Sibolga Visitor Center

(1)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

MEYER DANIEL SIREGAR 110406114

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

SIBOLGA VISITOR CENTER

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

Oleh :

MEYER DANIEL SIREGAR 110406114

Medan, Agustus 2015

Disetujui Oleh :

Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D Dosen Pembimbing

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001


(3)

SIBOLGA VISITOR CENTER

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis


(4)

Tanggal : 14 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir.Morida Siagian, M.U.R.P.

Anggota Komisi Penguji : 1. Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T. 2. Ir. Samsul Bahri, M.T.


(5)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Meyer Daniel Siregar

NIM : 110406114

Judul Proyek Tugas Akhir : Sibolga Visitor Center

Tema : Arsitektur Neo-Vernakular

Rekapitulasi Nilai :

A

B+

B

C

C+

D

E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator RTA - 4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015


(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang telah membantu, memimpin dalam segala hal, dan menjadi sumber kekuatan. Tugas akhir ini mengambil judul: Sibolga Visitor Center. Tugas akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan dengan rasa hormat dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua alm.dr.Patar Siregar dan dr. Tata Chandra. Kakak Bintang Golda Siregar dan Kartika Sri Indira Siregar beserta keluarga.

2. Bapak Ir. N. Vinky Rachman, MT. selaku Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Ibu Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D . 4. Para penguji bapak Ir. Samsul Bahri, MT dan bapak Devin Defriza,ST, MT.

5. Habib Wiyandra, Novita Andanwuri, Fairus Wardhana, Rio Riezky, Dani Fadila, Verdi Alfonso, Debby Anastasya, Bagus Wicaksono, Hafizul Haque, Priscillia Jennifer, Yolanda, Ericko Govardi, John Mayer, serta seluruh keluarga Pomade Mdn selaku sahabat.

7. Sahabat sekelompok bimbingan Ibu Morida Siagian, Maryana, Heryani, Ilsa, Robert, Kepin, Erlin, Putri.

8. Pak Larry Page, Sergey Brin, Jimmy Wales, Larry Sanger, Héctor Reitmann.

9. Seluruh mahasiswa stambuk 2011 Departemen Arsitektur USU sebagai teman serta saudara. 10. Semua Dosen, Abang, Kakak dan Adik keluarga besar Arsitektur Usu, terutama Ade, Nazla, Sakinah Nauli, Wanda, Aldi, Uci, Karin, Darian, Orin, Akbar, Irfa, seluruh adik 2014 serta abang 2008.


(7)

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 2

1.3. Latar Belakang Permasalahan ... 3

1.4. Lingkup / Batasan Proyek ... 4

1.5. Pendekatan Perancangan ... 4

1.6. Kerangka Berfikir ... 5

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 7

2.1. Pengertian dan Penjelasan Proyek ... 7

2.1.1. Data Sibolga ... 12

2.2. Tinjauan Umum ... 19

2.2.1. Resort ... 19

2.2.2. Visitor Center ... 21

2.3. Tinjauan Khusus ... 22

2.3.1. Tinjauan Lokasi ... 22

2.3.2. Tinjauan Kondisi ... 25

2.4. Studi Banding Proyek Sejenis ... 28

2.4.1. Visitor Center ... 28

2.4.2. FoodCourt ... 32

2.5. Masterplan & Letak Proyek ... 33

BAB III ELABORASI TEMA ... 35

3.1. Pengertian Tema ... 35

3.2. Ciri-Ciri Gaya Arsitektur Neo Vernakular ... 36

3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 37


(8)

4.2. Analisa Konteks Sekitar ... 47

4.2.1. Budaya di Sibolga ... 47

4.2.2. Bangunan di Sibolga... 49

4.3. Analisa Fungsional ... 51

4.3.1. Analisa Jumlah Pengunjung ... 51

4.3.2. Analisa Aktivitas ... 52

4.3.3. Program dan Besaran Ruang ... 54

4.4. Analisa Goal, Constrain, dan Criteria... 56

BAB V KONSEP ... 58

5.1 Kemacetan ... 69

5.2 Konteks Sibolga ... 70

5.3 Pedestrian dan Parkir ... 71

5.4 Eksterior Bangunan ... 73

5.6 Tangga Seratus ... 75

5.6 Struktur ... 76

BAB VI GAMBAR KERJA ... 90

BAB VII KESIMPULAN ... 75


(9)

Gambar 1. 1. Diagram Kerangka Berfikir ... 5

Gambar 2. 1. Peta Sumatera Utara ... 23

Gambar 2. 2. Kota Sibolga ... 23

Gambar 2. 3 Letak Tangga Seratus ... 25

Gambar 2. 4 4 Bangunan eksisting ... 26

Gambar 2. 5. Kondisi jalan yang bolong... 27

Gambar 2. 6. Bangunan sekitar Sibolga ... 28

Gambar 2. 7. JNTO TIC ... 30

Gambar 2. 8. Cairns Bot. Visitor Center ... 31

Gambar 2. 9. Eksterior Cairns Botanic Gardens Visitors Center ... 31

Gambar 2. 10. Eksterior Pasar Khatulistiwa ... 32

Gambar 2. 11. Interior Pasar Khatulistiwa ... 33

Gambar 2. 12. Interior Pasar Khatulistiwa ... 34

Gambar 3. 1. Simalem Resort ... 38

Gambar 3. 2. Masjid Raya Sumatera Barat ... 40

Gambar 4. 1. Cad Kota Sibolga ... 43

Gambar 4. 2. Potongan dan 3d site ... 46

Gambar 4. 3. Bangunan eksisting di tapak. ... 47

Gambar 4. 4. Baju Adat... 48

Gambar 4. 5. Pelaminan serta ornament Sibolga ... 48

Gambar 4. 6. Tikungan Tarutung – Sibolga ... 49

Gambar 4. 7. Kantor walikota Sibolga ... 49

Gambar 4. 8. Hotel Bumi Asih Sibolga ... 50

Gambar 4. 9. Hotel Wisata Indah Sibolga ... 50

Gambar 5. 1. Solusi Kemacetan ... 70

Gambar 5. 2. Atap serta dinding yang memakai konteks Sibolga ... 71

Gambar 5. 3. Pedestrian dan Parkiran ... 72

Gambar 5. 4. Eksterior Bangunan ... 73

Gambar 5. 5. Interior Bangunan ... 74


(10)

Tabel 2. 1. Jarak dari Kota Sibolga ke Kota Lainnya di Sumatera Utara (km) ... 14

Tabel 2. 2. Tabel Tingkat Pengangguran Penduduk ... 15

Tabel 2. 3. Tabel Penumpang Ferry ... 16


(11)

ABSTRAK

Sibolga memiliki banyak keindahan alam beserta potensi potensi besar, namun hingga saat ini tidak ada sama sekali sarana yang menunjang hal tersebut. Sibolga selama ini hanya dijadikan tempat persinggahan bagi pengunjung yang ingin ke Pulau Nias dan sebagainya.

Sibolga Visitor Center adalah sebuah rancangan untuk memfasilitasi semua pengunjung yang melewati Kota Sibolga untuk mencari informasi destinasi di dalam Kota Sibolga serta sekitarnya. Tidak lupa adanya fasilitas penunjang seperti foodcourt yang sesuai dengan konteks Kota Sibolga.


(12)

Sibolga has a lot of natural beauty and having a great potential, but until now none at all facilities to support it. Sibolga had only used as a stopover for visitor who want to go to Nias Island, and so on.

Sibolga Visitor Center is a design to facilitate all visitors who pass through Kota Sibolga for information destinations in Sibolga and surrounding areas. Not forgetting the supporting facilities such as food court and plaza in accordance with the context of Sibolga.


(13)

ABSTRAK

Sibolga memiliki banyak keindahan alam beserta potensi potensi besar, namun hingga saat ini tidak ada sama sekali sarana yang menunjang hal tersebut. Sibolga selama ini hanya dijadikan tempat persinggahan bagi pengunjung yang ingin ke Pulau Nias dan sebagainya.

Sibolga Visitor Center adalah sebuah rancangan untuk memfasilitasi semua pengunjung yang melewati Kota Sibolga untuk mencari informasi destinasi di dalam Kota Sibolga serta sekitarnya. Tidak lupa adanya fasilitas penunjang seperti foodcourt yang sesuai dengan konteks Kota Sibolga.


