Analisis Supply Chain Management Brokoli Di Cv. Yan’s Fruits And Vegetable Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

(1)

ANALISIS

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BROKOLI

CV. YAN’S

FRUITS AND VEGETABLE

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

CLARA YOLANDIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Supply Chain Management Brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat (Studi Kasus: CV. Yan’s Fruits and Vegetable) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016 Clara Yolandika NIM H351150251


(4)

RINGKASAN

CLARA YOLANDIKA. Analisis Supply Chain Management Brokoli di CV. Yan’s Fruits and Vegetable Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dibimbing oleh RITA NURMALINA dan SUHARNO.

Brokoli merupakan salah satu komoditas hortikultura jenis sayuran berdaun hijau tua kelompok Brassica. Nilai gizi dari brokoli dapat dianggap sebagai pembangkit tenaga, zat besi, protein, kalsium, kromium, karbohidrat, vitamin A dan vitamin C, sehingga konsumsi brokoli di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Hal ini mengimplikasikan dibutuhkannya usaha meningkatkan produksi brokoli dalam negeri. Namun, usaha peningkatan produksi tentunya harus diikuti oleh usaha pembentukan sistem pemasaran yang baik, melalui integrasi dan koordinasi rantai pasok brokoli.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat; (2) mengukur kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat; dan (3) mengukur efisiensi kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan satu perusahaan, yaitu CV. Yan’s Fruits and Vegetable dan 30 petani brokoli mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data diolah ke dalam tiga tahapan. Analisis pertama merupakan analisis rantai pasok brokoli dengan menggunakan metode Food Supply Chain Networks (FSCN). Kinerja rantai pasok brokoli akan diukur dengan membandingkan nilai variabel input dan output kinerja rantai pasok pada petani mitra dan perusahaan dengan nilai superior pada food SCORcard. Variabel input kinerja rantai pasok petani mitra berupa lead time pemenuhan pesanan, siklus pemenuhan pesanan, fleksibilitas rantai pasok, biaya total rantai pasok, cash to cash cycle time, dan persediaan harian, sedangkan variabel output kinerja rantai pasok berupa kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar. Efisiensi kinerja rantai pasok brokoli dilakukan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi variable return to scale (VRS).

Berdasarkan pendekatan FSCN diketahui bahwa kondisi rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang sudah berjalan dengan baik. Sudah adanya hubungan yang baik pada setiap anggota rantai pasok. Selain itu, pada rantai pasok brokoli telah memiliki sasaran yang jelas, baik sasaran pasar, sasaran pengembangan, dan sasaran produk. Peningkatan kualitas dan pengoptimuman rantai pasok sudah menjadi sasaran setiap pelaku yang terkait dalam rantai pasok brokoli. Sistem komunikasi sudah berjalan dengan baik antara anggota primer dalam rantai pasok. Aliran informasi terjadi pada ritel, perusahaan dan petani atau sebaliknya. Informasi dari perusahaan ke petani berhubungan dengan kapasitas perusahaan, status pengiriman dan berapa pesanan komoditas brokoli yang harus dikirim ke ritel, serta identifikasi komoditas brokoli yang dibutuhkan. Pengintegrasian yang baik inilah yang menyebabkan lancarnya aliran finansial pada rantai pasok brokoli dari ritel, CV. Yan’s Fruits and Vegetable, dan petani, sehingga menyebabkan kemitraan dari setiap pelaku rantai pasok selalu berjalan dengan baik.


(5)

Kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang sudah memiliki kriteria yang baik. Hal ini disebabkan karena setiap anggota rantai pasok memiliki kinerja yang baik pada semua indikator, baik input maupun output. Kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang sudah baik setelah dibandingkan dengan kriteria foodSCOR card yang merupakan acuan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Berdasarkan pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok dengan metode DEA, hanya ada 6 petani mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable (20.00 persen) yang sudah efisien secara teknis karena memiliki nilai efisiensi kinerja sama dengan 1.00. Ketidakefisienan petani sebagian besar disebabkan oleh lead time pemenuhan pesanan dan siklus rantai pasok yang terlalu lama. Sementara itu, berdasarkan hasil pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok brokoli di tingkat perusahaan, diketahui CV. Yan’s Fruits and Vegetable telah efisien secara teknis karena sudah memiliki nilai efisiensi kinerja sama dengan 1.00, artinya CV. Yan’s Fruits and vegetable telah sempurna dari sisi input maupun output.

Bagi petani mitra, untuk mencapai kinerja rantai pasok yang efisien, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kinerja rantai pasok. Perbaikan dapat dilakukan melalui pegurangan biaya total rantai pasok dengan cara mengurangi lead time dan siklus dalam pemenuhan pesanan, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya untuk cooler storage dan pengemasan. Selain itu, kelompok usahatani setempat diharapkan dapat memberikan sosialisasi kepada petani tentang perencanaan usahatani, dari mulai budidaya hingga pascapanen. Petani dapat mengurangi waktu tunggu pemenuhan pesanan dan siklus pemenuhan pesanan melalui perencanaan yang matang. Jika petani sudah memiliki perencanaan yang matang perihal hasil produksinya, maka petani tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi kebutuhan brokoli. Terkait penelitian lanjutan, diharapkan penelitian mengenai sistem kinerja rantai pasok brokoli lebih perlu dikembangkan, sehingga kinerja rantai pasok brokoli semakin baik, mengingat permintaannya yang semakin tinggi.


(6)

SUMMARY

CLARA YOLANDIKA. Supply Chain Management Analysis of Broccoli in CV. Yan’s Fruits and Vegetable, Lembang, West Bandung. Supervised by RITA NURMALINA and SUHARNO.

Broccoli is one of horticultural commodities that has dark green leafy vegetables in Brassica group. The nutritional value of broccoli can be considered as a power plant, iron, protein, calcium, chromium, carbohydrate, vitamin A and vitamin C, so that the consumption of broccoli in Indonesia tends to increase. It implies that it was needed for an effort to increase the production of broccolion domestic. However, the efforts to increase the production must be followed by a business establishment for a good marketing system, through the integration and coordination of broccoli supply chain.

This research aims to: (1) identify the supply chain of broccoli in Lembang, West Bandung; (2) measure the supply chain performance of broccoli in Lembang, West Bandung; and (3) measure the supply chain performance efficiency of broccoli in Lembang, West Bandung. This research used a company, namely CV. Yan’s Fruits and Vegetable and 30 broccoli farmers that were CV. Yan’s Fruits and Vegetable’s partners. The data that was used on this reasearch are primary and secondary data. The data was processed on three stages. The first analysis was supply chain analysis of broccoli with Food Supply Chain Networks (FSCN) approach. Supply chain performance of broccoli woule be measured by comparing between the value of input and output variable of farmers and company supply chain performance with superior value on food SCORcard. The input variables on farmers supply chain performance were order fulfillment lead time, the order fulfillment cycle, supply chain flexibility, the supply chain total cost, cash to cash cycle time, and daily supplies, while output variables on farmers supply chain performance were delivery performance, order fulfillment, and conformance to standards. Supply chain performance efficiency of broccoli was did by Data Envelopment Analysis (DEA) method with variable return to scale (VRS) assumption.

Based on FSCN approach was knowns that the condition of broccoli supply chain on Lembang has been running well. They have had a good relation between all of supply chain actors. Improved quality and optimization of the supply chain has been on the target of any relevant actors in broccoli supply chain. The communication system has been running well between the primary member of the supply chain. The flow of the information occurs in the ritel, corporate, and farmers or vice versa. The information from the farmer of the company was related to the capacity of the company, delivery status and how many broccoli orders should be sent to ritel, as well as the identification of broccoli necessary. Integrating of the good is what causes the smooth financial flows in the broccoli supply chain of ritel, CV. Yan's Fruits and Vegetable, and farmers, causing the partnership of every supply chain actors have been always running well. However, supply chain activities of broccoli has not been supported by adequate infrastructure, such as access roads yaang damaged, resulting in the lengthy process of distribution and a high risk of damage to the product while on the trip.


(7)

Supply chain performance of broccoli was in good criteria. It was because each supply chain actors had good performance on all input and output variables. Supply chain performance of broccoli in Lembang was in good criteria based on foodSCOR card criteria. Supply chain performance efficiency of broccoli farmers in Lembang still largely inefficient, because there are just 6 broccoli farmer (20.00 percent) who are technically efficient of supply chain, that all of them are CV. Yan’s Fruits and Vegetable parters. Inefficiency of broccoli farmers were due to the persistence of the input from 24 broccoli farmers. However, the supply chain performance on company level, only CV. Yan’s Fruits and Vegetable that has been efficient techically. So it means that CV. Yan’s Fruits and Vegetable has been perfect based on input and output.

For farmers partners, to achieve an efficient supply chain performance, there should be improvements in supply chain performance. Improvements can be made through pegurangan total supply chain costs by reducing lead times and cycle in order fulfillment, so it does not require an additional fee for cooler storage and packaging. In addition, the local farming group is expected to provide socialization to farmers on farm planning, ranging from cultivation to postharvest. Farmers can reduce the waiting time order fulfillment and order fulfillment cycle through careful planning. If the farmer's own careful planning regarding their products, farmers will not take a long time to meet the needs of broccoli. Related advanced research, research on the expected performance of the supply chain system broccoli more needs to be developed, so that the performance of the supply chain, the better broccoli, given the increasingly high demand.


