Pengaruh Suhu , pH dan Jenis Substrat Terhadap Aaktivitas Lipase Candida rugosa Dalam Menghidrolisis Minyak Inti Sawit (PKO) dan Minyak Jagung
PENGARUH SUHU , pH DAN JENIS SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS LIPASE Candida rugosa DALAM MENGHIDROLISIS MINYAK INTI
SAWIT (PKO) DAN MINYAK JAGUNG
SKRIPSI
PUTRI PERTIWI
090802008
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH SUHU, pH DAN JENIS SUBSTRAT
TERHADAP AKTIVITAS LIPASE Candida rugosa DALAM MENGHIDROLISIS MINYAK INTI SAWIT (PKO) DAN MINYAK JAGUNG
Kategori : SKRIPSI
Nama : PUTRI PERTIWI
Nomor Induk Mahasiswa : 090802008
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, November 2013
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Firman Sebayang, MS Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195607261985031001 NIP. 195408301985032001
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001
(3)
PERNYATAAN
PENGARUH SUHU , pH DAN JENIS SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS LIPASE Candida rugosa DALAM MENGHIDROLISIS MINYAK INTI
SAWIT (PKO) DAN MINYAK JAGUNG
SKRIPSI
Saya mengakui skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, November 2013
PUTRI PERTIWI 090802008
(4)
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya yang sangat besar sehingga skripsi ini yang berjudul “PENGARUH SUHU, pH DAN JENIS SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS LIPASE Candida rugosa DALAM MENGHIDROLISIS MINYAK INTI SAWIT (PKO) DAN MINYAK JAGUNG” dapat diselesaikan dengan baik. Dalam berjalannya penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibunda tercinta, Alm. Sri Purwanti Binti Darmo Suwarno yang dengan cinta kasihnya, doa ikhlas dan kerja kerasnya yang telah membesarkan, mendidik, menuntun, dan menemani penulis agar dapat menjadi perempuan yang sholeh dengan marwah baik dan berguna bagi dunia dan akhirat. Terima kasih mama tercinta, semoga Allah menempatkanmu di sisiNya paling baik bersama orang-orang yang beriman dan bertakwa kepadaNya. Amin yaa Rabb.
2. Ayahanda tercinta, Akhmad Suherman yang dengan cinta kasihnya, doa ikhlas dan kerja kerasnya yang telah menghidupi, mendidik, menuntun, dan menemani penulis agar dapat menjadi perempuan yang sholeh dengan marwah baik dan berguna bagi dunia dan akhirat.
3. Kakak tercinta, Widya Mandasari beserta suaminya, bang Hazim Umam yang senantiasa selalu menyayangi, memberikan semangat dan dukungan, baik secara moril maupun materil kepada penulis.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS sebagai dosen pembimbing I dan bapak Drs. Firman Sebayang, MS sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
5. Ketua departemen kimia FMIPA USU, Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS , Sekretaris departemen kimia FMIPA USU, bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc
6. Ibu Dra. Saur Lumban Raja M.Si , sebagai dosen wali penulis, yang telah banyak membantu selama penulis dalam masa studi untuk program sarjana (S1) di FMIPA USU. Bapak dan ibu dosen di departemen kimia FMIPA USU, yang tak kenal lelah
(5)
dalam mengajar dan telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis khususnya Bapak dan Ibu Dosen Biokimia FMIPA USU Bapak Drs. Firman Sebayang, MS, Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, Ibu Dr. Yuniarti Yusak, MS, dan Ibu Dra. Emma Zaidar M.Si
7. Bg Hilman Hermawan Jufri, terima kasih untuk bantuan, dukungan serta doa yang tulus untuk penulis. Terima kasih selalu setia mendukung penulis ketika penulis menghadapi masalah dan terima kasih untuk kebersamaan dan selalu menghibur penulis.
8. Teman-teman seperjuangan kimia FMIPA USU terkhusus angkatan 2009 yang sangat luar biasa. Kakak, abang, dan adik-adik di departemen kimia yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Para sahabat di Laboratorium Biokimia FMIPA USU Atika Rabiah, Reisya Ichwani, Saipul, Ari, Sadani, May, Sumariah, Adri, Eza, Kak Pia dan Kak Fika serta sahabat-sahabat seperjuangan Raisa Deborah, Rina Setiyawati, Diah Mulia Sari, Dini Marsellia dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih untuk kebersamaan serta dukungan kepada penulis selama ini.
Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan mencapai gelar sarjana sains, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan berkahnya kepada kita semua, Amin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak dan Ibu dosen serta pembaca sekalian.
Medan, November 2013
(6)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh suhu, pH dan jenis substrat terhadap aktivitas enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis minyak inti sawit (PKO) dan minyak jagung. Proses hidrolisis yang dilakukan menggunakan enzim lipase yang bersifat free enzyme dalam bentuk larutan dan berlangsung dalam suasana larutan buffer fosfat 0,05 M serta melalui proses inkubasi selama 1 jam. Uji aktivitas enzim lipase dilakukan dengan pengukuran kadar asam lemak bebas yang ditentukan dengan metode titrimetri dengan variasi suhu 30; 35; 40; 45; 500C dan pH 6; 6,5; 7; 7,5; 8. Penentuan kadar protein enzim lipase dilakukan dengan metode Lowry menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa yaitu 376,5333 µg/mL, suhu optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu 350C sedangkan pH optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu pH 7 dimana aktivitasnya masing-masing secara berturut-turut adalah 381,9417 dan 606,0612 µmol/mL/menit ; aktivitas spesifiknya masing-masing secara berturut-turut adalah 1014,3637 dan 1609,5819 Unit/mg. Enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis minyak lebih spesifik terhadap asam linoleat dibandingkan asam laurat.
(7)
THE EFFECTS OF TEMPERATURE, pH AND TYPE OF SUBSTRATE ON Candida rugosa LIPASE ACTIVITY IN HYDROLYZE OF PALM
KERNEL OIL(PKO) AND CORN OIL
ABSTRACT
Has conducted research the effect of temperature, pH and type of substrate against Candida rugosa lipase activity in hydrolyzing palm kernel oil ( PKO ) and corn oil . Hydrolysis process is carried out using lipase enzyme that is free in solution and place in an atmosphere of 0.05 M phosphate buffer solution as well as through the process of incubation for 1 hour . Lipase activity assay performed with measurement of free fatty acid levels were determined by titrimetric method with temperature variations 30 ; 35 ; 40 ; 45 ; 500C and pH 6 ; 6.5 ; 7 , 7.5 , 8. Determination of lipase protein content performed by Lowry method using UV - Visible Spectrophotometer . From the research, it is known that the protein levels of Candida rugosa lipase is 376.5333 mg / mL , the optimum temperature for Candida rugosa lipase enzymes hydrolyze both PKO and Corn Oil is 350C while the optimum pH for Candida rugosa lipase enzymes hydrolyze both PKO and Corn oil is pH 7 where in each activity respectively is 381.9417 and 606.0612 µmol/mL/minute ;each specific activity respectively is 1014.3637 and 1609.5819 Units/mg. Candida rugosa lipase in hydrolyzing oil specific in linoleic acid compared lauric acid.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Pembatasan masalah 3
1.4. Tujuan penelitian 4
1.5. Manfaat penelitian 4
1.6. Lokasi penelitian 4
1.7. Metodologi penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak 7
2.1.1. Minyak Inti Sawit 7
2.1.2. Minyak Jagung 10
2.2. Enzim 11
2.2.1. Kerja Enzim Pada Substrat 12
2.2.2. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktivitas Enzim 12
2.2.3 Ion Logam sebagai kofaktor-enzim 14
2.3. Enzim Lipase 15
2.3.1. Klasifikasi Lipase 16
2.3.2. Hidrolisis Trigliserida oleh Enzim Lipase 16
2.3.3. Lipase Candida rugosa 17
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Alat-Alat 19
3.2. Bahan-Bahan 20
3.3. Prosedur Penelitian 21
3.3.1. Pembuatan Larutan Pereaksi 21
3.3.2. Sterilisasi Alat 25
3.3.3. Parameter yang diamati 26
(9)
3.4.1. Skema Penentuan Kurva Standard Larutan Bovine
Serum Albumin 29
3.4.2. Skema Penentuan Kadar Protein Enzim Lipase
Candida rugosa 29
3.4.3. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO
sebelum dihidrolisis 30
3.4.4. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari Minyak Jagung
sebelum dihidrolisis 30
3.4.5. Penentuan Suhu Optimum aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Hidrolisis PKO dan Minyak Jagung 31 3.4.6. Penentuan pH Optimum aktivitas Enzim Lipase
Candida rugosa dalam Hidrolisis PKO dan Minyak Jagung 32 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian 33
4.1.1. Penentuan Kurva Standard Larutan BSA pada λ 700 nm 33 4.1.2. Penentuan Kadar Protein Enzim Lipase Candida rugosa 34 4.1.3. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO dan
Minyak Jagung sebelum Hidrolisis 35 4.1.4. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 36
4.1.5. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida
rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 37
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 39
4.2.1. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 39
4.2.2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida
rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 39 4.2.3. Pengaruh Jenis Substrat terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan
Minyak Jagung 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 42
5.2. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit 9 Tabel 4.1 Absorbansi Larutan BSA pada λ 700 nm 33
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagian-bagian buah kelapa sawit 8
Gambar 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Sifat Katalitik Enzim 13 Gambar 2.3 Pengaruh pH Terhadap Sifat Katalitik Enzim 14 Gambar 2.4 Hidrolisis trigliserida oleh enzim Lipase 17 Gambar 2.5 Hidrolisis Trigliserida oleh Lipase Candida rugosa 18 Gambar 2.6 Struktur tiga dimensi lipase Candida rugosa 18 Gambar 4.1 Grafik Hubungan Konsentrasi BSA terhadap Absorbansi 34 Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 36 Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Spesifik Enzim
Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan
Minyak Jagung 37
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida
rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 38 Gambar 4.5 Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Spesifik Enzim Lipase
Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 38 Gambar 4.6 Hidrolisis Trigliserida oleh Lipase Candida rugosa 40
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Penentuan Persamaan Garis Regresi 47 Lampiran 2 : Data Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida
rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 48 Lampiran 3 : Data Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida
rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung 49
(13)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh suhu, pH dan jenis substrat terhadap aktivitas enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis minyak inti sawit (PKO) dan minyak jagung. Proses hidrolisis yang dilakukan menggunakan enzim lipase yang bersifat free enzyme dalam bentuk larutan dan berlangsung dalam suasana larutan buffer fosfat 0,05 M serta melalui proses inkubasi selama 1 jam. Uji aktivitas enzim lipase dilakukan dengan pengukuran kadar asam lemak bebas yang ditentukan dengan metode titrimetri dengan variasi suhu 30; 35; 40; 45; 500C dan pH 6; 6,5; 7; 7,5; 8. Penentuan kadar protein enzim lipase dilakukan dengan metode Lowry menggunakan Spektrofotometer UV-Visibel. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa yaitu 376,5333 µg/mL, suhu optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu 350C sedangkan pH optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu pH 7 dimana aktivitasnya masing-masing secara berturut-turut adalah 381,9417 dan 606,0612 µmol/mL/menit ; aktivitas spesifiknya masing-masing secara berturut-turut adalah 1014,3637 dan 1609,5819 Unit/mg. Enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis minyak lebih spesifik terhadap asam linoleat dibandingkan asam laurat.