(14)

Sibolga has a lot of natural beauty and having a great potential, but until now none at all facilities to support it. Sibolga had only used as a stopover for visitor who want to go to Nias Island, and so on.

Sibolga Visitor Center is a design to facilitate all visitors who pass through Kota Sibolga for information destinations in Sibolga and surrounding areas. Not forgetting the supporting facilities such as food court and plaza in accordance with the context of Sibolga.


(15)

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa. Sibolga sangat memiliki potensi, dari kekayaan alamnya yang indah, serta kebudayaannya yang kaya.

Berawal dari kelompok perancang mendapat tugas untuk merancang sebuah kawasan di pesisir sumatera, perancang beserta kelompok langsung mencari dimana area terbaik beserta masalah apa yang harus perancang jawab. Mulai dari pesisir timur dan pesisir barat kami telusuri data serta membaca beberapa artikel, hingga kami menemukan area pesisir barat yang indah dan cocok untuk dibangun. Pada awal kami menentukan lokasi di sekitar hutan yang berada di timur Kota Sibolga, namun tidak adanya masalah yang mendesak untuk diselesaikan di daerah tersebut membuat kami berpindah langsung ke Kota Sibolga itu sendiri.

Perancang yang memilih untuk merancang area publik bagi pengunjung kota Sibolga baik yang baru pertama kali berkunjung ke Sibolga maupun rakyat sibolga sendiri, memilih untuk merancang Sibolga Visitor Center atau Pusat Pengunjung Sibolga, sebagai pusat tempat berkumpulnya pengunjung, sebagai sarana untuk mencari informasi hal hal apa yang terdapat di Sibolga dan sekitarnya, serta beberapa sarana penunjang seperti rest area dan pusat jajanan maupun makanan.

Visitor Center sangat penting selain sebagai pusat destinasi wisata para wisatawan, namun juga sebagai tempat untuk memanajemen wisata yang akan dilakukan sang wisatawan. Visitor center juga dapat berfungsi sebagai tempat istirahat maupun


(17)

pemberhentian sang pengemudi serta penumpang yang sudah berjalan jauh dari kota lain untuk singgah kota Sibolga. Sedangkan di Sibolga sendiri belum ada satupun bangunan yang memfasilitasi wisatawan untuk mencari informasi wisata maupun berfokus pada tempat istirahat para wisatawan.

Sibolga Visitor Center ini selain mempromosikan Kota Sibolga juga diarahkan sebagai obyek wisata yang menyediakan sebuah area terpusat yang berfungsi sebagai information center terkait khusus wisata di area Sibolga. Konsep yang dihasilkan bukan semata merupakan investasi usaha atau bisnis di bidang jasa yang menjual pemandangan yang indah dan udara yang segar dan fasilitas yang menghibur kepada masyarakat, namun juga dapat berperan sebagai media promosi wisata di area Sibolga, menjadi media pendidikan kepada masyarakat, dan konservasi untuk kelestarian lingkungan sekitar, serta dapat menjadi pemicu kawasan pertumbuhan wilayah baru.

1.2. Maksud dan Tujuan

Sibolga telah memiliki potensi yang cukup prospektif dalam pengembangan sektor wisata. Sibolga merupakan daerah paling sentral di pesisir barat dalam kegiatannya sebagai tempat persinggahan wisata. Sibolga memiliki keindahan alam serta potensi yang besar dalam bidang wisata. Kondisi perekonomian rakyat Kota Sibolga juga mendukung untuk mengadakan rancangan ini sehingga dapat menjadi motor ekonomi baru bagi rakyat Sibolga. Beranjak dari pemikiran diatas, maka dapat terwujud sebuah pusat pengunjung yang mempunyai berbagai macam aktivitas, khususnya lebih mengarah pada bidang memperkenalkan wisata di area Sibolga serta sekitarnya,wahana studi dan pengetahuan wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Selain itu terdapat fasilitas pendukung berupa landscape taman, rest area, serta pusat jajanan sebagai area istirahat pengunjung yang singgah ke Kota Sibolga yang dapat diwujudkan dalam bentuk rancangan desain bangunan.


(18)

3 1.3. Latar Belakang Permasalahan

Kota Sibolga tersebut ternyata banyak memiliki masalah, dari tidak adanya lahan kosong yang tersisa di tengah kota Sibolga, tidak adanya sebuah pusat rekreasi maupun informasi sebagai pengalaman pengunjung saat mengunjungi Kota Sibolga, tidak adanya motor ekonomi sebagai penunjang kesejahteraan rakyat Kota Sibolga selain berdagang dan menangkap ikan, serta tidak ada wadah untuk melestarikan adat serta sejarah daripada kota Sibolga itu sendiri.

Berawal dari masalah tersebut, kami memilih untuk merancang sebuah pusat rekreasi sebagai “muka” Kota Sibolga, yang dapat menjawab beberapa dari masalah tersebut, selain pusat rekreasi dapat menjadi penunjang ekonomi, menjadi mascot, sumber dan wadah pengetahuan tentang adat serta Kota Sibolga tidak hanya menjadi kota persinggahan lagi.

Letak daripada rancangan kami cukup menjadi masalah, karena tidak adanya lahan kosong lagi yang terdapat di kota Sibolga, sehingga kami memilih salah satu bukit yang berada di jalan perlintasan dari Medan. Akibat dari proyek kami berada di bukit, kami memakai nama Sibolga Resort Paradise, untuk mengkoherenkan kata Paradise dengan bukit kami serta rancangan kami yang berada di bukit dan seperti berada di atas awan.


(19)

1.4. Lingkup / Batasan Proyek

Permasalahan perancangan dan perencanaan Sibolga Visitor Center mempunyai lingkup dan pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan jelas, dalam pembahasan dan perencanaan ini diadakannya batasan-batasanan berikut:

1. Lokasi proyek yang berada di pusat kota serta pusat kemacetan. 2. Luasan lahan sebesar 1500 m2

3. Kontur curam yang berada di site rancangan.

4. Rancangan yang harus mengikuti konteks dari Kota Sibolga.

1.5. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan berbagai metoda sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori, penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan, kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.

b. Studi Banding

Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.

c. Survey Lapangan


(20)

5 1.6. Kerangka Berfikir


(21)

BAB II


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Pengertian dan Penjelasan Proyek

Dalam proyek ini, perancang harus merancang sebuah bangunan di Pesisir Barat Sumatera. Dari hasil diskusi dengan anggota kelompok serta dosen pembimbing, akhirnya ditentukan bahwasanya kami akan merancang sebuah kawasan resort di site yang sudah ditentukan, akibat dari kebutuhan akan motor ekonomi yang baru serta potensi potensi view yang ada. Tentu saja resort juga memiliki beberapa fungsi didalamnya sehingga dapat dibagi fungsi-fungsinya dan kami dapat merancang masing masing fungsi tersebut.

Resort adalah sebuah tempat untuk relaksasi maupun rekreasi. Resort adalah tempat, kota atau terkadang suatu tempat komersil yang dibentuk oleh sebuah perusahaan. Menurut dinas Pariwisata Indonesia , resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Dari beberapa pengertian resort menurut para ahli, yang diambil dari artikel Sri

Kurniasih adalah

1. Resort adalah suatu perubahan tempat tingga untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiata olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya. (Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988) 2. Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987) 3. Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. (A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974)


(23)

4. Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini. (Nyoman.S. Pendit. Ilmu Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)

5.Resort adalah sebuah kawasan yang terrencana ydab tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. (Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988)

6. Sebuah hotel resort sebaiknya mempunyai lahan yang ada kaitannya dengan obyek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort berada pada perbukitan, pegunungan, lembah, pulung kecil dan juga pinggiran pantai. (Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)

Resort didefinisikan sebagai penginapan yang terletak dikawasan wisata, dimana sebagian pengunjung yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota sekaligus difungsikan sebagai tempat peristirahatan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resort secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari.

Kelompok kami mengajukan judul besar kawasan, yaitu Sibolga Resort Paradise karena kebutuhannya atas Resort serta Paradise yang identik dengan keindahan.

Sibolga Resort Paradise merupakan suatu rangkaian kata dari :

Sibolga

Salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.


(24)

Pada masa Hindia-Belanda kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah. Kota dengan sebutan Negeri Berbilang Kaum, yang mana berarti memiliki berbagai suku di dalam kota sibolga.