(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(9)

ANALISIS

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BROKOLI DI

CV. YAN’S

FRUITS AND VEGETABLE KECAMATAN

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

CLARA YOLANDIKA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisinis

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016


(10)

(11)

(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini telah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan Juli hingga Agustus 2016 adalah rantai pasok, dengan judul Analisis Supply Chain Mangement Brokoli di CV. Yan’s Fruits and Vegetable Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, M.S. dan Bapak Dr. Ir. Suharno, M.Adev. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, M.M. dan Bapak Dr. Ir. Joko Purwono, M.S. selaku dosen penguji serta ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, M.S selaku evaluator yang telah memberikan saran kepada penulis. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Kostaman selaku pimpinan, Bapak Tedy Karisma selaku Manager Divisi Administrasi, staf serta seluruh petani mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable yang telah banyak membantu penulis selama proses pengumpulan data.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada Kementerian Riset dan Teknologi yang telah memberikan dana pendidikan penulis di Sekolah Pascasarjana IPB. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga juga disampakan kepada ayah , ibu, serta adik atas dukungan yang diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada Ibu Yuni dan Ibu Dewi selaku staf akademik MSA IPB, serta pihak lainnya yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak, bagi mahasiswa, peneliti, maupun pihak lainnya.

Bogor, Oktober 2016 Clara Yolandika


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Rantai Pasok 7

Kinerja Rantai Pasok 8

Efisiensi Kinerja Rantai Pasok 9

KERANGKA PEMIKIRAN 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12 Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODOLOGI PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 21

Metode Penentuan Sampel 21

Metode Pengolahan Data 22

GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK BROKOLI

28

Gambaran Umum Budidaya Brokoli di Kecamatan Lembang 28 Gambaran Umum Petani Mitra 29 Gambaran Umum CV. Yan’s Fruits and Vegetable 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Analisis Deskriptif Rantai Pasok Brokoli di Kecamatan Lembang 33 Kinerja Rantai Pasok Brokoli di Kecamatan Lembang 50 Efisiensi Kinerja Rantai Pasok Brokoli di Kecamatan Lembang 62

SIMPULAN DAN SARAN 70

Simpulan 70

Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 71


(14)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah produksi brokoli di 6 provinsi sentra produksi di Indonesia 3 2 Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran rantai pasok 16 3 Kriteria pencapaian kinerja rantai pasok

4 Sebaran petani mitra berdasarkan umur 30 5 Sebaran petani mitra berdasarkan tingkat pendidikan 30 6 Sebaran petani mitra berdasarkan luas lahan usahatani brokoli 31 7 Sebaran petani mitra berdasarkan lama usahatani brokoli 31 8 Sebaran petani mitra berdasarkan status kepemilikan lahan 32 9 Daftar Konsumen CV. Yan’s Fruits and Vegetable Komoditas Brokoli 38 10 Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasok 40 11 Perbandingan nilai rata-rata kinerja rantai pasok petani mitra dengan nilai

superior berdasarkan variabel input dan variabel output 52 12 Perbandingan nilai rata-rata kinerja rantai pasok CV. Yan’s Fruits and

Vegetable dengan nilai superior berdasarkan variabel input dan variabel

output 57

13 Rincian nilai dan kriteria kinerja rantai pasok brokoli pada petani mitra dan CV. Yan’s Fruits and Vegetable di Kecamatan Lembang 62 14 Daftar Nilai Input Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Petani Mitra Pada

Bulan April hingga Juni 2016 65 15 Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical

Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency (VRSTE), dan Scale Efficiency (SE) pada rantai pasok brokoli di

Kecamatan Lembang 66

16 Nilai Potential Improvement (PI) dari petani 10 pada rantai pasok brokoli

di Kecamatan Lembang 68

17 Sebaran variabel ouput dan input yang digunakan tiga petani responden pada rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang 68

DAFTAR GAMBAR

1 Konsumsi Brokoli Indonesia per Kapita per Tahun 2 2 Total Permintaan dan Pengiriman Brokoli pada Perusahaan di Kecamatan

Lembang 5

3 Persentase Kinerja Pengiriman Brokoli pada Perusahaan di Kecamatan

Lembang 5

4 Skema Rantai Pasok dari Sudut Pandang Pengolah (Processor) dalam

FSCN 13

5 Kerangka Pemikiran Operasional 20 6 Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok 23

7 Model Pengukuran DEA 27

8 Struktur organisasi CV. Yan’s Fruits and Vegetable 33 9 (a) brokoli yang diterima packing house, (b) brokoli yang ditolak packing

house 34

10 Kegiatan pascapanen yang dilakukan petani brokoli Desa Cibodas 36 11 Kegiatan pascapanen yang dilakukan CV. Yan’s Fruits and Vegetable 37


(15)

12 Kegiatan grading yang dilakukan CV. Yan’s Fruits and Vegetable 38 13 Kegiatan rantai pasok yang dilakukan oleh ritel 39 14 Prosedur Pengadaan Kebutuhan Non sayur dan buah 41 15 Pola Aliran Rantai Pasok Brokoli 42 16 Alur kerja pengolahan data pada DEA 63 17 Distribusi nilai efisiensi pada model DEA Variable Return to Scale (VRS)

untuk masing-masing petani brokoli di Kecamatan Lembang 67

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical Efficiency Scores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores, Scale Efficiency, dan Return to Scale dari setiap petani brokoli responden di Kecamatan Lembang bulan April hingga Juni 2016 85 2 Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani brokoli responden di

Kecamatan Lembang bulan April hingga Juni 2016 86 3 Sebaran perbandingan dari setiap petani brokoli responden (DMU) di

Kecamatan Lembang 87


(16)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura merupakan subsektor dari sektor pertanian yang dapat diandalkan untuk mengembangkan dan memajukan pertanian Indonesia. Hal ini dikarenakan hortikultura, khususnya komoditas sayur dan buah adalah bagian dari pembangunan pertanian di bidang pangan untuk memantapkan swasembada pangan, memperbaiki pemenuhan gizi masyarakat dengan menyediakan beragam jenis bahan makanan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, pembudidayaan hortikultura harus dilakukan secara intensif karena sifatnya yang mudah rusak (perishable), mutu produk ditentukan oleh kandungan air karena dikonsumsi dalam keadaan segar, ketersediaan produk bersifat musiman dan meruah (voluminuous atau bulky), dan membutuhkan daerah penanaman (geografi) yang sangat spesifik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembudidayaan komoditas hortikultura membutuhkan biaya yang tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi per satuan luas per satuan waktu.

Brokoli merupakan salah satu komoditas hortikultura jenis sayuran berdaun hijau tua kelompok Brassica, keluarga dari tanaman jenis kubis-kubisan. Sayuran ini berasal dari Italia, di mana nama brokoli berasal dari Bahasa Italia broccolo, yang berarti cabang dan pertama kali dibudidayakan di abad ke-17. Brokoli adalah salah satu sayuran yang paling populer di seluruh dunia yang digunakan dalam berbagai hidangan dan masakan, baik secara mentah ataupun dimasak. Brokoli telah lama dijuluki “The King of Vegetable” karena memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Nilai gizi dari brokoli dapat dianggap sebagai pembangkit tenaga zat besi, protein, kalsium, kromium, karbohidrat, vitamin A dan vitamin C. Brokoli juga mengandung phytochemical dan anti oksidan, yang melawan berbagai penyakit dan infeksi (Zulkarnain 2009).

Menurut Suwarto (2010), brokoli memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan sayuran lainnya. Brokoli mengandung dua senyawa fitokemikal yang berfungsi untuk meningkatkan enzim dan dapat menghancurkan karsinogenik yang merupakan penyebab terjadinya penyakit kanker. Selain itu, pada brokoli juga terdapat kandungan chromium yang berguna untuk mengatur tingkat gula darah dalam tubuh. Brokoli juga mengandung serat dan juga campuran Omega-3, beta karotan, dan juga beberapa vitamin lainnya yang berfungsi untuk menurunkan kolesterol dan juga mengatur tekanan darah. Hal ini menyebabkan brokoli mulai banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Perubahan pola hidup pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup di kota besar dengan tingkat ekonomi menengah dan menengah ke atas. Salah satu perubahan yang cukup signifikan adalah mulai beralihnya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi sayuran yang berkadar gizi rendah menjadi sayuran berkualitas dan berkadar gizi tinggi, terutama brokoli. Namun, terdapat beberapa kendala dalam usaha memenuhi permintaan sayuran yang berkualitas tersebut, diantaranya kurangnya pengetahuan petani mengenai sistem penanaman yang tepat, sehingga dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan juga memiliki kuantitas yang besar, serta berkelanjutan.


(18)

Menurut Badan Pusat Statistik (2015), konsumsi brokoli di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Ditinjau segi permintaan, prospek permintaan domestik akan sayuran cenderung meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, serta berkembangnya pusat kota, industri, dan pariwisata. Sementara itu dari segi kualitas permintaan, segmentasi produk hortikultura menjadi semakin beragam, sejalan dengan preferensi konsumen yang semakin memahami pengatahuan akan gizi, serta berkembangnya sentra pasar dan perkembangan industri pengolahan produk berbasis hortikultura, terutama sayuran.

Gambar 1Konsumsi Brokoli Indonesia per Kapita per Tahun (2010-2014) Sumber: BPS (2015a)

Data konsumsi brokoli per kapita dari BPS (2015) menunjukkan bahwa konsumsi brokoli mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan konsumsi menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan brokoli dalam negeri, terutama di kota-kota besar, sehingga diperlukan perlakuan khusus mulai dari subsistem hulu hingga hilir agar kesegaran dan kesehatan produk tetap terjaga ketika sampai di tangan konsumen akhir. Untuk meningkatkan mutu dan daya saing diperlukan penanganan yang efektif dan efisien antar aspek produksi dan distribusi. Salah satu kegiatan prioritas yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Hortikultura yang terdapat dalam “Enam Pilar Kegiatan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012” untuk memperbaiki pemasaran produk hortikultura adalah dengan mengaplikasikan manajemen rantai pasok atau supply chain management.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil sayuran, terutama brokoli terbesar di Indonesia, seperti yang ditampilkan pada Tabel 1, dimana Jawa Barat merupakan provinsi penghasil brokoli terbesar di Indonesia. Produksi brokoli di Jawa Barat mencapai 35 ribu ton per tahun. Potensi luas areal tanaman sayuran di Jawa Barat mencapai 1.1 juta Ha namun tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya sayuran masih belum optimal. Potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah.

0,92 0,94 0,97 1,01

1,15

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

2010 2011 2012 2013 2014

K

o

ns

um

si

B

ro

k

o

li

P

er

K

a

pita


(19)

Tabel 1 Jumlah produksi brokoli di 6 provinsi sentra produksi di Indonesia Provinsi 2014 Produksi brokoli (ton) 2013 2012 2011

Jawa Barat 32 420 35 281 30 212 20 738

Sumatera Utara 29 232 28 764 22 823 19 585 Jawa Tengah 26 285 22 923 26 136 25 323 Bengkulu 15 241 15 033 13 038 9 844 Sumatera Barat 10 328 15 685 12 109 8 425 Jawa Timur 10 319 25 044 22 436 22 563 Sumber : BPS (2015b)

Konsentrasi luas panen brokoli dengan pangsa pasar lebih dari 90 persen terdapat di Kabupaten Bandung Barat, Sukabumi, Garut, Cianjur, dan Bandung, dimana Kabupaten Bandung Barat merupakan sentra brokoli terbesar di Jawa Barat seperti yang dilihat pada Gambar 1. Kecamatan Lembang merupakan daerah yang memiliki luasan lahan tanam sayuran terbesar dengan 2 037 Ha (efektif produksi sepanjang tahun 2015), atau sekitar 41.62 persen dari keseluruhan luas lahan tanam sayuran Kabupaten Bandung Barat. Produksi brokoli Kecamatan Lembang pun menjadi yang paling besar sepanjang tahun 2015 dengan 48 416.62 kuintal atau 62.26 persen dari keseluruhan produksi brokoli di Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 1 Produksi brokoli di Provinsi Jawa Barat pada sentra produksi per kabupaten dalam satuan kuintal tahun 2015

Sumber : BPS (2016)

Produk sayur dan buah seperti brokoli merupakan produk yang mudah rusak. Sayuran secara umum memiliki karakteristik, antara lain: (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi, dan (4) bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola karena ukuran dan kompleksitas dari produk. Karakteristik ini perlu

25.820

77.765

19.704

34.875

23.095 19.404

C i an j u r B an d u n g


(20)

menjadi pertimbangan dalam menganalisis rantai pasok sayuran (Yandra et al 2007). Peningkatan daya saing merupakan faktor kunci untuk mengembangkan usaha sayuran, terutama brokoli di Indonesia. Daya saing brokoli dapat ditingkatkan melalui peningkatan nilai tambah, operasi bisnis dan pelayanan konsumen mulai dari kegiatan budidaya, distribusi, dan pemasaran.

Manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi, dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya yang paling rendah (Chopra dan Meindhl 2007). Rantai pasok lebih ditekankan pada segi aliran dan transformasi produk, aliran informasi dan keuangan dari tahapan bahan baku sampai pada pengguna akhir (Trent et al 1998; Handfield et al 2012). CV. Yan’s Fruits and Vegetable merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pasca panen sayuran, yang mendistribusikan hasil panen dari petani mitranya ke supermarket. Sebelum didistribusikan ke supermarket, sayuran dikemas terlebih dahulu, sehingga memiliki nilai tambah dan dapat mempertahankan mutu sayuran.

Peningkatan daya tahan dan daya saing sangat penting, mengingat persaingan yang ketat produk sayuran di pasar domestik. Penyebabnya adalah produk sayuran di dataran tinggi, terutama brokoli masih terkendala dengan jaminan kesinambunan atas kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasok brokoli di Indonesia. Pasar domestik di Indonesia, terutama supermarket, sangat memperhatikan jaminan kesinambungan atas kualitas produk dan ketepatan waktu pengiriman (Setiawan et al 2011).

Secara umum, pengukuran kinerja rantai pasok diperlukan untuk mengevaluasi pengembalian yang diperoleh dari setiap input rantai pasok yang digunakan guna memperbaiki kondisi rantai pasok yang masih terdapat permasalahan (Neely 2002; Theeranuphattana dan Tang 2008). Menurut Ailawadi et al (2003) serta Zailani dan Rajagopal (2005) tujuan dari pengukuran kinerja rantai pasok, yaitu (1) sebagai panduan dalam mengambil keputusan, (2) untuk menilai kinerja dari komoditas, (3) untuk mengevaluasi efektifitas dari keputusan pemasaran, (4) untuk melacak kestabilan komoditas, dan (5) untuk menetapkan nilai keuangan suatu komoditas.

Menurut Morgan et al (2004) kendala utama rantai pasok sayuran adalah perencanaan, sosialisasi, pengiriman, dan ekspektasi. Perencanaan dalam rantai pasok brokoli memegang peranan yang sangat penting. Lead time dan siklus dalam pemenuhan pesanan bagi setiap pelaku rantai pasok sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang telah dibuat oleh anggota rantai pasok tersebut. Selain itu, lead time yang digunakan untuk memenuhi pesanan juga akan mempengaruhi biaya rantai pasok yang akan digunakan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan, maka diperlukan biaya tambahan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan brokoli. Mengingat brokoli merupakan produk yang mudah rusak, waktu menjadi salah satu faktor input yang paling bermasalah dalam kinerja rantai pasok.

Sistem pengukuran kinerja diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasikan jaringan rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik, dan operasional (Vorst 2006).


(21)

Perumusan Masalah

Supply chain management merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus finansial antar rantai. Tujuannya untuk melakukan efektifitas dan efisiensi aliran produk, finansial, dan informasi di antara pelaku rantai pasok, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Efisiensi manajemen rantai pasok yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat waktu serta dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasok.

Rantai pasok brokoli melibatkan lebih sedikit pelaku rantai pasok, dimana setiap pelaku rantai pasok memiliki fungsi pemasaran masing-masing yang mengalirkan produk, finansial, dan informasi. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Di samping itu konsumen menjadi semakin kritis dan menginginkan produk dan jasa yang lebih berkualitas, lebih murah, dan lebih cepat (better, cheaper, faster). Oleh karena itu, seluruh perusahaan, baik manufaktur maupun jasa, dituntut untuk selalu berupaya menciptakan proses produksi dan distribusi yang efisien dan telah terintegrasi.

Proses yang tidak efisien mengakibatkan munculnya pemborosan (waste). Pemborosan akan menyebabkan turunnya pendapatan jika dihubungkan dengan biaya, dan turunnya loyalitas pelanggan jika dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Hal tersebut juga berlaku pada perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, misalnya CV. Yan’s Fruit and Vegetable. CV. Yan’s Fruit and Vegetable merupakan perusahaan agribisnis yang menjadikan sayuran eksklusif sebagai komoditas utama. Kegiatan yang menjadi fokus utama CV. Yan’s Fruit and Vegetable adalah mengawasi produksi dan pengadaan sayuran, kegiatan pasca panen seperti sortasi, pengemasan, pemberian label, dan distribusi. Perusahaan ini sudah berdiri selama 12 tahun, sehingga sudah mampu memasuki pasar yang besar, seperti misalnya supermarket di wilayah kota besar dan juga merupakan perusahaan pengemasan terbesar di Kecamatan Lembang.

Brokoli adalah salah satu komoditas unggulan CV. Yan’s Fruit and Vegetable karena brokoli memiliki tingkat permintaan tertingggi dan cenderung meningkat dibandingkan dengan sayuran yang lainnya. Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan bermitra dengan 30 orang petani yang memproduksi brokoli dengan kualitas terbaik dan 43 ritel untuk memasarkan produknya.

Rantai pasok brokoli memiliki tujuan memenuhi permintaan dan kepuasan konsumen akhir, yang diukur dari kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pengadaan brokoli. Namun, kuantitas brokoli yang diminta konsumen belum dapat terpenuhi jika perusahaan hanya mengandalkan pasokan dari petani mitra, karena dalam beberapa bulan terakhir, petani mitra sering mengalami gagal panen akibat musim hujan yang melanda. Perusahaan tetap harus memenuhi kebutuhan konsumen, karena perusahaan ingin menjaga hubungan baik dan kepercayaan konsumen. Hal ini menyebabkan perusahaan mencari alternatif lain, yaitu mencari pasokan brokoli dari petani non mitra. Akan tetapi, kualitas brokoli dari petani non mitra relatif lebih rendah dibandingkan petani mitra, sehingga menyebabkan brokoli yang dikirimkan


(22)

ke ritel tidak sesuai dengan standar yangg ditetapkan ritel, terutama dari segi ukuran.

Gambar 3 Total pengiriman brokoli dari CV Yan’s Fruits and Vegetable kepada ritel dengan kriteria yang sesuai dan tidak sesuai dengan standar pada periode Februari 2016

Sumber : CV. Yan’s Fruits and Vegetable (2016)

Menurut data pengiriman brokoli pada bulan Februari yang ditampilkan pada Gambar 3, masih ada ketidaksesuaian dengan standar brokoli yang dikirimkan oleh CV. Yan’s Fruits and Vegetable kepada ritel. Hal ini menyebabkan terjadinya retur atau pengembalian brokoli dari ritel, sehingga menyebabkan penambahan biaya bagi CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Ketidaksesuaian tersebut meliputi ketidaksesuaian ukuran dari brokoli yang diminta dan kerusakan fisik brokoli. Kerusakan fisik tersebut terjadi saat proses distribusi.

