Pengaruh Karakter Pribadi Dan Modal Sosial Terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL
TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN
DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakter
Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Iqbal Reza Fazlurrahman
NIM H451110201

RINGKASAN
IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial
terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI dan SUHARNO.
Karakter wirausaha perempuan sangat unik dan perempuan memiliki
hambatan dalam menjalankan usaha seperti konstruksi sosial dan keterbatasan
akses kredit. Pada tahun 2014, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat Mitra Agribisnis, sebuah
program pembiayaan mikro, yang diperuntukkan untuk membantu wirausaha
perempuan yang tinggal di desa lingkar kampus IPB untuk mendapatkan akses
kredit.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan desain program Mitra Agribisnis
untuk implementasi pada tahap selanjutnya. Dengan demikian, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakter pribadi dan modal sosial
wirausaha perempuan, (2) menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal
sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan, (3) menganalisis pengaruh
karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar kampus IPB, yaitu
Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Metode
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja. Pada penelitian ini menggunakan
sebanyak 30 orang wirausaha perempuan, yang merupakan peserta Mitra
Agribisnis di tahun 2014. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi dan
pemodelan Partial Least Square (PLS).
Pada hasil analisis menggunakan uji korelasi ditemukan bahwa penelitian
menyatakan bahwa karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan
wirausaha perempuan secara bersama-sama memiliki hubungan positif nyata yang
kuat. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan penghasilan
wirausaha perempuan, peningkatan karakter dan modal sosial harus dilakukan
secara bersama. Karakter pribadi dan modal sosial secara positif dan signifikan
memengaruhi kemampuan wirausaha perempuan. Modal sosial sebagai prediktor
kuat yang positif dan signifikan memengaruhi kemampuan kewirausahaan
perempuan di Desa Cihideung Ilir.

Implikasi dari penelitian ini pada kelanjutan program Mitra Agribisnis
adalah perlu dilakukan penguatan modal sosial wirausaha perempuan. Hal ini
dapat dilakukan melalui pembentukan kelompok sosial. Kelompok sosial
merupakan media berbagi pengetahuan dan pengalaman diantara wirausaha
perempuan. Pemberian pelatihan kewirausahaan kepada wirausaha perempuan
dapat dilakukan melalui kelompok sosial. Program pelatihan perlu disesuaikan
dengan kondisi sosial perempuan desa agar berjalan efektif.
Kata kunci:

wirausaha, pemberdayaan perempuan, kredit mikro, penghasilan
usaha

SUMMARY
IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Personal Traits and Social Capital Influence
to Entrepreneurial Skills of Rural Women in Dramaga Distric Bogor Regency.
Supervised by ANNA FARIYANTI and SUHARNO.
Women entrepreneur are disctinctive and women are subject to barriers on
running their business i.e. social construction and limited credit access. In 2014,
Agribusiness Department of Faculty of Economics and Management Bogor
Agricultural University setup Mitra Agribisnis, a microfinancing program,

dedicated to help women entrepreneur in rural area surrounding IPB campus, to
get credit access.
This research aimed to improve the design of Mitra Agribisnis program for
the next stage of implementation. Thus the purpose of this research are to: (1)
identify personal traits and social capital of women entrepreneurs, (2) analyze the
relationship between personal traits and social capital with revenue of women
entrepreneurs, (3) analyze the effect of personal traits and social capital to
entrepreneurial skills of women.
This study was conducted in a village around the IPB campus which is,
Cihideung Ilir Village, District Dramaga, Bogor Regency. Purposive sampling
method was used. In this study, there are 30 women entrepreneurs, who was the
participants of Mitra Agribisnis in 2014. The analysis used in this research are
descriptive and quantitative by using correlation test and Partial Least Square
(PLS) modelling.
On the results using correlation analysis found that studies suggest that
personal traits and social capital with revenue of women entrepreneurs together to
have a real strong positive relationship. This suggests that efforts to increase the
revenue of women entrepreneurs, improvement of personal traits and social
capital should be done jointly. Personal traits and social capital positively and
significantly affect the ability of women entrepreneurs. Social capital as a strong

predictor of a positive and significant influence entrepreneurial capabilities of
women in the village Cihideung Ilir.
The implication of this research on the continuation of Agribusiness
Partners program is necessary to strengthen the social capital of women
entrepreneurs. This can be done through the establishment of a social group.
Social group is a medium to share knowledge and experiences among women
entrepreneurs. The provision of entrepreneurial training for women entrepreneurs
can be done through social groups. In order to be effective, training programs
need to be reflected to the social conditions of rural.
Keywords:

entrepreneurship, women empowerment, micro-credit, business
revenue

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL
TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN
DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

IQBAL REZA FAZLURRAHMAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Burhanuddin, MM

Penguji Program Studi pada Ujian Tesis

: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis : Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan
Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Nama
: Iqbal Reza Fazlurrahman
NIM
: H451110201

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Ketua


Dr Ir Suharno, MAdev
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 31 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial
terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor” ini telah diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian karya ilmiah ini, khususnya kepada Dr Ir Anna Fariyanti,
MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir Suharno, MAdev selaku
Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan, dan kepercayaan
yang telah diberikan. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji luar komisi.
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis serta
seluruh staf Program Studi Magister Sains Agribisnis atas bantuan dan dukungan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para wirausaha perempuan
peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor. Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan atas program Beasiswa Unggulan yang diberikan
kepada penulis. Juga rekan-rekan di Program Studi Magister Sains Agribisnis atas
motivasi dan bantuan selama menjalani pendidikan.
Serta terima kasih secara khusus bagi keluarga penulis, orang tua dan

saudara, atas kesabaran dan doa yang senantiasa diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015

Iqbal Reza Fazlurrahman

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

xi!
xii!
xiii!
xiii!

1! PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Hipotesis

1!
1!
3!
4!
4!
5!
5!

2! TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha
Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan
Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa

5!
5!
7!
9!

3! KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Teori Kewirausahaan
Karakteristik Kewirausahaan
Modal Sosial
Kredit Mikro
Pelatihan Kewirausahaan
Penghasilan Usaha
Wirausaha Skala Gurem
Kerangka Operasional

12!
12!
12!
13!
13!
14!
14!
15!
16!
17!

4! METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Responden
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis Korelasi
Pendekatan Partial Least Square (PLS)
Prosedur PLS Modeling
Implementasi Model
Variabel dan Pengukuran

20!
20!
20!
20!
20!
20!
21!
21!
22!
22!
25!

5! GAMBARAN UMUM PROGRAM MITRA AGRIBISNIS
Peran IPB dalam Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Program Mitra Agribisnis

27!
27!
28!

6! GAMBARAN UMUM WIRAUSAHA PEREMPUAN

29!

7! HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Pribadi dan Modal Sosial Wirausaha Perempuan

36!
36!

xii

Hubungan Karakter Pribadi dan Modal Sosial
dengan Penghasilan Wirausaha
Evaluasi Model Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial
terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan
Evaluasi Model Pengukuran (Outer Loading)
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial
terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan
8! KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

40!
41!
42!
43!
44!
47!
47!
48!
49!
54!
59!

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Klasifikasi usaha berdasarkan UU 20/2008
Klasifikasi industri rumahan
Keterangan variabel-variabel pada Path Diagram
Konversi diagram ke jalur persamaan
Variabel karakter pribadi
Variabel modal sosial
Variabel Kemampuan Wirausaha
Satuan Usaha Komersial IPB per April 2014
Sebaran rataan skor berdasarkan karakter pribadi
Sebaran rataan skor berdasarkan modal sosial
Sebaran rataan skor berdasarkan kemampuan wirausaha
Hasil hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha
Hasil hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha
Nilai Outer Loading, AVE dan Composite Reliability
Nilai R square
Nilai f square
Path Coefficients

16
17
23
25
26
26
26
28
37
38
39
40
41
42
43
44
45

xiii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia
Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013
Model konseptual modal sosial
Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan.
Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan
Kombinasi modal dan tenaga kerja
Kerangka Pemikiran Operasional
Model Awal Path Diagram Partial Least Square
Peran IPB di bidang kewirausahaan
Proses penyaluran kredit Mitra Agribisnis
Sebaran persentase responden berdasarkan usia
Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran persentase responden berdasarkan lama usaha
Sebaran persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan suami
Sebaran persentase responden berdasarkan status perkawinan
Sebaran persentase responden berdasarkan jenis usaha dimiliki
Sebaran persentase responden berdasarkan lokasi usaha
Sebaran persentase responden berdasarkan omset harian
Sebaran persentase responden berdasarkan besar modal awal
Sebaran persentase responden berdasarkan sumber modal usaha

1
2
7
8
11
16
19
24
27
29
29
30
31
31
32
32
33
34
34
35
36

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil uji hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha
54!
Hasil uji hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha
54!
Hasil uji hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan
usaha
54!
Nilai loading pada diagram jalur persamaan struktural PLS
55!
Nilai t-statistics pada diagram jalur persamaan struktural PLS
56!
Hasil uji hipotesis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap
kemampuan wirausaha perempuan
56!
Dokumentasi wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir
57!

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Partisipasi perempuan dalam perekonomian merupakan kunci pendorong
pertumbuhan. Partisipasi perempuan dalam bentuk wirausaha dapat menciptakan
lapangan pekerjaan baru yang berdampak pada pengurangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan (OECD, 2012). Perempuan memiliki karakter-karakter
alami pendorong perubahan sosial, seperti: sikap tegas, persuasif dan keberanian
untuk mengambil risiko (Goyal dan Prakash, 2011). Perkembangan wirausaha
perempuan di dunia tergolong tinggi. Pada periode 2011-2013, jumlah wirausaha
perempuan tumbuh sebesar 20 persen dengan total 98 juta usaha baru (IADB,
2014). Pada tahun 2014 wirausaha perempuan di negara berkembang diperkirakan
mencapai 30 hingga 37 persen dari seluruh usaha mikro dan kecil (IFC, 2015).
Namun masih terjadi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. Partisipasi
perempuan dalam perekonomian hanya sebesar 47,1 persen, dibawah laki-laki
yang mencapai 72,2 persen (UN Women, 2014). Gambar 1 memperlihatkan
aktivitas kewirausahaan perempuan dibandingkan laki-laki di dunia.
United!States!
Europe:!Developed!

5%!

Europe:!Developing!
Asia:!Developed!

5%!

10%!

Male!
13%!
13%!

La?n!America/

Sub/Saharan!Africa!

15%!

13%!

6%!

Asia:!Developing!

ME!NA/Mid!Asia!

10%!
9%!

4%!

15%!
14%!

Female!
19%!

27%!

30%!

Gambar 1 Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia
Sumber: Global Entrepreneurship Monitor, 2013.
Tingkat pembangunan ekonomi memengaruhi motivasi perempuan untuk
memulai wirausaha (Raju & Bhuvaneswari, 2014). Minniti & Naude (2010)
menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan wirausaha perempuan di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju, hal ini diakibatkan
tingginya hambatan untuk dapat masuk dalam pasar tenaga kerja formal. Selain
itu, lokasi dan kondisi sosial lingkungan turut memengaruhi tingkat keberhasilan
usaha. Perempuan di daerah perkotaan secara umum memiliki tingkat
keberhasilan usaha lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan di desa baik itu
di negara maju maupun di negara berkembang (Bird dan Sapp, 2004; Davis,
2011).
Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan melalui
peningkatan partisipasi perempuan dalam perekonomian. Tambunan (2009)
menyatakan sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan.

2

Program pemberdayaan perempuan belum berjalan dengan baik, padahal bila
mampu dikembangkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Hakim (2011)
menyatakan perempuan lebih codong memilih bekerja di sektor informal seperti
pada perdagangan dan jasa serta pertanian. Elizabeth (2008) menyatakan lebih
dari 70 persen perempuan tinggal di wilayah pedesaan. Muljaningsih et al. (2012)
menyatakan pemberdayaan perempuan di pedesaan melalui kewirausahaan
perempuan mampu mengurangi kemiskinan di desa. Gambar 2 menunjukkan
indikator pasar tenaga kerja Indonesia berdasarkan gender menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam International Labor Organization (ILO) (2013), dapat
dilihat bahwa tingkat partisipasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki,
baik ada sektor formal maupun informal.
Formal'

Informal'

Peremp
uan!
35%!
Laki/
laki!
65%!

Laki/
laki,!
59%!

Peremp
uan,!
41%!

Gambar 2 Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013
Sumber: BPS dalam ILO (2013)
Müller (2006) menyatakan bahwa wirausaha perempuan Indonesia memiliki
hambatan-hambatan untuk berkembang, antara lain: (1) konstruksi sosial dan
budaya, (2) akses pendidikan rendah, dan (3) dukungan akses keuangan yang
rendah. Dukungan akses keuangan yang rendah diakibatkan oleh asosiasi
karakteristik gender peremuan yang dianggap kurang layak, lokasi tinggal yang
terpencil, dan tidak memiliki jaminan usaha (Ratnawati 2011). Tambunan (2012)
menyatakan rendahnya dukungan keuangan merupakan salah satu masalah utama
penghambat kemajuan wirausaha perempuan, ketiadaan jaminan dan bunga
pinjaman tinggi membuat perempuan sulit untuk mendapatkan kredit dari
lembaga keuangan formal.
Menurut BPS (2014), di Kabupaten Bogor terdapat 218.951 wirausaha
perempuan atau 33,88 persen dari total 646.183 wirausaha. Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah (KKUKM) (2012) memperkirakan dari 46 juta pelaku
usaha mikro yang ada di Indonesia, sebagian besar merupakan industri rumahan
dengan 73 persen diantaranya adalah perempuan 1 . Wirausaha perempuan di
Indonesia sekitar 0,1 persen dari total penduduk atau kurang dari 240.000 orang.
Pada umumnya usaha yang dijalani perempuan tergolong mikro, dengan ciri-ciri
modal usaha terbatas antara 1 hingga 5 juta rupiah dan sumber modal sendiri atau
pinjaman (KPPA, 2012).
1

LPPM-IPB IPB. Industri Rumahan Sebagai Exit Strategi TKI. http://LPPMIPB.ipb.ac.id/index.php?option=com_content&view=category&id=38:warta-iptek&Itemid=50
[Februari 2015]

3

Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki peran pemberdayaan masyarakat.
IPB melaksanakan pengabdian terhadap masyarakat dalam rangka mendukung
keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kondisi lingkungan sosial masyarakat lingkar kampus IPB sangat
rentan terhadap kemiskinan (Suharyanto, 2007). Keterbatasan ini membuat
kegiatan wirausaha yang dijalankan masyarakat, terutama oleh perempuan di desa
lingkar kampus memiliki skala usaha terbatas dan sulit berkembang. Wirausaha
perempuan di lingkar kampus juga memiliki berbagai tantangan dalam
menjalankan usaha mereka. Atas kepedulian dan amanat pengabdian terhadap
masyarakat, IPB membuat program-program pengabdian terhadap masyarakat di
desa lingkar kampus yang mampu mendorong pengentasan kemiskinan salah
satunya melalui pembinaan wirausaha kecil, termasuk wirausaha perempuan.

Perumusan Masalah
IPB merupakan institusi pendidikan tinggi yang memiliki peran dalam
pemberdayaan dan pendidikan masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh
Undang Undang Perguruan Tinggi2. Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup tiga
unsur utama, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan,
serta pengabdian kepada masyarakat. Dharma pengabdian kepada masyarakat
mendorong citivas akademik IPB untuk berperan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dengan memberikan sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat
baik secara luas maupun masyarakat di sekitar lingkungan kampus.
Keberadaan IPB mendorong perubahan sosial masyarakat desa yang tinggal
di wilayah lingkar kampus. Suharyanto (2007) menyatakan keberadaan kampus
IPB memiliki keterkaitan ekonomi dengan masyarakat desa wilayah lingkar
kampus. Kedekatan lokasi wirausaha sekitar wilayah dan kampus berkaitan erat
dengan tingkat penghasilan para pelaku wirausaha. Namun secara umum kondisi
sosial ekonomi masyarakat wilayah lingkar kampus IPB masih rentan terhadap
kemiskinan. Dengan alasan tersebut, IPB memberikan perhatian khusus kepada
perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa wilayah lingkar kampus
diantaranya program-program yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM).
Departemen Agribisnis IPB menjalankan pengabdian kepada masyarakat
salah satunya melalui inisiatif program Mitra Agribisnis. Program Mitra
Agribisnis merupakan inisiatif dari Departemen Agribisnis yang didanai oleh
NICHE 3 (Netherlands International Cooperation in Higher Education). Mitra
Agribisnis merupakan program penyaluran kredit modal dan pengembangan usaha
yang disertai dengan penelitian untuk wirausaha perempuan yang tinggal dan
menjalankan usaha di lingkar kampus IPB. Inisiatif program Mitra Agribisnis
dilaksanakan pada Februari hingga Maret tahun 2014.

2

Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012.
NICHE merupakan sebuah program pemerintah Belanda untuk meningkatkan kapasitas sehingga
dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di negaranegara rekanan pemerintah Belanda (http://www.nuffic.nl/en/programme-administration/niche,
[Februari 2015]).

3

4

Mitra Agribisnis dilaksanakan melalui penyaluran kredit modal, pemberian
pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap aspek
kewirausahaan yang dimiliki perempuan di desa Cihideung Ilir. Pada pelaksanaan
program Mitra Agribisnis di tahun 2014, ditemukan bahwa karakter pribadi
pendorong kewirausahaan pada perempuan masih terbatas, kesadaran wirausaha
perempuan dalam memanfaatkan kredit usaha masih rendah (Adilah, 2014).
Selain itu, ditemukan juga tidak adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah
pemberian kredit terhadap omset usaha. Kurangnya fungsi pendampingan bagi
peserta dan keterbatasan waktu pelaksanaan program diduga menjadi penyebab
belum efektifnya penyaluran kredit usaha pada program Mitra Agribisnis. Dengan
demikian, agar program berdampak lebih baik, perlu dilakukan modifikasi dalam
penyaluran kredit usaha (Safitri, 2014).
Penelitian ini dilaksanakan sebagai evaluasi terhadap karakter pribadi,
modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis.
Salah satu hasil dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan desain program
Mitra Agribisnis untuk pelaksanaan di masa mendatang, berdasarkan temuan pada
penelitian ini dan masukan pada penelitian-penelitian terdahulu.
Permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan?
2. Bagaimana hubungan karakter pribadi dan modal sosial penghasilan
wirausaha perempuan?
3. Bagaimana pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan
wirausaha perempuan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan.
2. Menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan
wirausaha perempuan.
3. Menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap
kemampuan wirausaha perempuan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi pihakpihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti:
1. Pemangku kepentingan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan masukan untuk pembuatan program penyaluran kredit usaha
skala mikro, khususnya yang ditujukan bagi wirausaha perempuan.
2. Penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu yang didapat
selama mengikuti perkuliahan di kampus.
3. Pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, serta sebagai
bahan rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

5

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan
wirausaha perempuan. Skala usaha yang dimiliki oleh wirausaha perempuan
tergolong sangat mikro atau gurem. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
menyimpulkan kondisi wirausaha perempuan di wilayah lain. Adapun wilayah
yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Lingkar Kampus IPB, yaitu
di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor.

Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berpikir, hipotesis yang
dibangun dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pengaruh karakter pribadi
dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra
Agribisnis.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha
Karakter pribadi merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seorang
wirausaha (Chaudhary et al., 2012). Baum dan Locke (2004) menjelaskan bahwa
Karakter merupakan kepribadian suatu individu yang dapat membuat perbedaan
antara individu satu dengan individu lain pada situasi yang sama. Karakter
merupakan kepribadian yang bersifat unik, subjektif, dipengaruhi oleh
pengetahuan individu, nilai, persepsi dan pengalaman yang tidak mudah ditiru.
Kor et al. (2007) menjelaskan karakter individu berkembang melalui proses
pola asuh, interaksi sosial, pengalaman, pelatihan, dan pendidikan. Nilai-nilai
keyakinan individu memainkan peran penting dalam mendorong pembuatan
keputusan kewirausahaan. Terdapat berbagai faktor yang diperlukan untuk
mendorong kesuksesan wirausaha. Chaudhary et al. (2012) menyatakan faktor
penentu kesuksesan wirausaha antara lain: (1) motivasi, (2) inovasi, (3)
pengambilan risiko, dan (4) tanggung jawab. Rauch dan Frese (2000) menyatakan
faktor-faktor penentu keberhasilan dalam wirausaha antara lain: (1) locus of
control, (2) pengambilan risiko, (3) sumber daya manusia, (4) perencanaan dan
strategi, (5) inovasi, (6) orientasi tujuan, dan (7) kondisi lingkungan.
Baum dan Locke (2004) menyatakan faktor kesuksesan wirausaha antara
lain: (1) tujuan, (2) efektivitas diri, (3) visi, (4) gairah, (5) keuletan, dan (6)
keterampilan. Hubungan antar faktor-faktor ini kecil, namun signifikan dan
kondisi lingkungan dianggap sebagai faktor penentu yang perlu dimasukkan ke
dalam model keberhasilan kewirausahaan. Nga dan Shamuganathan (2010)
menyatakan bahwa karakter kewirausahaan juga dapat berbentuk sosial seperti
sifat keramahan, keterbukaan, kesadaran memiliki, etika, dan komitmen sosial
umumnya berpengaruh positif pada dimensi kewirausahaan.

6

Bird (1995) berpendapat terdapat beberapa karakter pendorong
kewirausahaan, antara lain: (1) pengetahuan khusus, (2) motivasi, (3) sifat, (4)
proyeksi diri, (5) peran sosial, dan (6) keterampilan. Ekpe (2011) menyatakan
bahwa karakter dan faktor-faktor pendorong kesuksesan kewirausahaan
perempuan antara lain (1) pendidikan, (2) usia, (3) lama pengalaman usaha, (4)
status keluarga, (5) kemampuan bahasa, (6) pelatihan, (7) motivasi, dan (8)
keberadaan kelompok sosial pendukung.
Istilah “kapasitas”, "keterampilan", "keahlian", "kecerdasan" dan
"kompetensi" memiliki keterkaitan dan kadang-kadang digunakan secara
bergantian dalam berbagai literatur (Smith dan Morse, 2005). Mitchelmore dan
Rowley (2010) menyatakan terdapat tiga kategori kapasitas wirausaha, antara lain:
(1) sikap atau sifat, (2) pengetahuan atau pengalaman, dan (3) keterampilan atau
kemampuan. Kemampuan kewirausahaan dipandang sebagai faktor penting untuk
mendorong pertumbuhan dan kesuksesan usaha. Terdapat dua makna kunci
kemampuan wirausaha, yaitu kemampuan sebagai indikator perilaku individu dan
kemampuan sebagai standar minimum kinerja. Definisi ini menjelaskan
perbedaan makna kemampuan wirausaha, antara lain: (1) keterampilan wirausaha
sebagai gaya pribadi dan perilaku kewirausahaan (2) keterampilan wirausaha yang
berpengaruh terhadap kinerja usaha, pengalaman staf, dan pelanggan usaha
(Mitchelmore dan Rowley, 2010).
Kemampuan wirausaha juga dipandang sebagai karakter yang mendasari
seseorang dalam menghasilkan tindakan yang efektif dan/atau kinerja usaha yang
unggul. Kemampuan wirausaha juga dapat dilihat sebagai deskripsi dari suatu
tindakan, perilaku atau hasil usaha yang seseorang harus mampu tunjukkan
(Cheng dan Dainty, 2003).
Chaifetz (2010) menyatakan kemampuan kewirausahaan sebagai kelompok
kapasitas tertentu yang relevan dalam mendorong kesuksesan usaha. Kemampuan
kewirausahaan setidaknya terbagi dua, yaitu keterampilan kewirausahaan dan
keterampilan manajerial. Keterampilan kewirausahaan lebih dibutuhkan pada saat
memulai usaha baru, sedangkan keterampilan manajerial lebih dibutuhkan pada
tahap pengembangan usaha. Meskipun demikian, kemampuan kewirausahaan
yang baik memerlukan kompetensi, baik keterampilan usaha maupun
keterampilan manajerial.
Ahmad, et al. (2010) menyatakan untuk dapat mengubah kesempatan
menjadi hasil positif, wirausaha harus dapat mengelola sumber daya internal dan
eksternal yang dimiliki. Sumber daya internal terdiri dari karakter pribadi seperti
visi, motivasi, tujuan usaha, inovasi, tanggung jawab, dan kemampuan untuk
membaca peluang, hal-hal tersebut merupakan kapasitas pribadi yang perlu
dikembangkan wirausaha. Sedangkan sumber daya eksternal dapat berupa
dukungan sosial seperti keluarga dan kelompok pendukung, yang apabila dapat
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi mendorong kesuksesan
wirausaha.
Bird (1995) menyatakan kemampuan kewirausahaan dilakukan oleh pelaku
wirausaha dalam memulai atau mengubah organisasi mereka melalui penambahan
nilai yang dapat dilakukan dengan pengelolaan manajemen sumber daya yang
mereka miliki, baik secara internal maupun eksternal. Peningkatan kemampuan
kewirausahaan, seperti pemberian pelatihan, merupakan mekanisme yang dapat
dilakukan oleh wirausaha untuk dapat meningkatkan kesuksesan usaha.