(14)
THE EFFECTS OF TEMPERATURE, pH AND TYPE OF SUBSTRATE ON Candida rugosa LIPASE ACTIVITY IN HYDROLYZE OF PALM
KERNEL OIL(PKO) AND CORN OIL
ABSTRACT
Has conducted research the effect of temperature, pH and type of substrate against Candida rugosa lipase activity in hydrolyzing palm kernel oil ( PKO ) and corn oil . Hydrolysis process is carried out using lipase enzyme that is free in solution and place in an atmosphere of 0.05 M phosphate buffer solution as well as through the process of incubation for 1 hour . Lipase activity assay performed with measurement of free fatty acid levels were determined by titrimetric method with temperature variations 30 ; 35 ; 40 ; 45 ; 500C and pH 6 ; 6.5 ; 7 , 7.5 , 8. Determination of lipase protein content performed by Lowry method using UV - Visible Spectrophotometer . From the research, it is known that the protein levels of Candida rugosa lipase is 376.5333 mg / mL , the optimum temperature for Candida rugosa lipase enzymes hydrolyze both PKO and Corn Oil is 350C while the optimum pH for Candida rugosa lipase enzymes hydrolyze both PKO and Corn oil is pH 7 where in each activity respectively is 381.9417 and 606.0612 µmol/mL/minute ;each specific activity respectively is 1014.3637 and 1609.5819 Units/mg. Candida rugosa lipase in hydrolyzing oil specific in linoleic acid compared lauric acid.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki peran penting sebagai komoditi ekspor non migas Indonesia. Untuk itu,pemerintah memberikan prioritas yang tinggi terhadap pengembangan dan perluasan industri yang mengolah hasil pertanian. Di Indonesia banyak dilakukan pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit kasar (CPO, crude palm oil). Selain daging buah kelapa sawit yang dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit, inti buah dari tanaman kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak inti sawit (PKO, palm kernel oil) melalui proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit (Sukarji et al., 1985). Kedua jenis minyak tersebut akan diolah lebih lanjut menjadi beberapa produk turunannya seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), RBDPKO, minyak goreng, minyak makan, margarine, shortening dan lain sebagainya.
Minyak inti sawit (PKO) kaya akan asam laurat yang merupakan komponen asam lemak yang mendominasinya dimana asam laurat banyak dimanfaatkan oleh industri yang menghasilkan produk personal care dan farmasi, misalnya pada industri shampo. Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun dan shampo, sedangkan pada industri kosmetik, asam laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut.
Minyak inti sawit (PKO) dapat dihidrolisis pada suhu dan tekanan tinggi atau secara enzimatik dengan tujuan memutus ikatan ester pada minyak tersebut untuk menghasilkan asam lemak bebas (Free Fatty Acid,FFA) dan gliserol. Proses hidrolisis minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol secara komersial yang sampai kini digunakan, beroperasi pada suhu 240-2500C dan tekanan 45-50 bar. Kondisi proses ini membawa konsekuensi kebutuhan biaya investasi yang tinggi karena peralatan proses utama pabrik harus tahan terhadap suhu dan tekanan yang tinggi, serta tahan terhadap asam (korosif). Proses ini juga mengkonsumsi energi yang besar untuk
(16)
mempertahankan kondisi operasinya. Oleh karenanya perlu dicari alternatif proses yang dapat berlangsung pada suhu dan tekanan rendah. Proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim lipase memenuhi kriteria tersebut. (Malcolm, D, 1964).
Lipase termasuk golongan enzim dengan fungsi hidrolase yaitu enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis substrat.Lipase dapat memutuskan ikatan ester pada lemak sehingga terbentuk asam lemak bebas dan gliserol. Lipase akan mengkatalisis reaksi hidrolisis jika berada pada sistem yang mengandung banyak air.Organisme yang paling sering digunakan adalah Candida dan Rhizopus (Pandey et al.,1999). Genus-genus mikroba yang juga mampu menghasilkan enzim lipase ialah Pseudomonas, Aspergillus, Mucor, Moraxella, Arcaligenes,dan sebagainya.
Lipase yang digunakan pada penelitian ini adalah lipase Candida rugosa,lipase ini termasuk dalam kelompok lipase yang menghidrolisis TAG secara acak tehadap posisi asam lemak trigliserida menjadi asam lemak (ÖZTÜRK,2001).Menurut Villenueve et al.(2000), Enzim lipase Candida rugosa ini bekerja optimum pada kisaran pH 6,5-7,5 dengan pH isoelektriknya sebesar 4,5. Sifat katalitiknya optimum pada rentang suhu 30-350 C (Fadiloglu & Soylemez,1997).
Sifat katalitik dari lipase sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pada suhu yang lebih tinggi kecepatan molekul substrat meningkat, sehingga pada saat bertumbukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang.Hal ini memudahkan terikatnya molekul substrat pada sisi aktif enzim (biokatalis).Aktivitas enzim meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu.Derajat keasaman (pH) juga mempengaruhi aktivitas enzim. Perubahan kondisi asam dan basa di sekitar molekul enzim mempengaruhi bentuk tiga dimensi dan dapat menyebabkan denaturasi enzim. (Lalang et al.,2011).
Peneliti sebelumnya yaitu, Nivi Maharani (2001) telah melakukan hidrolisis minyak sawit (CPO) dengan menggunakan lipase dari Candida cylindracea. Oleh karena itu,peneliti tertarik untuk melakukan hidrolisis enzimatik namun dengan menggunakan substrat yang berbeda yaitu menggunakan minyak inti sawit (PKO) dan minyak jagung yang dihidrolisis oleh lipase dari Candida rugosa dengan tujuan yaitu untuk mendapatkan kondisi optimum hidrolisis oleh Candida rugosa, dalam hal suhu dan pH hidrolisis optimum untuk kedua substrat.
Peneliti tertarik untuk menggunakan minyak jagung sebagai substrat selain minyak inti sawit (PKO) karena peneliti ingin mengetahui pengaruh jenis substrat
(17)
terhadap aktivitas Candida rugosa dimana minyak inti sawit (PKO) kaya akan asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh sedangkan minyak jagung kaya akan asam linoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Minyak jagung berwarna merah gelap dan setelah dimurnikan akan berwarna kuning keemasan (Ketaren, 2005). Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun dari gliserol dan asam-asam lemak dengan kandungan tertinggi yaitu asam linoleat sekitar 56%.
Candida rugosa merupakan jenis lipase yang sering digunakan dalam melakukan hidrolisis secara enzimatik dimana lipase jenis ini menghidrolisis triasilgliserol (TAG) secara acak terhadap posisi lemak pada triasilgliserol menjadi asam lemak (Marno,Septian. 2008).
1.2Permasalahan
Apakah lipase Candida rugosa dapat digunakan sebagai biokatalis dalam proses hidrolisis enzimatik dan menentukan suhu dan pH optimum hidrolisis oleh lipase Candida rugosa, serta mengetahui pengaruh jenis substrat terhadap aktivitas lipase Candida rugosa .
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya terbatas pada objek masalah yang berhubungan dengan penelitian ini saja yaitu:
1. Biokatalis yang digunakan berupa enzim lipase yang berasal dari Candida rugosa yang bersifat free enzyme berbentuk larutan
2. Bahan baku yang digunakan berupa minyak inti sawit (PKO) yang diperoleh dari PT. SMART dan minyak jagung merek “Mazola”
3. Buffer yang digunakan untuk hidrolisis adalah buffer fosfat dengan variasi pH yaitu 6; 6,5; 7; 7,5 dan pH 8
4. Suhu yang digunakan untuk hidrolisis adalah bervariasi antara 300 C sampai 500C dengan interval suhu 50 C
(18)
6. Parameter yang diamati adalah kadar asam lemak bebas dan kadar protein enzim dari lipase Candida rugosa
7. Penentuan kadar protein enzim lipase yang dilakukan dengan metode Lowry menggunakan Spektrofotometer UV-Visible .
8. Penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi (Ketaren, 1986).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui suhu dan pH optimum hidrolisis oleh lipase Candida rugosa.
