Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu Ajo Kecamatan Kota Pinang dan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANGVASEKTOMI DI DESA BATU AJO KECAMATAN KOTA PINANG

KABUPATEN LABUHANBATU

OLEH :

NIM : 145102058 SRI HARDIANTI

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Vasektomi di Desa Batu Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

Abstrak

Latar belakang :Angka partisipasi pria dalam ber-KB di Indonesia masih rendah. Hal itu dikarenakan pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi masih kurang.Desa Batu Ajo adalah salah satu daerah yang tingkat keikutsertaan KB vasektominya rendah.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi di desa batu ajo kecamatan kota pinang kabupaten labuhanbatu tahun 2015.

Metodologi :Jenis penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan crossectional. Jumlah sampel 54 pria pasangan usia subur. Metode pengambilan sampel adalah acsidental sampling, Tehnik pengumpulan data memberikan kuisioner. Analisa data dengan univariat. Lokasi dan waktu penelitian di di desa batu ajo kecamatan kota pinang kabupaten labuhanbatu pada bulan November-Juli 2015.

Hasil penelitian : mayoritasresponden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 29 suami (pasangan usia subur) 53,7%,Sedangkanyang menunjukan sikap tidak mendukung (negative) adalah sebanyak 36 suami (pasangan usia subur) 66,7%. Kesimpulan penelitian pada aspek pengetahuan didapatkan hasil mayoritas suami (pasangan usia subur) memiliki pengetahuan kurangtentang vasektomi. Pada aspek sikap didaptkan suami (pasangan usia subur) menunjukan sikap tidak mendukung (negative)terhadap vasektomi. Saran untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan dengan berbagai media mengenai KB vasektomi agar pengetahuan suami meningkat dan sikap suami mendukung terhadap vasektomi, dan meninggalkan stigma yang salah tentang vasektomi.


(4)

Abstract

Background: Figuresmale participationin family planningin Indonesiais still low. That's because the husband's knowledge and attitudes about vasectomy still minus. Village Batu Ajo isone area that the low level of participation KB Vasectomy. Objective: to determine the level of knowledge and attitudes about vasectomy husband in the village of Batu ajo city district snut Labuhanbatu District 2015. Methodology: The study useda descriptivecross sectional approach. Number of samples 54 malecouples of child bearing age. The sampling methodisacsidental sampling, data collection technique sprovide questionnaires. Univariate data analysis. There search took placein the village of Batu Ajo city district snut Labuhanbatu Districtin November-July 2015.

Result: mayoritas responden haveless knowledgeas much as 29 husbands (couples of childbearing age) 53.7%, While thatshows theattitude of support (negative) is as much as 36 husbands (couples of childbearing age) 66.7%.

Conclusionsof researchonaspects of the knowledge obtained results husband majority (couples of child bearing age) have knowledge minus about vasectomy. In the aspect of the attitude of the husband be obtained (couples of child bearing age) showedan attitude does not support the (negative) to vasectomy. Suggestions to improve out reach activities with variousme dia about KB vasectomy in order to increaseknowledge of her husbandandthe husband attitudes supportive of vasectomy, and leave the stigmais wrong about vasectomy.


(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu Ajo Kecamatan Kota Pinang dan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015” untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatann Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. bapak Dr. Dedi Ardinata selaku Ketua Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.kep selaku Ka. Prodi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ichwanul Adenin, SpOG. Kselaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan staf prodi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Bapak Riki Rafany Hasibuan, SH, S.Kom selaku Kepala Desa Batu Ajo Kec.Kota Pinang Kab. Labuhanbatu yang telah memberikan izin untuk melaksanakan pengambilan data awal.


(6)

telah menyediakan literature yang penulis perlukan.

7. Khusunya kepada orang tua saya tercinta Ayahanda Supari dan Ibunda Sumarni yang telah mendukung dan memberikaan banyak nasehat, motivasi serta bantuan baik spiritual maupun material.

8. Seluruh keluarga, kakak, abang, adik dan kekasih tersayang yang telah memberi dukungan dan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Rekan-rekan D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian saran yang membantu sangat penulis harapkan dan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Medan, Juli 2015 Penulis

145102058 Sri Hardianti


(7)

iii

DAFTAR ISI ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

1 Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Peneliti ... 4

2. Bagi Institusi ... 4

3. Bagi Responden ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN ... 1. Defenisi Pengetahuan

2. Tingkat Pengetahuan

3. Cara memperoleh Pengetahuan

B. Sikap ... 1. Defenisi Sikap

2. Jenis Sikap C. Suami


(8)

1. Defenisi Kontrasepsi 2. Cara Kerja Kontrasepsi 3. Jenis kontrasepsi E. Vasektomi

1. Defenisi Vasektomi

2. Keuntungan Vasektomi dan kelemahan vasektomi 3. Indikasi Vasektomi dan Kontra indikasi Vasektomi 4. Persiapan Pra-Operatif ... 5. Prosedur Vasektomi

6. Perawatan Post Operatif Vasektomi 7. Efektifitas vasektomi

8. Komplikasi dan Efek Samping Vasektomi 9. Stigma tentang Vasektomi di Masyarakat

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ... B. Defenisi Operasional ...

BAB IV METODOLIGI PENELITIAN ...

A. Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Tempat Penelitian D. Waktu Penelitian E. Etika Penelitian F. Instrument Penelitian

G. Uji Validitas dan Reliabilitas H. Pengumpulan Data


(9)

v

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran


(10)

Tabel3.1 DefenisiOperasional………..28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Sumber Informasi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu………38

Table 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu ……….……40

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami tentang Vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu ……….………41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu……….……….42

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten


(11)

vii

DAFTAR SKEMA


(12)

Lampiran 1. Lembar Persetuan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Kuisioner

Lampiran 3. Lembar Prosedur Pelaksanaan

Lampiran 4. Lembar Konsultasi karya Tulis Ilmiah Lampiran 6. Lembar Content Validity

Lampiran 7. Surat izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8. Balasan Surat Izin penelitian


(13)

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Vasektomi di Desa Batu Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

Abstrak

Latar belakang :Angka partisipasi pria dalam ber-KB di Indonesia masih rendah. Hal itu dikarenakan pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi masih kurang.Desa Batu Ajo adalah salah satu daerah yang tingkat keikutsertaan KB vasektominya rendah.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi di desa batu ajo kecamatan kota pinang kabupaten labuhanbatu tahun 2015.

Metodologi :Jenis penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan crossectional. Jumlah sampel 54 pria pasangan usia subur. Metode pengambilan sampel adalah acsidental sampling, Tehnik pengumpulan data memberikan kuisioner. Analisa data dengan univariat. Lokasi dan waktu penelitian di di desa batu ajo kecamatan kota pinang kabupaten labuhanbatu pada bulan November-Juli 2015.

Hasil penelitian : mayoritasresponden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 29 suami (pasangan usia subur) 53,7%,Sedangkanyang menunjukan sikap tidak mendukung (negative) adalah sebanyak 36 suami (pasangan usia subur) 66,7%. Kesimpulan penelitian pada aspek pengetahuan didapatkan hasil mayoritas suami (pasangan usia subur) memiliki pengetahuan kurangtentang vasektomi. Pada aspek sikap didaptkan suami (pasangan usia subur) menunjukan sikap tidak mendukung (negative)terhadap vasektomi. Saran untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan dengan berbagai media mengenai KB vasektomi agar pengetahuan suami meningkat dan sikap suami mendukung terhadap vasektomi, dan meninggalkan stigma yang salah tentang vasektomi.