Suku asli kota sibolga adalah suku Batak Pesisir. Suku Batak Pesisir ini sebenarnya berawal dari suku Batak Toba, Mandailing dan Angkola yang telah menetap di Sibolga dan Tapanuli Tengah, sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Setelah sekian lama terjadi pembauran dari ketiga suku Batak ini, maka datanglah imigran lain yang berasal dari Minangkabau dan Melayu dari pesisir Timur Sumatra, lalu terjadi perkawinan-campur di antara ke 5 suku bangsa ini. Dari percampuran ke 5 suku bangsa ini lah terbentuk suatu komunitas yang disebut sebagai suku Pesisir.

Resort

Resort didefinisikan sebagai penginapan yang terletak dikawasan wisata, dimana sebagian pengunjung yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota sekaligus difungsikan sebagai tempat peristirahatan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resort secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari

Paradise

Arti nama paradise adalah tempat yang indah. Paradise berasal dari kata Yunani, paradeisos, sebuah istilah metafisik untuk sebuah tempat yang memiliki eksistensi positif dan harmonis.Paradise sering dideskripsikan sebagai sebuah "tempat yang lebih tinggi", tempat yang lebih suci dibandingkan dunia.


(25)

Dari hasil diskusi dengan anggota kelompok serta dosen pembimbing, akhirnya ditentukan beberapa fungsi untuk dirancang oleh anggota kelompok kami, diantaranya adalah: information center, pujasera, gallery, cottage, restoran, convention hall, hotel dan beberapa bangunan pelengkap. Dan dari hasil pembagian proyek per tiap anggota, saya mendapatkan proyek Sibolga Information Center serta Pujasera.

Sibolga

Merupakan salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.

Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain : Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.

Information

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi

Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), “Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”

Center

Pengertian Center adalah pusat. Yang berarti pokok pangkal atau yg menjadi pumpunan berbagai-bagai urusan, hal, dsb. Pusat, sentral, adalah bagian paling penting dari


(26)

sebuah kegiatan atau organisasi . Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.

Sibolga Information Center

Sibolga Information Center merupakan sebuah bangunan yang menjadi pusat, pokok pangkal dan pumpunan segala informasi yang bisa didapat dari kota Sibolga dan yang berhubungan dengan kota Sibolga.

Pujasera (Foodcourt)

Pujasera (bahasa Inggris: food court atau food hall) adalah sebuah tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai (counters) makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif. Pujasera merupakan area makan yang terbuka dan bersifat informal, dan biasanya berada di mal, pusat perbelanjaan, perkantoran, universitas ataupun sekolah modern. Pujasera (food court) merupakan jenis usaha penyediaan makanan dan minuman pada suatu kesatuan tempat atau lokasi tetap tertentu dengan bangunan permanen atau semi-permanen, yang terdiri dari gerai-gerai penyediaan makanan dan minuman. Untuk memudahkan pengunjung dalam memilih, biasanya gerai-gerai yang ada di Food court dikelompokkan berdasarkan jenis menu yang ditawarkan.

Food court adalah sebuah tempat makanan yang terdiri dari counter-counter makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif. Food court merupakan area makanan yang terbuka dan bersifat informal.

Pemilik gedung biasanya mempekerjakan beberapa orang untuk mengelola dan menjalankan pujasera di gedung miliknya. Dalam pengelolaan ini pemilik gedung dapat juga memberikan penawaran kepada sebuah perusahaan pengelolaan properti atau pengelola acara (event organizer) yang berpengalaman dalam mengelola pujasera.

Terdapat beberapa konsep dalam mengelola pujasera, yaitu konsep "makanan cepat saji" dan konsep "pesan di meja makan".


(27)

Konsep "makanan cepat saji" adalah suatu konsep yang mengarahkan para pengunjung untuk langsung memesan makanan atau minuman di gerai-gerai yang siap melayani mereka. Produk-produk yang ditawarkan adalah produk-produk siap saji (maks. 10-15 menit untuk produksi dan penyajian). Biasanya lebih banyak di mal-mal yang ramai dan di area perkantoran yang para pengunjungnya mempunyai waktu terbatas.

Konsep "pesan di meja makan" adalah suatu konsep yang memanjakan para pengunjung dengan pelayanan seperti di restoran. Pramusaji (waiter) yang disediakan siap melayani pesanan pengunjung dengan cepat dan ramah. Produk-produk yang disajikan juga terkadang membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksi hingga penyajian. Biasanya pujasera dengan konsep ini berada di mal-mal yang dinamis.

2.1.1. Data Sibolga a. Demografi

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-laki dan 42.073 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Sibolga Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 30.082 orang, sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Sibolga Kota yaitu 14.304 orang. Dengan luas wilayah Kota Sibolga sekitar 10,77 km² serta didiami oleh 84.481 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Sibolga adalah sebanyak 7.844 orang per km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sibolga Sambas yakni sebanyak 12.821 orang per km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Sibolga Kota yakni 5.235 orang per km².


(28)

Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.1

b. Transportasi dan Turisme

Untuk perhubungan darat, Sibolga telah terhubung dengan kota-kota lainnya di Sumatera Utara, yakni dengan Padang Sidempuan dan Tarutung. Melalui jalur udara, Sibolga juga memiliki Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing yang melayani rute Sibolga-Medan dan Sibolga-Jakarta. Pelabuhan laut Sibolga, merupakan tempat penyeberangan menuju Pulau Nias dan kota-kota pesisir barat Sumatera lainnya. Di pelabuhan ini juga berlabuh KM Lambelu dan KM Umsini, yang melayani rute Sibolga-Gunung Sitoli-Padang. Rekreasi di Sibolga hingga sekarang menarik turis berdasarkan sejarahnya dan pantainya. Sibolga juga merupakan tempat persinggahan untuk berdagang serta orang yang mau menyebrang ke Pulau Nias.

c. Jarak dari Kota Sibolga ke Kota Lainnya di Sumatera Utara (km

1 Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986


(29)

Tabel 2. 1. Jarak dari Kota Sibolga ke Kota Lainnya di Sumatera Utara (km)

Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara

d. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Sibolga, 2013


(30)

Tabel 2. 2. Tabel Tingkat Pengangguran Penduduk

Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional 2013


(31)

Tabel 2. 3. Tabel Penumpang Ferry


(32)

Tabel 2. 4. Tabel Jumlah Hotel dan Rumah Makan di Kota Sibolga, 2009-2013

f. Sejarah Batak Pesisir

Suku Pesisir yang juga dikenal dengan banyak nama, seperti suku Batak Pesisir, suku Pasisi, dan suku Pesisi, adalah salah satu suku yang hidup di sepanjang pesisir pantai sebelah barat Sibolga dan Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Sejarah suku Pesisir ini berawal dari percampuran antara suku Batak Toba, Batak Mandailing, dan Batak Angkola yang sejak ratusan tahun lalu menetap di daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Dalam perkembangannya, percampuran ketiga suku Batak tersebut juga mengalami pembauran lagi dengan para imigran Minangkabau dan Melayu yang berasal dari pesisir timur Sumatera. Dari interaksi dan percampuran kelima suku tersebut, lahirlah sekarang suku yang dikenal sebagai suku Pesisir.

Pada awalnya, mereka berbicara dalam bahasa Batak. Akan tetapi, setelah berabad-abad bercampur dengan budaya Minang dan Melayu, bahasa merekapun berangsur-angsur


(33)

berubah, dan kemudian disebut sebagai bahasa Pesisir, seperti yang hari ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari mereka.

Bahasa Pesisir ini terbilang bahasa yang unik, karena sejatinya merupakan gabungan dari tiga bahasa, yaitu bahasa Batak Mandailing, bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu. Jadi suku Pesisir ini boleh disebut sebagai orang Batak yang berbahasa Melayu. Hal tersebut mirip seperti masyarakat Batak di Rokan Hulu, Provinsi Riau atau masyarakat Rao di kabupaten Pasaman Sumatra Barat.

Pada awalnya, suku Batak Pesisir ini lebih suka kalau disebut sebagai orang Melayu Pesisir. Tetapi belakangan ini, tidak sedikit dari mereka yang tidak menolak disebut sebagai suku Batak Pesisir. Bahkan akhir-akhir ini sebagian dari mereka mulai mencantumkan kembali marga-marga lamanya seperti Pohan, Siregar, Sitompul, Tanjung, dan Pasaribu. Salah satu putra dari suku Pesisir yang dikenal orang adalah Akbar Tanjung.