Gambar 4 Persentase petani mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable yang memenuhi pesanan tepat waktu dan tidak tepat waktu pada periode Februari 2016 Sumber : CV. Yan’s Fruits and Vegetable (2016)

98% 2%

Brokoli yang sesuai standar

Brokoli yang tidak sesuai standar

Petani mitra yang tepat

waktu 17%

Petani mitra yang tidak tepat

waktu 83%


(23)

Siklus pemenuhan pesanan CV. Yan’s Fruits and Vegetable pada bulan Februari relatif lebih lama dibandingkan standar operasional perusahaan, dimana mereka membutuhkan waktu 25 hingga 30 jam proses pemenuhan pesanan, sedangkan standar operasional yang ditentukan perusahaan hanya 20 hingga 24 jam. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar petani mitra mengirimkan brokoli tidak tepat waktu karena perusahaan mempercepat waktu pemenuhan pesanan petani. Perusahaan membutuhkan waktu tambahan untuk proses pengeringan brokoli demi mencegah kebusukan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman ke ritel, perusahaan mempercepat waktu petani untuk memenuhi pesanan, dimana awalnya petani harus memenuhi pesanan maksimal 10 jam dari waktu order, dipercepat menjadi 6 jam dari waktu order. Akan tetapi, hanya sebagian kecil petani yang dapat memenuhi pesanan dengan tepat waktu seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.

Keterlambatan inilah yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada brokoli sebelum didistribusikan. Mengingat brokoli merupakan produk yang mudah rusak, waktu menjadi salah satu faktor input yang paling bermasalah dalam kinerja rantai pasok. Sistem pengukuran kinerja diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasikan efisiensi jaringan rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik, dan operasional (Vorst 2006). Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai pengukuran kinerja dan efisiensi kinerjarantai pasok brokoli. Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah:

1. Bagaimana rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana efisiensi kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

2. Mengukur kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

3. Mengukur efisiensi kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberi rekomendasi kebijakan yang mendukung perbaikan rantai pasok brokoli bagi petani dan perusahaan. Selain itu penelitian diharapkan menjadi rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian terkait kondisi dan kinerja rantai pasok.


(24)

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Manajemen rantai pasok brokoli mencakup rantai pasok brokoli eksklusif yang anggota rantainya terdiri dari petani mitra, perusahaan pengemasan (CV. Yan’s Fruits and Vegetable), dan ritel. Brokoli eksklusif merupakan brokoli yang ditanam secara khusus dengan kualitas eksklusif dengan bentuk bulat sempurna dan bobot 125 – 750 gram.

Perusahaan pengemasan yang diteliti adalah CV. Yan’s Fruits and Vegetable dengan 30 petani brokoli mitra, dimana konsumen direpresentasikan oleh ritel, sedangkan periode data yang digunakan yaitu bulan April – Juni 2016. Penelitian ini memiliki ruang lingkup analisis mencakup pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok brokoli akan membandingkan efisiensi kinerja dari setiap petani mitra dan membandingkan efisiensi kinerja perusahaan dengan nilai superior pada foodSCOR card yang dikhususkan untuk makanan.

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok adalah mengelola dan menyelaraskan entitas, proses dan kegiatan untuk memproduksi produk dan jasa bagi pelanggan (Sing 2004). Supply chain management adalah ide central dari manajemen rantai pasok untuk mengelola arus informasi, bahan, dan jasa dari pemasok bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir (Jacobs dan Chase 2011). Manajemen rantai pasok adalah perencanaan terintegrasi, koordinasi, dan kontrol dari seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk mengalirkan nilai terbaik kepada konsumen (Vorst 2006). Manajemen rantai pasok adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, dan pengiriman ke pelanggan (Heyzer dan Render 2001). Interaksi melalui berbagi informasi pada rantai pasok perlu diintegrasikan dengan baik untuk mencapai aliran barang, finansial, dan informasi yang efisien. Interaksi dilakukan diantara pemasok, distributor, dan pelanggan.

Terdapat beberapa jenis penelitian yang telah menganalisis manajemen rantai pasok, diantaranya (Zetira 2013) menganalisis rantai pasok dan lean thinking komoditas brokoli di Kecamatan Cianjur, (Sari 2012) menganalisis network supply chain dan pengendalian persediaan beras organik, (Riwanti 2011) menganalisis manajemen rantai pasok brokoli organik di PT. Agro Lestari, (Adinugroho 2010) menganalisis manajemen rantai pasok sayuran di Frida Agro, Kecamatan Lembang, dan (Asril 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasok brokoli di sentra hortikultura Cipanas. Keempat penelitian tersebut menganalisis kondisi rantai pasok menggunakan kerangka Food Supply Chain Networks (FSCN) dengan analisis deskriptif. Kerangka FSCN menganalisis enam elemen penyusun rantai pasok. Aspek-aspek yang ditinjau dalam rantai pasok diantaranya sasaran rantai pasok, struktur rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumberdaya rantai pasok, proses bisnis, dan kinerja. Penentuan saluran pemasaran pada ketiga


(25)

penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dan snowball sampling, sehingga ditemukan hanya terdapat satu saluran pemasaran karena memfokuskan kepada kegiatan manajemen rantai pasok yang dilakukan satu lembaga pemasaran. Saluran pemasaran terdiri dari petani mitra, lembaga pemasaran, dan ritel.

Penelitian Zetira (2013) berjudul analisis rantai pasok dan lean thinking di Kecamatan Cianjur yang mengangkat permasalahan belum efisiennya rantai pasok karena jumlah pasokan brokoli yang belum dapat terpenuhi akibat gagal panen yang dialami petani mitra, serta pengiriman yang belum tepat waktu. Semantara pelaku rantai pasok pendukung adalah petani mitra dan perusahaan mitra. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, digunakan metode analisis Food Supply Chain Networks (FSCN), analisis efisiensi pemasaran dengan margin pemasaran, dan analisis lean thinking. Alternatif solusi yang dapat direkomendasikan untuk mengembangkan rantai pasok brokoli adalah mengadakan pelatihan terhadap tenaga kerja di bidang pemasaran dan keuangan mengenai peramalan permintaan dari ritel, menambah cooler untuk menjaga kesegaran sayuran, menambah satu mobil khusus untuk distribusi sayuran, mencari dukungan pemerintah untuk perbaikan akses jalan, dan membangun trust building antara petani dan perusahaan dengan memberlakukan kontrak tertulis.

Penelitian Sari (2012) menganalisis rantai pasok beras organik pada Tani Sejahtera Farm, Kabupaten Bogor. Penelitian ini selain menggunakan FSCN untuk mendeskripsikan manajemen rantai pasok beras organik, juga menggunakan analisis margin pemasaran, farmer’s share, analisis nilai tambah, dan analisis pengendalian persediaan. Analisis nilai tambah digunakan untuk mengukur output setiap pelaku rantai pasok. Sementara analisis pengendalian persediaan digunakan jika rantai pasok menghadapi kondisi ketidakmampuan memenuhi permintaan konsumen akhir.

Penelitian Riwanti (2011) berjudul manajemen rantai pasok brokoli organik yang mengangkat permasalahan belum efisiennya rantai pasok karena kualitas dan jumlah pasokan brokoli yang belum dapat terpenuhi, serta pengiriman yang belum tepat waktu. Semantara pelaku rantai pasok pendukung adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor sebagai stakeholder. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, digunakan metode analisis Food Supply Chain Networks (FSCN), analisis efisiensi pemasaran dengan margin pemasaran dan farmer’s share, dan analisis kesesuaian sebelas atribut kemitraan untuk mengetahui kinerja rantai pasok. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan untuk mengembangkan rantai pasok diantaranya dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah, dan kesepakatan kontraktual. Alternatif kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja rantai pasok brokoli.

Penelitian Adinugroho (2010), menganalisis rantai pasok sayuran pada studi kasus Frida Agro dengan menggunakan metode analisis deskriptif FSCN dan analisis kesesuaian atribut. Hasil dari analisis kesesuaian atribut adalah kemitraan rantai pasok sayuran antara petani, Frida Agro, dan supermarket belum sepenuhnya memuaskan seluruh rantai pasok. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan adalah dukungan kredit, dukungan pemerintah, dan trust building dalam rantai pasok.


(26)

Kinerja Rantai Pasok

Kinerja rantai pasok yang baik dapat meningkatkan daya saing pada suatu rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok penting dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen rantai pasok, mengevaluasi masalah, hingga menyediakan solusi dari permasalahan yang ada. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti kinerja rantai pasok, diantaranya Purba (2015) yang menganalisis kinerja rantai pasok kubis di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, Sari (2015) yang menganalisis kinerja rantai pasok beras organik bersertifikasi di Kabupaten Bandung, dan Saragih (2016) yang menganalisis kinerja rantai pasok beras di Kabupaten Cianjur.