(14)

Abstract

Background: Figuresmale participationin family planningin Indonesiais still low. That's because the husband's knowledge and attitudes about vasectomy still minus. Village Batu Ajo isone area that the low level of participation KB Vasectomy. Objective: to determine the level of knowledge and attitudes about vasectomy husband in the village of Batu ajo city district snut Labuhanbatu District 2015. Methodology: The study useda descriptivecross sectional approach. Number of samples 54 malecouples of child bearing age. The sampling methodisacsidental sampling, data collection technique sprovide questionnaires. Univariate data analysis. There search took placein the village of Batu Ajo city district snut Labuhanbatu Districtin November-July 2015.

Result: mayoritas responden haveless knowledgeas much as 29 husbands (couples of childbearing age) 53.7%, While thatshows theattitude of support (negative) is as much as 36 husbands (couples of childbearing age) 66.7%.

Conclusionsof researchonaspects of the knowledge obtained results husband majority (couples of child bearing age) have knowledge minus about vasectomy. In the aspect of the attitude of the husband be obtained (couples of child bearing age) showedan attitude does not support the (negative) to vasectomy. Suggestions to improve out reach activities with variousme dia about KB vasectomy in order to increaseknowledge of her husbandandthe husband attitudes supportive of vasectomy, and leave the stigmais wrong about vasectomy.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Syaifuddin, 2006).

Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makan sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat. Pasangan usia subur yang belum atau tidak berencana mempunyai anak lagi dan tidak memakai kontrasepsi, termasuk kelompok “unmet need”.Angka unmet need di Indonesia pada pertengahan 2010 diperkirakan 9% atau lebih dari 5 juta pasangan usia subur. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab AKI di Indonesia, 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam Millennium Development Goals(MDGS), Indonesia menargetkan penurunan AKI menjadi 108/100.000 kelahiran hidup tahun 2014.

Salah satu Pencegahan kematian dan kesakitan merupakan alasan utama diperlukan pelayanan Keluarga Berencana dan salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategi Nasional Miking Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001. Pada tahun 2010 setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga berencana merupakan upaya pelayanan preventif yang paling dasar dan utama (Syaifudin, 2006).


(16)

Partisipasi pria/suami dalam KB adalah tanggung jawab pria/suami dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarganya. Bentuk partisipasi pria/suami dalam KB dapatdilakukan secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria/suami secara langsungadalah menggunakan salah satu metode pencegahan kehamilan seperti kondom, vasektomi, senggama terputus atau metode pantang berkala (BKKBN, 2005).

Angka partisipasi pria dalam ber-KB khususnya vasektomi masih sangat rendah. Data survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan tren pemakaian kontrasepsi vasektomi cenderung tetap bahkan mengalami penurunan, dimana pada tahun 2002-2003 sebesar 0,4%, kemudian menurun menjadi 0,2% pada tahun 2007, dan pada tahun 2012 tetap berada pada angka 0,2 %. Dibandingkan negara-negara berkembang lainnya seperti Pakistan (5,2%,1999), Bangladesh (13,9%,1997), Malaysia (16,8%,1998), partisipasi pria dalam KBdi Indonesia masih tertinggal yaitu pencapaian kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%, sedangkan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) meningkat menjadi 4,5% (Indrayani, 2014).

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai vasektomi sebagai alat kontrasepsi disebabkan antara lain karena kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarganya dalam ber-KB masih rendah dan keterbatasan penerimaan dan aksesbilitas pelayanan kontrasepsi pria masih terbatas (BKKBN, 2005).dan ketakutan terbesar pria untuk menjadi akseptor vasektomi adalah terkait isu permasalahan kejantanan pria, dan anggapan suami takut istri (Indrayani, 2014).


(17)

3 Kontrasepsi mantap pria atau yang disebut dengan vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu yang singkat dan tidak memerlukananastesi umum. tetapi di seluruh dunia, kontrasepsi ini masih merupakan metode yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian, baik dari pihak pria/suami maupun petugas medis keluarga berencana( Hartanto, 2004).

Pengetahuan adalah salah satu faktor yang besar dalam meningkatkan sikap pria untuk berpartisipasi dalam ber-KB. Upaya meningkatkan pengetahuan melalui promosi vasektomi dengan berbagai media dan bentuk diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para pria, sehingga mereka sadar dan mau dengan ikhlas berpartisipasi menjadi peserta vasektomi. Promosi tentang vasektomi yang berkelanjutan memang harus dilakukan, mengingat pentingnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap vasektomi (BKKBN, 2005).

Menurut survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Desa Batu.Ajo kecamatan.Kota Pinang Kabupaten.Labuhanbatu pengguna vasektomi tidak ada. Dari 20 orang suami yang diwawancarai peneliti 15 orang berpengetahuan kurang, 3 berpengetahuan cukup, 2 berpengetahuan baik.

Berdasarkan masalah yang terdapat pada latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan Pria tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

B.Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap pria tentang vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015?


(18)

C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu.ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.

2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik suami (pasangan usia subur) tentang vasektomi di Desa Batu.ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan suami tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 berdasarkan umur.

c. Untuk mengetahui sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 berdasarkan umur.

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan lebih jelas tentang gambaran pengetahuan dan sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi

2. Bagi institusi

Sebagai tambahan untuk referensi bagi mahasiswa diperpustakaan dan sebagai perbandingan bagi peniliti selanjutnya.

3. Bagi responden dan masyarakat

Bagi para suami mengetahui manfaat dan efek samping bila memakai kontrasepsi vasektomi.


(19)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo, 2007)

Pengetahuan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)di dalam diri orang tersebut proses yang berurutan, yakni :

a. Kesadaran (Awareness)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)terlebih dahulu.

b. Merasa Tertarik

Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus atau objek bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial)

Yakni objek telah mulai mencoba untuk melakukan perilaku yang baru. e. Mengadopsi

Yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(20)

2. Tinjauan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2007 pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain :

a. Tahu (know)

Diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, tahu merupakan tingkatan yang paling indah.

b. Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya), dan mampu menggunakan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analisys)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkanagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi yang ada.


(21)

7 Berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian suatu materi atau objek pengukuran, dan pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau respondent dalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengantingkat tersebut diatas.