Keberadaan suku Pesisir ini, mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat lain di pulau Jawa atau daerah-daerah lain di luar provinsi Sumatra Utara. Tetapi sebenarnya, suku Pesisir ini telah ada selama beratus-ratus tahun di wilayah Sibolga dan Tapanuli Tengah, dan berdiri sejajar dengan etnis-etnis lain seperti suku Toba, Mandailing, Angkola, Minangkabau dan Melayu. Pada perkembangannya, adat dan kebudayaan yang berkembang di tengah suku Pesisir memang lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Melayu. “Dampeng” dan “Tari Payung” adalah dua dari sekian kesenian yang cukup popular di kalangan masyarakat Sumatera Utara.

Mata pencaharian masyarakat Pesisir pada umumnya adalah sebagai nelayan. Namun demikian, tidak sedikit juga yang kemudian bekerja di sektor pemerintahan dan swasta. Selain itu, pada sektor pendidikan, hari ini semakin banyak masyarakat Psisir yang telah berhasil mencapai jenang pendidikan tinggi.


(34)

2.2. Tinjauan Umum 2.2.1. Resort

a. Faktor Penyebab Timbulnya Resort

Sesuai dengan tujuan dari keberadaan Resort yaitu selain untuk menginap juga sebagai sarana rekreasi. Oleh sebab itu timbulnya resort disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

a) Berkurangnya waktu untuk beristirahat

Bagi masyarakat kota khususnya kota Medan kesibukan mereka akan pekerjaan selalu menyita waktu mereka untuk dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman.

b) Kebutuhan Manusia akan rekreasi

Manusia pada umumnya cenderung membutuhkan rekreasi untuk dapat bersantai dan menghilangkan kejenuhan yang diakibatkan oleh aktivitas mereka.

c) Kesehatan

Gejala-gejala stress dapat timbul akibat pekerjaan yang melelahkan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk dapat memulihkan kesehatan baik para pekerja maupun para manula membutuhkan kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh di tempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang disertai dengan akomodasi penginapan sebagai sarana peristirahatan.

d) Keinginan Menikmati Potensi Alam

Keberadaan potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit didapatkan di daerah perkotaan yang penuh sesak dan polusi udara. Dengan demikian keinginan masyarakat perkotaan untuk menikmati potensi alam menjadi permasalahan, oleh sebab itu hotel resort menawarkan pemandangan alam yang indah dan sejuk sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung ataupun pengguna hotel tersebut.


(35)

Ada 4 (empat) karakteristik resort sehingga dapat dibedakan menurut jenis hotel lainnya, yaitu:

1. Lokasi Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang padat dan bising, “Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh pada harganya.

2. Fasilitas Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang menuntut ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi outdoor meliputi kolam renang, lapangan tennis dan penataan landscape.

3. Arsitektur dan Suasana Wisatawan yang berkunjung ke Hotel Resort cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa etnik.

4. Segmen Pasar Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan / pengunjung yang ingin berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat-tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.

c. Jenis-jenis resort berdasarkan kelengkapan atraksi wisata a. Resort gabungan (intergrated resort)

Resort gabungan termasuk perkampungan pedesaan untuk tempat berlibur adalah resort yang direncanakan secara khusus. Dimana para pekerjanya dapat tinggal didalam atau dekat dengan resort. Orientasi resort ini dikhususkan pada keistimewaan alam seperti pantai, laut, lereng-lereng ski, pemandangan gunung, taman nasional, atau keistimewaan lain seperti


(36)

daerah dengan arkeologi dan sejarah, iklim yang menyehatkan, lapangan golf atau Fasilitas olahraga lain atau kombinasi

diantaranya.

b. Resort perkotaan (town resort)

Resort perkotaan menggabungkan penggunaan lahan dan aktifitas pada komunitas perkotaan, tetapi secara ekonomi difokuskan kepada aktifitas resort yang memiliki akomodasi eperti hotel dan fasilitas pelayanan wisata. Ada beberapa contoh resort perkotaan seperti resort ski, resort pantai, dan resort spa dikota-kota Eropa dan Amerika utara. Resort pantai di Australia dan resort spa diperkotaan Jepang.

c. Resort retreat (retreat resort)

Skala resort ini lebih kecil, kira-kira 25-50 kamar, tetapi direncanakan dengan kualitas tinggi. Terdapat didaerah-daerah terpencil seperti di pegunungan atau dipulau-pulau kecil. Akses satu-satunya hanya melalui kapal boat atau kapal udara kecil atau jalan layang. d. Rekreasi air (perairan)

Yang dimaksud dengan rekreasi air (perairan) yaitu rekreasi yang dilakukan pada media perairan, baik sungai, danau, waduk atau laut. Rekreasi ini memanfaatkan potensi alam perairan. Jenis aktifitas yang dapat dilakukan pada rekreasi perairan ditentukan oleh kondisi perairannya. Aktifitas tersebut dapat bersifat pasif atau aktif. Sebagai contoh untuk perairan yang airnya deras bergelombang tetapi mempunyai pemandangan yang indah, maka aktifitasnya cendrung pasif (contohnya pada pantai Parangritis, Jogjakarta). Sedangkan untuk perairan yang tenang maka aktifitasnya cendrung aktif (seperti Marina Ancol, Pantai

2.2.2. Visitor Center

a. Pengertian Visitor Center

Visitor Center atau Information Center adalah jenis utama dari pengembangan rekreasi didefinisikan sebagai fasilitas pendidikan yang diakui secara publik atau ruang


(37)

khusus untuk menampilkan informasi yang ada. Pusat pengunjung umumnya memiliki fasilitas pendukung (misalnya, parkir, hiburan yang menarik, Tempat duduk Outdoor, jalan setapak, dan pemandangan) dan kemudahan bagi masyarakat bepergian

(Misalnya, toilet, mesin air, peta, sastra, telepon, dan gift shop). Visitor Center (termasuk fasilitas terkait)

berfungsi untuk:

- Efektif berkomunikasi dan menginformasikan publik tentang informasi serta data Wilayah - Meningkatkan kualitas rekreasi dan pariwisata peluang untuk semua

pengunjung.

- Menjelaskan kesempatan lain dan fasilitas yang tersedia di dalam Site.

- Memberikan informasi tentang sumber daya alam, budaya, dan sejarah di wilayah site. - Membantu memberikan keamanan pengunjung dan kenikmatan.

- Mendidik dan mempromosikan keindahan alam.

2.3. Tinjauan Khusus 2.3.1. Tinjauan Lokasi

Hasil diskusi dengan kelompok, serta meminta saran dari dosen pembimbing, akhirnya kami memilih site di Kota Sibolga. Kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan.


(38)

Gambar 2. 1. Peta Sumatera Utara

Alasan kami memilih Kota Sibolga karena beberapa masalah yang dapat diselesaikan dengan rancangan, seperti tidak adanya motor ekonomi di kota tersebut serta kota tersebut

selama ini hanya dijadikan kota persinggahan tanpa adanya daya tarik di kota tersebut. Sedangkan potensi yang dimiliki kota tersebut sangat besar, serta view di kota tersebut

sangat eksotis.


(39)

Untuk letak site, kami mencari lahan kosong di Kota Sibolga, dan ternyata hampir tidak ada sama sekali lahan kosong yang dapat dirancang, maka dari itu kami mencoba mencari site yang memiliki potensi serta masalah yang dapat kami olah untuk tugas akhir kami.

Beberapa pilihan diantaranya adalah di pinggir pantai atau di bukit bukit yang berada di Kota Sibolga, dengan hasil pertimbangan, akhirnya kami memilih bukit karena masih banyak lahan kosong di bukit serta beberapa pinggiran pantai yang airnya sudah jorok serta lahan yang terbatas.

Dari beberapa bukit yang terdapat di Kota Sibolga, terdapat salah satu bukit yang berada di tengah tengah Kota Sibolga, dan terdapat sebuah peninggalan didalamnya, yaitu Tangga Seratus.


(40)

Gambar 2. 3 Letak Tangga Seratus .

2.3.2. Tinjauan Kondisi

Pada kegiatan tinjauan kondisi eksisting, perancang melakukan kegiatan survey lokasi langsung demi mengetahui tentang kondisi secara fisik dan non fisik serta potensi yang nantinya akan menjadi dasar perencanaan.