Purba (2015) menganalisis kinerja rantai pasok kubis di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Penilitian ini menganalisis kinerja rantai pasok kubis di Kabupaten Simalungun dengan menggunakan analisis marjin pemasaran dan analisis farmer’s share. Hasil analisis dengan menggunakan kerangka Food Supply Chain Network (FSCN) dapat disimpulkan kondisi rantai pasok kubis di Kabupaten Simalungun belum berjalan dengan baik. Pengintegrasian kualitas dan pengoptimuman rantai pasok belum menjadi sasaran setiap pelaku yang terkait dalam rantai pasok kubis. Hasil penelusuran produk kubis menggunakan product traceability tools sebagai indikator food quality menunjukkan bahwa lembaga yang terkait dalam rantai pasok kubis belum dapat menjamin kualitas dan keamanan kubis. Kinerja rantai pasok Kubis di Kabupaten Simalungun dari sisi sistem pemasaran tergolong efisien.

Sari (2015) menganalisis kinerja rantai pasok beras organik bersertifikasi di Kabupaten Bandung. Kinerja rantai pasok yang dianalisis dalam penelitian ini dilihat dari dimensi internal, yaitu Total Supply Chain Management Cost (TSCMC), Cost of Goods Sold (COGS), cash to cash cycle time, dan persentase defect, serta dari dimensi eksternal yaitu perfect order fulfillment, order fulfillment lead time, dan on time delivery. Kinerja rantai pasok dianalisis selama dua tahun dan kemudian diukur pertumbuhannya. Dilihat dari pertumbuhan kinerja seluruh anggota rantai pasok, kinerja rantai pasok belum cukup baik dilihat dari dimensi internal, namun cukup baik dilihat dari dimensi eksternal. Rantai pasok beras organik bersertifikat sudah cukup baik dalam melayani konsumen akhir karena kinerja dimensi eksternalnya sudah cukup baik. Dari ketiga hasil analisis sebelumnya yang dijadikan input dalam analisis terakhir, hasil akhir penelitian ini adalah penerapan relationship marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap integrasi rantai pasok. Integrasi rantai pasok juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja rantai pasok. Kedua hipotesis dalam penelitian ini terbukti benar. Penerapan relationship marketing berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja rantai pasok melalui integrasi rantai pasok.

Efisiensi Kinerja Rantai Pasok

Efisiensi kinerja rantai pasok yang tinggi dapat meningkatkan daya saing pada suatu perusahaan. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti kinerja rantai pasok, diantaranya Narinda (2015) yang menganalisis kinerja rantai pasok daging


(27)

ayam di PT BP, Zainuddin dan Fanani (2015) menganalisis kinerja rantai pasok dengan model SCOR dan simulasi pada engineer-to-order (ETO), Sari (2014) yang menganalisis efisiensi kinerja rantai pasok ikan lele, dan merumuskan implikasi manajerial rantai pasok ikan lele di Indramayu. Fitrianto (2014) yang menganalisis pemilihan dan perancangan sistem pengukuran kinerja pemasok komponen otomotif sensor, knock control proyek D80N (D64G) DI PT. XXXX, Wigaringtyas (2013) menganalisis kinerja rantai pasok di UKM Batik Sekar Arum Surakarta, dan Mutakin dan Hubeis (2011) menganalisis kinerja rantai pasok di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Akan tetapi, penelitian Sari (2014), Setiawan et al (2011), Shafiee dan Shams-e-alam (2011), Feifi (2008), serta Suparno dan Siswanto (2005) menganalisis kinerja rantai pasok dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

Penelitian Sari (2014) menganalisis efisiensi kinerja rantai pasok ikan lele, dan merumuskan implikasi manajerial rantai pasok ikan lele di Indramayu. Analisis efisiensi kinerja dianalisis dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang dapat membandingkan satu oganisasi dengan organisasi lain yang sejenis, yaitu dengan membandingkan kinerja saluran petani anggota kelompok tani–perusahaan dan petani anggota kelompok tani–bandar. Sementara itu, implikasi manajerial dianalisis dengan menggunakan GAP analisis. Input dan output yang digunakan dalam penelitian ini berbasis pada SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang melihat kinerja petani anggota kelompok tani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kinerja petani anggota kelompok tani mitra bandar masih belum cukup efisien jika dibandingkan dengan kinerja rantai pasok petani anggota kelompok tani perusahaan. Di lain pihak, kinerja rantai pasok ikan lele di tingkat penyalur yakni perusahaan dan bandar sudah cukup efisien. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan efisiensi kinerja rantai pasok 100% maka perlu dilakukannya penurunan input atau peningkatan output pada kinerja petani ataupun bandar yang belum memiliki efisiensi kinerja 100%.

Penelitian Setiawan et al (2011) menganalisis peningkatan kinerja manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang didukung dengan Teknik/Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menyeleksi komoditas prioritas, kombinasi teknik SCOR dan Fuzzy AHP digunakan untuk merancang metrik pengukuran kinerja, Data Envelopment Analysis (DEA) untuk pengukuran kinerja individu anggota rantai pasok. Hasil MPE menunjukkan bahwa 3 (tiga) komoditas yang diunggulkan adalah Paprika, Lettuce dan Brokoli. Kombinasi SCOR - Fuzzy AHP menghasilkan bobot metrik kinerja rantai pasok: kinerja pengiriman (0,111), Kesesuaian dengan standar kualitas (0,299), kinerja pemenuhan pesanan (0,182), waktu tunggu pesanan (0.068), pemenuhan siklus pesanan (0,080), fleksibilitas rantai pasok (0,052), biaya manajemen rantai pasok (0,086), siklus pembayaran tunai (0,080), dan stok harian (0.048). Pengukuran kinerja rantai pasok komoditas lettuce dengan teknik DEA menunjukkan bahwa kinerja efisiensi petani belum mencapai 100 %. Kinerja efisiensi perusahaan pada kasus komoditas lettuce dan sayuran segar potong telah mencapai 100%.

Shafiee dan Shams-e-alam (2011) menganalisis kinerja rantai pasok pada industri makanan (Ramak Co.). Penelitian ini menggunakan pendekatan Rough Data Envelopment Analysis (RDEA). Variabel input yang digunakan untuk mengukur indikator kinerja rantai pasok adalah biaya (biaya langsung, biaya


(28)

operasional, dan biaya transaksi), waktu (order lead time dan cycle time), tenaga kerja (total tenaga kerja), dan kapasitas sumberdaya (jumlah mesin yang digunakan), sedangkan variabel output yang digunakan adalah pelayanan (frekuensi pengiriman produk/ proses/ perkembangan teknologi) keuangan (keuntungan, rasio produktifitas, total biaya).

Feifi (2008) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pemasok dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis). Dalam penelitian ini ditetapkan faktor yang digunakan sebagai input dan output untuk pengukuran kinerja. Untuk input, faktor yang digunakan adalah biaya produksi (dalam rupiah) dan persentase jumlah reject komoditas, sedangkan output adalah pendapatan petani (dalam rupiah), persentase pengiriman tepat waktu dan persentase pemenuhan kuantitas komoditas. Hasil perhitungan kinerja petani dengan DEA per bulannya menunjukkan bahwa petani Pasir Muncang merupakan petani dengan kinerja yang paling banyak menunjukkan nilai kinerja yang tidak efisien. Sementara itu, hasil perhitungan kinerja petani per semester menunjukkan bahwa pada semester satu hanya petani Blandongan dengan kinerja inefisien karena selama bulan Januari hingga Juni petani ini memiliki kalkulasi nilai pemenuhan kuantitas dan pengiriman tepat waktu yang paling rendah serta menanggung kerugian yang sangat besar, sedangkan pada semester kedua, dimana produktivitas lahan meningkat, hanya petani Cijeruk dan Bojong Murni yang menghasilkan kinerja efisien. Hal ini disebabkan karena dengan jumlah input yang lebih kecil petani Cijeruk dan Bojong bisa menghasilkan nilai output yang lebih besar dibandingkan dengan petani lainnya.

Suparno dan Siswanto (2005) melakukan penelitian yang dilakukan pada sebuah perusahaan offset printing, yang menggunakan bahan baku utama kertas, tinta dan film. Perhitungan performansi pemasok menggunakan DEA yang mampu mengevaluasi tingkat efisiensi relatif sebuah Decision MakingUnits (DMUs), dan yang bersifat non-parametrik dan multifaktor, baik output maupun input. Kertas terdiri dari dua macam jenis yaitu coatedduplex dan non coated duplex. Tinta yang digunakan perusahaan meliputi warna cyan, magenta, yellow, black, pantone, gold, silver dan blended. Perusahaan menggunakan 12 pemasok untuk kertas, 5 pemasok untuk tinta dan 7 pemasok untuk film. Penelitian ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam memilih supplier yang tepat bagi perusahaan, mengingat selama ini perusahaan menggunakan banyak pemasok untuk memenuhi kebutuhannya. Atribut kinerja yang akan digunakan untuk menilai pemasok adalah price, quality, delivery performance, order fulfillment, processingtime, dan technology. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa pemasok kertas coated duplex 270 berkurang dari 12 pemasok menjadi 3 pemasok yaitu PT. Pakerin, Pura Kertas dan Dharma Abadi, untuk tinta warna cyan, pemasok yang dipilih adalah Cemani, PT. Duta Printa Sarana dan Sakata, sedangkan untuk film, pemasok yang sebaiknya dipilih oleh perusahaan adalah Dian Mas Scan, Asia Repro dan Wahidin Setting. Jaya Kertas sebaiknya meningkatkan kualitas kertas coated duplex 270 sebesar 3.68%, delivery performance sebesar 3.6%, dan order fulfilment sebesar 21.9%. Untuk PT Surya Pamenang, kualitas kertas coated duplex 270 harus ditingkatkan sebesar 8.24%, delivery performance sebesar 8.22% dan orderfulfillment sebesar 33.3%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kesamaan topik yang diambil, yaitu supply chain management dengan menggunakan metode analisis deskriptif food supply chain management networks (FSCN) yang


