Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulate sinensis
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulata sinensis)
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2009
Bonne Markus C14103052
(3)
RINGKASAN
Bonne Markus. Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulate sinensis. KUKUH NIRMALA dan TATAG BUDIARDI
Udang red cherryNeocaradina denticulate sinensis merupakan salah satu komoditas perikanan yang digunakan untuk akuaskaping. Udang ini berasal dari Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara. Ukuran udang ini antara 3-4 cm dan merupakan hewan omnivora. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu media optimal bagi pemeliharaan udang red cherry (Neocaradina denticulata sinensis) melalui kajian kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.
Udang red cherry yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot 0,124+0,001 gram dan panjang 1,194+0,010 cm. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 30x18x20 cm sebanyak 12 unit, kemudian diisi air dengan volume 10 liter yang sebelumnya telah diendapkan. Selama 28 hari pemeliharaan, udang red cherry diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap 3 kali sehari dengan tingkat pemberian pakan sebanyak 2 % biomassa hingga akhir penelitian. Setiap 7 hari, dilakukan sampling seluruh total populasi.
Hasil akhir masa pemeliharaan dengan perlakuan suhu kontrol, 26°C, 30°C, 34°C berturut turut didapatkan derajat kelangsungan hidup (%) sebesar 96,67; 85,00; 66,67; 63,33, laju pertumbuhan bobot harian (%) sebesar 0,17; 0,11; 0,40; 0,52, efisiensi pakan (%) sebesar 2,72; 2,45; 6,87; 7,55, pertambahan panjang mutlak sebesar 0,03; 0,07; 0,11; 0,20 cm. Kualitas air selama pemeliharaan didapatkan ammonia berkisar antara 0,0003-0,0059 mg/l, alkalinitas berkisar antara 26,67-50,66 mg/l CaCO3, pH berkisar antara 6,39-7,56, oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,99-6,83 mg/l, kesadahan berkisar antara 136-266 mg/l CaCO3, nitrit berkisar antara 0,11-0,34 mg/l
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa derajat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 26°C lebih tinggi daripada 30°C dan 34°C namun sebaliknya lebih rendah dalam pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan bobot harian dan efesiensi pakan. Nilai produksi pada perlakuan kontrol, 26°C, 30°C, dan 34°C sebesar Rp 97.000,00, Rp 85.000,00, Rp 67.000,00, Rp 63.000,00. Kinerja produksi udang red cherry terbaik didapatkan pada perlakuan kontrol.
(4)
MANIPULASI SUHU TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulata sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(5)
Judul : MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRYNeocaradina denticulata sinensis
Nama : Bonne Markus
Nomor Pokok : C14103052
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Kukuh Nirmala Dr. Tatag Budiardi
NIP. 131691469 NIP.132169277
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul: ”Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulata sinensis” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Dinar Tri Soelistyowati sebagai dosen penguji dan juga pembimbing akademik selama penulis menjalani kegiatan akademik. 3. Ayahanda J.I. Panggabean dan Ibunda Y.L. Situmorang, Adik adikku atas
kasih sayang, do’a, dukungandan semangat baik moril dan materi
4. Pak Jajang, Pak Aam, Pak Henda, Pak Ranta, Pak Wasjan, Mba Yuli, Pak Marijanta, Kang Asep, Kang Abe atas bantuan yang diberikan
5. Sahabatku Erik, Firman, Dawud, Dicky dan BDP’40 lainnya, kakak kelas BDP’39, BDP’38,BDP’37, adik kelas BDP’41, BDP’42.
