II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan
tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga
menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Gagne Dahar, 1989, belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno 1997, antara lain: 1.
pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2.
tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3.
mengajar adalah membantu siswa belajar; 4.
tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5.
kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6.
guru adalah fasilitator. Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, dkk., 2001, agar siswa mampu meng-
konstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1.
Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalam- an sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu
siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2.
Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan me-
ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal sangat penting agar siswa mampu menarik sifak yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta
melihat kesamaan dan perbedaan untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain selective conscience. Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentuk-
an pengetahuannya.
Konstruktivistik merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bah- wa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diper-
luas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pe- ngalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemu-
kan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus meng-
konstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruk- tivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri Trianto, 2007.
Menurut Von Glasersfeld Sardiman, 2007, konstruktivisme adalah salah satu fil- safat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
bentukan kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukan-