Ada dua jenis arrester yakni arrester ekspulsi dan arrester katup [3]. Sebagai pengaman tegangan lebih pada jaringan distribusi, arrester harus memiliki
karakteristik berikut [4]: 1.
Arrester tidak boleh bekerja pada keadaan normal 2.
Arrester harus bekerja saat tegangan puncak surja lebih tinggi dari tegangan yang mampu dipikul arrester.
3. Arrester harus mampu mengalirkan dan melawatkan arus surja ke tanah tanpa
merusak arrester itu sendiri. 4.
Setelah gangguan dinetralisir, arus susulan akibat arus sistem harus segera dipadamkan.
2.1.1. Arrester Ekspulsi Expulsion Type
Konstruksi arrester jenis ekspulsi diperlihatkan pada Gambar 2.2. Arrester jenis ekspulsi mempunyai sela luar dan sela dalam yang ditempatkan di dalam
tabung serat, dimana keduanya terhubung seri.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Konstruksi Arrester Ekspulsi [3]
Pemakaian arrester ini terbatas pada sistem bertegangan sampai 33 kV. Arrester ini dapat digunakan untuk melindungi transformator distribusi
bertegangan 3 – 15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi trafo daya. Keuntungan arrester ekspulsi sebagai berikut:
1. Harganya tidak begitu mahal karena konstruksinya yang sederhana.
2. Kinerjanya lebih baik daripada jenis sela batang karena dapat memadamkan
arus susulan sendiri. 3.
Karakteristik v – tarrester ini lebih baik dari sela batang. 4.
Pemasangannya mudah
Sela luar Konduktor
transmisi
Sela dalam Tabung serat
Elektroda Saluran
pembuangan gas
Universitas Sumatera Utara
Kerugian arrester ekspulsi sebagai berikut: 1.
Arrester harus diganti setelah beberapa kali bekerja karena gas yang dikeluarkan setiap bekerja akan mengakibatkan sebagian material tabung
terkelupas. 2.
Arrester ini tidak dapat ditempatkan berdampingan dengan peralatan yang akan dilindungi karena terdapat gas buangan ketika bekerja.
2.1.2. Arrester Katup
Arrester katup terdiri dari arrester sela pasif, arrester sela aktif dan arrester tanpa sela percik atau yang dikenal dengan arrester metal oksida. Kostruksi
arrester katup diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Konstruksi Arrester Katup [3]
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1. Arrester Katup Sela Pasif
Arrester katup sela pasif terdiri dari sela percik, resistor tak – linear, dan isolator tabung. Sela percik dan resistor tak – linear di tempatkan dalam tabung
isolasi yang tertutup, sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar.
Resistor tak – linear terbuat dari beberapa piring silikon karbida silicon carbide yang terhubung seri. Nilai resistansi resistor pada arrester ini sangat
besar ketika melewatkan arus lemah, namun nilai resistansinya akan sangat rendah ketika dilewati arus kuat. Karakteristik arus dan tegangan resistor tak – linear
dinyatakan oleh Persamaan 2.1. =
……………………………………….……....2.1 Dimana nilai α untuk silikon berkisar antara 2 – 6, sedangkan nilai K
bergantung pada ukuran dan bentuk geometris piring silikon karbida.
2.1.2.2. Arrester Katup Sela Aktif
Konstruksi arrester katup sela aktif hampir sama dengan arrester katup sela pasif. Arrester katup sela aktif terdiri dari sela utama, kumparan, sela bantu dan
resistor tak – linear yang dimasukkan dalam tabung isolasi porselen. Saat tegangan impuls tiba di terminal arrester katup sela aktif yang membuat sela
utama terpercik, maka sela utama, kumparan dan resistor tak – linear akan mengalirkan arus petir ke tanah. Frekuensi tegangan impuls yang tinggi akan
membuat impedansi kumparan menjadi besar dan tegangan pada terminal kumparan tinggi, sehingga membuat adanya beda tegangan yang tinggi pada
Universitas Sumatera Utara
terminal kumparan yang akan mengakibatkan sela bantu tembus dan dialiri arus petir.