2. Untuk mengetahui pengaruh jenis substrat terhadap aktivitas lipase Candida rugosa .
3. Untuk mengetahui kadar protein dari enzime lipase Candida rugosa sehingga dapat ditentukan aktivitas spesifik dari lipase tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan;
1. Dapat diketahui suhu dan pH optimum hidrolisis oleh lipase Candida rugosa.
2. Dapat diketahui pengaruh jenis substrat terhadap aktivitas lipase Candida rugosa.
3. Dapat diketahui kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa sehingga dapat ditentukan aktivitas spesifik dari lipase tersebut.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Jurusan Kimia FMIPA-USU,Medan.
(19)
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dirancang berdasarkan eksperimental laboratorium, yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Penyediaan minyak inti sawit (PKO) dan minyak jagung
Bahan baku yang digunakan sebagai substrat dalam penelitian ini adalah minyak inti sawit (PKO) yang diperoleh dari PT. SMART Medan dan minyak jagung merek “Mazola”
2. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas PKO dan minyak jagung (%ALB)
Analisa kadar asam lemak bebas PKO dan minyak jagung (%ALB) dilakukan dengan metode titrimetri (Ketaren, 2006) dimana titran yang digunakan adalah KOH
3. Penentuan Suhu Optimum Hidrolisis
Hidrolisis enzimatik dilakukan dengan menggunakan lipase yang berasal dari Candida rugosa sebagai biokatalis berbentuk larutan dimana waktu inkubasi konstan selama 1 jam pada suhu yang bervariasi yaitu antara 300 C sampai 500C dengan interval suhu 50 C
Penentuan kadar asam lemak bebas dari PKO dan minyak jagung sesudah hidrolisis dilakukan dengan metode titrimetri dengan menggunakan NaOH 0,5 N sebagai larutan standart (Maharani et al., 2001)
4. Penentuan pH Optimum Hidrolisis
Setelah suhu optimum hidrolisis ditentukan maka pH optimum untuk hidrolisis dapat ditentukan melalui proses hidrolisis yang sama seperti pada waktu penentuan suhu optimum dimana digunakan buffer fosfat dari KH2PO4 dan K2HPO4 dengan pH yang divariasikan yaitu dari pH 6; 6,5;
7; 7,5 dan pH 8, dengan waktu inkubasi konstan selama 1 jam pada suhu optimum hidrolisis yang ditentukan sebelumnya
Penentuan kadar asam lemak bebas dari PKO dan minyak jagung sesudah hidrolisis dilakukan dengan metode titrimetri dengan menggunakan NaOH 0,5 N sebagai larutan standart (Maharani et al., 2001)
5. Penentuan Kadar Protein Enzim dari Lipase Candida rugosa
Penentuan kadar protein enzim dari lipase Candida rugosa dilakukan dengan menggunakan metode Lowry dimana digunakan pereaksi Lowry dan sebagai protein standart digunakan Bovin Serum Albumin (BSA),melalui penentuan
(20)
absorbansi dari larutan seri standart BSA dan lipase Candida rugosa dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible .
Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel yaitu variabel tetap, variabel bebas, dan variabel terikat.
1. Variabel tetap meliputi : Jenis lipase, volume substrat, volume lipase,lamanya hidrolisis.
2. Variabel bebas meliputi : suhu hidrolisis, pH hidrolisis, jenis substrat.
3. Variabel terikat meliputi : kadar asam lemak bebas (%ALB) PKO dan minyak jagung sebelum dan setelah hidrolisis dan kadar protein enzim lipase.
(21)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak
Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia (Almatsier, 2009). Rata-rata komposisi minyak terdiri dari 58,2% sebagai sampel jenuh, 28,6% senyawa aromatik dan 14,2% senyawa polar. Berdasarkan klasifikasi minyak, senyawa aromatik ini adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari cincin yang mengandung enam atom karbon. Hampir kebanyakan senyawa aromatik ini bermassa rendah dan jumlahnya dalam minyak sekitar 10-30% (Syakti, 2005).
2.1.1 Minyak Inti Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika. Tanaman ini dapat ditanami sekitar 144 pohon per hektar. Menurut Aritonang(1986), setiap pohon dapat menghasilkan sampai enam buah tandan dengan bobot tandan berkisar 25-30 kg. Pada keadaan normal akan dihasilkan kira-kira 20 sampai 22 tandan per tahun. Setiap tandan kelapa sawit terdapat 65-70% buah dan sisanya (sekitar 30-35%) adalah tandan buah kosong (Hartley,1967). Tanaman semakin tua, bobot tandan buah bertambah antara 25-35 kg per tandan (Satyawibawa & widyastuti,1992). Tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan tertentu dapat mempengaruhi banyaknya minyak yang dapat dihasilkan. Dari satu ton TBS dapat dihasilkan minyak sawit sebanyak 0,21 ton dan inti sawit sebesar 0,05 ton.
Tanaman ini sebagai tanaman hias yang ditanam di daerah tropis termasuk kelapa sawit yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, Corozo oleifera, tetapi lebih dikenal dengan nama Elaeis melanococca.
(22)
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman tahunan (parenial crop) berkeping tunggal, yang digolongkan menurut jenis tumbuhan dengan tatanama (taksonomi) sebagai berikut :
Famili : Palmae
Subkelas : Monocotyledonae Kelas : Angiospermae Subdivisi : Pterospida
Divisi : Tracheophyta (Hartley,1967)
Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) adalah minyak berwarna putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman Elaeis guineensis Jacq (SNI 01-0003-1992), sedangkan Crude Palm Oil (CPO) didapatkan dari ekstraksi daging sawit. Bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kedua jenis minyak tersebut akan diolah lebih lanjut menjadi beberapa produk turunannya seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), RBDPKO, minyak goreng, minyak makan, margarine, shortening dan lain sebagainya.
Gambar 2.1 Bagian-bagian buah kelapa sawit (FAO, 2006)
Minyak inti sawit memiliki kemiripan sifat dan komposisi asam lemak dengan minyak kelapa, sehingga dalam penggunaannya dapat bersifat sebagai bahan subtitusi.
(23)
PKO dan minyak kelapa sering digunakan oleh industri oleokimia sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk surfaktan dan emulsifier.
Pengolahan minyak dari kelapa sawit ini akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin tingginya permintaan pasar dan majunya teknologi rekayasa pengolahan minyak. Teknologi tersebut diharapkan dapat menghasilkan produk yang dapat diaplikasikan di berbagai aspek industri pengolahan serta dapat bersaing dengan produk minyak nabati lainnya di pasar dalam negeri maupun internasional.
Minyak inti sawit mengandung berbagai komponen asam lemak. Komposisi trigliserida yang mendominasi minyak inti sawit adalah trilaurin, yaitu trigliserida dengan tiga asam laurat sebagai ester asam lemaknya. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam laurat yang tinggi dan kisaran titik leleh yang sempit, sedangkan minyak sawit mentah hanya memiliki sedikit kandungan asam laurat dan kisaran titik leleh yang luas. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh asam palmitat (C16) sekitar (40-46%), kandungan asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat (C 18:1) sekitar (39-45%) dan asam linoleat (7-11%), sedangkan pada minyak inti sawit didominasi oleh asam laurat (46-52 %), asam miristat (14-17%), dan asam oleat (13-19%). Kandungan asam lemak dalam kedua jenis minyak tersebut secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit (Ketaren,2005) Asam Lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)
Asam kaprilat - 3 – 4
Asam kaproat - 3 – 7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
(24)
Kandungan asam laurat yang cukup tinggi pada minyak inti sawit menjadi salah satu kelebihan karena asam lemak ini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang (middle-chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50% asam laurat, serta minyak inti sawit (palm kernel oil). Asam laurat memiliki titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan. Rumus kimia: CH
3(CH2)10COOH, berat molekul 200,3 g.mol -1
. Asam-asam lemak rantai pendek memiliki kemampuan kelarutan dalam pelarut air, semakin panjang rantai asam-asam lemak maka kelarutannya dalam air semakin berkurang. Asam kaprilat pada 30 oC mempunyai nilai kelarutan 1, yang artinya 1 gram asam kaprilat dapat larut dalam setiap 100 g air pada suhu 30 oC. Sedangkan asam stearat mempunyai nilai kelarutan sekitar 0,00034 pada suhu 30 oC (Ketaren, 2005).
Sifat fisikokimia asam laurat banyak dimanfaatkan oleh industri yang menghasilkan produk personal care dan farmasi, misalnya pada industri shampo. Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun dan shampoo, sedangkan pada industri kosmetik, asam laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut. Asam laurat atau asam lemak berantai menengah berbeda dengan asam lemak berantai panjang yang memiliki molekul lebih besar. Sifat-sifat metabolisme asam lemak rantai menengah jauh lebih mudah dicerna dan diserap usus dan dibawa ke hati untuk diubah menjadi energi. Itu karena asam lemak rantai menengah memiliki molekul ukuran lebih kecil sehingga cepat menghasilkan energi untuk tubuh. (Kabara, 1983; Jensen et al., 1992; Jensen, 1996; Kolezko et al., 1992).
2.1.2 Minyak Jagung
Tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia merupakan tanaman pangan yang penting setelah padi dan terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di Amerika dan Negara-negara lain yang lebih maju, jagung kebanyakan digunakan sebagai
(25)
makanan ternak serta bahan baku pembuatan minyak jagung, sirup dan hanya sebagian digunakan sebagai makanan pokok.
Minyak jagung diperoleh dengan jalan mengekstrak bagian lembaga. Sistem ekstraksi yang digunakan biasanya sistem press (pressing) atau kombinasi sistem press dan pelarut menguap (pressing and solvent extraction). Minyak jagung berwarna merah gelap dan setelah dimurnikan akan berwarna kuning keemasan (Ketaren,2005).
Lemak jagung terutama terdapat dalam lembaga dengan kadar lemak sekitar 30%. Kadar lemak biji jagung secara keseluruhan yaitu berkisar 4,2-5%. Dari komposisi minyak jagung, persentase trigliserida sekitar 98,6% sedangkan sisanya adalah senyawa non minyak seperti; abu, zat warna atau lilin. Minyak jagung tersusun atas asam lemak jenuh dan asam-asam lemak tidak jenuh. Jumlah asam lemak jenuh sekitar 13% yang terdiri dari asam palmitat dan asam stearat. Sejumlah 86% asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari; 56% asam linoleat dan 30% asam oleat (Widagdyo et al., 2013).
2.2 Enzim
Enzim adalah suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas biologis. Enzim berfungsi sebagai katalisator (biokatalis) dan sifatnya sangat khas. Reaksi enzimatik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya reaksi yang terjadi berlangsung pada suhu kamar dan pH mendekati netral, energi aktivasi reaksi rendah, tingkat konversi tinggi,polutan yang dihasilkan sedikit dan reaksi bersifat spesifik (Judoamidjojo et al.,1989).
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda (Shahib, 1992).
(26)
Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat sangat khas, karena hanya bekerja pada substratnya (Girindra, 1990).
2.2.1 Kerja Enzim Pada Substrat
Enzim meningkatkan kemungkinan molekul-molekul yang bereaksi saling bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi karena enzim mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan mempunyai kemampuan untuk mengikat substrat tersebut walaupun bersifat sementara. Penyatuan antara substrat dengan enzim sangat spesifik substrat terikat dengan enzim sedemikian rupa, sehingga setiap substrat terorientasi secara tepat untuk terjadi reaksi.
Pembentukan ikatan yang sementara (biasanya ikatan nonkovalen) antara substrat dengan enzim menimbulkan penyebaran elektron dalam molekul substrat dan penyebaran ini menyebabkan suatu regangan pada ikatan kovalen spesifik dalam molekul substrat, sehingga ikatan kovalen tersebut menjadi mudah terpecah. Para ahli biokimia menamakan keadaan dimana terjadi regangan ikatan molekul substrat setelah berinteraksi dengan enzim disebut pengaktifan substrat (Shahib, 1992).
2.2.2 Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktivitas Enzim
Aktivitas enzim adalah besarnya kemampuan enzim dalam mempercepat reaksi penguraian sumber karbon (Marno, Septian. 2008). Aktivitas enzim dinyatakan dalam unit per mL menit dimana 1 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah yang menyebabkan pengubahan 1µmol sumber karbon atau 1µmol produk yang dihasilkan per menit pada kondisi tertentu. Jadi, satu unit aktivitas enzim lipase
(27)
didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghidrolisis 1µmol ikatan per menit pada kondisi pengujian tertentu.
Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim,maka jika struktur ini terganggu aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein berlaku untuk protein-protein enzim,dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu jika diatas 500C. Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah antara komponen-komponen atomnya.Pada kondisi yang tidak terdenaturasi biasanya enzim memiliki suhu optimum untuk mencapai aktivitas yang optimal (Ismadi,1998).
Reaksi Enzimatis akan meningkat sebanding dengan peningkatan suhu.Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi kinetik molekul sehingga akan meningkatkan kemungkinan tumbukan antara substrat-enzim yang menyebabkan laju reaksi meningkat. Akan tetapi terdapat batasan suhu tertentu dan nilai optimal biasanya berkisar seperti suhu tubuh manusia. Apabila suhu sistem terus meningkat melebihi optimum,maka aktivitas enzim akan terhambat dan kehilangan sifat katalitiknya (Gambar 2.2). Hal ini disebabkan enzim merupakan protein yang mempunyai sifat termolabil sehingga temperature tinggi menyebabkan kerusakan ikatan intra dan intermolekul (Pelezar & Chan, 1981).
Gambar 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Sifat Katalitik Enzim (Rochmah dkk, 2009)
Beberapa enzim memiliki toleransi terhadap perubahan pH, tetapi yang lainnya bekerja dengan baik pada rentang pH yang tidak terlalu jauh. Jika suatu enzim diberi
(28)
pH yang ekstrim, maka akan terdenaturasi. Kepekaan enzim terhadap perubahan pH merupakan salah satu sebab mengapa pengaturan pH tubuh dilakukan dengan sangat hati-hati dan mengapa penyimpanan terhadap pH normal akan membawa akibat buruk (Ismadi,1998).
Setiap enzim memiliki range pH yang spesifik. pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi mengakibatkan rusaknya ikatan intra dan intermolekul, perubahan bentuk enzim, dan mengakibatkan aktivitas enzim akan terhambat atau enzim kehilangan sifat katalitiknya (Pelezar & Chan, 1981) (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Pengaruh pH Terhadap Sifat Katalitik Enzim (Rochmah dkk, 2009)
2.2.3 Ion Logam sebagai kofaktor-enzim
Ion logam dapat digunakan sebagai aktivasi enzim dan pembawa elektron dengan mekanisme variasi yang berbeda dan lingkungan mikro yang berbeda dalam jenis protein yang berbeda. Fungsi dari ion logam tersebut pada semua enzim, mencakup: a) secara tepat menjadi katalis pada enzim, b) Berpartisipasi dalam ikatan substrat pada sisi aktif, c) menjaga konformasi enzim agar tetap sebagai katalis, dan d) berpartisipasi dalam reaksi redoks. Beberapa logam seperti Fe2+, Cu2+, Zn2+, Mn2+, Co2+, Mo2+ berikatan sangat kuat dengan enzim dan membentuk metaloenzim,
(29)
sedangkan logam Mg2+, Ca2+, Mn2+ berikatan lemah dengan enzim sehingga membentuk metal-aktif enzim (Milton, S. H. 1987).
2.3 Enzim Lipase
Enzim yang bekerja dalam hidrolisis lemak dan minyak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu lipase dan esterase.Perbedaan antara lipase dan esterase yaitu pada status larutan substrat.Lipase aktif dalam emulsi minyak dalam air, sedangkan esterase aktif baik pada larutan maupun emulsi (Winarno,1995).Untuk itu reaksi katalitik dari lipase lebih sering dilakukan dalam sistem emulsi.
Lipase termasuk golongan enzim dengan fungsi hidrolase yaitu enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis substrat. Lipase dapat memutuskan ikatan ester pada lemak sehingga terbentuk asam lemak bebas dan gliserol. Lipase juga termasuk kelompok enzim esterase ,sebab dapat menghidrolisis ikatan ester. Selain itu, lipase merupakan enzim yang dapat memutuskan ikatan rantai panjang asam lemak ester. Lipase yang mempunyai nama ilmiah triasilgliserol asilhidrolase EC 3.1.1.3 banyak digunakan dalam industri antara lain industri susu, deterjen, oleokimia, farmasi, kosmetik, agrokimia, polimer, surfaktan, dan industri trigliserida terstruktur (Vulfson,1994).
Lipase (asilgliserol; triasil gliserol hidrolase; gliserol ester hidrolase) merupakan enzim yang tersebar yang mengkatalisis hidrolisis lemak dan minyak (enzim yang mampu memecah lemak). Lipase merupakan enzim yang dapat diproduksi oleh beberapa mikroorganisme diantaranya yaitu bakteri dan jamur. Meningkatnya ketertarikan terhadap lipase karena enzim ini dapat digunakan sebagai katalis dalam hidrolisis untuk mensintesis ester asam lemak. Aktivase lipase terjadi di permukaan air-lemak, yang merupakan karakteristik struktural yang unik dari kelas enzim ini. Lipase menjadi unit oligopeptida heliks yang melindungi active site sehingga disebut pada interaksi dengan permukaan hidrofobik seperti droplet lemak, memungkinkan pergerakan seperti dalam jalan untuk membuka active site untuk substrat.
(30)
Active site biasanya dikarakterkan dengan senyawa triad serin, histidin, dan aspartat, kompleks enzim asli menjadi perantara penting dalam mengkatalisis reaksi lipase. Sebagai tambahan dalam fungsi biologisnya pada bakteri, jamur, tumbuhan dan hewan tingkat tinggi, lipase digunakan dalam sejumlah proses industri seperti minyak dan lemak, deterjen, roti, pembuatan keju,pembersih permukaan kulit dan proses pembuatan kertas. Enzim mikroorganisme yang banyak digunakan dalam industri umumnya adalah enzim ekstraselular karena lebih mudah diisolasi dibandingkan enzim intraselular (Marno, Septian.2008).
2.3.1 Klasifikasi Lipase
Lipase yang diisolasi dari mikroba digolongkan menjadi tiga kelompok. Kelompok tersebut antara lain (Marno,Septian. 2008) :
1. Lipase yang menghidrolisis triasilgliserol (TAG) secara acak terhadap posisi lemak pada triasilgliserol menjadi asam lemak. Kelompok mikroba tersebut antara lain Candida sp. dan Pseudomonas sp. enzim dapat menghidrolisis ikatan ester secara sempurna, menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. 2. Lipase yang menghidrolisis spesifik pada posisi 1 dan 3 dari triasilgliserol.
Contoh mikroba penghasil tersebut adalah A. niger dan M. miehei produk yang dihasilkan berupa asam lemak bebas, 1,2-diasilgliserol, dan 2-monoasilgliserol 3. Lipase yang menghidrolisis secara spesifik asam lemak tertentu dari
triasilgliserol. Contoh mikroba penghasil lipase tersebut adalah G. candidum yang mempunyai spesifitas terhadap asam lemak rantai panjang.