7

Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan
Adler dan Kwon (2002) menjelaskan bahwa modal sosial bersumber dari
interaksi hubungan pasar, sosial, dan hierarkis yang menghasilkan modal sosial
wirausaha. Modal sosial berfokus pada pada: (1) hubungan aktor dengan aktor
lain, (2) struktur hubungan antar aktor dalam kelompok, atau (3) hubungan
keduanya. Lebih lanjut, modal sosial berpengaruh bagi pelaku wirausaha antara
lain memberikan peningkatan: (1) kesuksesan karir, (2) kompensasi keuangan, (3)
peluang pekerjaan, (4) pertukaran sumber daya dan inovasi produk, (5) penciptaan
modal intelektual, (6) efektivitas kerja (7) penciptaan kewirausahaan, dan (8)
pembentukan usaha baru.

Gambar 3 Model konseptual modal sosial
Sumber: Adler dan Kwon (2002)
Gambar 3 merupakan model konseptual yang disusun oleh Kwon dan Alder
(2002) untuk menjelaskan bahwa struktur sosial yang terdiri dari hubungan pasar,
sosial, dan hierarkis dapat menciptakan kesempatan, motivasi, dan kemampuan
sebagai modal sosial indidu menjadi wirausaha. Modal sosial yang terdiri dari
manfaat dan risiko berimplikasi pada terbentuknya nilai yang akan berdampak
kepada struktur sosial jika didukung oleh kemampuan komplementer.
Renzulli et al. (2000) menyatakan modal sosial berperan penting dalam
proses memulai usaha, dimana wirausaha dapat menggunakan modal sosial untuk
mengakses sumber daya yang mereka miliki. Modal sosial dapat bersumber dari
perspektif sifat, budaya, dan kepribadian. Wirausaha perempuan menggunakan
modal sosial untuk membangun bisnis, memperbesar jaringan diskusi, dan
memelihara kontak dan jejaring sosial. Renzulli et al. (2000) menyatakan
wirausaha perempuan juga cenderung melibatkan kerabat dalam mendirikan dan
menjalankan usaha, hal ini seringkali disebabkan oleh kurangnya kesempatan bagi
perempuan untuk memperluas jaringan ke kalangan usaha yang pada umumnya
didominasi laki-laki.

8

Baron dan Markman (2003) menyatakan modal sosial sebagai ragam
kompetensi untuk berinteraksi dengan pihak lain yang dapat memengaruhi
kesuksesan wirausaha, seperti reputasi, kemampuan bersosialisasi, beradaptasi
dengan lingkungan sosial, dan dukungan sosial. Tingkat modal sosial seperti
persepsi sosial, adaptasi, sifat keterbukaan, dan kecerdasan emosi berpengaruh
positif kepada keuntungan finansial usaha. Modal sosial berbeda secara gender,
dimana kemampuan adaptasi sosial wirausaha perempuan lebih dominan
dibandingkan laki-laki. Lebih lanjut, kepribadian atau karakter pribadi sangat
berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan usaha sebagai pendamping
modal sosial.
Okafor dan Amalu (2010) menyatakan bahwa modal sosial berpengaruh
positif terhadap motivasi dan kemampuan manajerial perempuan dalam
menghadapi tantangan wirausaha. Modal sosial turut menentukan perilaku,
bentuk, arah, intensitas dan kapasitas wirausaha perempuan yang memengaruhi
mereka dalam membuat keputusan usaha.
Penelitian Noureen dan Arsyad (2011) terhadap kelompok wirausaha
perempuan di Pakistan menemukan dampak modal sosial, dimana kepercayaan
dan dukungan dari kelompok (peer group), keluarga (family), dan hubungan
informal institusi usaha (insitutiton) memberikan dorongan untuk memulai usaha
dan kemajuan usaha yang dijalankan perempuan. Gambar 4 menjelaskan kerangka
modal sosial pendorong kesuksesan kewirausahaan perempuan dalam memulai
usaha dan kemajuan usaha mereka. Kerangka ini yang terdiri dari kelompok yang
berperan sebagai ikatan sosial lemah, membantu keberlangsungan usaha melalui
pertukaran informasi, pengalaman, dan promosi. Keluarga sebagai ikatan soslal
kuat, membantu perempuan menjalankan usaha secara mandiri, karena fungsi
perempuan dalam keluarga dapat dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Peran
hubungan informal dengan institusi memberikan kemudahan bagi perempuan
pengembangan pasar bagi produk mereka.
Dukungan!
memulai!
usaha!

