Titrasi kompleksometri merupakan metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar garam-garam logam. Titran yang sering digunakan adalah
etilen diamin tetra asetat EDTA. Kecuali dengan natrium dan kalium, EDTA dapat membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam. Pada pH rendah,
EDTA dengan logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium akan membentuk kompleks yang tidak stabil Rohman, 2007.
Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, penulis tertarik untuk memilih judul tentang “Uji Disolusi Tablet Kalsium Laktat Produksi PT. Kimia Farma Persero
Tbk. Plant Medan” dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri yang dilakukan terhadap tablet Kalsium Laktat pada pH 10 dengan menggunakan
larutan buffer Ammonia dan indikator EBT.
1.2. Tujuan Dan Manfaat 1.2.1. Tujuan
Melakukan uji disolusi tablet Kalsium Laktat PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan dan membandingkannya dengan persyaratan yang tertera pada
Farmakope Indonesia edisi IV.
1.2.2. Manfaat
Uji disolusi bermanfaat untuk mengetahui apakah tablet Kalsium Laktat memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tablet 2.1.1. Tablet Secara Umum
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pembasah Anief, 1994.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung padacara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat
pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral. Banyak keuntungan tablet yang digunakan secara oral yang telah banyak
diterangkan Ansel, 2005. Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk
punch atau ukuran dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dariberbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dan jenis tablet yang akan
dibuat serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke
dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan kering Ansel, 2005.
Jenis-jenis tablet adalah: − Tablet kompresi, yaitu tablet kompresi yang dibuat dengan sekali tekanan
menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu seperti: pengisi,
pengikat dan bahan tambahan lainnya. − Tablet kompresi ganda, yaitu tablet kompresi berlapis, dalam
pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet didalam tablet, lapisan
dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya menjadi kulit. − Tablet salut selaput, yaitu tablet yang disalut dengan selaput tipis dari
polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.
− Tablet sublingual, yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan dibawah lidah yang biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam
kantung pipi atau dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral. − Tablet kunyah, yaitu tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah
atau dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari mannitol yang berasa dan berwarna khusus Ansel, 2005.
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul butiran kasar, karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak Anief, 1994.
Cara membuat granul ada 2 macam: 1.
Cara basah Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu
dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari
pengering pada suhu 40º-50ºC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan
bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. 2.
Cara Kering Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan
zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar slugging, setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi
granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet Anief, 1994.
Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa: 1.
Zat pengisi dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii
Carbonas dan zat lain yang cocok. 2.
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Mucilago, Gummi Arabici
10-20 panas, Solutio Methylcelluiosum 5.
3. Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.
4. Zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan.
Biasanya digunakan Talcum 5, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum Anief, 1994.
2.1.2. Tablet Kalsium Laktat