2.3.2 Hidrolisis Trigliserida oleh Enzim Lipase
Lipase mengkatalisis reaksi hidrolisis dengan memutuskan ikatan ester dari triasilgliserol yang direaksikan dengan air. Reaksi hidrolisis menggunakan lipase merupakan metode yang cepat dan efisien karena asam lemak yang dihasilkan berupa asam lemak bebas,bukan sebagai garam asam lemak. Persen yield tertinggi yang pernah dihasilkan sebesar 97% (Akoh & Min,2002).
(31)
Selain menggunakan lipase,hidrolisis triasilgliserol dapat dilakukan menggunakan katalis asam maupun basa. Hasil reaksi yang didapat berupa garam asam lemak. Jika dibandingkan dengan lipase,maka produk asam lemak yang didapat menggunakan lipase lebih murni dengan hasil samping yang lebih sedikit.
Berdasarkan nomenklatur dari Internasional Union of Biochemistry, enzim lipase berfungsi mengkatalisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak.
Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak Bebas
Gambar 2.4 Hidrolisis trigliserida oleh enzim Lipase
Ternyata reaksi tersebut belum lengkap karena lipase dapat menghidrolisis digliserida lebih lanjut menjadi monogliserida dan bahkan yang heterogen. Hal ini berarti lipase sangat lambat kerjanya pada larutan lemak dalam air. Tetapi sebaliknya, dalam keadaan emulsi,hidrolisis oleh lipase menjadi sangat cepat (Winarno,1992).
2.3.3 Lipase Candidarugosa
Lipase Candida rugosa memiliki massa molekul sekitar 60.000 Da dengan 534 residu asam amino (Cygler & Schrag,1999). Enzim ini bekerja optimum pada kisaran pH 6,5-7,5 dengan pH isoelektriknya sebesar 4,5 (Villenueve et al.,2000). Sifat katalitiknya optimum pada rentang suhu 30-350 C (Fadiloglu & Soylemez,1997).
O
CH2O-C-R
O
R-C-O-CH
CH2O-C-R
O
+ 3H2O
CH2O-H
H-O-CH CH2O-H
(32)
Lipase Candida rugosa termasuk dalam kelompok lipase yang menghidrolisis TAG secara acak tehadap posisi asam lemak trigliserida menjadi asam lemak (Gambar 2.5) (ÖZTÜRK, 2001).
Gambar 2.5 Hidrolisis Trigliserida oleh Lipase Candida rugosa (ÖZTÜRK,2001) Lipase Candida rugosa memiliki sisi katalitik triad (Serin 209,Glutamat 341,Histidin 449) dan penutup yang menghalangi sisi katalitik. Sisi katalitik dari enzim lipase Candida rugosa dihalangi oleh struktur heliks yang terdiri atas berbagai residu asam amino. Struktur penghalang tersebut bersifat rigid karena adanya ikatan disulfida dan interaksi ionik antara residu (Mala & Takeuchi,2008) (Cygler & Schrag,1999). Struktur tiga dimensi lipase Candida rugosa dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6 Struktur tiga dimensi lipase Candida rugosa
[Sumber:http://www.saccharo.org/showabstract.php?pmid=15597204] 1,2(2,3)-diglyceride 1(3)-monoglyceride
1,3-diglyceride 2- monoglyceride + +
(33)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
1. Gelas beaker Pyrex
2. Gelas ukur Pyrex 3. Gelas erlenmeyer Pyrex
4. Neraca analitik Ohauss
5. Indikator universal Merck
6. pH meter
7. Inkubator Gallenkamp
8. Tabung reaksi Pyrex
9. Rak tabung reaksi 10. Termometer
11. Labu takar Pyrex
12. Pipet Volumetri Pyrex 13. Botol akuades
14. Statif dan klem
15. Buret Pyrex
16. Pipet tetes 17. Bola karet
(34)
3.2 Bahan-bahan
1. Minyak inti sawit (PKO) 2. Minyak jagung
3. Akuades
4. KH2PO4(s) p.a.(E.Merck)
5. K2HPO4(p) p.a.(E.Merck)
6. CaCl2.2H2O(s) p.a.(E.Merck)
7. Enzim lipase Candida rugosa(s)
8. Alkohol 96% Teknis 96% (Bratachem)
9. Aseton(l) p.a.(E.Merck)
10. Indikator fenolftalein
11. NaOH(s) p.a.(E.Merck)
12. H2C2O4.2H2O(s) p.a.(E.Merck)
13. Na2CO3(s) p.a.(E.Merck)
14. Kalium Natrium Tartrat (s) p.a.(E.Merck)
15. CuSO4.5H2O (s) p.a.(E.Merck)
16. Folin Ciocalteu (l) p.a.(E.Merck)
17. Bovine Serum Albumin p.a.(E.Merck)
18. KOH (s) p.a.(E.Merck)
19. Plastik 20. Karet
(35)
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.3.1.1 Pembuatan Larutan CaCl2 1 M
Ditimbang 7,35 g CaCl2.2H2O dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL,
kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.2 Pembuatan Etanol-Aseton 1:1
Dicampurkan 250 mL etanol dengan 250 mL aseton ke dalam labu takar 500 mL kemudian dihomogenkan.
3.3.1.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,5035 N a. Pembuatan larutan NaOH 0,5035 N
Ditimbang sebanyak 10 g NaOH dan dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
b. Standarisasi larutan NaOH 0,5035 N dengan asam oksalat
Ditimbang dengan teliti 1,575 g asam oksalat (BM=126), kemudian dilarutkan ke dalam 50 mL aquadest,dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi hingga warna merah rose. Hal yang sama dilakukan 3 kali ulangan. (Sudarmaji, S. 1997)
Perhitungan N larutan NaOH = mL oksalat x N oksalat mL NaOH titrasi
3.3.1.4 Pembuatan Larutan KOH 0,1 N
Ditimbang 1,4 g KOH dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
(36)
3.3.1.5 Pembuatan Buffer Posfat 0,05 M untuk Posfat Dipakai rumus :
pH = pKa + log[ ]
[ ] atau pH = pKa − log [ ] [ ]
Dimana:
[HA] = konsentrasi asam [A-] = konsentrasi garam pH = pKa − log[ ]
[ ]
7,0 = 7,2 − log[ ]
[ ]
log[ ]
[ ] = 7,2 – 7,0
log[ ]
[ ] = 0,2 [ ]
[ ] = 1,5849 [ ]
[ ] =
,
%Garam = %&'&(
%&'&() *&( x 100% =
) , x 100% =
+, x 100% = 38,68%
% Asam = *&(
%&'&() *&( x 100%
= ,
+, x 100% = 61,32%
(37)
Gram garam = % Garam x Molaritas x BM = 38,68% x 0,05M x 174 g/mol = 0,3868 x 0,05M x 174 g/mol = 3,3652 g/L
Gram Asam = % Asam x Molaritas x BM = 61,32% x 0,05M x 136 g/mol = 0,6132 x 0,05M x 136 g/mol = 4,1698 g/L
Ditimbang 4,1698 g KH2PO4(s) dan 3,3652 g K2HPO4(s) .
3.3.1.6 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang 1 g NaOH dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.7 Pembuatan Larutan Kalium Natrium Tartrat 1 %
Ditimbang 1 g Kalium Natrium Tartrat dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.8 Pembuatan Pereaksi Lowry
• Pereaksi A ( 2% Na2CO3 dalam larutan NaOH 0,1 N )
Ditimbang 2 g Na2CO3 dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,
kemudian dilarutkan dengan larutan NaOH 0,1 N hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
• Pereaksi B ( 0,5% CuSO4.5H2O dalam larutan Kalium Natrium Tartrat
1% )
Ditimbang 0,5 g CuSO4.5H2O dan dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL, kemudian dilarutkan dengan larutan Kalium Natrium Tartrat 1% hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan.
(38)
• Pereaksi Lowry
Dicampurkan pereaksi A dan pereaksi B dengan perbandingan 50 : 1, pereaksi ini harus dalam keadaan segar ketika akan digunakan untuk analisa.
• Folin-Ciocalteu
Diencerkan pereaksi Folin-Ciocalteu dengan akuades hingga menjadi 1 N. (Lowry et al.,1951)
3.3.1.9 Pembuatan Larutan Induk Bovine Serum Albumin (BSA) 5 mg/mL Ditimbang dengan teliti 0,5 g BSA dan dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL dan dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.10 Pembuatan Larutan standard BSA 1000 µg/mL
Dipipet 20 mL dari larutan induk BSA 5000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.11 Pembuatan Larutan standard BSA 400 µg/mL
Dipipet 40 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.12 Pembuatan Larutan standard BSA 350 µg/mL
Dipipet 35 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.13 Pembuatan Larutan standard BSA 300 µg/mL
Dipipet 30 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
(39)
3.3.1.14 Pembuatan Larutan standard BSA 250 µg/mL
Dipipet 25 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.15 Pembuatan Larutan standard BSA 200 µg/mL
Dipipet 20 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.16 Pembuatan Larutan standard BSA 150 µg/mL
Dipipet 15 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.17 Pembuatan Larutan standard BSA 100 µg/mL
Dipipet 10 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.1.18 Pembuatan Larutan standard BSA 50 µg/mL
Dipipet 5 mL dari larutan standard BSA 1000 µg/mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu dihomogenkan.
3.3.2 Sterilisasi Alat
Dicuci alat-alat yang akan digunakan sampai bersih, kemudian dikeringkan dan ditutup rapat dengan kapas setelah itu dibalut dengan kertas. Setelah itu dimasukkan ke dalam oven. Disterilisasi sampai suhu 221oC dan dipertahankan suhu selama lebih kurang 15 menit.
(40)
3.3.3 Parameter yang diamati
3.3.3.1 Penentuan kurva standard larutan Bovine Serum Albumin
Dipipet 1 mL larutan-larutan dari masing-masing larutan BSA dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400 µg/mL dan masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 6 mL pereaksi Lowry, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL larutan Folin-Ciocalteu, dikocok dan dibiarkan selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 700 nm kemudian dibuat kurva standardnya (Insani et al., 2012).
3.3.3.2 Penentuan Kadar Protein Enzim Lipase Candida rugosa
Dipipet 1 mL larutan enzim lipase Candida rugosa dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 6 mL pereaksi Lowry dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL larutan Folin-Ciocalteu, dikocok dan dibiarkan selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 700 nm (Insani et al., 2012). Dihitung kadar protein dengan menggunakan kurva standar (Boyer, 1993)
3.3.3.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO dan Minyak Jagung Sebelum Hidrolisis
Ditimbang sampel PKO dan minyak Jagung masing-masing seberat 2 g dan masing- masing sampel; dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 10 mL alkohol 96%, kemudian ditutup dengan plastik dan karet dan dipanaskan pada suhu 500C selama 10 menit. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein,kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga berwarna merah rose. Hal yang sama dilakukan 3 kali ulangan (Sudarmaji, S. 1997).
Penentuan kadar asam lemak bebas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%ALB = 1 2 3 2 45
% 2 666 x 100%
(41)
Dimana: V = Volume KOH 0,1 N yang terpakai (mL) N = Normalitas KOH (0,1 N)
BM = Berat Molekul Asam Lemak Bebas
• PKO = Asam Laurat
• Minyak Jagung = Asam linoleat G = Berat sampel (gram)
(Ketaren,1986)
3.3.3.4 Penentuan Suhu Optimum aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa
dalam Hidrolisis PKO dan minyak jagung
Diukur sampel PKO dan minyak Jagung masing-masing sebanyak 3 mL dan untuk masing-masing sampel; dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat 0,05 M pH 7, kemudian ditambahkan 0,5 mL CaCl2 1 M dan ditambahkan 1 mL larutan lipase Candida rugosa
,selanjutnya diinkubasi selama 1 jam pada suhu yang bervariasi mulai dari 300 C sampai 500C dengan interval suhu 50 C. Ditambahkan 30 mL etanol-aseton 1:1, ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N hingga berwarna merah rose. Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali untuk masing sampel dan masing-masing variasi suhu (Maharani et al., 2001).
3.3.3.5 Penentuan pH Optimum aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Hidrolisis PKO dan minyak jagung
Diukur sampel PKO dan minyak Jagung masing-masing sebanyak 3 mL dan untuk masing-masing sampel; dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat 0,05 M dengan variasi pH yaitu dari pH 6; 6,5; 7; 7,5 dan pH 8, kemudian ditambahkan 0,5 mL CaCl2 1 M dan
ditambahkan 1 mL larutan lipase Candida rugosa ,selanjutnya diinkubasi selama 1 jam pada suhu optimum hidrolisis yang ditentukan sebelumnya.Ditambahkan 30 mL etanol-aseton 1:1, ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N hingga berwarna merah rose. Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali
(42)
untuk masing-masing sampel dan masing-masing variasi pH (Maharani et al., 2001).
3.3.3.6 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO dan Minyak Jagung Setelah Hidrolisis dan Penentuan Aktivitas Enzim Lipase Candida Rugosa
Untuk pengukuran kadar ALB dari sampel setelah hidrolisis oleh lipase Candida Rugosa dilakukan dengan menggunakan metode titrimetri dimana titran yang digunakan adalah NaOH 0,5N. Pengujian aktivitas enzim lipase Candida Rugosa diukur berdasarkan kadar ALB yang diperoleh setelah hidrolisis sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%ALB = 1 2 3 2 45
% 2 666
X 100%
Dimana: V = Volume NaOH 0,5 N yang terpakai (mL) N = Normalitas NaOH (0,5 N)
BM = Berat Molekul Asam Lemak Bebas
• PKO = Asam Laurat
• Minyak Jagung = Asam linoleat G = Berat sampel (gram)
(Ketaren,1986)
Aktivitas = % 74/45
9((;<=9)
X 10
6 µmol / mL /menit
Dimana: %ALB = Kadar asam lemak bebas yang diperoleh setelah hidrolisis PKO dan minyak jagung oleh enzim lipase Candida rugosa
BM = Berat Molekul Asam Lemak Bebas t = Waktu inkubasi (60 menit)
Aktivitas spesifik = ?9=@=9&* ;<A=( (B<=9)
(C D'E9;=< ;<A=(
(43)
3.4 Skema Penelitian
3.4.1 Skema Penentuan Kurva Standard Larutan Bovine Serum Albumin
3.4.2 Skema Penentuan Kadar Protein Enzim Lipase Candida rugosa
Larutan BSA konsentrasi
50,100,150,200,250,300,350,400 µg/mL
Diukur masing-masing sebanyak 1 mL Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 6 mL pereaksi Lowry
Dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar
Ditambahkan 0,5 mL larutan Folin-Ciocalteu
Dikocok dan dibiarkan selama 30 menit Diukur absorbansi pada panjang gelombang 700 nm
Hasil
Larutan Enzim Lipase Candida rugosa
Diukur sebanyak 1 mL
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 6 mL pereaksi Lowry
Dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar
Ditambahkan 0,5 mL larutan Folin-Ciocalteu
Dikocok dan dibiarkan selama 30 menit Diukur absorbansi pada panjang gelombang 700 nm
Hasil
Dihitung kadar protein dengan menggunakan kurva standard
(44)
3.4.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO sebelum dihidrolisis
3.4.4 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari Minyak Jagung sebelum dihidrolisis
PKO
Ditimbang 2 g PKO
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer Ditambahkan 10 mL alkohol 96%
Ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet Dipanaskan pada suhu 500C selama 10
menit
Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein Dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda
Hasil
Dicatat volume KOH 0,1 N yang terpakai
Minyak Jagung
Ditimbang 2 g minyak jagung
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer Ditambahkan 10 mL alkohol 96%
Ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet Dipanaskan pada suhu 500C selama 10
menit
Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein Dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda
Hasil
Dicatat volume KOH 0,1 N yang terpakai
(45)
3.4.5 Penentuan Suhu Optimum aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Hidrolisis PKO dan Minyak Jagung
PKO
Hasil
Diukur sebanyak 3 mL
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
Ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat 0,05 M pH 7 Ditambahkan 0,5 mL CaCl2 1 M
Ditambahkan 1 mL larutan lipase Candida rugosa
Diinkubasi pada suhu 30,35,40,45,500C selama 1 jam jamjam
Ditambahkan 30 mL etanol-aseton 1:1 v/v Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein
Dititrasi dengan NaOH 0,5 N hingga berwarna merah muda
Dicatat volume NaOH 0,5 N yang terpakai Dihitung aktivitas lipase
(46)
3.4.6 Penentuan pH Optimum aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Hidrolisis PKO dan Minyak Jagung
PKO
Hasil
Diukur sebanyak 3 mL
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
Ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat 0,05 M pH 6; 6,5; 7; 7,5; 8 Ditambahkan 0,5 mL CaCl2 1 M
Ditambahkan 1 mL larutan lipase Candida rugosa
Diinkubasi pada suhu 350C selama 1 jam Ditambahkan 30 mL etanol-aseton 1:1 v/v Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein
Dititrasi dengan NaOH 0,5 N hingga berwarna merah muda
Dicatat volume NaOH 0,5 N yang terpakai Dihitung aktivitas lipase
(47)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari penelitian tentang pengaruh suhu, pH dan jenis substrat terhadap aktivitas lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis minyak inti sawit (PKO) dan minyak jagung dilakukan beberapa penentuan yaitu sebagai berikut :
4.1.1 Pembuatan Kurva Standard Larutan BSA pada λ 700 nm
Larutan BSA dengan konsentrasi bertingkat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 700 nm. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.1 Absorbansi Larutan BSA pada λ700 nm Konsentrasi BSA (µg/mL)
(x)
Absorbansi (y)
50 100 150 200 250 300 350 400
0,089 0,155 0,226 0,297 0,356 0,448 0,515 0,603
(48)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Konsentrasi BSA terhadap Absorbansi
Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi y = ax + b diperoleh nilai y = 0,0015(x) + 0,0082 (Lampiran 1), dimana y adalah absorbansi larutan enzim lipase Candida rugosa dan x adalah kadar protein enzim lipase Candida rugosa dengan tetapan a (slope grafik) dan b (intercept) yang diperoleh dari:
a = n (∑xy) – (∑x)(∑y) n(∑x2) – (∑x)2
b = (∑x2)(∑y) - (∑x)(∑xy) n(∑x2) – (∑x)2
4.1.2 Penentuan Kadar Protein Enzim Lipase Candida rugosa
Setelah dilakukan pengukuran terhadap nilai absorbansi dari larutan enzim lipase Candida rugosa dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Visibel pada λ
700 nm diperoleh absorbansi larutan enzim yaitu 0,573, maka dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi yaitu y = 0,0015(x) + 0,0082, kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa dapat ditentukan sebagai berikut :
y = 0,0015(x) + 0,0082 0,573 = 0,0015(x) + 0,0082
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
50 100 150 200 250 300 350 400
A
b
sor
b
an
si
Konsentrasi BSA (ppm) Absorbansi vs Konsentrasi
(49)
0,5648 = 0,0015(x) x = 376,5333 µg/mL
Jadi kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa yaitu 376,5333 µg/mL
4.1.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dari PKO dan Minyak Jagung sebelum Hidrolisis
PKO dan minyak jagung dititrasi dengan menggunakan larutan standard KOH 0,1 N. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.2 Volume Titrasi (KOH) untuk PKO dan Minyak Jagung Jenis Substrat Berat
Substrat (g)
Volume KOH (mL) PKO
Minyak Jagung
2 2
0,32 0,50
Kadar ALB dari PKO sebelum hidrolisis % ALB =
x 100 %
= , , /
x 100%
= 0,32 %
Jadi kadar ALB dari PKO sebelum hidrolisis adalah 0,32 % Kadar ALB dari Minyak Jagung sebelum hidrolisis
% ALB =
x 100 %
= , , /
x 100%
= 0,695 %
(50)
4.1.4 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Hidrolisis PKO dan minyak jagung dengan menggunakan enzim lipase Candida rugosa dilakukan pada suhu yang divariasikan yaitu mulai dari 300 C sampai 500 C dengan interval suhu 50 C. Grafik hasil perhitungan aktivitas dan aktivitas spesifik enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan minyak jagung dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
0 100 200 300 400 500 600 700
30 35 40 45 50
A
k
ti
vi
tas
L
ip
as
e
(µ
m
ol
/m
L
/m
en
it
)
Suhu (0C)
PKO
(51)
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Spesifik Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Suhu optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung yaitu 350C dimana aktivitasnya masing-masing secara berturut-turut adalah 381,9417 dan 606,0612 µmol/mL/menit ; aktivitas spesifiknya masing-masing secara berturut-turut adalah 1014,3637 dan 1609,5819 Unit/mg.
4.1.5 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Hidrolisis PKO dan minyak jagung dengan menggunakan enzim lipase Candida rugosa dilakukan pada pH yang divariasikan yaitu mulai dari pH 6; 6,5; 7; 7,5 dan pH 8 . Grafik hasil perhitungan aktivitas dan aktivitas spesifik enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan minyak jagung dapat dilihat di bawah ini :
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
30 35 40 45 50
A k ti vi tas S p es if ik ( U n it /m g)
Suhu (0C)
PKO
(52)
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Spesifik Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
pH optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung yaitu pH 7 dimana aktivitasnya masing-masing secara berturut-turut
0 100 200 300 400 500 600 700
6 6,5 7 7,5 8
A k ti vi tas L ip as e (µ m ol /m L /m en it ) pH PKO Minyak Jagung 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
6 6,5 7 7,5 8
A k ti vi tas S p es if ik ( U n it /m g) pH PKO Minyak Jagung
(53)
adalah 381,9417 dan 606,0612 µmol/mL/menit ; aktivitas spesifiknya masing-masing secara berturut-turut adalah 1014,3637 dan 1609,5819 Unit/mg.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Aktivitas enzim akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi kinetik molekul sehingga akan meningkatkan kemungkinan tumbukan antara substrat-enzim yang menyebabkan laju reaksi meningkat. Akan tetapi terdapat batasan suhu tertentu dan nilai optimal biasanya berkisar seperti suhu tubuh manusia. Apabila suhu sistem terus meningkat melebihi optimum, maka aktivitas enzim akan terhambat dan kehilangan sifat katalitiknya (Pelezar & Chan, 1981). Pada grafik 4.2 dan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan minyak jagung mengalami peningkatan aktivitas pada suhu 350C kemudian apabila suhu sistem terus meningkat melebihi suhu 350C enzim mengalami penurunan aktivitasnya. Hal ini disebabkan enzim merupakan protein yang memiliki sifat termolabil sehingga suhu tinggi menyebabkan kerusakan ikatan intra dan intermolekulnya.
4.2.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Beberapa enzim memiliki toleransi terhadap perubahan pH, tapi yang lainnya bekerja dengan baik pada rentang pH yang tidak terlalu jauh. Jika suatu enzim diberikan pH yang ekstrim, maka akan terdenaturasi (Ismadi, 1998).
Dari grafik 4.4 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa aktivitas enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis PKO dan minyak jagung mengalami peningkatan hingga pH 7 dan terus menurun pada pH di atas 7. Hal ini karena setiap enzim memiliki range pH yang spesifik. pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi mengakibatkan rusaknya ikatan intra dan intermolekul, perubahan bentuk enzim sehingga mengakibatkan aktivitas enzim akan terhambat atau enzim kehilangan sifat katalitiknya.
(54)
4.2.3 Pengaruh Jenis Substrat terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa
dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
Lipase Candida rugosa termasuk dalam kelompok lipase yang menghidrolisis TAG secara acak terhadap posisi asam lemak trigliserida menjadi asam lemak (ÖZTÜRK, 2001).
O
O – C – R 1,2-DG + FA 1-MG +FA O 2-MG + FA O – C – R Lipase 2,3-DG + FA Lipase 2-MG + FA Lipase
O 3-MG + FA Gliserol + FA O – C – R 1,3-DG + FA 1-MG + FA
3-MG + FA Gambar 4.6 Hidrolisis Trigliserida oleh Lipase Candida rugosa (ÖZTÜRK,2001) Enzim lipase dari Candida rugosa memiliki tiga sisi aktif enzim yakni serin, histidin dan asam glutamatI. Mekanisme kerja enzim yang terjadi pada reaksi hidrolisis trigliserida adalah reaksi “Bi Bi ping-pong” atau reaksi pergantian ganda (double displacement reactions) di mana salah satu sisi aktif enzim berikatan terlebih dahulu dengan salah satu substrat yaitu air yang menyebabkan adanya muatan positif pada sisi aktif enzim dan melepaskan produk berupa air. Selanjutnya sisi aktif enzim dengan muatan positifnya bereaksi dengan substrat kedua yaitu minyak atau trigliserida yang pada akhirnya menghasilkan produk berupa digliserida, asam lemak bebas dan enzim yang akan terbentuk kembali pada akhir reaksi. Mekanisme kerja enzim yang terjadi pada reaksi hidrolisis trigliserida dapat dilihat sebagai berikut :
(55)
Dari grafik 4.2, grafik Candida rugosa memi asam linoleat sebagai asam laurat sebagai kom rugosa lebih spesifik Candida rugosa memi jenuh dibandingkan asa
ik 4.3, grafik 4.4 dan grafik 4.5 dapat dilihat ba miliki aktivitas yang lebih tinggi terhadap miny ai komponen terbesar penyusunnya dibanding komponen terbesar penyusunnya. Hal ini bera fik terhadap asam linoleat dibandingkan asa
miliki sisi aktif enzim yang spesifik terhadap n asam lemak jenuh (ÖZTÜRK, 2001).
bahwa enzim lipase inyak jagung dengan ndingkan PKO dengan berarti lipase Candida asam laurat. Lipase dap asam lemak tidak
(56)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Biokatalis enzim lipase dari Candida rugosa yang bersifat free dapat digunakan dalam reaksi hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak bebas.
2. Kadar protein dari enzim lipase Candida rugosa yaitu 376,5333 µg/mL.
3. Suhu optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu 350C sedangkan pH optimum untuk enzim lipase Candida rugosa dalam menghidrolisis baik PKO maupun Minyak Jagung yaitu pH 7 dimana aktivitasnya masing-masing secara berturut-turut adalah 381,9417 dan 606,0612 µmol/mL/menit ; aktivitas spesifiknya masing-masing secara berturut-turut adalah 1014,3637 dan 1609,5819 Unit/mg.
4. Dari aktivitasnya dalam menghidrolisis PKO dan minyak jagung, lipase Candida rugosa lebih spesifik terhadap asam linoleat dibandingkan asam laurat dimana lipase Candida rugosa memiliki sisi aktif enzim yang spesifik terhadap asam lemak tidak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut dilakukan GC-MS agar dapat mengetahui senyawa-senyawa yang merupakan produk hasil hidrolisis enzimatis yang dilakukan.
2. Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut dilakukan pemisahan produk hasil hidrolisis enzimatis agar dapat digunakan dalam bidang industri.
(57)
DAFTAR PUSTAKA
Akoh,C.C., & Min,D.B. 2002. Food Lipids Chemistry, Nutrition, and Biotechnology Second Edition, Revised and Expanded. New York : Marcel Dekker, Inc. Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Aritonang,D. 1986. Perkebunan Kelapa Sawit, Sumber Pakan Ternak di Indonesia.
Jurnal Penelitian Pengembangan Pertanian 5(4) : 93-99.
Boyer, R.F. 1993. Modern Experimental Biochemistry. Second Edition. California: The Benjamin Cummings Company Inc.
Cygler,M., & Scharag,J.D. 1999. Structure and Conformational Fexibility of Candida rugosa Lipase. Biochemica et Biophysica Acta 1441, 205-214.
Fadiloglu,S., & Soylemez ,Z. 1997. Kinetics of Lipase Catalyzed Hydrolysis of Olive Oil. Food Research International, 30, 171-175.
Girindra, A. 1990. Biokimia 1. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Gramedia. Hartley,C.W.W. 1967. The Palm Oil. London : Longman Group Ltd.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46586/BAB%2011%20Tinjaua n%20 Pustaka_2011 plu.pdf. Diakses tanggal 12 Juni, 2013.
Insani,D.N. 2012. Studi Esterifikasi antara Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Sawit dengan Sukrosa Menggunakan Lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 Terimobilisasi pada Matriks Silika Gel 60. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ismadi,M. 1998. Biokimia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Judoamidjojo,M, E. Gumbira Said & L. Hartoto. 1989. Biokonversi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan I. Jakarta : UI press.
Lowry,O.R. 1951. Protein Measurement. Journal of Biological Chemistry, 265-275. Maharani,N. 2001. Hidrolisis Minyak Sawit oleh Lipase Spesifik dan Non Spesifik dari
Rhizomucor miehei dan Candida cylindracea. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Mala,J.G.S., Takeuchi,S. 2008. Understanding Structural Features of Microbial Lipases-An Overview. Analytical Chemistry Insights, 9-19.