3. Cara Mengukur Pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner)yang menanyakan tentang isi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007, hlm 146).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Tradisional dan Nonilmiah

Yakni tanpa melalui penelitian ilmiah, dan caramodern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian. Cara kuno atau tradisional inidipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumditemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematikdan logis (Notoatmodjo, 2010, hlm 11). b. Cara coba salah (Trial and error)

Yaitu merupakan upaya pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Notoatmodjo,2010,hlm.11)

c. Cara Kekuasaan atau Otoriter

Yaitu sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah


(22)

dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau kekuasaan ahli pengetahuan (Notoatmodjo, 2010, hlm 12)

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut (Notoatmodjo,2010,hlm.13)

e. Cara Akal Sehat

Dimana akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang. Para orang tua zaman dahulu agar onaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah (Notoatmodjo,2010,hlm 14)

f. Kebenaran yang diwahyukan

Kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan kepada para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran tau penyelidikan (Notoatmodjo,2010,hlm.14) g. Secara Intuitif


(23)

9 Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh memalui intuitif sukar diperoleh karena kebenaran tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja (Notoatmodjo,2010,hlm.15)

h. Melalui jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia. Cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui induksi maupun deduksi, induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada yang khusus (Notoadmodjo,2010,hlm.15)

i. Secara Induksi

Yaitu merupakan proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal yang abstrak (Notoadmodjo, 2010,hal.16)

j. Secara Deduksi

Yaitu merupakan pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum dan khusus. Didalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku dalam kelas itu.


(24)

Disini terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus (Notoatmodjo,2010,hlm.16).

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Umur adalah rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun.Salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola piker dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik (Ariani,2014,hlm.24)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki (Ariani,2014,hlm.24)

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari.Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan memberikan


(25)

11 pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Ariani,2014,hlm.25)

4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bias didapat dari media cetak, elektronik, keluarga dan teman dll (Arianti, 2014, hlm.27)

6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

a. Baik : hasil presentase 76%-100% b. Cukup : hasil presentase 56%-75%

c. Kurang : hasil presentase <56% (Arianti,2014,hlm.28).

B. Sikap 1. Defenisi

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yangkurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya, (Mubarak, 2011 hal, 85).

2. Jenis-jenis sikap

Sikap manusia dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Kognitif, yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa yang diketahui tentang suatu objek.

b. Afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan dengan perasaan (bagaimana perasaan tentang objek);


(26)

c. Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral)yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan

C. Suami

1. Defenisi Suami

Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. (KBBI, 2008).

.

D. Kontrasepsi

1. Defenisi Kontrasepsi

Kontrasepsi menurut moctar (1995) kontrasepsi atau anti konsepsi (conceptioncontrol) adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan”.dalam memilih metode kontrasepsi memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu metode yang baik yaitu :

a. Aman

b. Dapat diandalkan c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh banyak orang f. Pemakaian Jangka lama /panjang

Dalam memilih kontrasepsi,kita harus memandang dari dua sudut : 1) Pihak calon akseptor


(27)

13

2. Cara kerja Kontrasepsi

Bermacam-macam cara kerja kontraseepsi,tetapi pada umumnya : 1. Mengusahan agar tidak terjadi ovulasi

2. Melumpuhkan sperma

3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

3 Jenis kontrasepsi

Pada umumnya cara/metode kontrasepsi saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

a. Tanpa alat /obat :Senggama Terputus ,Pantang berkala

b. Dengan alat/obat : Kondom,difragma /cop,cream,jelly dan caira berbusa,tablet vagina.

c. Metode Efektif : 1) Pil KB

2) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 3) Suntik KB

4) Implan

5) Metode Mantap dengan cara Operasi : a) Pada wanita misalnya : Tubektomi b) Pada Pria misalnya : Vasektomi

E. Vasektomi 1. Defenisi

Menurut Nina Siti mulyani (2013)Vasektomi adalah pemotongan sebagian(0,5 cm -1 cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotongsaluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak


(28)

mengandung spermatozoa,dengan demikian tidak terjadi pembuahan,operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat dirumah sakit (siswosudarmo, 2007).

Menurut Indrayani (2014) Vasektomi adalah Prosedur klinik untuk menghentikankapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehinggajalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi(penyatuan sperma denganovum) tidak terjadi.

Menurut kemkes RI, (2011,hal MK-95), Vasektomi adalah kontrasepsiuntuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.

2. Keuntungan Vasektomi dan kelemahan vasektomi a. Keuntungan Vasektomi

1) Sangat efektif (tingkat kegagalan sangat sedikit)

2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,dapat digunakan seumur hidup

3) Aman,morbiditas rendah dan hamper tidak ada mortalitas

4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan dan dapat dicek kepastiankeberadaan sperma pada cairan ejakulasi dengan pemeriksaan laboratorium

5) Tidak ada factor lupa,tidak harus diingat-ingat,tidak perlu ada persediaan. 6) Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya.

7) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormone. 8) Tidak menyebabkan pembengkakan pada lokasi injeksi anastesi dan bekas

luka

b. Kelemahan Vasektomi


(29)

15 2) Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum,apabila operasinya tidak

sesuai dengan prosedur.

3) Tidak boleh dilakukan pada orang yang masinh ingin mempunyai anak lagi. 4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin

bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut system reproduksi

3. Indikasi Vasektomi dan Kontra indikasi Vasektomi a. Indikasi Vasektomi

1) Pasangan yang yakin bahwa mereka telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan.

2) Yang memahami dan dengan suka rela memberikan informed consentuntuk prosedur ini

3) Pasangan yang memiliki masalah usia,paritas atau kesehatan yang mungkin akan memunculkan risiko kesehatan yang serius jika istrinyahamil.

4) Yang lebih menyukai metode yang tidak mengharuskan melakukantindakan kontrasepsi setiap hari sebelum hubungan seksual

b. Kontraindikasi Vasektomi

1. Penderita hernia

2. Penderita kencing manis (diabetes). 3. Penderita kelainan pembekuan darah

4. Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan 5. Tidak tetap pendiriannya.

6. Memiliki peradangan pada buah zakar.


(30)

8. Varikokel (verises pada pembuluh darah balik buah zakar). 9. Hidrokel (penumpukan cairan pada buah zakar).

10. Buah zakar tidak turun (kriptokismus) 11. Penyakit kelainan pembuluh darah. (Meliani, 2010, hal 164).

4. Persiapan Pra-Operatif

a. Konseling dan Informed consent

b. Riwayat kesehatan dan Pemeriksaan pra-operasi c. Persiapan passion untuk operasi

d. Mengamankan Penis

e. Membersihkan area yang akan dioperasi f. Menutup area yang akan dioperasi g. Anastesi lokal

Menurut Indrayani (2010) Pelaksaan Tindakan Vasektomi dapat dilakukan dengan menggunakan anastesi sebagai berikut :

1) Dipakai Anastesia lokal karena lebih murah dan lebih aman, misalnya lidocaine 1-2 % sebanyak 1-5 cc atau sejenisnya.

2) Kadang-kadang dicampur dengan adrenalin, untuk mengurangi perdarahn.IPPF tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin juga bias menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang berkepanjangan.Penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakn post-operatif juga tidak dianjurkan.

3) Jangan menyuntikkan langsung kedalam vas deferens, karena mungkin dapat langsung merusak plexus pampiniform.


(31)

17 4) Bila calon akseptor merasa takut atau gelisah, dapat diberikan

transquilizer atau sedative, per oral atau suntikan.

Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus : a) Adanya luka parut daerah inguinal dan skrotum yang sangat tebal b) Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele.

c) Alergi terhadap anastesi local

5. Prosedur Vasektomi menggunakan Pisau

a. Identifikasi dan isolasi vas deferens

b. Kedua vas deferens merupakan struktur paling padt di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi berbeda dengan pemnbuluh darah.

c. Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan :

1) Kulit scrotum tebal

2) Vas deferens yang sangat tipis 3) Spermatic cord yang tebal 4) Testis yang turun

5) Otot cremaster dan menarik testis ke atas.

d. Kedua vas deferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan prosedur kontapnya.

e. Dilakukan immobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan menggunakan klem (doek-klem atau klem lainnya).

f. Dilakukan anastesi lokal g. Insisi skrotum

1) Vas deferens yang telah diimmobiliosasi didepan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.


(32)

2) Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan dengan cara : a) Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe)

b) Dua insisi, satu insisi diatas masing-masing vas deferens.

h. Memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jarimgan sehingga vas deferens dapat di isolasi.

i. Oklusi vas deferens

1) Umumnya dilakukan pemotongan /reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epidedemis.

2) Ujung-ujung vas deferens setelah di potong dapat ditutup dengan : a) Dapat dengan chromic catgut (paling sering dilakukan). b) Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk)

c) Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes kejaringan sekitarnya dan terjadi granuloma.

d) Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas deferens dapat dilipat kebelkang lalu diikatkan/mdijahitkan pada diri sendiri, atau fascia dari vas deferens dapat ditutup di atas satu ujung sehingga terdapat suatu barier jaringan dari jaringan fascia: atau ujung vas deferens ditanamkan ke dalam jaringan fascia.

e) Jika tidak menggunakan ligasi dapat dilakukan dengan elektro-koagulasi/Thermo-koagulasi.

f) Atau juga dengan clips

Masih dalam fase eksperimental. Keuntungan :


(33)

19 (1) Lebih cepat dibandingkan ligasi

(2) Lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk aplikasi clips dibandingkan ligasi

(3) Tantalum, bahan clips tidak diserap dengan bahan biologis inert. (4) Potensi reversibilitas besar.

g) Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas deferens. j. Penutupan luka insisi

1) Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.

2) Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plaster saja.

Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor vasektomi dengan tindakan operasi (yang pada umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk menggalakkan penerimaan/pelaksanaan vasektomi di Indonesia sekarang telah diperkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau, dengan menggunakan alat khusus.

6. Prosedur pelaksanaa VTP,

Menurut POGI,dkk (2006, hal PK-95) diperlukan langkah-langkah sebagai berikut 1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang.

2) Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih. 3) Penis di plaster ke dinding perut

4) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadine 0,75%, larutan khorheksidin (hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. 5) Tutupalah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril


(34)

6) Tepat di linea mediate di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi lokal (prokain/lidokain/novokain/xilocain 1-2 %tanpa epinefrin) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml.

7) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah kebawah kulit.

8) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem, dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut kurang lebih 450.

9) Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat dilihat.

10) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusuklah salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menuju arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memotong vas deferens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.

11) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan parelel dengan arah vas deferens yang di angkat. Dipelukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens


(35)

di-21 crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3-0.

12) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong .kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.

13) Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epidedemis tertutup dan putung distal da diluar fasia, apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tenang, maka benang yang terahir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan ke dalam skrotum.

14) Lakukan tindakan diatas (langkah 7- 13)untuk vas deerens sebelah yang lain, melalui luka digaris yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya di aproksimasikan dengan bandaid atau tensoplas.

7. Perawatan post-operatip vasektomi

a. Istirahat 1-2 jam di klinik

b. Menghindari oekerjaan berat selama 2-3 hari c. Kompres dingin/es pada skrotum

d. Analgetika

e. Memakaai Lika penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari f. luka operasi jangan kena air selama 24 jam.

g. Senggama dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, saat pria sudah menghendaki dan tidak merasa terganggu.

Sri handayani (2010).


(36)

1) Kontrasepsi pria tidak langsung menyebabkan infertilitas, spermatozoa yang ada didalam saluran reproduksi pria pada bagian urethral daro obstruksi, harus dikeluar semuanya sebalum pasangan suami-istri terlindung dari kehamilan. 2) Dari penelitian, 95 % akseptor kontap-pria menjadi azoospermatik 10

minggu setelah operasi.

3) Di perlukan pemeriksaan analisa sperma post-operatif, sampai 2 pemeriksaan berturut-berturut menunjukkan hasil negatif.

4) Dalam menentukan sterilisasi adalah criteria jumlah ejakulasi dari pada kriteria waktu tertentu.IPPF menganjurkan :

a. Paling sedikit 12 ejakulatsi, bila terdapat fasilitas analisa sperma.

b. Paling sedikit 20 ejakulasi bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan sperma. 5) Cara lain mengurangi spermatozoa post operatif adalah ejakulasi sesaat

sebelum dilakukan kontap-pria. Tetapi sampai sekarang efektifitasnya belum dievaluasi.

8. Efektifitas Vasektomi

Menurut Sri handayani (2010) efektifitas yang dapat terjadi setelah dilakukan vasektomi adalah :

a. Angka keberhasilan keberhasilan amat tinggi (99 %), angka kegagalan 0-2.2 % umumnya <1%.

b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa.

c. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.

d. Jarang :duplikasi congenital dari vas deferens terdapat >1 vas deferens pada satu sisi).


(37)

23

9. Komplikasi dan Efek samping Vasektomi a. Komplikasi

Menurut Sri Handayani (2010) efek samping, Komplikasi dan pembagiannya dibagi menjadi 2 bagian :

1) Komplikasi Minor

a) Ecchymosis, terjadi pada 2- 65%. Penyebabnya :pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi perembesan daerah di bawah kulit. Tidak memerlukan terapi, akan hilang sendiri 1-2 minggu post-operatif. b) Pembengkakan (0,8- 67%).

c) Rasa sakit / rasa tidak enak.

d) Terapi pembengkakan dan rasa sakit/tidak enak dengan kompres es, analgetika, penunjang skrotum.

2) Komplikasi Mayor a) Hematoma

(1) Insiden <1 %.

(2) Terjadi pembentukan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah.

(3) Pencegahan :hemostasis yamg baik selama operasi.

(4) Pengobatan :jika kecil kompres es, istirahat beberapa hari.sedangkan jika besar buka kembali skrotum, ikat kembali pembuluh darah dan lakukan drainase.

b) Infeksi

(1) Jarang terjadi<2 %

(2) Infeksi dapat terjadi pada :insisi, vas deferens, epidedemis menyebabkan epededemitis, testis menyebabkan orchitis.


(38)

c) Sperma granuloma

(1) Sperma granuloma adalahsuatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa, sel-sel epitel dan limposit.dan merupakan suatu respon implamator terhadap spermatozoa yang merembes ke dalam jaringan sekitarnya.

(2) Insiden 0,1- 3 %.

(3) Penyebabnya :merembesnya /bocornya spermatozoa ke dalam jaringan sekitarnya.

(4) Diagnose : rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada lokasi operasi setelah 1-2 minggu, sedang sebelumnya sekali a-simtomatik. (5) Terapi :

(a) Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri atau dapat dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian analgetika. (b) Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi,

hanya saja eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu granuloma lainnya.