(29)

membahas kondisi rantai pasok berdasarkan enam aspek rantai pasok. Akan tetapi, pada penelitian ini dilanjutkan menganalisis kinerja rantai pasok dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Efisiensi merupakan hal penting bagi rantai pasok pada umumnya dan perusahaan pada khususnya untuk mencapai satu tujuan dari seluruh pelaku rantai pasok, yakni memenuhi permintaan konsumen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di perusahaan berbasis pertanian, yaitu di bidang pengemasan, CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Penelitian ini menganalisis khususnya pada bagian perlakuan pasca panen sayuran brokoli yaitu kegiatan sorting, grading, pengemasan, pemasaran, dan distribusi. Selain itu penelitian ini juga melanjutkan hingga menganalisis kinerja rantai pasok dengan metode DEA dengan variabel input yang digunakan adalah waktu tunggu pemenuhan, siklus pemenuhan pesanan, fleksibilitas rantai pasok, biaya total manajemen rantai pasok, siklus cash to cash, dan persediaan harian, sedangkan variabel output adalah kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Supply Chain

Menurut Turban et al (2008) supply chain adalah aliran material, informasi, uang, dan jasa dari pemasok bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir, sedangkan menurut Pujawan (2005), rantai pasok (supply chain) adalah jaringan beberapa perusahaan atau organisasi yang bekerjasama menciptakan dan menyalurkan suatu produk sampai ke tangan konsumen atau pemakai akhir. Menurut Chopra dan Meindl (2007), rantai pasok terdiri dari seluruh pelaku atau perusahaan yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasok tidak hanya terdiri dari pemasok (supplier) dan pabrik, tetapi juga distributor atau transportasi, pergudangan (warehouse), toko atau ritel, dan konsumen sendiri. Dalam manajemen rantai pasok, terdapat empat penggerak (driver) yaitu persediaan, transportasi, fasilitas dan informasi. Sementara menurut Pujawan (2005), dalam rantai pasok, terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola, yakni aliran barang yang mengalir dari pemasok ke konsumen, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari konsumen ke pemasok, dan aliran informasi yang bergerak dua arah sepanjang rantai. Keakuratan data merupakan hal penting dalam jaringan rantai pasok yang menjadi faktor penentu ketepatan informasi dan material atau produk.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006), rantai pasok adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai pasok juga merupakan jaringan berbagai organisasi yang terintegrasi untuk tujuan utama yang sama, yakni sebaik mungkin menyalurkan barang sekaligus memberikan nilai pada barang tersebut untuk memuaskan kebutuhan konsumen akhir. Setiap pelaku rantai pasok dihubungkan oleh aliran barang, finansial, dan inforasi yang terjadi secara langsung dan mungkin diatur oleh


(30)

satu pelaku rantai. Dalam rantai pasok, terdapat beberapa pemain utama yang terdiri dari badan usaha yang memiliki kepentingan yang sama, diantaranya:

1. Supplier (Chain 1)

Supplier (pemasok) merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama dan sebagai awal rantai penyaluran produk dimulai. Bahan pertama yang dimaksud dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.

2. Supplier-Manufacturer (Chain 1-2)

Rantai pertama dilanjutkan ke rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengolah barang pertama menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Pada rantai kedua ini terjadi pemberian perlakuan khusus untuk menambah nilai produk.

3. Supplier-Manufakturer-Distribution (Chain 1-2-3)

Dalam tahap ini, barang setengah jadi atau barang jadi disalurkan kepada pelanggan. Penyaluran barang biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang menyalurkan barang dalam jumlah besar.

4. Supplier-Manufakturer-Distribution-Ritel (Chain 1-2-3-4)

Tahap selanjutnya adalah distributor atau wholesaler menyalurkan barang ke tingkat ritel atau pedagang eceran.

5. Supplier-Manufakturer-Distribution-Ritel-Customer (Chain 1-2-3-4)

Customer (konsumen) merupakan rantai terakhir yang dilalui rantai pasok. Pemenuhan kebutuhan konsumen inilah yang menjadi tujuan utama seluruh pelaku rantai pasok. Pelaku rantai pasok bekerjasama agar produk yang disalurkan sampai tepat waktu, tepat jumlah, begitu pula dengan kualitas produk yang juga disesuaikan dengan permintaan konsumen akhir.

Gambar 4 Skema Rantai Pasok dari Sudut Pandang Pengolah (Processor) dalam FSCN


(31)

Gambar 4 menunjukkan bahwa setiap perusahaan berada pada lapisan jaringan dan setidaknya memiliki satu rantai pasok, tetapi biasanya memiliki beberapa pemasok dan pelanggan pada waktu yang sama dan dari waktu ke waktu (network supply chain). Pihak lain dalam rantai mempengaruhi kinerja rantai. Oleh karena itu, analisis rantai pasok sebaiknya dilakukan dalam konteks Food Supply Chain Network.

Kesuksesan rantai pasok dihitung berdasarkan kondisi keseluruhan rantai pasok, bukan kondisi masing-masing tahap rantai pasok (Chopra dan Meindl 2007). Tujuan dari rantai pasok adalah menciptakan nilai produk, baik bagi pelanggan berupa pemenuhan permintaan secara tepat maupun bagi perusahaan berupa keuntungan rantai pasok yang lebih tinggi.

Menurut Rainer dan Cegielski (2011) ada tiga komponen dalam supply chain, yaitu: (1) Upstream, dimana sumber atau pengadaan dari pemasok eksternal terjadi. Di segmen ini, manajer supply chain memilih pemasok untuk mengantarkan barang dan jasa perusahaan butuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa mereka. Selanjutnya manajer supply chain mengembangkan harga, pengiriman, dan proses untuk mengelola persediaan, menerima dan memverifikasi pengiriman, mentransfer barang ke fasilitas manufaktur dan otorisasi pembayaran kepada pemasok, (2) Internal, dimana pengemasan, perakitan, atau produski terjadi. Manajer supply chain menjadwalkan kegiatan yang diperlukan untuk produksi, pengujian, pengemasan, dan mempersiapkan produk untuk pengiriman. Manajer supply chain juga memantau tingkat kualitas, hasil produksi dan produktivitas pekerja, dan (3) downstream, dimana distribusi berlangsung, sering kali oleh distributor eksternal. Di segmen ini, manajer supply chain mengkoordinasikan penerimaan pesanan dari pelanggan, mengembangkan jaringan pergudangan, memilih pembawa untuk mengantarkan produk mereka ke konsumen dan mengembangkan sistem penagihan untuk menerima pembayaran dari konsumen.

Supply Chain Management

Supply chain management adalah suatu proses yang kompleks yang digunakan untuk mengelola dan mengkoordinasi semua kegiatan yang terdapat dalam supply chain yang dapat berjalan secara efesien dan efektif sesuai dengan fungsi dari supply chain management yaitu merencanakan, mengatur, dan dan mengkoordinasikan semua kegiatan rantai pasok. Pada dasarnya manajemen rantai pasok memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal, dan perbaikan layanan (Anatan dan Ellitan 2008). The Council of Logistics Management mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai koordinasi strategi yang sistematis antar fungsi utama bisnis di perusahaan tertentu dengan bisnis lain, yang masih dalam satu rantai pasok, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi atau prestasi jangka panjang bagi perusahaan pada khususnya dan rantai pasok pada umumnya. Menurut Vorst (2006), manajemen rantai pasok adalah perencanaan terintegrasi, koordinasi, dan kontrol dari seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk mengalirkan nilai terbaik kepada konsumen.

Setelah didefinisikan secara rinci, terdapat perbedaan mendasar antara rantai pasok dengan manajemen rantai pasok. Rantai pasok merupakan jaringan fisik dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam hal menyediakan dan memasok bahan


(32)

baku, memproduksi barang, dan mengantarkan produk ke konsumen akhir. Sementara SCM merupakan alat, metode, atau pendekatan terintegrasi yang dilakukan oleh seluruh pemilik perusahaan yang tergabung dalam satu rantai pasok untuk mengelola rantai pasok tersebut. Jadi, SCM tidak hanya memperhatikan aktivitas internal suatu perusahaan, tetapi juga aktivitas eksternal yakni menjaga koordinasi dan kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan mitra. Menurut Spekman et al (1998), area cakupan aktivitas yang dilakukan dalam SCM terdiri dari perancangan produk, pengadaan bahan baku, produksi, dan distribusi atau pengiriman produk.

Menurut Collins dan Dunne (2002) diacu dalam Lestari (2009), manajemen rantai pasok memiliki enam prinsip dasar kunci untuk menciptakan rantai pasok yang optimal. Keenam prinsip tersebut terdiri dari:

1. Fokus terhadap konsumen dan pelanggan

Tujuan akhir rantai pasok adalah memenuhi kepuasan konsumen akhir, yakni menyediakan produk yang lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat (better, cheaper, faster). Untuk memenuhi kepuasan tersebut, manajemen rantai pasok menggunakan pull system, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen, sehingga konsumen berperan sebagai penentu keputusan yagn dibuat perusahaan (Anatan dan Elitan 2008).

2. Menciptakan dan menyebarkan nilai

Penciptaan ilai merupakan hal yang sangat mendasar untuk kepuasan konsumen. Nilai dapat tercipta jika setiap pelaku rantai pasok melakukan inovasi dan menggunakan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi.

3. Mengimplementasikan quality system management yang efektif 4. Membangun sistem komunikasi yang terbuka

Kolaborasi dan koordinasi dalam menyebarkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya diperlukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Keterbukaan informasi menjadi awal terciptanya hubungan baik antar pelaku rantai pasok, sehingga dapat menjadi indikator tingkat efisiensi rantai pasok. 5. Menjamin atau memastikan sistem logistik yang efektif dan efisien

Sistem logistik meliputi proses penanganan, penyimpanan, dan transportasi produk.

