12
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Konsep makanan cepat saji adalah suatu konsep yang mengarahkan para pengunjung untuk langsung memesan makanan atau minuman di gerai-gerai yang siap
melayani mereka. Produk-produk yang ditawarkan adalah produk-produk siap saji maks. 10-15 menit untuk produksi dan penyajian. Biasanya lebih banyak di mal-mal yang ramai
dan di area perkantoran yang para pengunjungnya mempunyai waktu terbatas. Konsep pesan di meja makan adalah suatu konsep yang memanjakan para
pengunjung dengan pelayanan seperti di restoran. Pramusaji waiter yang disediakan siap melayani pesanan pengunjung dengan cepat dan ramah. Produk-produk yang disajikan juga
terkadang membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksi hingga penyajian. Biasanya pujasera dengan konsep ini berada di mal-mal yang dinamis.
2.1.1. Data Sibolga
a. Demografi
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 SP2010, jumlah penduduk Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-laki dan 42.073
perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Sibolga Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 30.082 orang, sedangkan kecamatan yang jumlah
penduduknya terkecil adalah Kecamatan Sibolga Kota yaitu 14.304 orang. Dengan luas wilayah Kota Sibolga sekitar 10,77 km² serta didiami oleh 84.481 orang, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kota Sibolga adalah sebanyak 7.844 orang per km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sibolga Sambas yakni
sebanyak 12.821 orang per km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Sibolga Kota yakni 5.235 orang per km².
Universitas Sumatera Utara
13
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan
adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.
1
b. Transportasi dan Turisme
Untuk perhubungan darat, Sibolga telah terhubung dengan kota-kota lainnya di Sumatera Utara, yakni dengan Padang Sidempuan dan Tarutung. Melalui jalur udara,
Sibolga juga memiliki Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing yang melayani rute Sibolga-Medan dan Sibolga-Jakarta. Pelabuhan laut Sibolga, merupakan tempat
penyeberangan menuju Pulau Nias dan kota-kota pesisir barat Sumatera lainnya. Di pelabuhan ini juga berlabuh KM Lambelu dan KM Umsini, yang melayani rute Sibolga-
Gunung Sitoli-Padang. Rekreasi di Sibolga hingga sekarang menarik turis berdasarkan sejarahnya dan pantainya. Sibolga juga merupakan tempat persinggahan untuk berdagang
serta orang yang mau menyebrang ke Pulau Nias. c.
Jarak dari Kota Sibolga ke Kota Lainnya di Sumatera Utara km
1
Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986
Universitas Sumatera Utara
14
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Tabel 2. 1. Jarak dari Kota Sibolga ke Kota Lainnya di Sumatera Utara km
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara
d. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Jenis
Kelamin di Kota Sibolga, 2013
Universitas Sumatera Utara
15
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Tabel 2. 2. Tabel Tingkat Pengangguran Penduduk
Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional 2013
e. Lalu Lintas Penumpang Angkutan Ferry di Kota Sibolga, 2013
Universitas Sumatera Utara
16
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Tabel 2. 3. Tabel Penumpang Ferry
d. Jumlah Hotel dan Rumah Makan di Kota Sibolga, 2009-2013
Universitas Sumatera Utara
17
Meyer Daniel Siregar | 110406114
Tabel 2. 4. Tabel Jumlah Hotel dan Rumah Makan di Kota Sibolga, 2009-2013
f. Sejarah Batak Pesisir
Suku Pesisir yang juga dikenal dengan banyak nama, seperti suku Batak Pesisir, suku Pasisi, dan suku Pesisi, adalah salah satu suku yang hidup di sepanjang pesisir pantai sebelah
barat Sibolga dan Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Sejarah suku Pesisir ini berawal dari percampuran antara suku Batak Toba, Batak Mandailing, dan Batak Angkola
yang sejak ratusan tahun lalu menetap di daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah. Dalam perkembangannya, percampuran ketiga suku Batak tersebut juga mengalami
pembauran lagi dengan para imigran Minangkabau dan Melayu yang berasal dari pesisir timur Sumatera. Dari interaksi dan percampuran kelima suku tersebut, lahirlah sekarang
suku yang dikenal sebagai suku Pesisir. Pada awalnya, mereka berbicara dalam bahasa Batak. Akan tetapi, setelah berabad-
abad bercampur dengan budaya Minang dan Melayu, bahasa merekapun berangsur-angsur
Universitas Sumatera Utara
18
Meyer Daniel Siregar | 110406114
berubah, dan kemudian disebut sebagai bahasa Pesisir, seperti yang hari ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari mereka.
Bahasa Pesisir ini terbilang bahasa yang unik, karena sejatinya merupakan gabungan dari tiga bahasa, yaitu bahasa Batak Mandailing, bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu.
Jadi suku Pesisir ini boleh disebut sebagai orang Batak yang berbahasa Melayu. Hal tersebut mirip seperti masyarakat Batak di Rokan Hulu, Provinsi Riau atau masyarakat Rao di
kabupaten Pasaman Sumatra Barat. Pada awalnya, suku Batak Pesisir ini lebih suka kalau disebut sebagai orang Melayu
Pesisir. Tetapi belakangan ini, tidak sedikit dari mereka yang tidak menolak disebut sebagai suku Batak Pesisir. Bahkan akhir-akhir ini sebagian dari mereka mulai mencantumkan
kembali marga-marga lamanya seperti Pohan, Siregar, Sitompul, Tanjung, dan Pasaribu. Salah satu putra dari suku Pesisir yang dikenal orang adalah Akbar Tanjung.
Keberadaan suku Pesisir ini, mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat lain di pulau Jawa atau daerah-daerah lain di luar provinsi Sumatra Utara. Tetapi sebenarnya, suku
Pesisir ini telah ada selama beratus-ratus tahun di wilayah Sibolga dan Tapanuli Tengah, dan berdiri sejajar dengan etnis-etnis lain seperti suku Toba, Mandailing, Angkola, Minangkabau
dan Melayu. Pada perkembangannya, adat dan kebudayaan yang berkembang di tengah suku Pesisir
memang lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Melayu. “Dampeng” dan “Tari Payung” adalah dua dari sekian kesenian yang cukup popular di kalangan masyarakat
Sumatera Utara. Mata pencaharian masyarakat Pesisir pada umumnya adalah sebagai nelayan. Namun
demikian, tidak sedikit juga yang kemudian bekerja di sektor pemerintahan dan swasta. Selain itu, pada sektor pendidikan, hari ini semakin banyak masyarakat Psisir yang telah
berhasil mencapai jenang pendidikan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
19
Meyer Daniel Siregar | 110406114
2.2. Tinjauan Umum