(41)

1. Kondisi Eksisting

Setelah perancang melakukan kegiatan survey langsung Sibolga, ternyata terdapat bangunan bangunan di Site tersebut namun sama sekali tak memiliki estetika.

Gambar 2. 4 4 Bangunan eksisting

2. Kondisi Jalan


(42)

Gambar 2. 5. Kondisi jalan yang bolong

3. Kondisi Bangunan Sekitar

Dari hasil survey yang kami lakukan di Sibolga, bangunan sekitar sudah menunjukkan beberapa bangunan modern, dan tidak ada hubungannya dengan konteks sibolga


(43)

Gambar 2. 6. Bangunan sekitar Sibolga

2.4. Studi Banding Proyek Sejenis 2.4.1. Visitor Center


(44)

Untuk Information Center, saya mengambil studi banding dari JNTO TIC. JNTO TIC (Tourist Information Center) telah menawarkan informasi pariwisata kepada pengunjung di Jepang sejak 1962. Karyawan yang bersahabat lancar dalam berbahasa Inggris, Chinese dan Korea yang memiliki banyak pengetahuan dan akan menawarkan saran saran yang terbaik tentang apa yang harus dilihat dan dilakukan di Jepang.

Di JNTO TIC, kita dapat menggunakan Wi-Fi dengan gratis

JNTO TIC juga mempunyai peta gratis, brosur multibahasa, kupon serta berbagai keperluan untuk meningkatkan pengalaman pariwisata kita di Jepang.

JNTO TIC menawarkan kesempatan pengalama untuk merasakan kultur Jepang seperti mencoba Kimono, baju tradisional Jepang. Membuat Origami, seni melipat kertas. Menulis Kaligrafi Shodo dan banyak lagi.


(45)

Gambar 2. 7. JNTO TIC

Cairns Botanical Garden Visitor Centre

Cairns Botanic Gardens Visitors Centre terletak di hutan hujan Far North Queensland, Cairns, Australia. Bangunan ini menampilkan konsep arsitektur tropis modern yang berbaur mulus ke lingkungan sekitarnya.


(46)

Gambar 2. 8. Cairns Bot. Visitor Center

Bangunan ini disamarkan dengan fasade cermin yang benar-benar mencerminkan taman disekitarnya. Para arsitek menggambarkannya sebagai “efek visual yang mirip dengan setelan yang dikenakan oleh pemburu alien di asli 1987 Film Predator.”

Gambar 2. 9. Eksterior Cairns Botanic Gardens Visitors Center

Fasilitas yang disediakan oleh Cairns Botanic Gardens Visitors Center ini antara lain : information center dan ruang pameran, kantor, cafe, perpustakaan, laboratorium, dan ruang kelas sebagai media pembelajaran.


(47)

2.4.2. FoodCourt

Pasar Khatulistiwa

Gambar 2. 10. Eksterior Pasar Khatulistiwa

Di Indonesia terdapat sebuah foodcourt yang layak untuk dijadikan studi banding, Dusun Bambu. Dusun Bambu bukan sekedar tawarkan pemandangan alam serta tempat bersantai, namun juga Foodcourt yang tidak hanya sekedar Foodcourt. Di Foodcourt yang dinamakan Foodcourt Khatulistiwa ini tawarkan beberapa produk dengan kwalitas paling baik, seperti buah serta sayur-sayuran segar. Bukan sekedar produk tani, namun juga jajanan khas Sunda serta cinderamata hasil karya orang-orang di seputar gunung Burangrang terdapat di Foodcourt ini.


(48)

Gambar 2. 11. Interior Pasar Khatulistiwa

Pasar ini juga di design khusus oleh pengelola tempat wisata Dusun Bambu sebagai tempat menjual berbagai barang handicraft khas masyarakat Burangrang. Selain itu juga, di Pasar Khatulistiwa Anda dapat membeli berbagai produk pertanian yang segar dan organik, dijamin bebas pestisida berbahaya. Anda dapat menjumpai berbagai sayuran organik dan buah buah segar dari para petani lokal.

.


(49)

(50)

BAB III


(51)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema

Berdasarkan judul besar yang kami angkat serta korelasinya dengan Kota Sibolga, kami memilih tema arsitektur neo-vernakular karena tema tersebut dapat menjawab problema dari culture sibolga yang masih harus dipertahankan serta menjawab dari kebutuhan desain resort serta fungsi fungsi didalamnya yang membutuhkan sebuah kemodernitas-an.

Pengertian Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.


(52)

36

Meyer Daniel Siregar | 110406114

Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernacular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.

Arsitektur Vernacular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional.

Pengertian Arsitektur Vernacular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional. Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

Pengertian Arsitektur Neo-Vernacular

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuranantara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.

3.2. Ciri-Ciri Gaya Arsitektur Neo Vernakular

Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :


(53)

- Selalu menggunakan atap bumbungan

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

- Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

- Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

- Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

- Pemakaian atap miring

- Batu bata sebagai elemen local - Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.

Ciri-ciri :

a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen). b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

c) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

3.3. Studi Banding Tema Sejenis a. Simalem Resort


(54)

38

Meyer Daniel Siregar | 110406114

Salah satu contoh bangunan yang memakai tema neo-vernakular di Sumatera Utara adalah Simalem Resort. Salah satu objek wisata terbaru & termegah di Provinsi Sumatera Utara, Terletak di kawasan Bukit Merek,Sidikalang objek wisata ini menghadirkan pemandangan Danau Toba dari sudut pandang yang sangat luas. Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 ha dgn lebih dr 25 ha telah ditanami tanaman buah jeruk, biwa, markisa, terong belanda, alpukat,dll. Dilengkapi berbagai fasilitas modern dan pilihan rekreasi a.l. wisata alam, agrowisata, lounge-cafe, dan resort/villa yang masih dalam rencana pembangunan sampai thread ini ditulis. Objek wisata ini akan berprospek tinggi karna didukung fasilitas yg sgt modern dengan objek alam yg spektakuler (Tao Toba sbg danau terbesar di Asia Tenggara & terdalam di dunia serta air terjun kembar & hutan alami).


(55)

b. Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Sumatera Barat adalah masjid terbesar di Sumatera Barat, terletak menghadap Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Bangunan Modern yang masih mengambil konteks tradisional bangunan Minang. Masjid Raya Sumatera Barat adalah masjid terbesar di Sumatera Barat, terletak menghadap Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.aArsitektur Masjid Raya Sumatera Barat memakai rancangan yanng dikerjakan oleh arsitek Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada 2007. Dari ratusan peserta, 71 desain masuk sebagai nominasi dan diseleksi oleh tim juri yang diketuai oleh sastrawan Wisran Hadi. Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis Sumatera Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Menurut rancangan, kompleks bangunan akan dilengkapi pelataran, taman, menara, ruang serbaguna, fasilitas komersial, dan bangunan pendukung untuk kegiatan pendidikan.

Masjid Raya Sumatera Barat menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap bangunan menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad. Ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Kakbah, Nabi Muhammad memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain.

Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat di lantai dua adalah ruang lepas. Lantai dua dengan elevasi tujuh meter dapat diakses langsung melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai dua diperkirakan dapat menampung 5.000-6.000 jemaah. Lantai dua ditopang oleh 631 tiang pancang dengan pondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap pondasi tidak dipatok karena


(56)

40

Meyer Daniel Siregar | 110406114

menyesuaikan titik jenuh tanah tanah. Adapun lantai tiga berupa berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.

Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung yang mempertemukan kolom beton miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki pondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 centimeter. Pekerjaan kolom miring melewati 13 tahap pengecoran selama 108 hari dengan memperhatikan titik koordinat yang tepat.

.

Gambar 3. 2. Masjid Raya Sumatera Barat sumber : konteks.org


(57)

BAB IV


(58)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

Pada tahap Analisa Perancangan penulis menganalisa beberapa hal yang berkaitan dengan rancangan penulis.