Setelah arus petir menjadi nol, maka arus susulan berfrekuensi daya akan mengalir pada kumparan disebabkan impedansi kumparan yang berubah menjadi
sangat rendah pada frekuensi daya. Akibatnya busur api pada sela bantu tidak stabil dan akhirnya padam. Arus yang mengalir pada kumparan akan
membangkitkan medan magnet yang akan menerpa busur api pada sela utama, membuat lintasan busur api semakin panjang dan suhunya berkurang. Sehingga
saat arus susulan bernilai nol, busur api pada sela utama padam. Pemadaman busur api inilah yang membedakan antara arrester katup sela aktif dengan arrester
katup sela pasif. Dalam aplikasi arrester katup sela aktif pada jaringan bertegangan tinggi
selalu ditambahkan satu atau lebih set ‘sela utama – kumparan – sela bantu’ atau dengan menggunakan resistor tak – linear sebagai pengganti sela bantu.
2.1.2.3. Arrester Metal Oksida MOA
Arrester atau yang juga sering dikatakan sebagai penangkal petir adalah alat pelindung peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir yang sifatnya
sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang
tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. Arrester metal oksida merupakan arrester yang banyak digunakan sejak
1976 hingga saat ini [5]. Arrester ini tidak memiliki sela percik gap udara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adalah besar puncak tegangan impuls yang terjadi diantara kedua terminal arrester ketika arrester tersebut menyalurkan arus impuls. Jenis arus impuls
dalam menentukan tegangan sisa adalah: a.
Arus impuls hubung – buka : 30-100 60-200 µs, i ≤ 2 kA b.
Arus impuls petir : 820 µs, i ≤ 40 kA
c. Arus impuls tinggi
: 410 µs, i ≤ 100 kA, umumnya pada arrester 65 dan 100 kA
Tegangan ini harus di bawah tegangan ketahanan terhadap tegangan impuls. 4.
Arus peluahan maksimum Adalah nilai puncak tertinggi dari arus impuls 510 μ s yang dapat dialirkan
arrester tanpa merusak arrester. Dewasa ini, arus peluahan maksimum arrester dirancang 100 kA untuk gardu dan 65 kA untuk arrester jenis saluran.
5. Arus nominal
Adalah besar puncak arus impuls 820 µs menurut standar, dan digunakan untuk mengklasifikasikan arrester. Puncak arus nominal umumnya adalah:
a. 2,5 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal
36 kV b.
5 kA, digunakan untuk sistem bertegangan pengenal 132 kV
c. 10 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal 3 – 360 kV, dan
d. 20 kA, digunakan untuk sistem bertegangan nominal diatas 360 kV
hingga 756 kV.
6. Tegangan percik frekuensi daya
Universitas Sumatera Utara
Adalah besar tegangan efektif frekuensi daya yang membuat terjadinya percikan di sela arester. Tegangan percik frekuensi daya harus cukup tinggi
agar sela arester tidak terpercik jika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah maupun pada saat terjadi operasi hubung-buka. Biasanya tegangan percik
frekuensi daya ditetapkan ≥ 1,5 kali tegangan pengenal arrester. 7.
Tegangan percik impuls petir maksimum Adalah puncak tegangan maksimum impuls 1,250 μ s, yang membuat sela
arrester pasti terpercik atau bekerja. Misalnya ada suatu arrester tegangan percik impuls maksimum 65 kV – 1,250 μ s, sebanyak 5 kali, maka sela
arrester akan terpercik 5 kali. 8.
Frekuensi pengenal Sama dengan frekuensi sistem dimana arrester dipasang.