Hubungan!
informal!
ins?tusi!

Dukungan!
kelompok!

Dukungan!
keluarga!
Gambar 4 Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan.
Sumber: Noureen dan Arsyad (2013)

9

Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa
Di Indonesia, pemerintah menyediakan program kredit mikro yang
dinamakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 4 . Hariyanto dan Prasetyo (2010)
menyatakan program ini dibuat oleh pemerintah kepada sektor perdagangan dan
pertanian dengan mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan
UMKM. Sifat KUR yang luas untuk semua sektor membuat kesempatan
wirausaha perempuan mikro di Indonesia masih mengalami kesulitan mengakses
pembiayaan melalui program ini. Khusus kredit mikro bagi perempuan pada
umumnya disalurkan melalui lembaga keuangan formal yang biasa disebut
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (Daley-Harris, 2004). Cull et al. (2007)
menyatakan bahwa pada tahun 2007, lebih dari 73 persen nasabah LKM di
seluruh dunia adalah perempuan. Daya tarik utama bagi LKM untuk menyediakan
kredit mikro pada perempuan adalah tingkat pembayaran kredit yang tinggi.
Penelitian D’Espalier et al. (2011) menunjukkan dari total kredit dengan
jatuh tempo lebih dari 30 hari kepada perempuan, hanya 1 persen diantaranya
yang macet dan dihapuskan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan pada
umumnya tidak memiliki masalah dalam pembayaran kredit. Penelitian lain yaitu
Hossain (1988) menyatakan bahwa di Bangladesh, 81 persen perempuan tidak
punya masalah pembayaran, dibandingkan dengan 74 persen laki-laki. Demikian
pula, Khandker et al. (1995) menemukan bahwa 15,3 persen dari peminjam lakilaki Grameen memiliki masalah pembayaran, dibandingkan dengan 1,3 persen
dari perempuan. Narain (2009) menyatakan bahwa tingkat pembayaran kredit
peminjam perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki diakibatkan perempuan
memilih berinvestasi secara konservatif dan memiliki risiko moral hazard rendah.
Das (2000) menggolongkan pemberian kredit mikro untuk kewirausahaan
dalam empat kategori besar, yaitu: (1) pendekatan Kelompok Swadaya, dengan
mempromosikan kredit mikro dan mengatur kredit dari bank, (2) pendekatan
minimalis Lembaga Keuangan Mikro, dengan memberikan pinjaman massal,
pinjaman lunak dan bantuan khusus kepada kelompok swadaya masyarakat, (3)
pendekatan Mikro Pengembangan Usaha melalui program pemerintah yang
mendorong pendirian lembaga pembangunan dan promosi untuk usaha mikro,
serta (4) pendekatan pembangunan sosial yang dibangun didasarkan pada premis
bahwa orang harus mendapatkan lebih banyak uang dengan berinvestasi di usaha
mikro dengan keuntungan usaha yang dibelanjakan untuk kebutuhan sosial.
Wirausaha perempuan di desa mampu menghasilkan lapangan kerja,
menambah penghasilan keluarga dan mengurangi kemiskinan (Sullivan et al.,
2011). Pemberian kredit mikro kepada perempuan merupakan salah satu cara
menurunkan tingkat kemiskinan karena perempuan cenderung cermat dalam
menjalankan usaha (Agier dan Szafarz, 2013). Kecenderungan peminjam
perempuan dapat menahan diri dari meminjam kredit, diantaranya hambatan
status sosial dan keluarga yang dimiliki perempuan. Hambatan yang seringkali
dialami oleh perempuan antara lain akses fasilitas keuangan, tempat kerja,
pemasaran, dan kendala sosial (Sharma et al., 2012).
4

Kredit ini ditujukan untuk pembiayaan usaha produktif dengan segmen mikro, kecil, menengah,
dan koperasi yang layak secara finasial namun belum bankable. KUR merupakan pola pembiayaan
langsung yang diberikan dalam bentuk Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi dengan plafon
kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 500 Juta yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Kredit.

10

Lavoori dan Paramanik (2014) meneliti pemberian kredit mikro dalam
kelompok usaha di India dan menemukan bahwa kredit mikro berpengaruh
terhadap pengambilan partisipasi perempuan dan proses pengambilan keputusan
dalam keluarga. Partisipasi perempuan penerima kredit secara positif dipengaruhi
oleh ukuran keluarga, penghasilan dari anggota keluarga serta suami, dan jumlah
pertemuan yang dihadiri oleh peserta. Hal ini sejalan dengan temuan Vadde dan
Ratnam (2014) mengenai pelatihan dan pertemuan kelompok dapat meningkatkan
karakter dan perilaku wirausaha perempuan yang tergabung dalam kelompok.
Welsh dan Dragusin (2006) menyatakan bahwa secara umum wirausaha
perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan karakter. Perbedaan utama dari
kedua wirausaha ini adalah dalam hal motivasi, kemampuan usaha, dan latar
belakang pekerjaan. Nassif et al. (2012) mengemukakan bahwa wirausaha
perempuan memiliki persepsi atas potensi diri, keterbatasan, keinginan dan
kekhawatiran dalam lingkup kompetensi kognitif dan afektif. Wirausaha
perempuan sangat menyadari pentingnya mengembangkan peluang dan
menerapkan kepemimpinan dalam menjalankan usaha. Wirausaha perempuan
memiliki gabungan keterampilan interpersonal, komitmen dan kemampuan sosial
yang berkontribusi terhadap kesuksesan usaha mereka.
Das (2000) menyatakan motivasi perempuan secara umum adalah untuk
mencapai kemandirian dan keinginan untuk melakukan pencapaian. Khanka
(2002) menyatakan perempuan secara umum memiliki karakter individu antara
lain: (1) inovasi, (2) motivasi dan tekad, (3) kemampuan sosial, (4) disiplin, dan
(5) pengambikan risiko. Lebih lanjut Ekpe (2011) menyatakan bahwa perempuan
membutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang baik untuk mencapai
kesuksesan usaha, terutama dalam penggunaan dana atau kredit usaha. Atribut
keberhasilan lainnya adalah keterampilan kewirausahaan, kemampuan jaringan,
motivasi, ambisi, rasa percaya diri, dan enerjik.
Perempuan di desa memiliki berbagai hambatan yang membuat usaha lebih
sulit untuk berkembang, hambatan ini antara lain: keterbatasan dukungan
keuangan, keterbatasan informasi, stigma sosial, keterbatasan akses informasi,
keterbatasan akses pasar, serta faktor kognitif (Afrin et al., 2008), dukungan
keluarga, kekerasan perempuan, serta hambatan peraturan (Vossenberg, 2013).
Usaha perempuan di desa umumnya berada pada skala sangat mikro sehingga
cenderung berisiko tinggi. Usaha perempuan juga sulit berkembang akibat
dukungan pemerintah terhadap perempuan masih sangat rendah (Dasaluti 2009).
Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa menunjukkan peningkatan
perekonomian dan kehidupan sosial serta mengurangi tingkat kemiskinan
(Develtere dan Huybrechts, 2002; Sharma et al., 2012; Lavoori dan Paramanik,
2014). Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa juga berdampak pada
penciptaan tenaga kerja, peningkatan produktivitas, pengadaan jaminan ekonomi,
peningkatan kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan. Selain itu, secara individu
berdampak pada peningkatan kepercayaan diri, pemberdayaan sosial, kesadaran
pendidikan, dan peningkatan kemampuan manajerial (Cheston dan Kuhn, 2002;
Afrin et al., 2008).
Pemberian kredit mikro dan pelatihan usaha merupakan upaya
pemberdayaan perempuan desa. Karlan dan Vardivia (2006) meyatakan
pemberian kredit yang disertai program pemberdayaan melalui pelatihan pada
wirausaha perempuan di Peru menghasilkan peningkatan pengetahuan usaha,

11

kemampuan manajerial, dan penghasilan. Pemberian pelatihan juga memberikan
manfaat bagi LKM yaitu peningkatan rasio pembayaran kredit dan retensi klien.
Ekpe et al. (2010) menyatakan wirausaha perempuan di Nigeria memiliki
karakter baik serta motivasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, namun
memiliki pengetahuan dan pengalaman usaha yang rendah. Pemberian kredit yang
disertai pelatihan usaha yang dilakukan dalam kelompok sosial berpengaruh
terhadap peningkatan penghasilan usaha perempuan.
Loice dan Razia (2013) menyatakan bahwa pemberian pelatihan
kewirausahaan dan pemberian kredit mikro kepada wirausaha perempuan
berdampak positif terhadap pemberdayaan perempuan di Kenya. Peningkatan
terhadap akses kredit dan simpanan, dukungan dari kelompok sosial, serta
pemberian pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan wirausaha perempuan
dapat meningkatkan kesuksesan usaha dan pengembalian kredit mikro. Gambar 5
menjelaskan pentingnya peran kelompok sosial dan jenis program pelatihan yang
perlu disesuaikan dengan kondisi perempuan penerima kredit.

Gambar 5 Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan
Sumber: Loice dan Razia (2013)
Jalila et al (2014) menemukan bahwa pemberian kredit yang disertai
pelatihan bagi perempuan desa di Pakistan dapat meningkatkan kreativitas,
kemampuan teknis, dan kemampuan mempertahankan usaha di dalam industri.
Penelitian ini juga memberikan konfirmasi pemberian kredit yang disertai
pelatihan dapat meningkatkan karakter pribadi seperti proaktivitas, kemampuan
mengatasi risiko, tanggung jawab, dan inovasi. ILO (2014) menyatakan program
yang menggabungkan pemberian akses keuangan dan pelatihan usaha sangat
efektif dalam mendukung pengembangan bisnis perempuan dibandingkan
program kredit keuangan atau pelatihan bisnis yang terpisah. Integrasi dalam
penyusunan materi terkait perbedaan gender, program pelatihan usaha, dan
pemberian kredit dapat mengatasi kendala sistematis dalam konteks norma-norma
sosial budaya yang membatasi perempuan desa untuk dapat produktif.

12

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Teori Kewirausahaan
Berbagai penulis mencoba mendefinisikan kewirausahaan dari berbagai
konteks. Parker (2009) mencoba menjelaskan beberapa definisi dari beberapa
penulis dengan konteks berbeda. Dari konteks inovasi, Schumpeter dalam Parker
(2009) melihat kewirausahaan merupakan “proses perusakan kreatif” dimana
seseorang mampu melakukan inovasi baru dan unik dalam aktivitas
perekonomian. Seseorang dianggap sebagai wirausahawan hanya ketika dia
benar-benar melakukan kombinasi baru dan kehilangan karakter tersebut ketika
usahanya sudah berjalan dan mengandalkan orang lain untuk menjalankan
usahanya.
Dari konteks pengambilan keputusan, Cantillon dalam Parker (2009)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai individu yang memiliki keberanian untuk
mengambil dan menanggung risiko usaha, mereka mampu menghilangkan
kelumpuhan yang disebabkan oleh ketidakpastian, sehingga proses produksi dan
pertukaran terjadi dan keseimbangan pasar dicapai. Dari konteks produksi, Say
dalam Parker (2009), mendefinisikan wirausaha sebagai individu yang mampu
menggabungkan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Wirausaha
berada dalam sistem ekonomi untuk mengatur berbagai faktor produksi dan
mengambil sisa sebagai keuntungan.
Robbins dan Coulter (2012) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses
individu atau kelompok dalam mengambil risiko waktu dan keuangan untuk
mengejar kesempatan dengan tujuan menciptakan nilai dan pertumbuhan usaha
melalui inovasi dan keunikan.
Bjerke (2007) mendefinisikan kewirausahaan dalam konteks modern
dengan berbagai aspek, dimana kewirausahaan merupakan proses untuk
menciptakan nilai baru. Pengertian ini melihat interaksi antara tiga faktor, yaitu:
(1) kreatifitas, (2) inovasi, dan (3) kewirausahaan. Kreatifitas sebagai sumber
untuk medapatkan ide baru, inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan
ide baru, dan kewirausahaan merupakan aplikasi baru yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan.
Wickham (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses manajerial
yang memiliki dimensi ekonomi dan sosial. Wirausaha merupakan individu yang
tinggal dan berfungsi di lingkungan sosial, proses kewirausahaan tidak hanya
terlihat dalam suatu tindakan tetapi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
mencapai keuntungan dalam menjalankan usaha. Karakter kewirausahaan untuk
Proses penciptaan keuntungan ini merupakan bagian kegiatan manajerial dan
karakter kewirausahaan ditandai dengan berbagai pendekatan untuk mencapai
keuntungan.
Greene (2011) mendefinisikan kewirausahaan sebagai individu yang
menjalankan usaha sendiri dengan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan yang
belum terpenuhi di pasar dan memberikan layanan atau produk untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

13

Karakteristik Kewirausahaan
Karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada individu atau kelompok
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Wickham (2006) menyatakan
karakter-karakter yang dimiliki wirausaha dapat meningkatkan kinerja usaha,
karakter tersebut antara lain: (1) bekerja keras, (2) inisiatif, (3) penentuan tujuan
(4) keuletan, (5) rasa percaya diri, (6) dapat menerima ide baru, (7) ketegasan, (8)
pencarian informasi, (9) keinginan untuk belajar, (10) keinginan untuk mencari
peluang baru, dan (11) keinginan untuk berubah.
Greene (2011) menyebutkan bahwa terdapat karakter-karakter penting yang
harus dimiliki wirausaha untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha,
antara lain: (1) mandiri, (2) memiliki rasa percaya diri, (3) memiliki tekad dan
ketekunan, (4) berorientasi pada tujuan, (5) standar yang tinggi, (6) kreatif, (7)
bertindak cepat, dan (8) memperbaharui diri dengan teknologi.
Wirausaha perempuan dan laki-laki wirausaha memiliki berbagai
persamaan. Fielden dan Davidson (2005) menyatakan keduanya memiliki
motivasi utama yang sama, yaitu keinginan untuk mencapai kemandirian dan
prestasi, namun berbeda dengan motivasi sekunder dimana laki-laki cenderung
menjadikan status sosial sebagai tujuan sedangkan perempuan memiliki berbagai
tujuan seperti untuk mendapatkan pengakuan dan membantu orang lain. Lebih
lanjut, wirausaha perempuan memiliki karakter khas, antara lain (1) visi besar, (2)
perencanaan yang matang, (3) percaya diri, serta (4) berani dan memiliki tekad
kuat. Perempuan memiliki sifat bijaksana, reaktif terhadap risiko usaha, serta
mampu mengidentifikasi kesempatan usaha.
Verdaguer (2009) menyatakan wirausaha perempuan dan laki-laki berbeda
karena ada perbedaaan dalam hierarki sosial dan maskulinisme feminisme.
Perbedaan ini berdampak pada karakter wirausaha perempuan yang cenderung
memiliki ketahanan sosial lebih kuat serta kemampuan untuk membina hubungan
antar wirausaha perempuan, dengan tujuan untuk mengurangi rasa isolasi yang
mereka miliki. Terdapat faktor pendorong dan faktor penarik perempuan untuk
menjadi wirausaha. Smith-Hunter (2006) menyatakan alasan perempuan menjadi
wirausaha disebabkan beberapa faktor pendorong, antar lain: (1) pendapatan
keluarga tidak cukup, (2) ketidakpuasan dengan gaji pekerjaan, (3) kesulitan
dalam mencari pekerjaan, dan (4) kebutuhan untuk jadwal kerja yang fleksibel
karena tanggung jawab keluarga. Sedangkan faktor-faktor penarik wirausaha
perempuan meliputi: (1) kebutuhan untuk kemandirian, (2) pemenuhan diri, (3)
keinginan mendapakan kekayaan, serta (4) keinginan untuk memiliki status sosial
dan kekuasaan

Modal Sosial
Aldrich (1999) menyatakan pada teori modal manusia bahwa pengetahuan
individu disertai peningkatan kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas
potensial lebih produktif dan efisien. Modal manusia terdiri dari pengetahuan dan
pendidikan. Pengetahuan berperan pada kinerja intelektual, untuk membantu
akumulasi pengetahuan serta membuat integrasi dan adaptasi dengan situasi baru.

14

Pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pengalaman dan pembelajaran praktis
yang terjadi pada pekerjaan, serta pendidikan non-formal.
Fukuyama (2005) menyatakan teori modal sosial mengacu pada
kemampuan pelaku untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial, jaringan, dan
keanggotaan. Jaringan sosial yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, atau
hubungan organisasi dapat melengkapi efek pendidikan, pengalaman, dan modal
keuangan. Faktor utama untuk meningkatkan modal sosial terdiri dari: (1)
kepercayaan, dan (2) ikatan sebagai penyedia informasi. Ikatan terdiri dari ikatan
kuat dan lemah yang dapat terjadi di tingkat individu dan organisasi. Ikatan lemah
merupakan hubungan longgar antara individu yang berguna untuk mendapat
informasi, seperti pada kelompok. Adapun ikatan kuat memberikan akses yang
aman dan konsisten, seperti keluarga.
Aaltio et al. (2008) menyatakan modal sosial didefinisikan sebagai sumber
daya yang melekat dalam hubungan sosial yang memfasilitasi tindakan kolektif.
Sumber daya sosial modal mencakup kepercayaan, norma, dan jaringan asosiasi
yang mewakili setiap kelompok yang konsisten untuk tujuan yang sama. Norma
budaya menghasilkan tindakan timbal balik yang mendorong perundingan,
kompromi, dan politik pluralistik. Norma-norma lain yang dapat menjadi modal
sosial antara lain adalah keyakinan dalam kesetaraan warga, yang dapat
mendorong pembentukan kelompok lintas sektoral.

Kredit Mikro
Donaghue dan Zotalis (2002) menyatakan kredit mikro adalah akse