Suhu Oksigen terlarut Kualitas Air

cherry hidup pada kisaran suhu 4ºC-30ºC dengan pH antara 6,5 – 8,0 serta kesadahan 3º-15º KH dengan kadar oksigen 1-5 ppm Klotz, 2006b. Udang red cherry mencapai ukuran dewasa dan siap dipijahkan pada ukuan 3,5 cm.Ukuran dewasa dicapai dalam waktu 7 bulan. Seluruh siklus reproduksi udang red cherry terjadi dalam perairan tawar sehingga tidak ada fase migrasi. Tidak terdapat fase larva plantonik dalam siklus hidupnya. Setelah telur menetas, larva langsung bersifat bentik yang serupa dengan induknya Englund, 2006.

2.2 Kualitas Air

Penunjang utama dalam kegiatan budidaya adalah keberadaan air, baik secara kualitas maupun kuantitas, yang harus sesuai dengan kebutuhan biota akuatik yang dibudidayakan. Nilai standar kualitas air yang layak digunakan untuk perikanan secara umum tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai standar kualitas air yang layak untuk perikanan Spotte, 1970 Parameter Nilai Baku Perikanan Oksigen terlarut mgl 5-9 pH 6.5-9 NH 3 – N mgl 1 NO 2 – N mgl 6 NO 3 – N mgl 90 Alkalinitas ppm CaCO 3 eq 20-300

2.2.1 Suhu

Suhu perairan merupakan parameter perairan yang memiliki pengaruh besar terhadap biota budidaya. Biota akuatik membutuhkan suhu yang optimal untuk pertumbuhannya yaitu ada yang membutuhkan suhu 25º C - 30ºC dan ada juga yang membutuhkan suhu rendah 17ºC - 22ºC. Lobster air tawar Austropomatobius pallipes yang berasal dari Eropa yang dipengaruhi 4 musim membutuhkan suhu rendah untuk memijah dan mencapai pertumbuhan optimal Lowery, 1988 Suhu perairan memiliki pengaruh besar terhadap proses fisiologis seperti tingkat respirasi, efesiensi pakan dan asimilasi, pertumbuhan dan reproduksi. Kenaikan suhu 10ºC secara umum akan meningkatkan reaksi biologis dan kimia hingga 2-3 kali lebih dari kondisi normal Lawson, 1995. Kebutuhan suhu ini berpengaruh terhadap kinerja fisiologis dari hormon dan enzim yang disekresikan oleh biota itu sendiri. Karena untuk mencerna pakan sehingga menjadi energi dibutuhkan banyak enzim yang bekerja secara spesifik dan membutuhkan suhu optimum untuk mengoptimalkan kerja enzim. Kebutuhan suhu optimum enzim berbeda untuk tiap biota Halver,1972. Seperti pada genus Astacus yang membutuhkan suhu 45-50ºC agar pencernaan aktivitas enzim amilaseny6a dapat bekerja dengan baik, bahkan pada genus Nephros dibutuhkan 54-58ºC untuk aktivitas enzim yang optimum. Namun pada suhu 76-78ºC juga mengakibatkan inaktivasi enzim amilase pada genus Nephros Waterman,1960.

2.2.2 Oksigen terlarut

Oksigen terlarut merupakan komponen yang penting untuk kehidupan hewan air. Laju konsumsi oksigen oleh biota akuatik bergantung pada jenis, ukuran biota, suhu dan kualitas pakan Boyd, 1982. Pada perairan yang kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan biota akuatik berupa stres, anoreksia, hypoksia pada jaringan, ketidaksadaran, mudah diserang penyakit dan parasit bahkan kematian secara mendadak dan masal Wedemeyer, 1996. Pada krustase, transportasi oksigen dipengaruhi oleh protein kromogen, baik itu hemoglobin Hb ataupun hemocyanin HCy yang terlarut dalam plasma. Pada udang red cherry transportasi oksigen dipengaruhi oleh hemocyanin seperti famili Atydae pada umumnya Waterman, 1960. Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa tingkat konsumsi oksigen juga bergantung pada suhu perairan, yaitu udang akan semakin sering melakukan respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigennya dikarenakan kandungan oksigen pada perairan bersuhu tinggi lebih rendah dibandingkan perairan yang suhunya lebih rendah. Menurut Waterman, 1960 ada hubungan antara tegangan oksigen dan persentase kejenuhan hemoglobin dengan oksigen disebut kurva disosiasi oxyhemoglobin. Spesies perairan hangat secara khusus mempunyai kurva disosiasi oxihemoglobin sigmoid, yaitu spesies tersebut dapat mengangkut hemoglobin dengan oksigen pada tegangan oksigen yang lebih rendah dan melepaskan proporsi oksigen yang lebih besar dari hemoglobin pada jaringan daripada spesies perairan dingin, yang memiliki kurva disosiasi oxyhemoglobin hiperbolik.

2.2.3 Nilai pH