan Cara Nabi Saw. Penerjemah Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad London:Ta-Ha Publishers, 1994, h. 76. 4 Abdul Musith, Cara Nabi Mencegah Penyakit Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007, h. 15. 5 Al-Suyuthi, Pengobatan Cara Nabi Saw, h. 51. 3 Sejarah ilmu kedokteran itu sendiri telah dibentuk oleh Ibnu Sina itu sendiri. Karyanya yang terkenal ialah al-Qanu n Fit al-T{i b Canon Of Medicine, Ibn Sina menjelaskan tentang mengalirnya darah secara terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tak pernah berhenti. Karya ini juga digunakan sebagai buku teks kedokteran di berbagai universitas Perancis misalnya di sekolah tinggi kedokteran Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya sebagai bahan rujukan pada abad ke-17M. 6 Sedangkan pada masa Nabi saw telah mengajarkan nilai-nilai kedokteran yang berasaskan pada al-Qur’an dan sunnah, di antaranya: Cara bersuci, cara berwudhu dengan membasuh anggota badan, sunnah berkhitan bagi laki-laki, perintah memotong kuku, mandi setelah bersetubuh, bersiwak, penyebutan madu dan kurma sebagai alternatif obat. 7 Pada dasarnya ilmu kedokteran itu terjadi sebelum datangnya Islam hal ini bisa dilihat di Negara Sumeria, Babilonia, Mesir, Persia, Hindustan, Suria, Romawi dan Cina. Misalnya di Negara Sumeria terdapat dua cara pengobatan. Pertama, pengobatan alami melalui cara dukun biasanya menggunakan jin, dan kedua menggunakan ramuan herbal. 8 Sedangkan di Mesir telah ditemukan lembaga-lembaga kedokteran di kota Thebe dan Memphis dan peran kedokteran di Kota mesir sangat berperan hingga 2500 tahun. Hal yang paling terkenal dalam metode pengobatan mereka ialah metode bedah besar. Adapun Romawi dan Yunani mempunyai dokter atau 6 Nin Studio, Ibnu S ina A vicenna Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 99. 7 Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam Sejarah dan Perkembangannya. Penerjemah Tim Dokter Idavi Bandung: Penerbit Dzikra, 2007, h. 41-42. 8 Yamani, Kedokteran Islam S ejarah Perkembangannya, h. 11. 4 tabib-tabib yang terkenal di antaranya Hipokratus dengan metode herbal dan mineral. Galen ahli dalam bidang farmasi, Dioskurides dan Aribasius. 9 Jika dilihat dari sejarahnya sesungguhnya kedokteran sebelum Nabi telah ada, dengan datangnya Islam akan menambah khazanah serta mengembangkan ilmu kedoteran itu sendiri. Hadis-hadis yang berhubungan dengan madu, manna, dan kurma pada bagian awal pendahuluan menunjukkan betapa Islam sangat komprehensif dalam menjelaskan persoalan, misalnya madu. Dalam khasiat madu dapat mengobati penyakit gula, hal ini diutarakan oleh Dr Vatif dari Sofia College yang mengatakan bahwa dia telah menemukan 36 anak yang menderita penyakit gula dan mencapai hasil yang baik setelah diberikan satu sendok madu. 10 Hal inilah yang akan dikaji penulis, karena beberapa hadis-hadis Nabi saw belum dilakukan penelitian. Khasiat ini merupakan salah satu dampak kemukjizatan Nabi. Alasan penulis mengatakan ini kemukjizatan Nabi karena Nabi saw tidak melakukan penelitian tentang madu, akan tetapi khasiatnya baru terungkap akhir-akhir ini. Meskipun demikian tidak sedikit orang yang meragukan hadis sebagai sumber pedoman khususnya para orientalis di antara tokoh-tokohnya yaitu Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, dan Juynboll. Misalnya Goldziher yang kurang mempercayai hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas beliau mengatakan bahwa mana mungkin Ibnu Abbas bisa menerima 9 Yamani, Kedokteran Islam S ejarah Perkembangannya, h. 12-32. 10 Abdul Mun’im Qandil, Pengobatan di Dalam al-Qur’an. Penerjemah Mudzakir AS Bandung : Pustaka, 1998, h. 79. 5 hadis Nabi sedangkan Nabi wafat ketika Ibnu Abbas berusia 10-13 tahun. Bahkan pujian-pujian terhadap Ibnu Abbas terlalu berlebihan sampai-sampai diberi gelar Tarjuma n al-Qur’an, dan juga terdapat pula hadis-hadis Ibnu Abbas yang bersumber dari orang yahudi seperti Kaab al-Ahbar dan Abdullah bin Salam. 11 Sedangkan Joseph Schacht mengatakan bahwa sistem isnad yang digunakan memang valid akan tetapi setelah ditelusuri sampai ke Sahabat dan hasilnya palsu. Adapun alasannya isnad-isnad yang diletakkan sembarangan sebagai doktrin sumber-sumber klasik sehingga beliau berkesimpulan bahwa periwayatan hadis itu terjadi pada masa periwayatan pasca Sahabat. 12 Berbeda halnya dengan Juynboll dia mengatakan bahwa hadis belum terbukti kesejarahannya sehingga dia menggunakan teori common link sebagai bukti bahwa sebagian hadis tidak selalu bersumber dari Nabi. Hal ini dibuktikan dengan temuan Juynboll dalam hadis al-kutub al-sitta h yaitu hadis yang merendahkan martabat perempuan yaitu : 13 4706 11 Ignaz Goldziher, Mazhab T afsir Dari Klasik Hingga Modern. Penerjemah M. Alaika Salamullah, dkk,, Yogyakarta: elsaq Press, 2006, h. 87-92. 12 M.M Azami, Menguji Keaslian Hadits-Hadits Hukum Sanggahan A tas T he Origins Muhammadan Jurisprudence Joseph Schacht. Penerjemah Asrofi Shodri Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, h. 232. 13 Juynboll, Teori Common Link Melacak A kar Kesejarahan Nabi. Penerjemah Ali Masrur Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2007, h. 5. 6 Tiga tokoh yang disebutkan penulis di atas menunjukkan ketidakpercayaan mereka terhadap hadis. Bahkan bagi mereka telah terjadi distorsi tentang kesejarahan hadis. Dengan penelitian ini maka hadis-hadis yang diutarakan sebagai kedokteran versi Nabi. menjadi lebih baik jika kualitasnya s{ahi h karena hal ini bisa berdampak kepada kepercayaan publik mengenai hadis-hadis kedokteran Nabi. Kepercayaan masyarakat berkurang maka hadis sebagai sumber pedoman kedua menjadi ragu. Menurut Imam Syaukani hadis merupakan hujjah sumber hukum syariat yang kedua segala wewenangnya dan penetapannya merupakan suatu keharusan dalam agama dan tidak seorang pun berbeda paham tentangnya. 14 Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis membuat karya ini sekaligus menjawab keraguan publik terhadap hadis-hadis kedokteran Nabi. Jika hadis-hadis ini s{ahi h maka hal ini berdampak kepada kepercayaan publik kepada hadis Nabi sebagai sumber pedoman kedua.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah