Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA

USAHA MIKRO DI PASAR TRADISIONAL KOTA BINJAI

TESIS

Oleh

NINNA ARDIANA

087018057/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA

USAHA MIKRO DI PASAR TRADISIONAL KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NINNA ARDIANA

087018057/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI LABA USAHA MIKRO

DI PASAR TRADISIONAL KOTA BINJAI

Nama Mahasiswa : Ninna Ardiana

Nomor Pokok : 087018057

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ramli, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 4 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Ramli, MS

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 3. Dr. Rahmanta, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2011 Yang membuat pernyataan,

Ninna Ardiana NIM. 087018057


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA USAHA MIKRO DI PASAR TRADISIONAL KOTA BINJAI

Ninna Ardiana, Dr. Murni Daulay, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

ABSTRAK

Usaha mikro dapat digolongkan dalam sektor informal sebagai istilah yang biasa dipergunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi skala kecil, pada masa kini merupakan manivestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan. Kegiatan sektor informal ini mencakup berbagai macam kegiatan di bidang usaha antara lain: usaha perdagangan seperti (pedagang keliling; pedagang kaki lima) demikian pula di bidang usaha jasa misalnya jasa angkutan. Secara umum sektor informal memberikan return yang kecil, apalagi pada saat situasi krisis, tetapi alternatif ini tetap harus diambil tenaga kerja karena alasan kebutuhan hidup tadi.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai yaitu: Modal, Jumlah Waktu Bekerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan dengan menggunakan metode

Ordinary Least Squares (OLS). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa modal, jumlah

waktu bekerja dan pengalaman usaha mempengaruhi signifikan terhadap laba usaha mikro sedangkan tingkat pendidikan tidak dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap laba usaha mikro.

Faktor modal usaha memberikan memberikan kontribusi yang besar dibanding dengan faktor yang lainnya. Dengan demikian hendaknya para pedagang kaki lima dapat menyisihkan sebagian dari keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagang karena modal sangat berpengaruh terhadap Laba atau mungkin dapat mengajukan pinjaman kepada bank-bank perkreditan masyarakat guna memajukan usaha dalam berdagang, sehingga kontinuitas barang terjamin dan variasi barang dagangan.

Kata Kunci: Usaha Kecil Mikro, Laba, Modal, Jumlah Waktu Bekerja, Pengalaman Usaha, Tingkat Pendidikan, Ordinary Least Squares (OLS).


(7)

ANALYZE FACTORS INFLUENCE THE PROFIT OF MICROBUSINESS IN TRADISIONAL MARKET OF BINJAI

Ninna Ardiana, Dr. Murni Daulay, M.Si and Drs. Rujiman, MA

ABSTRACT

Micro-business is classified into informal sector as term indicates the small scale economic business in which in the present day as a manifestation of a growth situation of the job opportunity in urban area. This informal sector covers any activities in business sector such as: commercial business (i.e. traveling salesman, sidewalk salesman) as well as business intransportation sector. Generally, the informal sector provide the small return even in the crisis situation, but this alternative must choosen by the worker for the reasons of the livelihood.

This research aims to analyze factors influence the profit of microbusiness in tradisional market of Binjai, i.e: capital, duration of work, business experiences and educational level by Ordinary Least Squares (OLS). The results of research indicates that capital, duration of works and business experiences influence the profit of microbusiness significantly while the educational level did not influence the profit of mikrobusiness.

The capital factor provide a big contribution that the other ones. Therefore, the sidewalk salesman must set a side a part of profit to increase the capital because the capital influence the profit significantly or to apply the loan from Banks to support the survive and variation of the selling product.

Keywords: Small Scale Micro-Business, Profit, Capital, Duration of Works, Business Experiences, Educational Level, Ordinary Least Squares (OLS).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Selama penyelesaian penelitian dan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc., (CTM)., Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., yang telah menyediakan fasilitas dan kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Bapak Prof. Dr.

Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec, yang tiada hentinya memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister Ekonomi Pembangunan.

4. Almahum Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas bimbingan bapak selama ini terhadap penulis.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ramli, MS, selaku Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, memberi


(9)

saran, dan mendorong dengan sepenuh kesabaran selama penulis menjalani pendidikan, penelitian, dan penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si, dan Dr. Rahmanta, M.Si, sebagai Dosen Penguji.

7. Ayahanda tercinta Drs. Sukardi, Ibunda Tersayang Arlina, SH., M.Hum, keberadaan mereka membuat suatu dorongan dan dukungan yang begitu luar biasa sehingga memacu penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Abangda Amlys Silalahi yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

9. Kepada rekan-rekan Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) Angkatan 16, kenangan kuliah kita tak akan mungkin penulis lupakan.

10.Kepada teman terbaikku Syafraini Zahra dan mami Lastri yang selalu memberi semangat kepada penulis.

Serta buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khusus bagi ekonomi pembangunan.

Medan, Januari 2011 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Ninna Ardiana

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Medan/10 Februari 1983 4. Pekerjaan : -

5. Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Sukardi

Ibu : Arlina, SH., M.Hum 6. Pendidikan

a. SD Inpres 064024 : Lulus Tahun 1995

b. SMP Al-Azhar : Lulus Tahun 1998

c. SMA Al-Azhar : Lulus Tahun 2001

d. S-1 Kehutanan Fakultas Pertanian : Lulus Tahun 2006 e. Program Studi Ekonomi Pembangunan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI………..... vi

DAFTAR TABEL……….……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN………..………... xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang………...…... 1

1.2.Perumusan Masalah……….……….……. 6

1.3.Tujuan Penelitian………..…. 7

1.4.Manfaat Penelitian………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

2.1. Usaha Mikro……….. 8

2.1.1. Karakteristik Utama Usaha Mikro……….. 8

2.1.2. Pengertian Usaha Mikro……….. 8

2.2. Pedagang Kaki Lima……….. 11

2.3. Laba………...……….…… 12

2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Laba………... 12

2.3.2. Jenis-jenis Laba……… 14

2.4. Modal………..…… 15


(12)

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja………. 18

2.5. Jumlah Waktu Bekerja……….…….. 19

2.5.1. Pengertian Waktu Kerja………... 20

2.5.2. Ketentuan Waktu Kerja……… 20

2.6. Pengalaman Usaha………. 21

2.7. Pendidikan……….… 22

2.8. Penelitian Terdahulu……….….……… 24

2.9. Kerangka Pemikiran……….……….……….…..…. 26

2.10. Hipotesa Penelitian……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN……… 27

3.1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian……….……..… 27

3.2. Jenis dan Sumber Data……….……….. 27

3.3. Metode Sampling dan Analisis Data……….….….... 27

3.4. Model Analisis………...……….…... 28

3.5. Test of Goodness of Fit……….. 29

3.5.1. Koefisien Determinasi (R2)……….. 29

3.5.2. Statistik F (Overall Test)……….. 30

3.5.3. Uji t (Partial Test)……… 30

3.5.4. Uji Spesifikasi Model……….. 30

3.5.5. Uji Asumsi Klasik……….... 32

3.6. Definisi Operasional……….. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 35

4.1. Profil Variabel pada Daerah Penelitian……….. 35

4.2. Hasil Estimasi………. 40

4.3. Test of Goodness of Fit……….…….. 41


(13)

4.3.2. Statistik F (Overall Test)……….. 41

4.3.3. Uji t (Partial Test)……… 41

4.4. Uji Spesifikasi Model…...………..….... 45

4.4.1. Uji Normalitas……….. 45

4.4.2. Uji Linieritas……… 45

4.5. Uji Asumsi Klasik……….. 46

4.5.1. Uji Multikolinieritas……… 46

4.5.2. Uji Heteroskedastisitas……… 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 48

5.1. Kesimpulan………. 48

5.2. Saran………...… 48


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Usaha pada Tiap-tiap Pasar

Tradisional yang Ada di Kota Binjai……….. 28

4.1. Modal Usaha Responden……….………... 35

4.2. Jumlah Waktu Bekerja Responden ……….………….…….. 36

4.3. Pengalaman Usaha Responden ……….…………. 37

4.4. Tingkat Pendidikan Responden ……….…… 38


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai……….. 26

4.1. Modal Usaha Responden……….………... 36

4.2. Jumlah Waktu Bekerja Responden ……….………….…….. 37

4.3. Pengalaman Usaha Responden ……….…………. 38

4.4. Tingkat Pendidikan Responden ……….…… 39


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian……… 52

2. Hasil Regresi Persamaan 1……….……… 54

3. Hasil untuk Pengujian Normalitas Residual……….………. 55

4. Hasil untuk Pengujian Linieritas ……….……….. 56

5. Hasil Regresi Auxiliary untuk Pengujian Multikolearity….……. 57

6. Hasil untuk Pengujian Heteroskedastisitas... 59


(17)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA USAHA MIKRO DI PASAR TRADISIONAL KOTA BINJAI

Ninna Ardiana, Dr. Murni Daulay, M.Si dan Drs. Rujiman, MA

ABSTRAK

Usaha mikro dapat digolongkan dalam sektor informal sebagai istilah yang biasa dipergunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi skala kecil, pada masa kini merupakan manivestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan. Kegiatan sektor informal ini mencakup berbagai macam kegiatan di bidang usaha antara lain: usaha perdagangan seperti (pedagang keliling; pedagang kaki lima) demikian pula di bidang usaha jasa misalnya jasa angkutan. Secara umum sektor informal memberikan return yang kecil, apalagi pada saat situasi krisis, tetapi alternatif ini tetap harus diambil tenaga kerja karena alasan kebutuhan hidup tadi.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai yaitu: Modal, Jumlah Waktu Bekerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan dengan menggunakan metode

Ordinary Least Squares (OLS). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa modal, jumlah

waktu bekerja dan pengalaman usaha mempengaruhi signifikan terhadap laba usaha mikro sedangkan tingkat pendidikan tidak dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap laba usaha mikro.

Faktor modal usaha memberikan memberikan kontribusi yang besar dibanding dengan faktor yang lainnya. Dengan demikian hendaknya para pedagang kaki lima dapat menyisihkan sebagian dari keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagang karena modal sangat berpengaruh terhadap Laba atau mungkin dapat mengajukan pinjaman kepada bank-bank perkreditan masyarakat guna memajukan usaha dalam berdagang, sehingga kontinuitas barang terjamin dan variasi barang dagangan.

Kata Kunci: Usaha Kecil Mikro, Laba, Modal, Jumlah Waktu Bekerja, Pengalaman Usaha, Tingkat Pendidikan, Ordinary Least Squares (OLS).


(18)

ANALYZE FACTORS INFLUENCE THE PROFIT OF MICROBUSINESS IN TRADISIONAL MARKET OF BINJAI

Ninna Ardiana, Dr. Murni Daulay, M.Si and Drs. Rujiman, MA

ABSTRACT

Micro-business is classified into informal sector as term indicates the small scale economic business in which in the present day as a manifestation of a growth situation of the job opportunity in urban area. This informal sector covers any activities in business sector such as: commercial business (i.e. traveling salesman, sidewalk salesman) as well as business intransportation sector. Generally, the informal sector provide the small return even in the crisis situation, but this alternative must choosen by the worker for the reasons of the livelihood.

This research aims to analyze factors influence the profit of microbusiness in tradisional market of Binjai, i.e: capital, duration of work, business experiences and educational level by Ordinary Least Squares (OLS). The results of research indicates that capital, duration of works and business experiences influence the profit of microbusiness significantly while the educational level did not influence the profit of mikrobusiness.

The capital factor provide a big contribution that the other ones. Therefore, the sidewalk salesman must set a side a part of profit to increase the capital because the capital influence the profit significantly or to apply the loan from Banks to support the survive and variation of the selling product.

Keywords: Small Scale Micro-Business, Profit, Capital, Duration of Works, Business Experiences, Educational Level, Ordinary Least Squares (OLS).


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi nasional, efek yang bersifat usaha rakyat dimaksud berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. Sedangkan menurut Wahyu (2005), usaha

mikro merupakan basis usaha rakyat, yang secara mengejutkan mampu bertahan di masa krisis 1997/1998. Hal itu disebabkan struktur keuangan usaha mikro yang

tidak banyak tergantung pada perbankan. Meski mereka tetap memanfaatkan jasa perbankan, baik untuk transaksi maupun untuk menjaga keamanan. Saat itu banyak usaha besar bergelimpangan, mengalami pailit disertai pahitnya krisis.

Saat terjadi krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa tahun yang lalu, di mana banyak pengusaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan sampai berhenti aktivitas kegiatan usahanya, sektor usaha mikro ini yang terbukti lebih unggul karena dapat mampu bertahan dalam gejola krisis ekonomi tersebut dan serta secara langsung turut menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat.

Usaha mikro dapat digolongkan dalam sektor informal sebagai istilah yang biasa dipergunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi skala kecil, pada masa kini merupakan manivestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan. Kegiatan sektor informal ini mencakup berbagai macam kegiatan di bidang usaha antara


(20)

lain: usaha perdagangan seperti (pedagang keliling; pedagang kaki lima) demikian pula di bidang usaha jasa misalnya jasa angkutan. Sektor informal ini terutama melayani kebutuhan golongan ekonomi lemah, yang sebagian besar berpusat pada penyediaan kebutuhan pokok bagi golongan berpenghasilan rendah.

Peranan sektor informal semakin besar setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi ini menyebabkan kesulitan keuangan bagi pemerintah dan

sektor swasta. Sektor swasta yang paling terpukul dengan adanya krisis ini adalah sektor industri manufaktur, konstruksi, properti dan perusahaan jasa khususnya sektor pariwisata. Sebagai respon atas kondisi di atas, banyak perusahaan mengurangi waktu operasinya atau bahkan tutup sama sekali. Perusahaan yang masih bisa bertahan, berusaha menurunkan biaya produksi dengan mengurangi tenaga kerja atau menurunkan tingkat upah. Dalam kondisi ini, sektor informal merupakan alternatif bagi tenaga kerja agar tetap mempunyai penghasilan.

Dorongan untuk mencukupi kebutuhan hidup, membuat orang yang kehilangan pekerjaan berusaha untuk bekerja apa saja. Secara umum sektor informal memberikan return yang kecil, apalagi pada saat situasi krisis, tetapi alternatif ini tetap harus diambil tenaga kerja karena alasan kebutuhan hidup tadi. Krisis ekonomi membuat perubahan dalam struktur tenaga kerja Indonesia dengan semakin berperannya sektor informal.

Sektor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks oleh karena menyangkut jenis barang, tata ruang dan waktu. Berkebalikan dengan sektor formal yang umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal,


(21)

dan mendapat perlindungan pemerintah, sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah. Sektor ini diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Sektor informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal, ruang lingkup, dan pengembangan yang terbatas. Meskipun demikian sektor informal sangat membantu masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah kebawah.

Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup dibandingkan sektor usaha yang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif tidak ketergantungan pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya. Salah satu sektor informal yang paling banyak diminati yaitu pedagang kaki lima. Kelompok pedagang kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha mikro yaitu kelompok usaha yang tidak dapat terpisahkan dari aset pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan. Pedagang kaki lima adalah orang yang modal relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan informal seperti di pasar-pasar tradisional. Pasar tradisional disini merupakan Pasar adalah salah satu komponen utama pembentukan komunitas masyarakat baik di desa maupun di kota sebagai lembaga distribusi berbagai macam kebutuhan manusia seperti bahan makanan, sumber energi, dan sumber daya lainnya. Pasar berperan pula sebagai


(22)

penghubung antara desa dan kota. Perkembangan penduduk dan kebudayaan selalu diikuti oleh perkembangan Pasar sebagai salah satu pendukung penting bagi kehidupan manusia sehari hari terutama di kawasan perkotaan.

Pedagang kaki lima di pasar-pasar tradisional ini pada umumnya adalah

self-employed, artinya mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari satu tenaga kerja.

Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal tetap berupa peralatan dan modal kerja. Dana tersebut jarang sekali dipenuhi dari lembaga keuangan resmi, biasanya berasal dari sumber dana illegal atau dari supplier yang memasokkan barang dagangan. Sedangkan sumber dana yang yang berasal dari tabungan sendiri sangat sedikit. Ini berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat menyisihkan hasil usahanya, dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan dan cara pengelolaan uang. Sehingga kemungkinan untuk mengadakan investigasi modal maupun ekspansi usaha sangat kecil. Sedangkan menurut Manurung (2007), dalam membangun sebuah bisnis dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut. Biasanya modal dengan dana sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan oleh pembisnis yang bersangkutan.

Setiap pedagang hendaknya dapat melaksanakan ketentuan waktu kerja yang berlaku pada usaha yang sedang dijalankan tesebut. Dalam usahanya memenuhi permintaan Pasar, maka setiap pedagang mikro perlu mengatur waktu kerja secara lebih tepat dan memperhatikan kualitas tenaga kerja guna menghasilkan produksi


(23)

sesuai yang diharapkan para pedagang sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi para pedagang tersebut.

Biasanya pedagang yang sudah lama berkecimpung di bisnis pedagangan sangat tahu apa yang sangat dibutuhkan masyarakat. Mereka dapat membuat alternatif dagangan yang sangat dibutuhkan masyarakat dengan harga yang bersaing yang dapat merangsang konsumen untuk membeli salah satunya dengan lokasi berjualan.

Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya keahlian tertentu menyebabkan mereka sulit menembus sektor formal. Meskipun dalam era keterbatasan kesempatan kerja saat ini, orang dengan pendidikan tinggi pun tidak menutup kemungkinan juga masuk dalam sektor informal. Sebagian besar pedagang kaki lima ini mengandalkan seluruh permodalannya sendiri yang bersumber pada tabungan pribadi, pinjaman dari kerabat atau tetangga bahkan tidak jarang ada yang memperoleh dari lembaga keuangan bukan bank. Misalnya Koperasi dan Lembaga Mikro (LKM).

Kondisi pedagang yang diuraikan di atas juga terdapat pada pedagang kaki lima yang ada di pasar tradisional Kota Binjai. Pedagang tersebut tersebar di beberapa pasar tradisional yang ada di Kota Binjai salah satunya Pasar Tapiv, Pasar Kebun Lada dan Pasar Licun. Pasar Tapiv adalah pasar yang terbesar di Kota Binjai, biasanya merupakan sentral dari pada para pedagang untuk membeli barang yang kemudian akan dijual kembali ke pasar-pasar yang lebih kecil dari pada Pasar Tapiv.

Keuntungan yang didapat oleh pedagang di Pasar Tapiv bisa dikatakan lebih tinggi dari pada pedagang di pasar-pasar tradisional lainnya itu dikarenakan beberapa


(24)

faktor yang mendukung seperti yang diuraikan di atas. Antara lain modal, jumlah waktu bekerja, pengalaman usaha dan pendidikan. Mengingat sedemikian pentingnya kedudukan modal, jumlah waktu bekerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan dalam mempengaruhi laba guna mempertahankan kontinuitas dan perkembangan usaha agar dapat meningkatkan keuntungan/laba usaha maka peneliti tertarik untuk mengangkat suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai”.

1.2. Perumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang yang diutarakan di atas maka terdapat masalah-masalah yang dapat dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh Modal Usaha terhadap Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai.

2. Apakah terdapat pengaruh Jumlah Waktu Bekerja terhadap Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai.

3. Apakah terdapat pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai.

4. Apakah terdapat pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai.


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel modal usaha terhadap laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai.

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel jumlah waktu bekerja terhadap laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai.

3. Untuk menganalisis pengaruh variabel pengalaman usaha terhadap laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai.

4. Untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam mengembangkan kegiatan usaha mikro di Kota Binjai.

2. Sebagai informasi ilmiah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang ilmu ekonomi khususnya laba usaha mikro.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan usaha mikro.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro

2.1.1. Karakteristik Utama Usaha Mikro

Menurut Tambunan (2009), karakteristik utama dari usaha mikro adalah: a. Formalitas: Beroperasi di sektor informal, usaha tidak terdaftar, tidak/jarang

bayar pajak.

b. Organisasi dan Manajemen: Dijalankan dengan pemilik, tidak menerapkan pembagian tenaga kerja internal (internal division of labor (ILD)), manajemen & struktur organisasi formal (management & formal organizational structure (MOF)), sistem pembukuan formal (formal bookkeeping system (ACS)).

c. Sifat dan Kesempatan Kerja: Kebanyakan menggunakan anggota-anggota kerja tidak dibayar.

d. Pola/Sifat dari Proses Produksi: Derajat mekanisme sangat rendah/umumnya manual; tingkat teknologi sangat rendah.

e. Orientasi Pasar: Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berlaba rendah.

f. Profil Ekonomi & Sosial dari Pemilik Usaha: Pendidikan rendah & dari rumah tangga (RT) miskin, motivasi utama; survival.

g. Sumber-sumber dari Bahan Baku dan Modal: Kebanyakan pakai bahan baku local dan uang sendiri.


(27)

h. Hubungan-hubungan Eksternal: Kebanyakan tidak menpunyai akses ke program-program pemerintah dan tidak punya hubungan-hubungan bisnis dengan usaha besar (UB).

i. Wanita Pengusaha: Rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha cukup tinggi.

2.1.2. Pengertian Usaha Mikro

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan tentang Usaha Mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria dari usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Usaha mikro berasaskan:

a. Kekeluargaan, b. Demokrasi ekonomi, c. Kebersamaan,

d. Efisiensi berkeadilan, e. Berkelanjutan,

f. Berwawasan lingkungan, g. Kemandirian,


(28)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40/KMK.06/2003, Usaha Mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per

tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp. 50.000.000,-.

Ciri-ciri usaha mikro

Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; a. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; b. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

c. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

d. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

e. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh usaha mikro

a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;

b. Industri makanan dan minuman, industri meubel, pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;


(29)

c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;

e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit. Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:

a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;

b. Tidak sensitif terhadap suku bunga;

c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

2.2. Pedagang Kaki Lima

Menurut International Labour Organization (ILO), perdagangan kaki lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh pedatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga berskala kecil, menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh di luar bangku sekolah, tidak dapat diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan penuh (Hadji Ali, 1985 dalam Korompis, 2006).


(30)

Berdasarkan barang dan jasa yang diperdagangkan, menurut Karafi dalam Umboh (1990) yang dikutip oleh Korompis (2006), pedagang kaki lima dapat

dikelompokkan sebagai berikut: 1) pedagang minuman, 2) pedagang makanan, 3) pedagang buah-buahan, 4) pedagang sayur-sayuran, 5) pedagang daging/ikan, 6) pedagang rokok dan obat-obatan, 7) pedagang buku, majalah dan surat kabar, 8) pedagang tekstil dan pakaian, 9) pedagang kelontong, 10) pedagang loak, 11) pedagang onderdil kendaraan, bensin dan minyak tanah, 12) pedagang ayam,

kambing, burung dan 13) pedagang beras serta 14) penjual jasa.

2.3. Laba

2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008) “kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Harahap (2005), Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan


(31)

keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Chariri dan Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,

d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Laba total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit (P) maka Laba total (TR) = Q x P. Biaya usaha kecil biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun komoditi yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh komoditi yang dijual contohnya


(32)

biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).

Secara teoritis profit atau keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar resiko, keuntungan yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurang biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika profit dinotasikan ð, pendapatan total dengan notasi TR dan biaya total dengan notasi TC, maka:

ð = TR – TC

Perusahaan dikatakan untung, kalau nilai ð positif (ð > 0), di mana TR > TC, dan disebut kerugian bila sebaliknya.

Dalam menganalisis teori laba, harus dibedakan dahulu apa yang dimaksud dengan laba bisnis dan laba ekonomis.

a. Laba bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi seperti gaji, bahan baku, sewa dan lain-lainnya.

b. Laba ekonomis adalah total revenue yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit (opportunity cost) contohnya: gaji pemilik.


(33)

2.3.2. Jenis-jenis Laba

a. Risk Bearing Theory of Profit

Perusahaan harus mendapatkan keuntungan di atas normal (i.e. laba ekonomis) apabila jenis usahanya mempunyai resiko yang sangat tinggi. Contoh: pengeboran minyak lepas pantai.

b. Frictional Theory of Profit

Asumsinya: pasar sering berada dalam posisi disequilibrium. Akibatnya perusahaan tidak pernah mendapat laba di atas normal melainkan laba normal saja. Contoh munculnya kendaraan bermotor mengakibatkan permintaan baja melonjak dan perusahaan baja menikmat laba di atas normal, kemudian ada penemuan bahwa baja bisa diganti plastik sehingga permintaan akan baja menurun sedangkan permintaan plastik naik.

c. Monopoly Theory of Profit

Perusahaan dapat mempertahankan laba di atas normal dalam jangka panjang apabila perusahaan tersebut dapat memperoleh fasilitas dari pemerintah, hak paten, dapat mencapai skala ekonomis, dan lain-lain.

d. Inovation Theory of Profit

Perusahaan dapat memperoleh laba di atas normal apabila ia dapat mencapai penemuan-penemuan baru. Contoh: IBM, Xerox.


(34)

Suatu perusahaan dapat mencapai laba di atas normal apabila ia berhasil melakukan efisiensi di barbagai bidang serta dapat memenuhi keinginan konsumennya (http://vhi3y4.wordpress.com/2010/01/03).

2.4. Modal

Menurut Manurung (2007), dalam membangun diperoleh bisnis dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut. Biasanya modal dengan dana sendiri memberikan arti bahwa dana tersebut dipersiapkan oleh pembisnis yang bersangkutan.

2.4.1. Fungsi Modal Kerja

Fungsi modal kerja menurut Ahmad (2000) dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran.

b. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

Ahmad (2000) memberikan penjelasan tentang pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek:


(35)

a. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja.

b. Kenyataan jumlah aktiva lancar sering lebih separuh total aktiva perusahaan dan cenderung labil.

c. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. Misalnya piutang, jangka

waktu penagihan piutang perusahaan 40 hari dan penjualan kreditnya Rp. 1.000.000 sehari, berarti investasi perusahaan dalam piutang akan sebesar

Rp. 40.000.000,-. Begitu pula dalam persediaan, baik bahan mentah, barang dalam proses maupun dalam barang jadi.

d. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya, dengan alasan:

1) Investasi dalam aktiva tetap dapat dikurangi dengan menyewa atau leasing, tetapi aktiva lancar apalagi piutang maupun investor tidak dapat dihindari. 2) Relatif terbatasnya perusahaan kecil memasuki pasar modal jangka panjang,

sehingga harus mengandalkan utang dagang dan bank jangka pendek sebagai permodalannya, meningkatnya uang lancar akan mengurangi modal kerja bersihnya.

Sedang kebutuhan modal kerja atau komposisi modal kerja akan dipengaruhi oleh:


(36)

a. Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan, di mana semakin besar kegiatan perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal lainnya tetap. Selain itu sifat perusahaan juga mempengaruhi besar modal kerja. Misalnya perusahaan jasa pengangkutan membutuhkan hubungan modal kerja fungsional dengan omzet penjualan 8 modal kerja relatif kecil. Sebaliknya perusahaan kontraktor (seperti piutang dan persediaan).

b. Kebijaksanaan tentang penjualan (kredit atau tunai). Persediaan (dengan EOQ = Economic Orde Quantity dan safety stock) dan saldo ke kas minimal, pembelian bahan (tunai atau kredit).

3) Faktor lain seperti faktor ekonomi, peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat atau kredit ketat, tingkat bunga yang berlaku, peredaran uang, tersedianya bahan-bahan di pasar dan kebijakan perusahaan.

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja dipengaruhi oleh empat faktor pada umumnya dan lima faktor pada khususnya. Keempat faktor tersebut antara lain adalah:

a. Volume Penjualan

Perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya puncak dari perusahaan adalah penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah.


(37)

b. Kebijaksanaan yang diterapkan oleh perusahaan, yaitu politik penjualan kredit dan politik penentuan persediaan besi.

c. Pengaruh musim.

d. Fluktuasi tingkat penjualan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan produksi.

f. Kemajuan teknologi, perkembangan teknologi membuat perusahaan perlu mengimbangi dengan membeli alat-alat investasi baru sehingga diperlukan modal kerja yang relatif besar.

Sedangkan lima faktor khususnya adalah: a. Ukuran Perusahaan

Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva atau penjualan.

b. Aktivitas Perusahaan

Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan yang menawarkan barang tidak membutuhkan persediaan, dan perusahaan yang menjual dengan tunai tidak akan memberikan piutang.

c. Ketersediaan Kredit

Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit.


(38)

d. Perilaku Menghadapi Keuntungan

Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar mengurangi keuntungan keseluruhan.

e. Perilaku Menghadapi Resiko

Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.

2.5. Jumlah Waktu Bekerja

Bagi pedagang kaki lima, jumlah waktu bekerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan waktu bekerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya.

2.5.1. Pengertian Waktu Bekerja

Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan kebutuhan yang ada.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) waktu bekerja adalah waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Waktu bekerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

Dari segi Undang-Undang Perburuhan, waktu bekerja adalah jam/waktu yang dilakukan di bawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah


(39)

waktu bekerja tergantung dari pihak kantor yang mempekerjakan para karyawan tersebut. Pada dasarnya waktu bekerja adalah 40 (empat puluh) jam dalam seminggu, 8 (delapan) jam sehari (tidak termasuk jam istirahat). Tentang waktu bekerja berdagang, usaha perfilman, usaha kesehatan, kebersihan, penerima tamu/

receptinost, atau usaha sampingan; adalah 44 (empat puluh empat) jam dalam

seminggu.

2.5.2. Ketentuan Waktu Bekerja

Menurut Wetik (dalam Istiqomah, 2004): waktu bekerja meliputi: a. Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik.

b. Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat. c. Waktu bekerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam.

Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok. Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat mempertahankan tingkat kerjanya dari hari ke hari.


(40)

2.6. Pengalaman Usaha

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang pengusaha yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja, yaitu:

a. Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan (Foster, 2001).

Pengalaman kerja terjadi karena adanya kesempatan kerja yang timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, lahu pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Sedangkan menurut Sagir (2000) kesempatan kerja adalah:


(41)

kesempatan untuk berusaha dan berpartisipasi dalam pembangunan, jelas akan memberikan hak bagi manusia untuk menikmati hasil dari pembangunan.

2.7. Pendidikan

Definisi pendidikan seperti dikutip dari Djumransjah (2004) adalah:

a. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya; dan

b. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Soedarmayanti (2001) mengemukakan bahwa melalaui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari.

Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 10) mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:


(42)

a. Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

b. Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas:

1) Pendidikan non formal. Mencakup lembaga pendidikan di luar sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.

2) Pendidikan informal. Mencakup pendidikan keluarga, masyarakat dan program-program sekolah, misalnya ceramah di radio atau televisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah.

Dari jenis pendidikan di atas, pendidikan informal adalah yang paling dahulu dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan informal.

Meskipun pendidikan informal mempunyai peranan yang sangat penting tetapi di dalam penelitian ini tidak mencantumkan sebagai salah satu faktor penunjang

produktivitas kerja. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam mengidentifikasi datanya, sehubungan dengan kompleks dan luasnya cakupan bentuk pendidikan informal. Dalam penelitian ini yang menjadi bahasan dalam deskripsi teoritik adalah dibatasi pada pendidikan formal dan non formal.

2.8. Penelitian Terdahulu

Effendi (2008), dengan judul penelitian “Analisis Determinan Keuntungan Usaha Kecil pada Sektor Perdagangan di Kabupaten Deli Serdang”. Variabel independen yang digunakan adalah modal usaha, tenaga kerja, lama usaha


(43)

(pengalaman usaha) sedangkan variabel dependen adalah keuntungan usaha kecil. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara modal, tenaga kerja dan lama usaha terhadap keuntungan usaha kecil. Sedangkan penelitian ini menggunakan model OLS.

Triwibowo (2006), dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Jenis Produk dan Layout terhadap Profitabilitas Pedagang Handphone di Kota Solo”. Variabel independen yang digunakan adalah pengalaman kerja, jenis produk dan layout sedangkan variabel dependen adalah profitabilitas pedagang handphone. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara pengalaman kerja, jenis produk dan layout terhadap profitabilitas pedagang

handphone. Sedangkan penelitian ini menggunakan model OLS.

Oktafiana (2009), dengan judul penelitian “Pengaruh Modal dan Perilaku Kewirausahaan terhadap Laba Usaha Pedagang Kain”. Variabel independen yang dipergunakan adalah modal dan perilaku kewirausahaan sedangkan variasi dependen adalah laba usaha pedagang kain. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara modal dan perilaku kewirausahaan terhadap laba usaha pedagang kain. Penelitian ini menggunakan model OLS.

Herawati (2005), dengan judul penelitian “Analisis Biaya Pemasaran dan Profitabilitas Berdasarkan Jenis Produk”. Variabel independen yang dipergunakan adalah modal, pengalaman kerja, pendidikan, skala usaha dan tanggungan keluarga sedangkan variasi dependen adalah profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara modal, pengalaman kerja, pendidikan, skala


(44)

usaha dan tanggungan keluarga terhadap profitabilitas. Penelitian ini menggunakan model OLS.

Riningsih (2005) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Waktu bekerja terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobongan”. Variabel independen yang digunakan adalah modal kerja dan satuan satuan waktu bekerja sedangkan variabel dependen adalah pendapatan. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara modal kerja dan satuan waktu bekerja terhadap pendapatan pengrajin Genting. Penelitian ini menggunakan metode OLS.

2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Mikro di Pasar Tradisional Kota Binjai

Modal Usaha

Laba (Keuntungan) Jlh Waktu Bekerja

Pengalaman Usaha


(45)

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik hipotesis yaitu:

A. Modal Usaha berpengaruh positif terhadap Laba Usaha Mikro, ceteris paribus. B. Jumlah Waktu Bekerja berpengaruh positif terhadap Laba Usaha Mikro, ceteris

paribus.

C. Pengalaman Usaha berpengaruh positif terhadap Laba Usaha Mikro, ceteris

paribus.

D.

Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Laba Usaha Mikro, ceteris


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi laba usaha mikro di pasar tradisional Kota Binjai. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Laba usaha mikro seperti modal usaha, jumlah waktu bekerja, pengalaman usaha dan pendidikan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel di pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Binjai seperti Pasar Tapiv, Pasar Kebun Lada dan Pasar Licun.

3.2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan langsung dari usaha mikro di pasar-pasar tradisional Kota Binjai dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

3.3. Metode Sampling dan Analisis Data

Populasi usaha mikro yang terdapat di pasar-pasar tradisional di Kota Binjai tidak dapat diketahui jumlahnya dikarenakan jumlahnya cukup banyak dan tidak terdaftar pada dinas pasar, dikarenakan usaha mikro tersebut tidak mempunyai izin. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dalam teknik ini pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Ukuran sampel tidak


(47)

dipersoalkan dikarenakan bersifat homogen dan pembatasan sampel dengan hanya mengambil unit sampling yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini jenis usaha yang diambil berjumlah 7 jenis usaha yang tersebar di 3 pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Binjai. Dari tiap-tiap jenis usaha diambil 3 sampel (lokasi di depan, tengah, dan belakang) setiap pasar sehingga total sempel berjumlah 63 sampel.

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Usaha pada Tiap-tiap Pasar Tradisional yang Ada di Kota Binjai

No Jenis Pedagang Pasar Tavip Pasar Kebun

Lada Pasar Licun

1. Pedagang Sayur 3 3 3

2. Pedagang Ikan/Daging 3 3 3

3. Pedagang Makanan/Minuman Ringan 3 3 3

4. Pedagang Bumbu Masakan 3 3 3

5. Pedagang Klontong 3 3 3

6. Pedagang Pakaian 3 3 3

7. Pedagang Buah 3 3 3

Jumlah 21 21 21

Total 63 sampel

3.4. Model Analisis

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diperkirakan yang mempengaruhi tingkat laba usaha mikro antara lain: modal usaha, jumlah waktu bekerja, pengalaman usaha dan pendidikan. Dapat digambarkan sebagai fungsi berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X 4,) ……….……...(3.1) Dalam penelitian ini model analisis yang akan digunakan adalah model double-log (log-log) sebagai berikut (Ramanathan, 1995):


(48)

LY = b0 + b1LX1 + b2LX2 + b3LX3 + b4LX4 + µ ...(3.2) Di mana: LY = Laba Usaha Mikro

LX1 = Modal Usaha

LX2 = Jumlah Waktu Bekerja LX3 = Pengalaman Usaha LX4 = Tingkat Pendidikan b0 = Konstanta/Intercept b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

µ = Kesalahan Penggunaan (Disturbance Term)

Sebelum model analisis dapat digunakan terlebih dahulu akan diuji kelayakan model melalui uji sebagai berikut.

3.5. Test of Goodness of Fit

Uji ini bertujuan untuk menguji ketepatan model regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien (R2), Uji t dan uji statistik F.

3.5.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2≤ 1. Kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen akan semakin baik bila nilai R2 semakin mendekati 1.


(49)

3.5.2. Statistik F (Overall Test)

Uji F yang merupakan suatu ukuran keberartian (signifikansi) keseluruhan dari regresi yang ditaksir, juga merupakan pengujian keberartian (signifikansi) dari Koefisien Determinasi (R2).

3.5.3. Uji t (Partial Test)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

3.5.4. Uji Spesifikasi Model

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi normal dengan E(ui) = 0. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid terutama untuk jumlah sampel kecil.

Dalam penelitian ini, Uji normalitas residual didasarkan pada uji statistik dengan menggunakan metode Jarque-Berra (J-B) yang dilakukan dengan menghitung Skweness dan Kurtosis. J-B hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

...(3.3) Di mana:

S = Skewness statistik K = Kurtosis


(50)

Hipotesisnya sbb:

H0 = Data residual berdistribusi normal H1 = Data residual tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian hipotesis:

Ho diterima bila Prob. J-B > á (0,05) Ho ditolak bila Prob. J-B < á (0,05) b. Uji Linieritas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau kubik. Dalam penelitian ini uji Linieritas dilakukan dengan Ramsey Test dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Estimasi persamaan (2) dengan prosedur OLS dan simpan fitted value LY dan

Error sum of squares (ESS1).

2) Tambahkan variabel-variabel LY2, LY3 dan LY4 ke dalam persamaan (2) pada langkah satu (lihat persamaan 3) dan estimasi model baru tersebut dan simpan

Error sum of squares (ESS2).

LY = b0 + b1LX1 + b2LX2 + b3LX3 + b4LX4 + b5LY2 + b6LY3 + b7LY4 + µ .. (3.4)

3) Hitung uji F-Wald (Fc) untuk tambahan tiga variabel pada langkah dua dengan rumus sebagai berikut:


(51)

Di mana:

k = Jumlah koefisien regresi dalam persamaan baru pada langkah 2 m = Jumlah koefisien regresi dalam persamaan (2) pada langkah 1 T = Jumlah sampel

4) Hipotesis untuk uji linieritas adalah sebagai berikut:

H0 : b5 = b6 = b7 = 0  Spesifikasi model berbentuk fungsi linier

H1 : Sekurangnya satu diantara b5, b6 atau b7 tidak sama dengan nol Spesifikasi model tidak berbentuk fungsi linier

5) Kriteria penerimaan hipotesis:

Tolak H0 bila Fc > F-Tabel [F*k-m, T-k (á=0,05)] atau Prob..Fc < 0,05 3.5.5. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lakukan regresi pada model awal:


(52)

dan dapatkan nilai R2-nya.

2) Lakukan Auxiliary Regression antar variabel independen sebagai berikut: LX1 = b0 + b1LX2 + b2LX3 + b3LX4 + µ1 ...(3.6)

LX2 = b0 + b1LX1 + b2LX3 + b3LX4 + µ2 ...(3.7)

LX3 = b0 + b1LX1 + b2LX2 + b3LX4 + µ3 ...(3.8)

LX4 = b0 + b1LX1 + b2LX2 + b3LX3 + µ4 ...(3.9)

Dari hasil regresi persamaan-persamaan (3.6), (3.7), (3.8) dan (3.9) dapatkan nilai R2 masing-masing yaitu R12, R22,R32 dan R42

3) Bandingkan nilai R2 dari regresi awal dengan nilai-nilai R12, R22, R32 dan R42 yang diperoleh dari Auxiliary regression pada langkah kedua. Bila nilai R2 lebih tinggi dari nilai-nilai R12, R22, R32 dan R42 maka di dalam regresi awal tidak terdapat masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi biar homoskedastisitas yaitu variasi residual sama untuk-semua pengamatan. Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedastisitas maka penaksir OLS (Ordinary Least Square) tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar (yaitu asimtotik). Menurut Gujarati (1995) bahwa masalah heteroskedastisitas biasa terjadi dalam data cross section dibandingkan dengan data time series.


(53)

Penelitian ini menggunakan uji White untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji White pada prinsipnya meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel independen atau:

µ2t = f(LX1, LX12, LX1LX2, LX1LX3, LX1LX4, LX2, LX22, LX2LX3, LX2LX4, LX3, LX32,

LX3LX4, LX4, LX42)

Jika nilai Prob.. F > 0,05 maka tidak ada heteroskedastisitas, jika nilai Prob.. F < 0,05 maka ada heteroskedastisitas.

3.6. Definisi Operasional

1. Laba usaha merupakan total Laba bersih yang diterima pengusaha (dalam ribuan rupiah) perhari yang berasal dari hasil kegiatan dagang setiap hari kerja. 2. Modal adalah Dana yang digunakan setiap hari kerja (dalam ribuan rupiah)

untuk membiayai usaha.

3. Jumlah Waktu Bekerja adalah rata-rata waktu bekerja (dalam jam) dalam satu hari (jam).

4. Pengalaman Usaha adalah Lamanya seorang pedagang menggeluti pekerjaannya (dalam tahun) sebagai pedagang usaha mikro.

5. Tingkat Pendidikan adalah Lamanya seseorang pedagang menempuh pendidikan (dalam tahun).


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Responden pada Daerah Penelitian

Profil variabel pada observasi yang diteliti meliputi modal, jumlah waktu bekerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan. Berdasarkan data penelitian, maka profil responden dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Modal Usaha Responden Modal (Ribuan Rupiah) Jumlah Pedagang

(Orang) (Persen)

100 - 2079 47 74.60

2080 - 4059 8 12.70

4060 - 6039 5 7.94

6040 - 8019 1 1.59

8020 - 10000 2 3.17

Total 63 100,0


(55)

Gambar 4.1. Modal Usaha Responden

Tabel 4.1 menunjukkan modal terendah sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu) dan modal tertinggi sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta). Jumlah responden yang paling banyak memiliki modal sebesar Rp. 100.000,- s.d Rp. 2.000.000,- sebanyak 47

responden (74,5%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit memiliki modal sebesar Rp. 6.000.000,- s.d Rp. 8.000.000,- sebanyak 1 responden (1,6%).

Tabel 4.2. Jumlah Waktu Bekerja Responden Jumlah Waktu Bekerja (Jam) Jumlah Pedagang

(Orang) (Persen)

1 - 3 3 4.76

4 - 6 31 49.21

7 - 9 11 17.46

10 - 12 15 23.81

13 - 14 3 4.76

Total 63 4.76


(56)

Gambar 4.2. Jumlah Waktu Bekerja Responden

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah waktu bekerja tercepat selama 3 jam dan jumlah waktu bekerja terlama selama 14 jam. Jumlah responden yang paling banyak dalam bekerja adalah selama 4 – 6 jam sebanyak 31 responden (49,2%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit dalam bekerja adalah selama 1 – 3 jam sebanyak 3 responden (4,8%) dan 13 – 17 jam sebanyak 3 responden (4,8%).

Tabel 4.3. Pengalaman Usaha Responden Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah Pedagang

(Orang) (Persen)

1 - 5 6 9.52

6 - 10 27 42.86

11 - 15 19 30.16

16 - 20 10 15.87

21 - 22 1 1.59

Total 63 100.00


(57)

Gambar 4.3. Pengalaman Usaha Responden

Tabel 4.3 menunjukkan pengalaman usaha terendah adalah selama 1 tahun dan pengalaman usaha tertinggi adalah selama 22 tahun. Jumlah responden yang paling banyak dalam pengalaman usahanya adalah selama 6 – 10 tahun sebanyak 27 responden (42,9%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit dalam

pengalaman usahanya adalah selama 21 – 22 tahun sebanyak 1 responden (1,6%). Tabel 4.4. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan (Tahun) Jumlah Pedagang

(Orang) (Persen)

6 8 12.70

9 35 55.56

12 18 28.57

15 1 1.59

18 1 1.59

Total 63 100.00


(58)

Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.4 menunjukkan tingkat pendidikan terendah adalah selama 6 tahun (SD) dan tingkat Pendidikan tertinggi adalah selama 17 tahun (S1). Jumlah responden yang paling banyak dalam tingkat pendidikannya adalah selama 9 tahun (SMP) sebanyak 35 responden (55,6%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit dalam tingkat pendidikannya adalah selama 15 tahun (D3) dan 17 tahun (S1) masing-masing sebanyak 1 responden (1,6%).

Tabel 4.5. Jumlah Laba Responden Laba (Ribuan) Jumlah Pedagang

(Orang) (Persen)

19 – 182 40 63.49

183 – 346 17 26.98

347 – 510 2 3.17

511 – 674 0 0.00

675 – 838 3 4.76

839 – 1002 1 1.59

Total 63 100.00


(59)

Gambar 4.5. Laba Responden

Dari Tabel 4.5 di atas diketahui jumlah responden yang paling banyak terdapat pada Tingkat Laba adalah Rp. 19.000 s.d 182.000 sebanyak 40 responden (63,5%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit terdapat pada Tingkat Laba Rp. 839.000,- s.d Rp. 1.002.000,- yang masing-masing jumlah respondennya sebanyak 1 responden (1,6%).

4.2. Hasil Estimasi

Dari estimasi terhadap persamaan (3.2) diperoleh hasil regresi sebagai berikut (lihat Lampiran 1):

LY = -3,4934 + 0,6086LX1 + 0,7404LX2 + 0,7137LX3 + 0,3342LX4 ... (4.1)

Std, Error: (0,6349) (0,0602) (0,1404) (0,1458) (0,2350) t-Statistik = (-5,5026) (10,1138)*** (5,2733)*** (4,8966)*** (1,4220) R2 = 0,834727 Adjusted R2 = 0,823329


(60)

F-Statistik = 73,23378` Prob, (F,Statistic) = 0,000000

Selanjutnya untuk mengetahui apakah model analisis pada persamaan 4.1 dapat digunakan dalam analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian ini maka dilakukan serangkaian pengujian sebagai berikut.

4.3. Test of Goodness of Fit 4.3.1. Koefisien Determinasi (R2)

Dari Lampiran 1 diketahui nilai R2 = 0,834727. Artinya 83,47 persen variasi variabel modal, jumlah waktu bekerja, pengalaman dan pendidikan mampu

menjelaskan variasi variabel Laba, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

4.3.2. Statistik F (Overall Test)

Dari Lampiran 1 diketahui nilai F-statistik 73,23378dengan Prob. (F-statistik) 0,000000. Artinya pengujian signifikasi variabel independen secara serentak dalam memprediksi perubahan variasi laba signifikan pada á=0,01. Dengan kata lain model pada persamaan (3.2) di atas layak digunakan dalam analisis untuk menjelaskan pengaruh variabel modal, jumlah waktu bekerja, pengalaman dan pendidikan terhadap variabel laba secara bersama-sama.

4.3.3. Uji t (Partial Test)

a. Pengaruh Modal Usaha terhadap Laba

Hipotesis yang menyatakan hubungan modal usaha dengan laba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(61)

H0: â1=0, artinya modal usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap laba. H1: â1≠0, artinya modal usaha berpengaruh signifikan terhadap laba.

Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan sebagaimana telah dijelaskan pada bab III dari hasil regresi (Lampiran 1) diketahui nilai koefisien modal adalah 0,608564 dengan Prob. Value 0,0000. Karena nilai Prob. value < á (0,01) maka tolak H0 dan terima H1. Artinya modal usaha berpengaruh signifikan terhadap laba pada á = 0,01. Bila modal meningkat sebesar 10 persen maka laba juga akan meningkat, sebesar 6,08 persen, ceteris paribus.

Tanda positif nilai koefisien X1 menyatakan bahwa pengaruh antara modal dan laba adalah searah. Dari deskripsi profil responden (Tabel 4.1 dan Tabel 4.5) diketahui bahwa persentase responden dengan modal yang rendah (Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 6.039.000,-) adalah tinggi (95,24 persen) sedangkan persentase

responden dengan perolehan laba yang rendah (Rp. 19.000,- sampai dengan Rp. 510.000,- perhari) juga tinggi (93,64 persen). Gambaran di atas memperlihatkan

bahwa hubungan antara variabel modal dan laba adalah searah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Effendi (2008), Oktafiana (2009) dan Herawati (2005).

b. Pengaruh Jumlah Waktu Bekerja terhadap Laba

Hipotesis yang menyatakan hubungan jumlah waktu bekerja dengan laba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: â2=0, artinya jumlah waktu bekerja tidak berpengaruh signifikan terhadap laba. H1: â2≠0, artinya jumlah waktu bekerja berpengaruh signifikan terhadap laba.


(62)

Dari hasil regresi (Lampiran 1) diketahui nilai koefisien jumlah waktu bekerja adalah 0,740387 dengan Prob. Value 0,0000. Karena nilai Prob. value < á (0,01) maka tolak H0 dan terima H1. Artinya jumlah waktu bekerja berpengaruh signifikan terhadap laba pada á = 0,01. Bila jumlah waktu bekerja meningkat sebesar 10 persen maka laba juga akan meningkat, sebesar 7,40 persen, ceteris paribus.

Tanda positif nilai koefisien X2 menyatakan bahwa pengaruh antara jumlah waktu bekerja dan laba adalah searah. Dari deskripsi profil responden (Tabel 4.2 dan Tabel 4.5) diketahui bahwa persentase responden yang mengalokasikan jumlah waktu bekerja kurang dari 10 jam/hari adalah tinggi (71,43 persen) sedangkan persentase

responden dengan perolehan laba yang rendah (Rp. 19.000,- sampai dengan Rp. 510.000,- perhari) juga tinggi (93,64 persen). Gambaran di atas memperlihatkan

bahwa hubungan antara variabel jumlah waktu bekerja dan laba adalah searah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Riningsih (2005).

c. Pengaruh Pengalaman terhadap Laba

Hipotesis yang menyatakan hubungan pengalaman dengan laba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: â3=0, artinya pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap laba. H1: â3≠0, artinya pengalaman berpengaruh signifikan terhadap laba.

Dari hasil regresi (Lampiran 1) diketahui nilai koefisien pengalaman adalah 0,713721dengan Prob. Value 0,0000. Karena nilai Prob. value < á (0,01) maka tolak H0 dan terima H1. Artinya pengalaman berpengaruh signifikan terhadap laba pada á =


(63)

0,01. Bila pengalaman meningkat sebesar 10 persen maka laba juga akan meningkat, sebesar 7,14 persen, ceteris paribus.

Tanda positif nilai koefisien X3 menyatakan bahwa pengaruh antara pengalaman dan laba adalah searah. Dari deskripsi profil responden (Tabel 4.3 dan Tabel 4.5) diketahui bahwa persentase responden dengan pengalaman usaha kurang dari 15 tahun adalah tinggi (82,54 persen) sedangkan persentase responden dengan perolehan laba yang rendah (Rp. 19.000,- sampai dengan Rp. 510.000,- perhari) juga tinggi (93,64 persen). Gambaran di atas memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel modal dan laba adalah searah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Effendi (2008), Triwibowo (2006) dan Herawati (2005).

d. Pengaruh Pendidikan terhadap Laba

Hipotesis yang menyatakan hubungan pendidikan dengan laba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: â4=0, artinya pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba. H1: â4≠0, artinya pendidikan berpengaruh signifikan terhadap laba.

Dari hasil regresi (Lampiran 1) diketahui nilai koefisien pendidikan adalah 0,334195 dengan Prob. Value 0,1604. Karena nilai Prob. value > á (0,10) maka terima H0 dan tolak H1. Artinya pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba pada á = 0,10.

Tanda positif nilai koefisien X4 menyatakan bahwa hubungan antara pendidikan dan laba adalah searah. Dari deskripsi profil responden (Tabel 4.4 dan Tabel 4.5) diketahui bahwa persentase responden dengan tingkat pendidikan yang rendah (1-12


(64)

tahun) adalah tinggi (96,83 persen) sedangkan persentase responden dengan perolehan laba yang rendah (Rp. 19.000,- sampai dengan Rp. 510.000,- perhari) juga tinggi (93,64 persen). Gambaran di atas memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel modal dan laba adalah searah. Meskipun hubungan tersebut searah namun dalam penelitian ini secara empiris tidak signifikan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Herawati (2005).

4.4. Uji Spesifikasi Model 4.4.1. Uji Normalitas

Untuk mendeteksi apakah nilai residu berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan membandingkan nilai Prob. Jarque Bera (JB) dengan á (0,05), yaitu:

Jika nilai Prob.. JB > 0,05 maka residualnya berdistribusi normal. Jika nilai Prob.. JB < 0,05 maka residualnya berdistribusi tidak normal.

Analisis hasil output pada Lampiran 2, diperoleh nilai Prob. JB = 0,719222. Karena nilai Prob. JB > 0,05 maka residual berdistribusi normal.

4.4.2. Uji Linieritas

Untuk mendekteksi apakah model linier atau tidak linier dengan membandingkan nilai Prob. Fc dengan á (0,05). Yaitu:

Jika nilai Prob.. Fc > 0,05 maka model berbentuk linier Jika nilai Prob.. Fc < 0,05 maka Model berbentuk tidak linier


(65)

Ramsey RESET Test:

F-statistik 0.471044 Prob.. F(1,57) 0.4953

Log likelihood ratio 0.518488 Prob.. Chi-Square(1) 0.4715

Analisis hasil output pada Lampiran 3, diperoleh nilai Prob. Fc = 0,4953. Karena nilai Prob. Fc > 0,05 maka model berbentuk fungsi Linear.

4.5. Uji Asumsi Klasik 4.5.1. Uji Multikolinieritas

Dari Lampiran 1 diperoleh hasil regresi persamaan (3.2) dan dari Lampiran 4 diperoleh hasil Regresi Auxiliary untuk persamaan (3.6), (3.7), (3.8) dan (3.9). Nilai R2 dari masing-masing persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk persamaan (3.2) nilai R2 adalah sebesar 0,834727 selanjutnya disebut R21 Untuk persamaan (3.6) nilai R2 adalah sebesar 0,262033 selanjutnya disebut R211 Untuk persamaan (3.7) nilai R2 adalah sebesar 0,148879 selanjutnya disebut R212 Untuk persamaan (3.8) nilai R2 adalah sebesar 0,126937 selanjutnya disebut R213 Untuk persamaan (3.9) nilai R2 adalah sebesar 0,086018 selanjutnya disebut R214 Ketentuan:

Bila Nilai R21 > R211, R212, R213, R214 maka model tidak diketemukan adanya multikolinieritas.

Bila Nilai R21 < R211, R212, R213, R214 maka model diketemukan adanya multikolinieritas.


(66)

Analisis Hasil Output, menunjukkan bahwa nilai R21 > R211, R212, R213, R214 maka pada model tidak diketemukan adanya multikolinieritas.

4.5.2. Uji Heteroskedastisitas

Dari Lampiran 5, diperoleh hasil pengolahan data untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut:

Heteroskedasticity Test: White

F-statistik 1.647744 Prob. F(14,48) 0.1002

Obs*R-squared 20.44945 Prob. Chi-Square(14) 0.1166 Scaled explained SS 13.34752 Prob. Chi-Square(14) 0.4994

Ketentuan: jika nilai Prob. F > 0,05 maka tidak ada heteroskedastisitas. jika nilai Prob. F < 0,05 maka ada heteroskedastisitas.

Dari hasil output diperoleh nilai Prob. F = 0,1002. Karena nilai Prob. F > 0,05 maka pada model tidak diketemukan adanya masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil uji Goodness of fit dan pengujian pelanggaran asumsi klasik maka model analisis pada persamaan 4.1 dapat dikatakan layak digunakan dalam analisis dan pembahasan dalam penelitian ini.


(1)

Ramsey RESET Test:

F-statistik 0.471044 Prob.. F(1,57) 0.4953

Log likelihood ratio 0.518488 Prob.. Chi-Square(1) 0.4715

Analisis hasil output pada Lampiran 3, diperoleh nilai Prob. Fc = 0,4953. Karena nilai

Prob. Fc > 0,05 maka model berbentuk fungsi Linear.

4.5. Uji Asumsi Klasik 4.5.1. Uji Multikolinieritas

Dari Lampiran 1 diperoleh hasil regresi persamaan (3.2) dan dari Lampiran 4

diperoleh hasil Regresi Auxiliary untuk persamaan (3.6), (3.7), (3.8) dan (3.9). Nilai

R2 dari masing-masing persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk persamaan (3.2) nilai R2 adalah sebesar 0,834727 selanjutnya disebut R21

Untuk persamaan (3.6) nilai R2 adalah sebesar 0,262033 selanjutnya disebut R211

Untuk persamaan (3.7) nilai R2 adalah sebesar 0,148879 selanjutnya disebut R212

Untuk persamaan (3.8) nilai R2 adalah sebesar 0,126937 selanjutnya disebut R213

Untuk persamaan (3.9) nilai R2 adalah sebesar 0,086018 selanjutnya disebut R214

Ketentuan:

Bila Nilai R21 > R211, R212, R213, R214 maka model tidak diketemukan adanya

multikolinieritas.

Bila Nilai R21 < R211, R212, R213, R214 maka model diketemukan adanya

multikolinieritas.

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.

Get yours now !


(2)

Analisis Hasil Output, menunjukkan bahwa nilai R21 > R211, R212, R213, R214 maka pada

model tidak diketemukan adanya multikolinieritas.

4.5.2. Uji Heteroskedastisitas

Dari Lampiran 5, diperoleh hasil pengolahan data untuk pengujian

heteroskedastisitas sebagai berikut:

Heteroskedasticity Test: White

F-statistik 1.647744 Prob. F(14,48) 0.1002

Obs*R-squared 20.44945 Prob. Chi-Square(14) 0.1166 Scaled explained SS 13.34752 Prob. Chi-Square(14) 0.4994

Ketentuan: jika nilai Prob. F > 0,05 maka tidak ada heteroskedastisitas.

jika nilai Prob. F < 0,05 maka ada heteroskedastisitas.

Dari hasil output diperoleh nilai Prob. F = 0,1002. Karena nilai Prob. F > 0,05

maka pada model tidak diketemukan adanya masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil uji Goodness of fit dan pengujian pelanggaran asumsi klasik

maka model analisis pada persamaan 4.1 dapat dikatakan layak digunakan dalam


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan atas hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Modal usaha berpengaruh positif signifikan terhadap laba.

2. Jumlah waktu bekerja berpengaruh positif signifikan terhadap laba.

3. Pengalaman berpengaruh positif signifikan terhadap laba.

4. Pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran

sebagai berikut:

1. Seharusnya para pedagang kaki lima dapat menyisihkan sebagian dari

keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagang karena modal

sangat berpengaruh terhadap laba atau mungkin dapat mengajukan pinjaman

kepada bank-bank perkreditan masyarakat guna memajukan usaha dalam

berdagang, sehingga kontinuitas barang terjamin dan variasi barang dagangan

dapat lebih banyak, sehingga diharapkan laba dapat meningkat.

2. Seharusnya para pedagang kaki lima dapat melihat situasi di mana waktu yang

ramai pembeli maka di situlah waktu berjualan diperlama.

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.

Get yours now !


(4)

3. Bagi Pemerintah Daerah agar dapat membantu menyediakan dana atau modal

bagi yang ingin mengembangkan usahanya dengan bunga yang rendah dengan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Moh. Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Gema Insani

Press. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Binjai. 2009. Binjai Dalam Angka. BPS Kotamadya Binjai.

Djumransjah, H.M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bayumedia Publishing. Malang.

Foster, Bill. 2001. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. PPM. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gitisudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syarif. 2008. Teori Akuntansi: Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Yogyakarta.

http://vhi3y4.wordpress.com/2010/01/03.

Kamaruddin, Ahmad. 2000. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001.

Manurung, Adler Haymans. 2007. Modal untuk Bisnis UKM. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Manurung, Raharda. 2006. Wirausaha, Bisnis UKM. Penerbit Kompas. Jakarta.

Munawir, S. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Ramanathan, R. 1995. Introductory Econometrics With Applications. 3rd ed. The Dryden Press. University of California. San Diego.

Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.

p d fMachine

A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease!

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.

Get yours now !


(6)

Rochaety, E, Ratih, T, Abdul, ML. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Rustam. 2002. Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan. No. 23. USU Digital Library. Medan.

Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Sukirno, S. 2006. Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.

Tambunan, Tulus TH. 2009. UMKM di Indonesia. Ghalia Indonesia. Ciawi-Bogor.

Tugiman, Hiro. 1995. Akuntansi untuk Badan Usaha Koperasi. Kanisius. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan

Kredit Usaha Mikro dan Kecil.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan

(PPh).

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.