4.1. Analisa Tapak 4.1.1 Lokasi Tapak

Tapak Proyek:

Dari hasil survey site, maka beberapa data yang kami dapat adalah:

Letak : Kel. Pasar Baru, Kec.Sibolga Utara, Kab. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara Koordinat: 1o44’32” LU & 98o46’49” BT

Jarak ke Pantai : ± 650 meter Jarak ke Bandara: ± 25 kilometer

Jenis Tanah: Tanah Podsolik Merah-Kuning Ketinggian: ± 50 meter dari atas laut Curah hujan : 526,1 mm

Kelembaban : 82,67% Batas Site:

Utara: Perbukitan

Timur: Rumah Penduduk

Selatan: Jalan Nasional Sisingamangaraja Barat: Jalan DI Panjaitan


(59)

Gambar 4. 1. Cad Kota Sibolga

Tapak Proyek Penulis, Sibolga Visitor Center: Letak: Samping tangga seratus

Batas Site: Utara: Perbukitan Timur: Tangga Seratus

Selatan: Jalan Nasional Sisingamangaraja Barat: Jalan DI Panjaitan


(60)

(61)

4.1.2 Analisa Sirkulasi Exsisting dan Matahari


(62)

(63)

4.1.4. Analisa Bangunan Eksisting

Gambar 4. 3. Bangunan eksisting di tapak.

Bangunan yang berada di site sudah sangat tidak layak huni. Karena asumsi tanah tersebut sudah dibeli oleh stockholder, maka dari itu bangunan kami anggap dirubuhkan.

4.2. Analisa Konteks Sekitar 4.2.1. Budaya di Sibolga

Berdasarkan buku Struktur bahasa Pesisir Sibolga oleh Setiana Simorangkir, Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, Cina dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat Pesisir.


(64)

Gambar 4. 4. Baju Adat


(65)

4.2.2. Bangunan di Sibolga

Gambar 4. 6. Tikungan Tarutung – Sibolga


(66)

Gambar 4. 8. Hotel Bumi Asih Sibolga


(67)

4.3. Analisa Fungsional

4.3.1. Analisa Jumlah Pengunjung

Titik terberat (Po) pada bulan Juli yaitu 1309 pengunjung dalam sebulan. Kenaikan jumlah wisatawan dalam setahun (r) adalah 0,4% (sumber bps.go.id)

Pt=Po(1+r)t

Keterangan :

Pt = Jumlah wisatawan mendatang Po = Jumlah wisatawan sekarang r = Rasio kenaikan wisatawan t = Jangka waktu kenaikan


(68)

Pt = 1309 (1,4)5 Pt = 7040 orang

Perkiraan wisatawan kota Sibolga perbulan tahun 2020 adalah 7040 orang. Perkiraan wisatawan perhari ke Kota Sibolga adalah 234 orang

Perkiraan pengunjung Sibolga Visitor Center : 50% dari jumlah wisatawan Total pengunjung resort per hari adalah 117 orang.

4.3.2. Analisa Aktivitas

Yang memakai bangunan Information Center serta Pujasera ini adalah : -Pengunjung

Pengunjung adalah warga yang berdomisili di kota Sibolga serta turis dalam dan luar kota

Kelompok pelaku kegiatan dibedakan berdasakan umur :

Kelompok Anak-anak ( biasanya datang dalam bentuk rombongan ), usia 5 – 13 tahun

Kelompok Remaja, usia 14 – 24 tahun Kelompok Dewasa, usia 25 – 45 tahun Kelompok Lanjut usia, 55 tahun ke atas

Ditinjau dari segi kuantitas pengunjung yang datang terdiri dari :


(69)

atau kendaraan pribadi).

- Pengunjung yang datang dengan kapasitas sedang, berkisar antara 2-50 orang (dengan menggunakan bus wisata, kendaraan umum atau kendaraan pribadi). - Pengunjung yang datang dengan kapasitas besar antara 50-300 orang (dengan menggunakan bus wisata).

Kegiatan yang dilakukan pengunjung : - Makan (wisata kuliner)

- Mencari Informasi

- Beristirahat, Ke WC & Sholat

- Membeli / melihat – lihat produk yang disediakan oleh retail – retail penunjang - Rekreasi, melepaskan energi

-Pengelola: -Servis.

Pusat Informasi dan Gift Shop

Pengguna

Kegiatan

Ruang

Sifat

ruang

Tamu,

staff

Mencari informasi

Information

center

Publik

Operator

Penitipan barang

Bersantai

dari

perjalanan

panjang

Car call


(70)

Buang Air Kecil, Besar dan

Sholat

Rest Area

Tamu

Berbelanja

Gift shop

Publik

Pusat Kuliner (Foodcourt)

No.

Kebutuhan Ruang

Pelaku

Sifat

1.

Hall

Pengunjung

Publik

2.

R. Makan

Pengunjung

Publik

3.

Dapur

Pengelola

Servis

4.

Pantry

Pengelola

Servis

5.

Counter

Pengelola

Private

6.

Gudang

Pengelola

Servis

7.

Toilet

Pengunjung & Pengelola Servis

4.3.3. Program dan Besaran Ruang

Pusat Informasi

Fungsi

Zon

a

Kapasitas

(org)

Standart

(m2)

Jlh

uni

t

Luas

(m2)

Su

mbe

r

INFORMATION CENTER


(71)

Entrance hall

PB

100

0,6

/OR

G

1

60

NA

D

Resepsionis

PB

6

1,2

/OR

G

1

7,2

NA

D

R. Informasi

PB

-

-

1

200

AS

UM

SI

Area duduk

PB

50

2

/OR

G

1

100

NA

D

Toilet umum

PB

1

0,96

/OR

G

14

13,84

NA

D

LUAS

381

SIRKULASI 30%

114

TOTAL LUAS

495

MANAGING OFFICE

General manager SP

3

4,5 /OR

G

1

13,5 NA

D

Ass.

General

manager

SP

3

4,5 /OR

G

1

13,5 NA

D

R. Staff

SP

15

5 /OR

G

1

75 NA

D

R. Rapat

SP

20

2,4 /OR

G

1

48 NA

D

R. Tamu

SP

6

5,4 /OR

G

1

32,4 NA

D


(72)

SIRKULASI 30%

54.72

TOTAL LUAS

236

Pusat Kuliner (Foodcourt)

No.

Ruang

Standard

Sumb

er

Perhitungan

Luasan

1.

R.

Makan

1,2 m² per orang

NAD

40 orang, maka :

40 x 1,2 = 48 m²

48 m²

2.

Dapur

30% R. Makan

NAD

30% x 48 =

14.4m²

14.4 m²

3.

Counter 12% R. Makan

NAD

12% x 48 = 5.76

5.76 m²

4.

Gudang

50% Dapur

NAD

50% x 14.4 = 7.2

7.2 m²

5.

Sirkulasi 30% x luas total

30% x 75.6 =

22.6 m²

22.6 m²

Total

98.2 m²

Parkir:

Berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir oleh Dinas Perhubungan, untuk bangunan rekreasi sebesar 10000m2 membutuhkan parkir sebanyak 109 SRP.

4.4. Analisa Goal, Constrain, dan Criteria

a. Tujuan (Goal)

- Mampu menjadi sasaran utama para wisatawan yang melintasi Sibolga

- Menjadi motor ekonomi baru bagi warga sekitar dengan mengangkat kultur Sibolga b. Batasan (Constrain)

- Keterbatasan tapak - Kontur di belakang lahan

- Tangga seratus yang merupakan bangunan heritage dan tidak bisa dirobohkan - Membatasi penebangan pohon

c. Kriteria (Criteria)


(73)

BAB V

KONSEP


(74)

BAB V

KONSEP

Berawal dari kelompok perancang mendapat proyek untuk merancang sebuah kawasan di pesisir sumatera, perancang beserta kelompok langsung mencari dimana area terbaik beserta masalah apa yang harus perancang jawab. Mulai dari pesisir timur dan pesisir barat kami telusuri data serta membaca beberapa artikel, hingga kami menemukan area pesisir barat yang indah dan cocok untuk dibangun. Pada awal kami menentukan lokasi di sekitar hutan yang berada di timur Kota Sibolga, namun tidak adanya masalah yang mendesak untuk diselesaikan di daerah tersebut membuat kami berpindah langsung ke Kota Sibolga itu sendiri.

Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa. Sibolga sangat memiliki potensi, dari kekayaan alamnya yang indah, serta kebudayaannya yang kaya.

Perancang yang memilih untuk merancang area publik bagi pengunjung kota Sibolga baik yang baru pertama kali berkunjung ke Sibolga maupun rakyat sibolga sendiri, memilih untuk merancang Sibolga Visitor Center atau Pusat Pengunjung Sibolga, sebagai pusat tempat berkumpulnya pengunjung, sebagai sarana untuk mencari informasi hal hal apa yang terdapat di Sibolga dan sekitarnya, serta beberapa sarana penunjang seperti rest area dan pusat jajanan maupun makanan.

Visitor Center sangat penting selain sebagai pusat destinasi wisata para wisatawan, namun juga sebagai tempat untuk memanajemen wisata yang akan dilakukan sang wisatawan. Visitor center juga dapat berfungsi sebagai tempat istirahat maupun pemberhentian sang pengemudi serta penumpang yang sudah berjalan jauh dari kota lain untuk singgah kota Sibolga. Sedangkan di Sibolga sendiri belum ada satupun bangunan yang memfasilitasi wisatawan untuk mencari informasi wisata maupun berfokus pada tempat istirahat para wisatawan.


(75)

Sibolga Visitor Center ini selain mempromosikan Kota Sibolga juga diarahkan sebagai obyek wisata yang menyediakan sebuah area terpusat yang berfungsi sebagai information center terkait khusus wisata di area Sibolga. Konsep yang dihasilkan bukan semata merupakan investasi usaha atau bisnis di bidang jasa yang menjual pemandangan yang indah dan udara yang segar dan fasilitas yang menghibur kepada masyarakat, namun juga dapat berperan sebagai media promosi wisata di area Sibolga, menjadi media pendidikan kepada masyarakat, dan konservasi untuk kelestarian lingkungan sekitar, serta dapat menjadi pemicu kawasan pertumbuhan wilayah baru.

Sebelum dilakukan perancangan terlebih dulu harus dilakukan penentuan dimana lokasi proyek akan dilakukan.

Setelah itu saya berfokus pada ornament ornament mandailing serta artinya.

1. Bona Bulu melambangkan sistem pemerintahan Huta

Makna: Suatu wilayah pemukiman telah dapat dikategorikan sebagai huta atau bona bulu apabila sarana dan prasarananya telah lengkap antara lain: unsur-unsur Dalian Na Tolu (Mora, Kahanggi dan Anak Boru), Raja Pamusuk, Namora Natoras, Ulubalang, Bayo-bayo

Nagodang, Datu dan Sibaso.

2. Bindu / Pusuk ni Robung melambangkan sistem organisasi sosial

Makna: Kehidupan sosial-budaya masyarakat Mandailing berlandaskan Adat Dalian Na Tolu (Tiga Tungku Sejarangan) atau Adat Markoum-Sisolkot (adat berkaum-kerabat)

3. Burangir / Aropik melambangkan fungsi Raja dan Namora Natoras


(76)

Makna: Segala sesuatu perihal, baik itu menyangkut pelaksanaan upacara adat dan ritual harus terlebih dahulu meminta pertimbangan dan ijin kepada Raja dan Namora Natoras.

4. Sipatomu-tomu melambangkan hak dan kewajiban Raja dan rakyatnya

Makna: Raja berkewajiban menjaga dan memelihara ketertiban dalam masyarakat agar mereka dapat hidup aman dan damai serta saling menghormati antar sesama demi tegaknya

hukum dan adat.

5. Bintang na Toras melambangkan pendiri huta

Makna: Huta tersebut didirikan oleh Natoras yang sekaligus berkedudukan sebagai pimpinan pemerintahan dan pimpinan adat yang dilengkapi dengan Hulubalang,

Bayo-bayo Nagodang, Datu, dan Sibaso.

6. Rudang melambangkan suatu Huta yang sempurna

Makna: Huta tersebut lengkap dengan segala atribut kebesaran adatnya seperti pakaian adat, uning-uningan, senjata dan lain sebagainya.

7. Raga-raga melambangkan keteraturan dan keharmonisan hidup bersama

Makna: Hubungan antar kekerabatan sangat erat dan berlangsung secara harmonis dengan terjadinya hubungan perkawinan antar marga (klan), baik sesama warga huta maupun


(77)

8. Sancang Duri melambangkan suatu kejadian yang tak terduga

Makna: Seseorang yang datang ke suatu huta dan ia langsung ke Sopo Godang, maka Namora Natoras wajib memberinya makan selama ia berada di huta itu, dan apabila ia

meninggalkan huta harus diberi bekal makanan.

9. Jagar-jagar melambangkan kepatuhan masyarakat terhadap adat-istiadat

Makna: Dalam setiap huta telah ada ketentuan mengenai adat Marraja, adat Marmora, Markahanggi, Maranak boru, dan adat Naposo Nauli Bulung.

10. Bondul na Opat melambangkan ketentuan dalam berperkara

Makna: Setiap perkara adat akan diselesaikan di Sopo Godang (Balai Sidang Adat) oleh Namora Natoras, dan keputusan yang diambil harus adil sehingga tidak merugikan para

pihak yang berperkara.

11. Alaman Bolak (Alaman Silangse Utang) melambangkan wewenang dan kekuasaan Raja Makna: Kalau terjadi perkelaian misalnya dan salah seorang diantaranya berlari ke Alaman Bolak yang terdapat di depan Bagas Godang (Istana Raja), maka orang tersebut tidak boleh

diganggu oleh siapapun. Kalau ada orang lain yang mengganggu, maka yang menjadi lawannya adalah semua warga huta.


(78)

12. Bulan melambangkan pelita hidup Makna: Bulan yang bersinar pada malam hari dapat menerangi mata hati segenap warga huta itu akan membawa mereka menuju taraf hidup yang lebih baik yaitu keberuntungan,

kemuliaan dan kesejahteraan.

13. Mataniari melambangkan Raja yang adil dan bijaksana

Makna: Seorang Raja yang memerintah dengan adil dan bijaksana akan membuat segenap warga huta merasa bahagia. Raja harus menjadi pelindung rakyatnya dalam segala hal, baik dalam adat maupun menyangkut kehidupan sehari-hari. Sikap Raja yang demikian


(79)

14. Gimbang melambangkan tingkat kepedulian sosial Raja yang tinggi

Makna: Kepemilikan Raja atas sawah yang cukup luas dan persediaan bahan makanan (padi) yang cukup itu menjadi parsalian (tempat memohon bantuan) bagi setiap warga huta

yang kekurangan bahan makanan.

15. Takar melambangkan keadilan social-ekonomi bagi setiap orang

Makna: Setiap warga huta yang sedang mengalami kesusahan baik masalah makanan maupun hal-hal lainnya dapat meminta bantuan Raja. Demikian pula setiap orang wajib


(80)

16. Lading / Upak melambangkan kesiap-siagaan

Makna: Benda tajam ini cukup penting ini dalam berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat berguna sebagai senjata ketika pergi ke tengah hutan untuk berburu

atau untuk kepentingan lainnya.

17. Podang melambangkan penegakan hukum

Makna: Terhadap seseorang yang melanggar hukum, raja memiliki wewenang untuk memumutuskan apakah seseorang yang telah terbukti bersalah itu di hukum mati atau

hukum gantung maupun hukuman buang (Pahabang Manuk Na Bontar).

18. Tanduk ni Orbo melambangkan kebangsawanan dan kekuasaan


(81)

Makna: Setiap rumah yang memiliki tanduk kerbau pada bagian atas atap rumahnya menandakan bahwa yang punya rumah adalah Raja atau kaum Bangsawan yang memiliki

pengaruh atau kekuasaan di dalam suatu huta.

19. Lipan melambangkan asas permusyawaratan untuk mufakat

Makna: Setiap keputusan yang dihasilkan berdasarkan musyawarah bersama untuk mufakat merupakan landasan hukum yang memiliki kekuatan tetap dan bersifat memaksa.

20. Ulok melambangkan kedudukan dan fungsi Raja

Makna: Raja pada setiap Huta memiliki kemuliaan dan kebesaran yang berfungsi sebagai pelindung dan pemersatu bagi segenap rakyatnya.

21. Hala melambangkan asas permusyawaratan untuk mufakat


(82)

Makna: Keputusan bersama yang disebut ”Janjian” adalah dasar hukum yang paling kuat dan tidak dapat dibantuk oleh pihak manapun juga. Maknanya kurang lebih sama dengan

pengertian lipan.

21. Barapati / Parapoti melambangkan kegiatan mencari nafkah

Makna: Kegiatan mencari nafkah hidup seperti burung merpati yang terbang di pagi hari untuk mencari nafkah, dan pada sore hari kembali ke rumah dengan membawa nafkah

yang diperolehnya untuk dimakan bersama-sama keluarganya.