(6) Komplikasi lain jarang terjadi <1 %:pelekatan vascuteneus, hydrocele,Varicocele, fistula vascutaneous.

b. Efek Samping

Efek samping vasektomi menurut Indrayani (2010) antara lain: 1) Adanya cairan atau perdarahan dari luka

2) Pembekakan dari skrotum

3) Rasa nyaeri atau ketidak nyamanan yang terjadi akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari.


(39)

25 4) Pembentukan granuloma relative jarang dan keluhan ini nantinya hilamg

sendiri.

10. Stigma di masyarakat tentang Vasektomi

Menurut Sri Handayani (2010) Masih adanya pandangan keliru di masyarakat mengenai vasektomi, antara lain :

a. Vasektomi dapat menurunkan libido

b. Vasektomi membuat pria tidak dapat ejakulasi

c. Sesudah menjalani vasektomi saat ejakulasi yang keluar angin, atau sperma jadi batu.

d. Vasektomi membuat laki-laki menjadi kurang atau tidak jantan. e. Vasektomi menyebabkan impotensi

f. Vasektomi akan mengurangi kenikmatan hubungan suami istri . g. Vasektomi selamanya tidak akan mempunyai keturunan lagi h. Vasektomi menakutkan


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A.

B. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan uraian teori dan perumusan masalah di atas maka penulis mengembangkan kerangka konsep penelitian Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi Tahun 2015 sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka Konsep Pengetahuan

Vasektomi Sikap


(41)

26

B. DEFENISI OPERASOINAL NO Variabel Defenisi

Opeasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Data 1 Pengetahuan Kemampuan

suami dalam menjawab pertanyaan mengenai vasektomi

Kuesioner Berdasarkan jawaban yang benar

-baik ( 76%-100%) -Cukup (56%-75%) -Kurang (<56%)

Nominal

2 Sikap Respon suami terhadap penggunaan vasektomi

Kuesioner Berdasarkan jawaban yang benar

Positif (30-60) Negatif (1-30)


(42)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi di Desa Batu.Ajo Kec.Kota Pinang Kab. Labuhanbatu Tahun 2015.

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh suami (pasangan usia subur) di Desa Batu.Ajo Kec.Kota Pinang Kab. Labuhanbatu Tahun 2015, sebanyak 360suami (pasangan usia subur.

2. Sampel

Sempel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2006).Dimana teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Accidental sampling.

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini menurut (Arikunto, 2006) apabila sampel lebih dari 100 maka boleh di ambil 10-15 %, dan 20-25% sebagai sampel, dan apabila populasi kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah total populasi.

Karena populasi dalam penelitian ini jumlahnya lebih dari 100, sampel diambil sebanyak15 % dari jumlah populasi.

Jumlah sampel = populasi x 15% = 360 x 15% =54


(43)

28 Jadi jumlah sampel yang dapat diperoleh dari populasi berdasarkan acuan tersebut adalah 54 suami (pasangan usia subur).

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten. Labuhanbatu,

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan November sampai bulan Juli 2015 Meliputi kegiatan pengajuan judul, Penelusuran pustaka, bimbingan proposal, Pengumpulan data, analisis data, hingga seminar hasil penelitian.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan program study D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian Peneliti mengajukan Permohonan izin Penelitian ke Kantor Kepala desa dan Puskesmas Batu.ajo kecamatan Kota Pinang, Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etika penelitian, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani Informed consent.

Adapun prinsip-prinsip etika yang berkaitan dalam penelitian ini yaitu: 1) beneficence (menguntungkan responden), yaitu tidak mencelakakan/menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa dan menekan pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak menimbulkan situasi yang merugikan responden dengan memberikan waktu


(44)

yang tepat untuk pasien mengisi kuesioner 2) respect from human dignity (menghargai martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak (the right to self determination) dengan membuat informed consent, dan hak untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan tujuan penelitian; 3) justice (keadilan), yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan memberikan kesemptan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden (the right to privacy), dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden, namun hanya memberikan nomor resonden. (Nursalam, 2008).

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, Alat pengumpul data berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan literature yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing.

Pengukuran pengetahuan dan sikap berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan kepada responden, memakai skala ordinal. Tingkatan skala pengukuran (Arianti, 2014) yakni :

-baik : apabila jawaban responden benar 76%-100% -Cukup : apabila jawaban responden benar 56%-75% -Kurang : apabila jawaban responden benar <56%

Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan suami disusun skala pengukuran dengan teknik jawaban sebanyak 15 pertanyaan. Apabila jawaban benar nilainya 1


(45)

30 dan jawaban salah nilai 0, sehingga total skor pengetahuan 15. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

-baik : apabila jawaban responden benar 76%-100% dari 15 pertanyaan = 11-15

-Cukup : apabila jawaban responden benar 56%-75% dari 15 pertanyaan = 6-10

-Kurang : apabila jawaban responden benar <56% dari 15 pertanyaan = 1-5

Untuk pengetahuan dilakukan pembobotan nilai nilai pada setiap jawaban yaitu :

-untuk setiap jawaban yang benar mendapat bobot nilai adalah 1 -untuk setiap jawaban yang benar mendapat bobot nilai adalah 0

Sikap

Untuk mengetahui sikap disusun skala likert yang terdiri dari 15 pernyataan favorable. Bobot nilai item yang favorable adalah :

- Sangat setuju bobot nilai adalah 4 - Setuju bobot nilai adalah 3

- Tidak setuju bobot nilai adalah 2 - Sangat tidak setuju bobot nilai adalah1

Jadi untuk mengetahui sikap suami sebanyak 15 pernyataan masing-masing pernyataan mempunyai nilai tertinggi 4 dan terendah 1, sehingga total skor sikap adalah 60. Untuk sikap dilakukan pembobotan nilai pada setiap jawaban yaitu :

- Positif : apabila jumlah skor 30-60 - Negatif : apabila jumlah skor 1-30


(46)

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrument secara tepat. Uji validitas dilakukan secara content validity yang artinya memberikan kuisioner kepada yang lebih ahli, dimana dalam hal ini peneliti memberikan kepada dokter spesialis kandungan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik, tidak berubah-ubah hasil ukurnya meskipun digunakan berulang-ulang. Uji reliabilitas ini diujikan secara bersamaan dengan penelitian, ungkapan yang mengatakan bahwa instrument harus reliable sebenarnya mengandung arti bahwa instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada kepala desa Batu ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu.Setelah mendapat izin dari kepala desa peneliti menemui responden kemudian menjelaskan tujuan penelitian setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan


(47)

32 (informed consent), menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh responden dengan waktu lima belas menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya, data yang terkumpul di analisis

I. Analisis Data

Semua data terkumpul dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah semua jawaban sudah lengkap (editing).Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data dan pengelolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk table.Entry data dalam computer dan dilakukan dengan menggunakan tehnik komputerisasi.Tahap akhir dilakukan cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program computer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Analisis data dalam penelitian ini adalah Univariat dan bersifat deskriptif, semua variable dianalisis secara diskriptif dengan menggunakan computer untuk menghitung frekuensi dan persentasenya karena semua jenis data kategori.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran demografi

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Mei 2015 di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu dengan jumlah responden 54 orang responden. Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan untuk pengetahuan dan 15 pernyataan untuk sikap. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelititian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan serta sikap suami tentang vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015.