6. Membangun hubugan yang baik dengan pelaku rantai pasok

Hubungan yang baik perlu dilakukan oleh setiap pelaku rantai pasok untuk mencapai keberhasilan kesatuan rantai pasok. Hubungan yang dimaksud berupa keterbukaan dan kejujuran dalam informasi untuk menghindari asymetric information.

Kinerja Rantai Pasok

Sistem pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan metrik pengukuran, setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok (Pujawan 2005). Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja digunakan untuk:


(33)

1. Melakukan monitoring dan pengendalian.

2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan. 3. Mengetahui relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin

dicapai.

4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Pengukuran kinerja rantai pasokan secara menyeluruh melibatkan semua komponen anggota rantai pasokan mulai dari pemasok sampai konsumen. Model pengukuran kinerja rantai pasokan yang ada dan diterapkan di lapangan mengacu pada kegiatan- kegiatan rantai pasokan dalam satu organisasi yang secara umum meliputi kegiatan pengadaan, perencanaan produksi, produksi, pemenuhan pesanan pelanggan, dan pengembalian (Pujawan 2005).

Ukuran kinerja dalam rantai pasok diperlukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas dari sistem yang ada atau untuk membandingkan dengan sistem lainnya. Ukuran ini juga bertujuan sebagai evaluasi aktivitas yang sudah dilakukan anggota rantai pasok (Mentzer dan Konrad 1991; Beamon 1998; Mentzer et al 2001). Efektivitas di dalam konteks rantai pasok menunjukkan sejauh mana tujuan rantai pasok tercapai, sedangkan efisiensi mengukur seberapa baiknya alokasi atau penggunaan sumber daya. Menurut Hausman (2002) serta Lockamy dan McCormack (2004), kinerja sebuah perusahaan atau satu anggota rantai pasok belum cukup mencerminkan pencapaian tujuan rantai pasok keseluruhan. Yang dibutuhkan adalah kinerja seluruh anggota di dalam rantai pasok. Hausman (2002) mengungkapkan bahwa kinerja yang sangat baik pada satu anggota rantai pasok tidak cukup membuat kinerja rantai pasok keseluruhan menjadi baik.

Tabel 2 Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran rantai pasok

Metode Kelebihan Kekurangan Balance

Scorecard

- Pengukuran yang seimbang antar semua aspek

- Mengukur faktor finansial dan non finansial

- Strategi pada manajemen menengah terhubung dan lebih fokus

Implementasi yang lengkap dapat bertahap

Data

Envelopment Anaysis

-Mencakup input dan output

-Menghasilkan informasi yang detail tentang efisiensi perusahaan

-Tidak memerlukan spesifikasi parametrik dari bentuk fungsional

Membutuhkan

dukungan data yang intensuf dan pendekatannya deterministik Supply Chain Operations Reference (SCOR)

-Menilai kinerja kesleuruhan dari rantai pasok

-Pendekatan yang seimbang

-Kinerja rantai pasok dalaam berbagai dimensi

-Tidak eksplisit menempatkan

pelatihan, kualitas dan teknoligi informasi

-Tidak

menggambarkan setiap proses Sumber : Aranyam, 2006


(34)

Pengukuran kinerja rantai pasokan bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja dan penentuan aksi di masa depan pada tingkat strategi, taktik dan operasional. Oleh karena itu, dibutuhkan studi pengukuran dan indikator dalam kontek manajemen rantai pasokan karena dua alasan yaitu kurangnya pendekatan yang seimbang dan kurang jelasnya perbedaan antara indikator pada level strategi, taktik dan operasional (Voss 1988; Gunasekaran et al 2004; Katunzi 2011).

Untuk memperluas aliran barang dan informasi ada enam titik kritis yang digunakan untuk mencapai rantai pasokan yang terintegrasi, antara lain: 1) integrasi pelanggan, 2) integrasi internal, 3) integrasi pemasok, 4) integrasi teknologi dan perencanaan, 5) pengukuran integrasi, dan 6) hubungan integrasi (Bowersox et al 2000). Menurut Lai et al (2002) dan Lambert et al (2001), pengukuran kinerja secara tradisional seperti melalui profit sudah tidak lagi sesuai digunakan karena ukuran profit cenderung mengarah ke kinerja masing-masing anggota rantai pasok. Ukuran kinerja yang terintegrasilah yang paling sesuai menggambarkan kinerja rantai pasok. Menurut Beamon (1998), terdapat dua kategori dalam pengukuran kinerja rantai pasok, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Tabel 2 menunjukkan kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut.

Efisiensi Kinerja Rantai Pasokdengan Metode DEA

Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan sebuah metode optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu Dicision Making Unit (DMU), dan membandingkan secara relatif terhadap DMU yang lain. Teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu DMU dalam kondisi banyak input maupun output. Efisiensi relatif suatu DMU adalah efisiensi suatu DMU dibanding dengan DMU lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan DMU sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output (Thakkar et al 2009).

DEA adalah metode matematika non parametrik berdasarkan teknik pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi dari masingmasing unit yang dianalisis. DEA merupakan suatu teknik pengukuran efisiensi relatif dari decision making unit (DMU) dalam perusahaan atau organisasi. DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA 2007).

DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total weighted input). Asumsi maksimisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah meminimalisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama.


(35)

Langkah-langkah dalam proses DEA, adalah: (1) Identifikasi DMU atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya, (2) Membentuk efficiency frontier dari data yang ada, dan (3) Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya. Suatu DMU dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen), sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1 maka DMU bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau mengalami inefisiensi.

Terdapat beberapa keunggulan dari DEA, yaitu: (1) Dapat digunakan untuk menangani banyak input dan output, (2) Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output, (3) DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya, dan (4) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Sedangkan kelemahan metode DEA adalah: (1) Bersifat sample specific, (2) Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal, (3) Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut, (4) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan, dan (5) Menggunakan perumusan linear programing terpisah untuk setiap DMU.

Pengolahan data dengan metode DEA dilakukan dengan menggunakan software DEAP version 2.1. Matriks kinerja yang dijadikan input merupakan matriks kinerja dari atribut kinerja reliabilitas, antara lain pesanan terkirim penuh, kinerja pengiriman, keakuratan dokumentasi, dan kondisi barang sempurna. Matriks kinerja yang dijadikan output merupakan matriks kinerja dari atribut kinerja responsivitas, adaptibilitas, dan biaya, yaitu waktu siklus pengadaan, waktu siklus pembuatan, waktu siklus pengiriman, fleksibilitas rantai pasok atas, penyesuaian rantai pasok atas, penyesuaian rantai pasok bawah, biaya bahan baku, biaya produksi, dan biaya pengiriman. Hasil dari pengolahan dengan metode ini adalah matriks kinerja yang potensial untuk diperbaiki.

Model DEA dengan Asumsi Variable Return to Scale (VRS)

DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA, 2007).

Dalam perkembangannya, DEA mengalami modifikasi yang pertama kali diperkenalkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (1984) yang dikenal dengan model BCC. Pada model BCC asumsi yang digunakan adalah variable return to scale (VRS). Asumsi VRS berbeda dengan CRS, dimana VRS tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya kenaikan (increasing return to scale) dan penurunan (decreasing return to scale) nilai efisiensi (Cooper et al. 2006).

Asumsi CRS lebih tepat digunakan ketika semua DMU bekerja pada skala optimal. Sedangkan, asumsi VRS digunakan ketika tidak semua DMU berada pada skala yang optimal. Perbedaan lain antara CRS dan VRS adalah perhitungan nilai variasi efisiensi dengan ukuran skala DMU. Pada asumsi VRS, suatu DMU dapat dibandingkan dengan DMU lain yang lebih besar atau lebih kecil. Hal ini tidak


(36)

diterapkan pada asumsi CRS. Perhitungan efisiensi teknis dengan model VRS akan diperoleh nilai skala efisiensi pada masing-masing DMU. Nilai skala efisiensi dari sebuah DMU dapat dihitung sebagai rasio antara efisiensi dengan asumsi CRS atau VRS dari sebuah DMU. Suatu DMU akan tidak efisien jika terdapat perbedaan nilai efisiensi teknis CRS dan VRS. Secara matematis, perhitungan efisiensi teknis dengan model variable return to scale (VRS) adalah sebagai berikut:

Min θ, λ θ,

st – qi + Q λ ≥ 0

θxi - X λ = 1

λ ≥ 0 Keterangan : I1 = Vektor IxI

θ = Pengurangan proporsional input yang mungkin untuk DMU ke-i asumsi output konstan

λ = Bobot dari DMU ke-i

Kerangka Pemikiran Operasional

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempengaruhi pemahaman masyarakat mengenai pola hidup sehat. Salah satu pola hidup sehat adalah mulai beralihnya pola konsumsi sayuran yang kurang berkualitas menjadi sayuran berkualitas. Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan menerapkan konsep manajemen rantai pasok dengan bekerja sama dengan petani mitra dan ritel. Tujuannya agar pasokan brokoli tetap tersedia secara berkelanjutan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan keinginan konsumen.

CV. Yan’s Fruits and Vegetable merupakan usaha yang bergerak di bidang pengadaan sayuran eksklusif dengan kualitas terbaik dan penanganan pasca panen. Sebelum didirikan usaha ini telah melakukan promosi ke berbagai ritel di wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi). Perusahaan juga merupakan suppier tunggal dari seluruh Foodhall yang berada di Jabodetabek. Perusahaan telah menyesuaikan produknya dengan kualifikasi yang diinginkan konsumen, tetapi masih belum bisa memenuhi kuantitas yang diminta. Komitmen kerjasama telah dilakukan CV. Yan’s Fruit and Vegetable dengan melakukan perjanjian kontraktual secara tertulis kepada pihak ritel dan tidak tertulis dengan pihak petani mitra.

Pengkajian rantai pasok membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis kualitatif manajemen rantai pasok mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasok Food Supply Chain Network yang dimodifikasi oleh Vorst (2006). Metode pengembangan rantai pasok mendeskripsikan empat aspek, yakni struktur rantai pasok, proses bisnis rantai pasok, sumber daya rantai pasok, dan manajemen rantai pasok. Sebelumnya dilakukan analisis sasaran rantai pasok, yakni sasaran pemasaran dan pengembangan. Kinerja rantai pasok juga dianalisis untuk mengetahui arah perbaikan yang seharusnya dilakukan pada kinerja rantai pasok dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).


(37)

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional

Perancangan indikator pengukuran kinerja rantai

pasok

Pengukuran efisiensi kinerja rantai

pasok Permintaan Brokoli

Packing House Manajemen Rantai Pasok

Food Supply

Chain Networks Petani

Mitra Ritel

- Sasaran Rantai - Struktur Rantai - Sumber Daya Rantai - Manajemen Rantai - Proses Bisnis Rantai

Kinerja Rantai Pasok Brokoli

Supply Chain Operation Refference (food

SCORcard) Data

Envelopment Analisys

(DEA)

Lead time pemenuhan pesanan  Siklus pemenuhan

pesanan

 Fleksibilitas rantai pasok

 Biaya total rantai pasok

Cash to cash cycle time

 Persediaan harian  Kinerja Pengiriman  Pemenuhan Pesanan  Kesesuaian dengan


(38)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan kondisi wilayah penelitian yang merupakan salah satu sentra sayuran di Jawa Barat dan keadaan alamnya cocok untuk budidaya brokoli, adanya kerjasama mitra dengan beberapa petani mitra brokoli dan menjadi ritel utama di wilayah Jakarta sekitarnya, serta terdapat permasalahan gap antara jumlah permintaan pasar dengan jumlah sayuran oleh petani mitra kepada perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli hingga Agustus 2016.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara mendalam (indept interview) dengan pelaku rantai pasok. Responden pada penelitian ini adalah petani mitra yang memproduksi brokoli dan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Data primer yang dikumpulkan adalah kondisi rantai pasok, harga brokoli di setiap rantai pasok, biaya produksi dan penanganan pasca panen di tingkat petani dan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Selain itu data primer juga diperoleh dari data historis CV. Yan’s Fruits and Vegetable mengenai jumlah permintaan dari ritel, jumlah pasokan brokoli dari petani mitra ke perusahaan, dan jumlah penjualan brokoli dari perusahaan ke ritel selama satu musim tanam.Data sekunder diperoleh melalui literatur, data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau instansi terkait, artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan.

Metode Penentuan Sample

Penentuan sample adalah salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya. Penentuan responden yang dipilih dalam lokasi penelitian ini dilakukan secara non probability sampling, yaitu dengan metode purposive sampling. Responden berupa petani yang ditentukan dengan metode purposive sampling pula karena petani berstatus mitra kerja dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang petani brokoli di Kecamatan Lembang yang bermitra dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable.

Metode Pengolahan Data

Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan sekunder. Untuk menganalisis rantai pasok


(1)

76

Lampiran 1 Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical Efficiency Scores (CRS), Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores (VRS)dan Scale Efficiency (SE)dari setiap petani brokoli responden di Kecamatan Lembang bulan April hingga Juni 2016

DMU TECRS TEVRS SE Keterangan

1 0.939 0.939 1.000 -

2 0.976 0.976 1.000 -

3 0.828 0.828 1.000 -

4 0.880 0.880 1.000 -

5 0.747 0.747 1.000 -

6 0.896 0.896 1.000 -

7 0.783 0.783 1.000 -

8 0.736 0.736 1.000 -

9 0.831 0.831 1.000 -

10 0.575 0.575 1.000 -

11 1.000 1.000 1.000 Efisien

12 0.765 0.765 1.000 -

13 0.867 0.867 1.000 -

14 0.886 0.886 1.000 -

15 0.681 0.681 1.000 -

16 0.815 0.815 1.000 -

17 0.768 0.768 1.000 -

18 0.817 0.817 1.000 -

19 0.846 0.846 1.000 -

20 1.000 1.000 1.000 Efisien

21 1.000 1.000 1.000 Efisien

22 1.000 1.000 1.000 Efisien

23 0.973 0.973 1.000 -

24 0.802 0.802 1.000

25 1.000 1.000 1.000 Efisien

26 1.000 1.000 1.000 Efisien

27 0.944 0.944 1.000 -

28 0.890 0.890 1.000 -

29 0.965 0.965 1.000 -

30 0.841 0.841 1.000 -

Mean 0.868 0.868 1.000 -


(2)

Lampiran 2 Sebaran input slack (input berlebih) dari setiap petani brokoli responden di Kecamatan Lembang bulan April hingga Juni 2016 Petani

(DMU)

Penggunaan Input Berlebih (Input Slack) Lead Time Pemenuhan

Pesanan Siklus Pemenuhan Pesanan Biaya Total Rantai Pasok

1 0.000 1.816 0.000

2 0.762 9.667 0.000

3 1.142 1.799 134.560

4 4.043 4.804 0.000

5 2.230 2.724 0.000

6 0.104 0.000 0.000

7 0.217 0.000 0.000

8 0.000 0.472 453.260

9 0.000 0.662 0.000

10 0.000 0.149 871.141

11 0.000 0.000 0.000

12 0.823 1.352 0.000

13 0.000 0.733 0.000

14 0.114 0.000 374.331

15 0.405 0.767 0.000

16 0.185 0.000 0.000

17 0.000 0.536 171.589

18 0.000 0.635 168.550

19 0.154 0.000 0.000

20 0.000 0.000 0.000

21 0.000 0.000 0.000

22 0.000 0.000 0.000

23 1.867 3.787 0.000

24 1.011 1.615 0.000

25 0.000 0.000 0.000

26 0.000 0.000 0.000

27 1.720 2.607 0.000

28 1.451 2.232 0.000

29 0.000 0.930 0.000

30 0.000 0.682 0.000

Mean 0.541 1.266 72.448


(3)

78

Lampiran 3 Sebaran perbandingan dari setiap petani brokoli responden (DMU) di Kecamatan Lembang

Petani

(DMU) Perbandingan dengan Responden ke-

1 11 20

2 11

3 11

4 11

5 11

6 11 20

7 20 11

8 11 20

9 11 20

10 20 11

11 11

12 11

13 11 20

14 11 20

15 11

16 20 11

17 20 11

18 11 20

19 11 20

20 22

21 11

22 22

23 11

24 11

25 22

26 22

27 11

28 11

29 11 20

30 20 11


(4)

Lampiran 4 Daftar indikator kinerja pengukuran rantai pasok brokoli

No Atribut

Kinerja Indikator Kinerja Input Output Satuan Cara perhitungan

1 Reliabilitas Kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen

- V % Pengiriman pesanan yang tepat

waktu/total pengiriman pesanan konsumen

Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan yang dipenuhi tanpa menunggu dan diukur setiap jenis produk.

- V % Permintaan konsumen yang

dipenuhi dalam waktu dan jumlah yang sesuai dan penuh / total pesanan

Kesesuaian dengan standar atau mutu. - V % Pengiriman yang sesuai/ jumlah

pengiriman 2 Kecepatan

Tanggapan Waktu tunggu pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok sampai ke tangan konsumen

V - Jam -

Siklus pemenuhan sayuran V - Jam Siklus (perencanaan+

pengemasan+pengiriman) 3 Fleksibilitas Fleksibilitas rantai pasok adalah waktu yang

dibutuhkan untuk merespon rantai pasok apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan pesanan tanpa terkena biaya penalti

V - Hari Jumlah dari siklus mencari

barang+siklus mengemas+ siklus mengirim

4 Biaya Biaya total manajemen rantai pasok adalah

menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan penanganan bahan mulai dari pemasok sampai ke ritel

V - Rupiah Jumlah biaya dari (perencanaan+

pengadaan+pengemasan+ pengiriman+ pengembalian)


(5)

80

5 Asset Siklus cash to cash adalah perputaran uang

perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen.

V - Hari Rata-rata persediaan (hari) +

rata-rata ritel membayar barang yang sudah diterima (hari)- rata-rata perusahaan membayar ke pemasok untuk barang yang sudah diterima (hari)

Persediaan harian adalah lamanya persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jika tidak ada pasokan lebih lanjut.

V - Hari Rata-rata persediaan/ rata-rata


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 November 1994. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ir. Bambang Utoyo, M.P. dan Eka Nurulita, A.Md. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2015, penulis diterima di Program Studi Agribisnis pada Sekolah Pascasarjana IPB dengan beasiswa unggulan yang diperoleh dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Selama mengikuti pendidikan S2, penulis menjadi anggota dalam Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB. Karya ilmiah berjudul Marketing Analysis of Broccoli in Lembang, West Java telah disajikan pada International Conference di Bogor, pada tanggal 25-26 April 2016. Artikel penulis yang berjudul Rantai Pasok Brokoli Di Kecamatan Lembang dengan Pendekatan Food Supply Chain Networks telah diterbitkan di Jurnal Penelitian Pertanian Terapan pada Vol 16 No 03 Tahun 2016.