22. Manuk na Bontar melambangkan sanksi hukum yang berat

Makna: Setiap orang yang melanggar adat, misalnya kawin semarga (incest) dikenakan hukuman dengan memotong seekor kerbau

dan memberi makan orang banyak serta melepaskan seekor ayam putih (pahabang manuk na bontar). Orang yang melanggar adat ini selanjutnya diusir dari Huta dan hubungan


(83)

23. Timbangan melambangkan kebenaran dan keadilan

Makna: Dalam memeriksa, membahas, menimbang serta memutuskan suatu perkara harus berdasarkan kebenaran dan keadilan serta bijaksana agar tidak menimbulkan perasaan

tidak senang bagi pihak yang berperkara.

24. Bintang melambangkan Natoras

Makna: Dengan adanya lambang ini suatu pertanda bahwa di Huta tersebut ada Natoras sebagai pendiri Huta yang pertama sekali (Pamungka Huta).

25. Horis melambangkan kesejahteraan, keselamatan dan kedamaian


(84)

Makna: Raja dan rakyatnya hidup damai dan sejahtera, jauh dari segala gangguan marabahaya.

26. Gancip melambangkan tugas dan kewajiban Raja Makna: Raja melaksanakan adat dan hukum secara adil dan bijaksana. Apabila rakyat

memerlukan bantuan, maka Raja wajib menolongnya, baik itu bantuan moril maupun materil. Selain itu Raja harus bersikap tegas dan konsisten terhadap siapapun yang

melakukan kesalahan diberi hukuman berdasarkan keputusan adat.

27. Loting Pak-pak melambangkan kesungguhan dalam berusaha dan bekerja

Makna: Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maka setiap orang harus bekerja dan berusaha dengan menggunakan seluruh tenaga dan pikiran sehingga setiap pekerjaan tidak sia-sia dilakukan, tak ubahnya seperti besi dan batu yang apabila diadu akan menghasilkan


(85)

28. Gumbot melambangkan Raja sebagai suri tauladan dan panutan rakyat

Makna: Sebagai seorang pemimpin yang beradat dan mengetahui hukum, maka seorang Raja harus memiliki sifat welas asih, lapang dada, respek dan memiliki etika yang tinggi

sehingga ia selalu menjadi panutan rakyatnya.

Untuk hasil akhir, saya mendesain dengan kerangka berfikir untuk menjabarkan dahulu masalah yang ada serta saran saran yang timbul dari sidang 1 -2, lalu dibahas satu persatu dan saling feedback satu dengan yang lainnya.

Dari hasil brainstorming, beberapa hal yang perlu dipikirkan adalah: 1. Kemacetan

2. Konteks Sibolga 3. Pedestrian dan Parkir 4. Eksterior

5. Interior Serta Sirkulasi 6. Tangga Seratus

7. Struktur

5.1 Kemacetan

Untuk menanggulangi kemacetan,dapat dilakukan beberapa hal, diantaranya tempat masuk yang diletakkan di tempat sepi, namun banyak memiliki kekurangan. Cara yang paling efisien adalah pembesaran jalan. Maka dari itu saya melakukan pembesaran jalan


(86)

yang cukup besar, dengan cara memberikan 3-6 meter tapak saya kepada jalan, hal itu akan memberikan hasil yang cukup signifikan.

Gambar 5. 1. Solusi Kemacetan 5.2 Konteks Sibolga

Kelompok sepakat untuk memilih salah satu dari bangunan yang harus disamakan agar saling berkesinambungan. Maka dari itu kami memilih atap untuk merepresentasikan Sibolga. Sibolga sendiri berdasarkan analisa bangunan di Sibolga serta budayanya, erat kaitannya dengan minangkabau serta minang. Maka dari itu bangunan saya memakai atap tersebut. Serta dengan tambahan ornament ornament yang sudah dijelaskan.

Lahan yang


(87)

Gambar 5. 2. Atap serta dinding yang memakai konteks Sibolga 5.3 Pedestrian dan Parkir

Pedestrian dan parkir mengambil konteks marine daripada Kota Sibolga, dengan memberikan banyak kolam serta air mancur di sekitar bangunan agar menjadi plaza serta memberikan efek dekat dengan laut. Parkiran semua berada di bawah bangunan.


(88)

(89)

5.4 Eksterior Bangunan

Menggunakan ornament ornament Sibolga. Serta konteks konteks Sibolga


(90)

5.5 Interior Bangunan

Menjadikan kain kain dari suku-suku di Sibolga menjadi lampion disertai informasi di dalamnya, membuat interior bangunan seperti lautan di dalam bangunan.


(91)

5.6 Tangga Seratus

Memperbaiki tangga tangga yang rusak lalu mengecatnya menjadi mural-mural yang berwarna biru dengan konteks Sibolga, dan memperbaiki bordes bordes di eksisting tangga seratus.


(92)

5.6 Struktur

Bangunan information center dengan bentang 8, menggunakan balok 35/70 dan kolom 50/50, rangka atap mengikuti atap minang, serta dinding bata dengan secondary skin.


(93)

BAB VI


(94)

BAB VI

GAMBAR KERJA

Hasil gambar kerja perancangan arsitektur 6, meliputi: - Denah

- Tampak - Potongan - Siteplan - Utilitas


(95)

BAB VII


(96)

BAB VII

KESIMPULAN

Bangunan yang berada di tengah tengah Kota Sibolga ini dapat menjadi sebuah pusat pengunjung yang mempunyai berbagai macam aktivitas, khususnya lebih mengarah pada bidang memperkenalkan wisata di area Sibolga serta sekitarnya,wahana studi dan pengetahuan wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Selain itu terdapat fasilitas pendukung berupa landscape taman, rest area, serta pusat jajanan sebagai area istirahat pengunjung yang singgah ke Kota Sibolga yang dapat diwujudkan dalam bentuk rancangan desain bangunan.

Lereng lereng bangunan yang curam tetap dapat dibangun bangunan non kompleks dengan memakai pondasi strauss pile, atau dengan cara tanah di bor secara manual.

Dengan adanya bangunan ini, dapat muncul sebuah motor ekonomi baru dan memperkenalkan lebih dalam wisata-wisata yang ada di kota Sibolga.


(97)

Daftar Pustaka

Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988 John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987

A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974

Nyoman.S. Pendit. Ilmu Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999

Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988 Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999

Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986

Badan Pusat Statistik Kota Sibolga, 2010. Kota Sibolga Dalam Angka tahun 2010


(1)

76

Meyer Daniel Siregar - 110406114

Bangunan information center dengan bentang 8, menggunakan balok 35/70 dan kolom 50/50, rangka atap mengikuti atap minang, serta dinding bata dengan secondary skin.

Gambar 5. 7. Tangga Seratus serta bordes yang harus diperbaiki


(2)

BAB VI


(3)

BAB VI

GAMBAR KERJA

Hasil gambar kerja perancangan arsitektur 6, meliputi: - Denah

- Tampak - Potongan - Siteplan - Utilitas

- Dan sebagainya.


(4)

BAB VII


(5)

75

Meyer Daniel Siregar | 110406114

BAB VII

KESIMPULAN

Bangunan yang berada di tengah tengah Kota Sibolga ini dapat menjadi sebuah pusat pengunjung yang mempunyai berbagai macam aktivitas, khususnya lebih mengarah pada bidang memperkenalkan wisata di area Sibolga serta sekitarnya,wahana studi dan pengetahuan wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Selain itu terdapat fasilitas pendukung berupa landscape taman, rest area, serta pusat jajanan sebagai area istirahat pengunjung yang singgah ke Kota Sibolga yang dapat diwujudkan dalam bentuk rancangan desain bangunan.

Lereng lereng bangunan yang curam tetap dapat dibangun bangunan non kompleks dengan memakai pondasi strauss pile, atau dengan cara tanah di bor secara manual.

Dengan adanya bangunan ini, dapat muncul sebuah motor ekonomi baru dan memperkenalkan lebih dalam wisata-wisata yang ada di kota Sibolga.


(6)

76

Meyer Daniel Siregar | 110406114

Daftar Pustaka

Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988 John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987

A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974

Nyoman.S. Pendit. Ilmu Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999

Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988 Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999

Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986

Badan Pusat Statistik Kota Sibolga, 2010. Kota Sibolga Dalam Angka tahun 2010