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur suami, pendidikan, pekerjaan serta sumber informasi. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:


(49)

35

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Sumber Informasi di Desa Batu. Ajo

Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015

Karakteristik Jumlah %

Umur Responden 25-30 tahun 31-35 tahun 35-40 tahun 40-45 tahun 15 8 14 17 27,77 14, 81 25, 92 31, 48 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 5 24 20 5 9, 25 44,44 37,03 9,25 Pekerjaan Petani Wiraswasta PNS 15 35 4 27,77 64, 81 7, 40 Media Cetak Media elektronik Tenaga kesehata Teman dan keluarga

0 29 10 15 0 53,70 18,51 27,77

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan pada usia 40-45 tahun yaitu sebanyak 17 orang (31, 48 %), pendidikan responden terbanyak adalah SMP sebnayak 24 orang (44,44%), pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai wiraswasta 35 orang (64,81%) dan paling banyak mendapat informasi dari media elektronik sebanyak 29 orang (53,70%).

2. Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat15 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang


(50)

vasektomi.Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya dengan content validiti. Sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden tentang vasektomi

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada setiap pertanyaan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015

No

Pertanyaan

Pilihan Jawaban Benar Salah

F % F %

1

Pengertian vasektomi 29 53,7 25 46,2 2

Syarat vasektomi 18 33,3 36 66,6

3

Bahaya vasektomi 16 29,6 38 70,3

4 Suami dengan kondisi bagaimana

yang bisa menggunakan vasektomi 19 35,1 35 64,8 5

Efek samping vasektomi 13 24,0 41 75,9 6

Penyebab kegagalan vasektomi 19 35,1 35 64,8 7

Tempat dilakukan vasektomi 22 40,7 32 59,2 8

Apakah keuntungan vasektomi 24 44,4 30 55,5 9

Apakah kelemahan vasektomi 24 44,4 30 55,5 10 Kapan suami dapat di anjurkan

menggunakan KB vasektomi 27 50,0 27 50,0 11 Waktu istirahat yang diperlukan

suami setelah operasi vasektomi 27 50,0 27 50,0 12 Luka vasektomi tidak boleh

kena air selama 27 50,0 27 50,0

13 Bius yang digunakan pada saat


(51)

37 14 Pelaksanaan vasektomi harus

mendapat persetujuan dari 24 44,4 30 55,5 15 Operasi pria dilakukan pada

usia suami lebih dari 26 48,1 28 51,8 Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pilihan jawaban pengetahuan suami didapati bahwa suami (pria) banyak menjawab pernyataan benar yaitu pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 29 0rang (53,7%),. Sedangkan responden yang banyak menjawab salah yaitu pada pertanyaan nomor 5 sebanyak 41 orang (75,9%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Suami tentang Vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 2015

Pengetahuan F %

Baik Cukup Kurang

8 17 29

14,8 31,5 53,7

Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 29 orang (53,7%), dan minoritas tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 orang (14,8%).

3. Sikap Responden

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 15 pernyataan mengenai sikap suami terhadapa vasektomi.Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.4.


(52)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 2015

No Pernyataan

Sikap

Jawaban Responden

S SS TS STS

F % F % F % F %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 7 7 4 8 3 8 3 7 5 8 4 6 5 5 4 13,0 13,0 7,4 14,8 5,6 14,8 5,6 13,0 9,3 14,8 7,4 11,1 9,3 9,3 7,4 10 12 11 10 10 9 6 8 8 11 9 8 10 4 5 18,5 22,2 20,4 18,5 18,5 16,7 11,1 14,8 14,8 20,4 16,7 14,8 18,5 7,4 9,3 20 19 24 24 22 12 21 13 15 18 15 17 18 18 16 37,0 35,2 44,4 44,4 40,7 16,7 38,9 24,1 33,3 33,3 27,8 31,5 33,3 33,3 29,6 17 16 15 12 19 25 24 26 23 17 26 23 21 27 29 31,5 29,6 27,8 22,2 35,2 46,3 44,4 48,1 42,6 31,5 48,1 42,6 38,9 50,0 53,7

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pilihan jawaban sikap suami didapati bahwa suami banyak menjawab pernyataan sikap dengan sangat tidak setuju yaitu pada pernyataan nomor 15 sebanyak 29 orang (53,7%), dan menjawab pernyataan sikap dengan tidak setuju yaitu pada pernyataan 3 dan 4 sebanyak 24 orang (44,4%), dan menjawab pernyataan sikap dengan setuju yaitu pada pernyataan 2 sebanyak 12 orang (22,2 %), dan menjawab pernyataan dengan sikap sangat setuju yaitu pada pernyataan 4 dan 10 sebanyak 8 orang (14,8%).


(53)

39

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015

Sikap F %

Positif Negatif

18 36

33,3 66,7

Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 54 responden terdapat mayoritas dari responden yaitu sebanyak 36 orang (66,7%) memiliki sikap negatif terhadap kontrasepsi vasektomi. Dan minoritas responden sebanyak 18 orang (33,3%) memiliki sikap positif terhadap vasektomi.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 54 orang responden didapat pengetahuan tentang vasektomi masih tergolong kategori kurang sebanyak 29 orang (53,7%), berpengetahuan baik sebanyak 8 orang (14,8%). Hal ini kemungkinan karena pendidikan para suami di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu rata-rata lulus SMP (44,44%).

Sejalan dengan penelitian Pesta (2008) tentang pengetahuan dan sikap pria yang bukan akseptor vasektomi terhadap program kb vasektomi diKelurahan Hutatoruan V Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara, bahwa dari 76 orang responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 46 orang (68,65%) rata-rata berpendidikan SMU dan 9 orang berpengetahuan baik (13,43%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan


(54)

menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki responden, maka semakin mudah dan berwawasan luas. Melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh informasi dengan cepat, tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang diperolehnya. Karena pendidikan yang rendahmempengaruhi pemahamanseseorang dalam memperoleh pengetahuan.

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang bependidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya berbagai macam usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan. Pendidikan yang di capai sesorang diharapkan menjadi faktor determinan produktifitas antara lain knowledge, skill, abilities, attitude dan behavior, yang cukup menjalankan aktifitas pekerjaannya.

Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dan pengetahuan seseorang akan memengaruhinya dalam memilih metode kontrasepsi. Pengetahuan yang menyangkut rumor dimasyarakat tentang vasektomi, ternyata turut mempengaruhirendahnya keikutsertaan pria dalam melakukan vasektomi.

Dalam hal ini pembinaan dan peningkatan peran serta suami dalam ber-KB vasektomi tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) tepat dilakukan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku untuk berperan aktif dalam menjalankan program KB vasektomi dalam meningkatkan kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu, pengetahuan pria masih rendah dikarenakan masih sangat terbatasnya informasi tentang kontrasepsi pria (BKKBN,2006).


(55)

41 informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatubentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang (indrayani, 2014).

Rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB terutama vasektomi juga dikarenakan minimnya akses informasi yang didapatkan masyarakat khususnya kaum pria mengenai vasektomi.Banyak anggota masyarakat yang mengatakan kesulitan untuk mendapat informasi lengkap mengenai vasektomi karena saat ini masih sangat sedikit dan bahkan cenderung tidak ada di setiap wilayah mengenai vasektomi sehingga tidak heran jika timbul stigma di masyarakat mengenai dampak vasektomi. Selain itu kekhawatiran para istri terhadap perselingkuhan yang mungkin dilakukan oleh suami membuat para suami tidak menggunakan KB vasektomi (indrayani, 2014)

Menurut asumsi penulis bahwa untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih baik mengenai ke ikut sertaan pria dalam ber-KB vasektomi, maka kita semua tenaga kesehatan , dan program pendidikan kesehatan berperan untuk meningkatkan pengetahuan akan manfaat, dan cara menggunakannya.

a. Sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi di Desa Batu. Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap suami tentang kontrasepsi vasektomi mayoritas mempunyai sikap negative sebanyak 36 orang(66,7%), sedangkan minoritas bersikap positif sebanyak 18 orang (33,3%).Sikap merupakan reaksi atau respon yang tidak dapat dilihat langsung karena masih terbentuk dalam pengamatan dan belum dicetuskan dalam suatu prilaku tetapi hanya dapat ditafsirkan dari prilaku tertutup tergadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003).


(56)

Sikap yang negatif atau tidak mendukung tersebut, dapat disebabkan oleh pengetahuan responden yang mayoritas (53,7%) masuk dalam kategori kurang baik, karena pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif pada diri seseorang.

Sikap pria yang kurang baik (negatif) terhadap Kontrasepsi vasektomi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya peran serta pria dalam ber-KB.Hal ini sesuai dengan teori bahwa sikap terbentuk oleh 3 struktur yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif merupakan persepsi atau keyakinan apa yang dipercaya oleh individu pemilik sikap. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional yang dimiliki seseorang (Sariyono, 2007).Sedangkan komponen konatif bagaimana prilaku dalam diri seseorang yang berkaitan dengan sikap yang dihadapinya.

Menurut perkiraan peneliti semakin baik (positif) sikap para suami terhadap kontrasepsi vasektomi akan meningkatkan partisipasi suami (pria) dalam pemakaian kontrasepsi vasektomi, untuk itu perlu di berikan pengetahuan dan motivasi pada para suami untuk berbagi tanggung jawab bersama istrinya.dengan begitu tingkat kesehatan wanita akan semakin meningkat.


(57)

43

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengetahuan dan sikap suami tentang vasektomi di Desa Batu.Ajo Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015.

1. Karakteristik suami (pasangan usia subur) mayoritas berumur 40-45 tahun yaitu sebanyak 17 orang (31,48%).

2. Karakteristik suami (pasangan usia subur) mayoritas berpendidikan paling banyak SMP yaitu sebanyak 24 oarang (44,44%).

3. Karakteristik suami (pasangan usia subur) mayoritas berpekerjaan paling banyak wiraswasta sebanyak 35 orang (64,81%).

4. Karakteristik suami (pasangan usia subur) mayoritas Sumber informasi yang paling banyak di dapat dari teman dan kluarga yaitu sebanyak 29 orang (53,70%).

5. Tingkat pengetahuan responden terhadap vasektomi adalah mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (53,7%).

6. Sikap responden terhadap kontrasepsi vasektomi adalah mayoritas bersikap Negatif sebanyak 36 orang (66,7%).

B. SARAN

Saran yang penulis sampaikan adalah :

1. Bagi masyarakat / suami yang sudah menikah, agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang apa, bagaiman, manfaat, dan penggunaan vasektomi,


(58)

dan menghilangkan stigma /pandangan negatif tentang vasektomi bahwa vasektomi dapat menyebabkan impotensi.

2. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan pengetahuan baik berupa penyuluhan atau membagi leaflet atau brosur dan dapat lebih mensosialisasikan program KB dan kontrasepsi pada pria yang sudah menikah dan tidak ingin punya anak lagi, agar dapat membantu kesejahteraan kesehatan para istri/wanita.

3. Diharapkan adanya kerjasama antara BKKBN dalam menyediakan pelayanan kontrasepsi khusunya untuk KB pria.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Aggriani, dkk. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta. Rohima press.

Ariani, A.P. (2014). Aplikasi metodologi penelitian kebidanan dan kesehatan reproduksi, Yogyakarta, nuha medika.Indrayani. (2014).

Everett, S. (2007). Buku saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta. EGC

Handayani. (2010). Buku ajar pelayanan keluarga berencana, Yogyakarta, pustaka rihama.

Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, PT. Tema Baru.

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Salemba Medika

Indrayani. (2014). Vasektomi Tindakan sederhana dan menguntungkan untuk pria. Jakarta Timur. Trans Info Media

Meilani, N, dkk. (2010). pelayanan keluarga berencana, Yogyakarta, Fitramaya.

Mubarak, W. (2011), Promosi kesehatan untuk kebidanan, Jakarta, salemba medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta. Pesta, (2009). Pengetahuan Dan Sikap Pria Yang Bukan Akseptor Vasektomi

Terhadap Program KB Vasektomi Di Kelurahan Huta Toruan Vkecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Medan. USU

POGI, dkk. (2006). Buku panduan praktis playanan kontrasepsi, Jakarta, yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

.(2011). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, Jakarta, yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.


(60)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Tingkat pengetahuan dan Sikap suami tentang Vasektomi di Desa Batu.Ajo Kec. Kota Pinang Kab. Labuahanbatu”Maka dengan ini saya dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan Seperlunya.

Medan, 2015


(61)

KUESIONER PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA BATU AJO KECAMATAN KOTA PINANG KAB.

LABUHANBATU TAHUN 2015

Nomor responden :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan : Sumber Informasi :

Alamat :

Petunjuk !

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling tepat.

1. Apakah yang dimaksud kontrasepsi dengan metode operasi pria ? a. Memotong saluran kencing

b. Memotong dan menutup saluran mani. c. Pemotongan saraf produksi sperma

2. Apakah syarat yang harus dipenuhi jika ingin menjadi pengguna metode operasi pria ?

a. Sudah mempunyai anak dua dan tidak ingin punya anak lagi b. Sudah mempunyai anak 3

c. sedang menderita penyakit kelamin

3. Apakah bahaya dari kontrasepsi metode operasi pria ? a. tidak ada

b. kerusakan sperma c. kerusakan alat kelamin

4. Suami dengan kondisi yang bagaimana yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi metode operasi pria ? a. suami dengan kondisi perokok berat

b. suami dengan kondisi infeksi di daerah kelamin c. suami dengan kondisi peminum alcohol

5. Apakah efek samping dari kontrasepsi metode operasi pria ? a. penurunan keinginan seksual

b. pembekakan alat kelamin c. tidak ada

6. Apakah penyebab kegagalan kontrasepsi metode operasi pria ? a. kesalahan tehnik operasi

b. kesalahan pengambilan keputusan c. kesalahan pasien


(62)