(58)
Malcolm,D. 1964. Enzymes. Second Edition. New York : Academic Press.
Marno, Septian. 2008. Interesterifikasi Minyak Kelapa Sawit dengan Metil Asetat Menggunakan Biokatalis untuk Memproduksi Biodiesel. Jakarta : Universitas Indonesia.
Milton, S. H. 1987. Enzymes in Metabolic Pathway. First edition. New York: Harper and Row Publishers Inc.
ÖZTÜRK,B. 2001. Immobilization of Lipase from Candida rugosa on Hydrophobic and Hydrophilic Supports. Izmir, Turkey : Izmir Institute of Technology. Pandey,A., Benjamin,S., Soccol,C.R., Nigam,P., Krieger,N., & Soccol,V. 1999. The
Realm of Microbial Lipase in Biotechnology. Biotechnol. Appl. Biochem, 119-131.
Pelezar,M.J., & Chan,E.S. 1981. Element of Microbiology. New York : Mcgraw hill Co.
Rochmah,S.N, Sri Widayati, Majrikhatul Miah. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sardinda,L.J. 2011. Pemanfaatan Biomassa Kecambah Biji Wijen Sebagai Sumber Lipase untuk Hidrolisis Minyak Sawit. Jakarta : Universitas Indonesia.
Satyawibawa,I. & Widyastuti. 1992. Kelapa Sawit, Usaha Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya.
Shahib,M. 1992. Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
Sukarji,R.,S.Simangunsong & C.Hutauruk. 1985. Hujan-Kaitannya terhadap Fluktuasi Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit. Simposium Kelapa sawit Medan 27-28 Maret 198ie5. PTP VI-VII Pusat Penelitian Marihat-Marihat Ulu. Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Syakti,A.D. 2005. Multi-prose Remediasi di Dalam Penanganan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut dan Pesisir. Seminar Bioremediasi. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. 10 Desember 2005. Villeneuve,P., Muderhwa,J., Graille,J., & Haas,M. 2000. Customizing lipases
forbiocatalysis : a survey of chemical, physical and molecular biological approaches. Journal of Molecular Catalysis B : Enzymatic, 9, issues 4-6, 113-148.
(59)
Vulfson,E.N. 1994. Industrial Application of Lipases. Di dalam Wooley,P. and S.B. Petersen (penyunting). Lipases Their Structure, Biochemistry and Application. Cambridge : Cambridge University press.
Widagdyo,D.R., Budiman,V.A., Aylianawati, & Indraswati,N. 2013. Ekstraksi Kafeina dari Serbuk Kopi Java Robusta dengan Pelarut Minyak Jagung. Surabaya : Universitas Katolik Widya Mandala.
(60)
(61)
Lampiran 1 : Penentuan Persamaan Garis Regresi Konsentrasi BSA (µg/mL) (x) Absorbansi (y)
(xy) (x2)
50 100 150 200 250 300 350 400 0,089 0,155 0,226 0,297 0,356 0,448 0,515 0,603 4,45 15,5 33,9 59,4 89 134,4 180,145 241,2 2500 10.000 22.500 40.000 62.500 90.000 122.500 160.000
∑x = 1800 ∑y = 2,6887 ∑xy = 757,995 ∑x2 = 510.000
a = Ʃ∑ Ʃ∑ ∑Ʃ
Ʃ∑ Ʃ∑
b =
Ʃ∑ Ʃ∑ Ʃ∑ Ʃ∑
Ʃ∑ ∑Ʃ
a = , ,
.
b =
. , ,
.
a = ,
.
b = .
a = 0,0015 b = 0,0082 Persamaan garis regresi : y = ax + b
(62)
Lampiran 2 : Data Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
2.1 Tabel untuk PKO Berat PKO (g) Volume Enzim Lipase (mL) Suhu (0C)
Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 1 1 1 1 1 30 35 40 45 50 0,80 1,10 0,67 0,60 0,40 3,3333% 4,5833% 2,7917% 2,5000% 1,6667% 277,7750 381,9417 232,6417 208,3333 138,8900 737,7169 1014,3637 617,8516 553,2932 368,8651
2.2 Tabel untuk Minyak Jagung Berat Minyak Jagung (g) Volume Enzim Lipase (mL) Suhu (0C)
Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 1 1 1 1 1 30 35 40 45 50 1,43 1,60 1,50 1,23 0,93 9,0350% 10,1091% 9,4773% 7,7714% 5,8759% 541,6667 606,0612 568,1834 465,9113 352,2722 1438,5625 1609,5819 1508,9858 1237,3708 935,5672
(63)
Lampiran 3 : Data Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
2.3 Tabel untuk PKO Berat PKO (g) Volume Enzim Lipase (mL)
pH Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 1 1 1 1 1 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 0,80 0,83 1,10 0,57 0,50 3,3333% 3,4583% 4,5833% 2,3750% 2,0833% 277,7750 288,1917 381,9417 197,9167 173,6083 737,7169 765,3817 1014,3637 525,6287 461,0702
2.4 Tabel untuk Minyak Jagung Berat Minyak Jagung (g) Volume Enzim Lipase (mL)
pH Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 1 1 1 1 1 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 0,80 1,20 1,60 1,40 1,17 5,0545% 7,5818% 10,1091% 8,8454% 7,3923% 303,0276 454,5444 606,0612 530,2998 443,1834 804,7830 1207,1825 1609,5819 1408,3742 1190,2889
(64)
Lampiran 4 : Gambar Penelitian
Gambar a. Spektrofotometer Gambar b. Larutan BSA dengan
UV – Visibel berbagai konsentrasi dan larutan Enzim
Lipase Candida rugosa
Gambar c. Pengukuran Absorbansi Gambar d. Minyak jagung dan larutan BSA dengan menggunakan alat campurannya sebelum dihidrolisis spektrofotometer UV-Visibel
(65)
Gambar e. Minyak jagung dan campuran Gambar f. PKO dan campurannya nya setelah dihidrolisis dan dititrasi sebelum dihidrolisis
Gambar g. PKO dan campuran Gambar h. Proses inkubasi dengan nya setelah dihidrolisis dan dititrasi menggunakan inkubator
(1)
(2)
Lampiran 1 : Penentuan Persamaan Garis Regresi
Konsentrasi BSA (µg/mL)
(x)
Absorbansi
(y)
(xy) (x2)
50 100 150 200 250 300 350 400
0,089 0,155 0,226 0,297 0,356 0,448 0,515 0,603
4,45 15,5 33,9 59,4 89 134,4 180,145
241,2
2500 10.000 22.500 40.000 62.500 90.000 122.500 160.000
∑x = 1800 ∑y = 2,6887 ∑xy = 757,995 ∑x2 = 510.000
a = Ʃ∑ Ʃ∑ ∑Ʃ
Ʃ∑ Ʃ∑
b =
Ʃ∑ Ʃ∑ Ʃ∑ Ʃ∑ Ʃ∑ ∑Ʃ
a = , ,
.
b =
. , , .
a = ,
.
b = .
a = 0,0015 b = 0,0082 Persamaan garis regresi : y = ax + b
(3)
Lampiran 2 : Data Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
2.1 Tabel untuk PKO Berat PKO (g) Volume Enzim Lipase (mL) Suhu (0C)
Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 1 1 1 1 1 30 35 40 45 50 0,80 1,10 0,67 0,60 0,40 3,3333% 4,5833% 2,7917% 2,5000% 1,6667% 277,7750 381,9417 232,6417 208,3333 138,8900 737,7169 1014,3637 617,8516 553,2932 368,8651
2.2 Tabel untuk Minyak Jagung Berat Minyak Jagung (g) Volume Enzim Lipase (mL) Suhu (0C)
Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 1 1 1 1 1 30 35 40 45 50 1,43 1,60 1,50 1,23 0,93 9,0350% 10,1091% 9,4773% 7,7714% 5,8759% 541,6667 606,0612 568,1834 465,9113 352,2722 1438,5625 1609,5819 1508,9858 1237,3708 935,5672
(4)
Lampiran 3 : Data Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Lipase Candida rugosa dalam Menghidrolisis PKO dan Minyak Jagung
2.3 Tabel untuk PKO Berat PKO (g) Volume Enzim Lipase (mL)
pH Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 1 1 1 1 1 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 0,80 0,83 1,10 0,57 0,50 3,3333% 3,4583% 4,5833% 2,3750% 2,0833% 277,7750 288,1917 381,9417 197,9167 173,6083 737,7169 765,3817 1014,3637 525,6287 461,0702
2.4 Tabel untuk Minyak Jagung Berat Minyak Jagung (g) Volume Enzim Lipase (mL)
pH Volume NaOH (mL) Kadar ALB (%) Aktivitas (µmol/mL/menit) Aktivitas Spesifik (Unit/mg) 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 1 1 1 1 1 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 0,80 1,20 1,60 1,40 1,17 5,0545% 7,5818% 10,1091% 8,8454% 7,3923% 303,0276 454,5444 606,0612 530,2998 443,1834 804,7830 1207,1825 1609,5819 1408,3742 1190,2889
(5)
Lampiran 4 : Gambar Penelitian
Gambar a. Spektrofotometer Gambar b. Larutan BSA dengan
UV – Visibel berbagai konsentrasi dan larutan Enzim
Lipase Candida rugosa
Gambar c. Pengukuran Absorbansi Gambar d. Minyak jagung dan larutan BSA dengan menggunakan alat campurannya sebelum dihidrolisis spektrofotometer UV-Visibel
(6)
Gambar e. Minyak jagung dan campuran Gambar f. PKO dan campurannya
nya setelah dihidrolisis dan dititrasi sebelum dihidrolisis
Gambar g. PKO dan campuran Gambar h. Proses inkubasi dengan