2.2. Mekanisme Sambaran Petir [6]
Universitas Sumatera Utara
Petir adalah mekanisme pelepasan muatan listrik di udara yang dapat terjadi di dalam awan, antara awan, awan dengan udara, dan antara awan dengan
tanah. Antara awan dengan permukaan bumi dapat dianalogikan seperti dua keping lempeng bermuatan, dimana lempeng pertama adalah awan dan lempeng
kedua adalah bumi. Terjadinya muatan pada awan diakibatkan adanya pergerakan awan secara teratur dan terus menerus yang membuat awan terpolarisasi sehingga
muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi yang lainnya.
Muatan listrik pada awan ini akan menimbulkan beda potensial antara awan dengan bumi yang akan menimbulkan medan listrik antara awan dan bumi.
Jika medan listrik antara awan dengan bumi lebih besar daripada kekuatan dielektrik udara yang mengantarai awan dengan bumi, maka akan terjadi
pelepasan muatan pertama yakni pilot leader. Pada ujung pilot leader akan terjadi proses ionisasi sehingga terjadi pelepasan kedua yang disebut downward leader.
Pada ujung downward leader terjadi lagi pelepasan muatan hingga semakin mendekati bumi yang disebut leader.
Saat leader semakin mendekati bumi, terjadi medan listrik yang sangat tinggi antara ujung leader dengan bumi, yang membuat terjadi penumpukan
muatan di ujung suatu objek yang berada dipermukaan bumi. Sehingga muatan yang berasal dari bumi bergerak menuju ujung leader. Titik pertemuan antara
kedua aliran yang berbeda muatan ini disebut titik pukul striking point yang diperlihatkan pada Gambar 2.6.c. Sesaat setelah pertemuan kedua aliran berbeda
muatan tersebut terjadi perpindahan muatan dari permukaan tanah keawan melalui
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sambaran langsung adalah kilat yang menyambar langsung pada kawat fasa untuk saluran tanpa kawat tanah atau pada kawat tanah untuk saluran
dengan kawat tanah. Pada saluran udara tegangan menengah diasumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Hal ini
dikarenakan tinggi kawat diatas tanah relative rendah 10 - 13 meter dan juga karena dengan sudut perisaian yang biasanya lebih kecil dari 60 sudah dapat
dianggap semua sambaran kilat mengenai kawat tanah, jadi tidak ada kegagalan perisaian. Untuk itu dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang gangguan
sambaran langsung pada saluran udara tegangan menengah tanpa kawat tanah. Saat kilat menyambar kawat tanah atau kawat fasa maka akan timbul arus
besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat ke kawat. Arus yang besar ini dapat membahayakan peralatan – peralatan yang ada pada saluran.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besarnya arus kilat, waktu muka dan jenis tiang saluran. Karena saluran tegangan menengah
tidak begitu tinggi diatas tanah, maka jumlah sambaran langsungpun relative rendah. Makin tinggi tegangan sistem makin tinggi tiangnya, dan makin besar
pula jumlah sambaran ke saluran itu.
2.2.2. Bentuk Gelombang
Bentuk gelombang tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan pengaruh besarnya arus, kecuraman kenaikan arus, serta lama waktu kejadian. Karena
adanya perbedaan setiap petir ini, maka bentuk standar petir ditiap – tiap Negara atau lembaga berbeda – beda, seperti Jepang yang standarnya JIS, Jerman VDE,
Universitas Sumatera Utara
= 0,15
Universitas Sumatera Utara
=
.
= 8.
.
= 1 + sin
Universitas Sumatera Utara
Dimana : α
= Sudut perisaian untuk gangguan sambaran langsung jaringan distribusi 60
w = Panjang isolator cm
Xs = Daerah yang tidak terlindungi oleh perisaian m
Sehingga berdasarkan Gambar 2.8, maka: =
+ …………………………………………...2.6
Maka besar probabilitas petir menyambar kawat fasa adalah [1]: =
…………………………………………...2.7
2.2.4. Teori Perhitungan Probabilitas Kegagalan dan Usia Arester