7. Dimana kontrasepsi metode operasi pria dapat dilakukan ? a. klinik bidan

b. di semua tenaga kesehatan c. di klinik dokter

8. Apakah keuntungan menggunakan kontrasepsi metode operasi pria ?

a. tingkat terjadinya kehamilan sangat rendah b. tingkat percaya diri meningkat

c. tingkat terjadinya kehamilan meningkat

9. Apakah yang menjadi kelemahan kontrasepsi metode operasi pria?

a. nyeri setelah operasi

b. terasa sakit pada saat buang air kecil c. sakit kepala

10.Kapan suami dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi metode operasi pria ?

a. apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama

b. apabila suami ingin merencanakan menunda kehamilan dalam jangka waktu yang sebentar

c. apabila keluarga sudah tidak ingin mempunyai anak lagi 11.Setelah operasi kontrasepsi pria memerlukan istirahat selama ?

a. 3-4 jam di klinik b. 1-2 jam di klinik c. 24 jam di klinik

12.Luka operasi kontrasepsi pria tidak boleh kena air selama ? a. 24 jam

b. 48 jam c. 72 jam

13.Kontrasepsi metoda operasi pria biasanya dilakukan dengan bius di daerah?

a. Seluruh tubuh b. Separuh tubuh

c. Bagian yang akan di operasi saja

14.

Pelaksanaan operasi kontrasepsi pria harus mendapat persetujuan dari?

a. Kedua belah pihak b. Istri

c. Keluarga

15.

Operasi kontrasepsi pria dilakukan pada usia suami kurang dari ? a. 25 tahun

b. 30 tahun c. 45 tahun


(63)

KUESIONER SIKAP SUAMI TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA BATU.AJO KECAMATAN KOTA PINANG

KAB. LABUHANBATU TAHUN 2015

Nomor responden :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan : Sumber informasi :

Alamat :

Petunjuk !

Berilah tanda silang (X) pada huruf S apabila (setuju), huruf SS apabila (sangat setuju),huruf TS apabila (tidak setuju), huruf STS apabila (sangat tidak setuju) dengan pernyataan dibawah ini.

NO PERNYATAAN

S SS TS STS

1 Pelaksanaan kontrasepsi metode operasi pria harus mendapat persetujuan dari kedua belah pihak (suami/istri).

2 Syarat yang mengikuti kontrasepsi metode operasi pria selain sudah mempunyai anak dua juga harus suka rela dan sehat

3 Setelah dilaksanakan kontrasepsi metode operasi pria harus menghindari pekerjaan yang berat selama 2-3 hari.

4 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria wajib mempertimbangkan kembali keputusannya

5 Sebelum operasi kontrasepsi metode operasi pria suami harus mendapat persetujuan dari istri terlebih dahulu.

6 Calon peserta kb harus tau bahwa kontrasepsi metode operasi pria dilakukan melalui


(64)

pembedahan.

7 Calon peserta kb harus tau bahwa setelah tindakan operasi kontrasepsi berhasil, tidak akan member keturunan lagi.

8 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria harus mempunyai anak hidup sekurang-kurang nya dua,dengan umur anak terkecil diatas dua tahun.

9 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria harus mempunya mental dan fisik yang sehat. 10 Usia istri calon peserta kontrasepsi metode

operasi pria harus di atas 25 tahun tapi tidak lebih dari 45 tahun

11 Peserta kontrasepsi metode operasi pria tidak harus mengingat-ingat, dan tidak perlu ada persediaan kontrasepsi lain.

12 Tindakan kontrasepsi metode operasi pria harus dilakukan di rumah sakit dan oleh dokter . 13 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria

wajib mempertimbangkan kembali keputusannya.

14 Kondisi yang harus diwaspadai adalah infeksi kulit sekitar tempat luka operasi

15 Sebelum menjadi calon peserta kontrasepsi metode operasi pria, suami harus mendapat informasi atau konseling yang tepat dan jelas dari tenaga medis


(65)

LEMBAR PROSEDUR PELAKSANAAN

Assalamualaikum. Wr. Wb Dengan Hormat,

Nama saya Sri Hardianti, sedang menjalani pendidikan di program study Bidan Pendidik Fakultas keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu ajo kec.kota Pinang Kab. Labuhanbatu Tahun 2015”.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya. (Mubarak, 2011) sedangakan

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.

Pengetahuan dan sikap merupakan cerminan bagaimana seseorang menggambarkan cara ia berpikir , terutama tentang vasektomi, pengetahuan yang baik akan merubah stigma masyarakat yang menganggap bahwa ber-Kb adalah tugas wanita.

Maka dari itu Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang Vasektomi.

Partisipasi suami bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada di dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini bapak-bapak (suami) tidak akan di kenakan biaya apapun.bila bapak-bapak membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :


(66)

Nama : Sri Hardianti Alamat : Batu. Ajo Klp. R NO. HP : 085372339886

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak-bapak yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan bapak-bapak dalam penelitian ini akan menyumbangkan suatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal dalam penelitian ini diharapkan bapak-bapak bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Medan, 2015 Peneliti


(67)

(68)

(69)

(1)

pembedahan.

7 Calon peserta kb harus tau bahwa setelah tindakan operasi kontrasepsi berhasil, tidak akan member keturunan lagi.

8 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria harus mempunyai anak hidup sekurang-kurang nya dua,dengan umur anak terkecil diatas dua tahun.

9 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria harus mempunya mental dan fisik yang sehat. 10 Usia istri calon peserta kontrasepsi metode

operasi pria harus di atas 25 tahun tapi tidak lebih dari 45 tahun

11 Peserta kontrasepsi metode operasi pria tidak harus mengingat-ingat, dan tidak perlu ada persediaan kontrasepsi lain.

12 Tindakan kontrasepsi metode operasi pria harus dilakukan di rumah sakit dan oleh dokter . 13 Calon peserta kontrasepsi metode operasi pria

wajib mempertimbangkan kembali keputusannya.

14 Kondisi yang harus diwaspadai adalah infeksi kulit sekitar tempat luka operasi

15 Sebelum menjadi calon peserta kontrasepsi metode operasi pria, suami harus mendapat informasi atau konseling yang tepat dan jelas dari tenaga medis


(2)

LEMBAR PROSEDUR PELAKSANAAN

Assalamualaikum. Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama saya Sri Hardianti, sedang menjalani pendidikan di program study Bidan Pendidik Fakultas keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Batu ajo kec.kota Pinang Kab. Labuhanbatu Tahun 2015”.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya. (Mubarak, 2011) sedangakan

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.

Pengetahuan dan sikap merupakan cerminan bagaimana seseorang menggambarkan cara ia berpikir , terutama tentang vasektomi, pengetahuan yang baik akan merubah stigma masyarakat yang menganggap bahwa ber-Kb adalah tugas wanita.

Maka dari itu Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap suami tentang Vasektomi.

Partisipasi suami bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada di dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini bapak-bapak (suami) tidak akan di kenakan biaya apapun.bila bapak-bapak membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :


(3)

Nama : Sri Hardianti

Alamat : Batu. Ajo Klp. R

NO. HP : 085372339886

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak-bapak yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan bapak-bapak dalam penelitian ini akan menyumbangkan suatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal dalam penelitian ini diharapkan bapak-bapak bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Medan, 2015

Peneliti


(4)

(5)

(6)