Akhir kata kiranya karya yang sederhana dapat dipergunakan bagi yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2009
(7)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, 4 Maret 1985 adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah bernama J.I. Panggabean dan ibu Y.L. Situmorang. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Methodist III, Medan pada tahun 1997 kemudian tahun 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTP Budi Murni 1 Medan. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 8 Kota Medan pada tahun 2003, Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Penulis pernah aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Fisika Kimia Perairan pada tahun ajaran 2005/2006.Penulis menjalani praktek lapang di balai Budidaya Laut Batam. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ”Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red CherryNeocaradina denticulata sinensis”
(8)
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………..i
DAFTAR TABEL……….iii
DAFTAR GAMBAR……….iv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1
1.2 Tujuan………..……...2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biologi Udang Red Chery………...…………..3
2.2Kualitas Air ………...4
2.2.1Suhu……….4
2.2.2Oksigen Terlarut………...5
2.2.3Nilai pH………...6
2.2.4 Amoniak.………...6
2.2.5 Nitrit………7
2.2.6 Alkalinitas………...7
2.2.7 Kesadahan………...…7
2.3 Pertumbuhan………..8
2.4 FilterDouble Bottom..……….……....9
III. BAHAN DAN METODE 3.1Waktu dan Tempat………..…………...10
3.2Alat dan Bahan………..….10
3.2.1 Sistem resirkulasi……….……..10
3.2.2 Biota Uji………...10
3.2.3 Pakan………...10
(10)
3.3.1 Rancangan Percobaan………..…..11
3.3.2 Metode Pelaksanaan..………..…...11
3.3.2.1Persiapan Sistem reisrkulasi………..…...11
3.3.2.2 Penebaran Benih……….………..……12
3.3.2.3Pemeliharaan………..………....12
3.4Pengumpulan Data……….12
3.4.1 Analisis Kualitas Air…...………...…12
3.4.2 Sampling Pertumbuhan………..13
3.5Parameter Uji……….13
3.5.1 Kelangsungan Hidup………..13
3.5.2 Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang………...13
3.5.3 Efesiensi Pemberian Pakan………14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil………...15
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup………15
4.1.2 Pertumbuhan Panjang……….16
4.1.3 Laju Pertumbuhan Spesifik……….. ……….17
4.1.4 Efesiensi Pakan………..18
4.1.5 Kualitas Air………....19
4.2 Pembahasan………19
4.2.1 Pertumbuhan………..…19
4.2.2 Kualitas Air………21
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………23
5.2 Saran………...23
DAFTAR PUSTAKA………...24
(11)
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulata sinensis)
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2009
Bonne Markus C14103052
(13)
RINGKASAN
Bonne Markus. Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulate sinensis. KUKUH NIRMALA dan TATAG BUDIARDI
Udang red cherryNeocaradina denticulate sinensis merupakan salah satu komoditas perikanan yang digunakan untuk akuaskaping. Udang ini berasal dari Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara. Ukuran udang ini antara 3-4 cm dan merupakan hewan omnivora. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu media optimal bagi pemeliharaan udang red cherry (Neocaradina denticulata sinensis) melalui kajian kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.
Udang red cherry yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot 0,124+0,001 gram dan panjang 1,194+0,010 cm. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 30x18x20 cm sebanyak 12 unit, kemudian diisi air dengan volume 10 liter yang sebelumnya telah diendapkan. Selama 28 hari pemeliharaan, udang red cherry diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap 3 kali sehari dengan tingkat pemberian pakan sebanyak 2 % biomassa hingga akhir penelitian. Setiap 7 hari, dilakukan sampling seluruh total populasi.
Hasil akhir masa pemeliharaan dengan perlakuan suhu kontrol, 26°C, 30°C, 34°C berturut turut didapatkan derajat kelangsungan hidup (%) sebesar 96,67; 85,00; 66,67; 63,33, laju pertumbuhan bobot harian (%) sebesar 0,17; 0,11; 0,40; 0,52, efisiensi pakan (%) sebesar 2,72; 2,45; 6,87; 7,55, pertambahan panjang mutlak sebesar 0,03; 0,07; 0,11; 0,20 cm. Kualitas air selama pemeliharaan didapatkan ammonia berkisar antara 0,0003-0,0059 mg/l, alkalinitas berkisar antara 26,67-50,66 mg/l CaCO3, pH berkisar antara 6,39-7,56, oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,99-6,83 mg/l, kesadahan berkisar antara 136-266 mg/l CaCO3, nitrit berkisar antara 0,11-0,34 mg/l
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa derajat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 26°C lebih tinggi daripada 30°C dan 34°C namun sebaliknya lebih rendah dalam pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan bobot harian dan efesiensi pakan. Nilai produksi pada perlakuan kontrol, 26°C, 30°C, dan 34°C sebesar Rp 97.000,00, Rp 85.000,00, Rp 67.000,00, Rp 63.000,00. Kinerja produksi udang red cherry terbaik didapatkan pada perlakuan kontrol.
(14)
MANIPULASI SUHU TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulata sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(15)
Judul : MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRYNeocaradina denticulata sinensis
Nama : Bonne Markus
Nomor Pokok : C14103052
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Kukuh Nirmala Dr. Tatag Budiardi
NIP. 131691469 NIP.132169277
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
(16)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul: ”Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulata sinensis” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Dinar Tri Soelistyowati sebagai dosen penguji dan juga pembimbing akademik selama penulis menjalani kegiatan akademik. 3. Ayahanda J.I. Panggabean dan Ibunda Y.L. Situmorang, Adik adikku atas
kasih sayang, do’a, dukungandan semangat baik moril dan materi
4. Pak Jajang, Pak Aam, Pak Henda, Pak Ranta, Pak Wasjan, Mba Yuli, Pak Marijanta, Kang Asep, Kang Abe atas bantuan yang diberikan
5. Sahabatku Erik, Firman, Dawud, Dicky dan BDP’40 lainnya, kakak kelas BDP’39, BDP’38,BDP’37, adik kelas BDP’41, BDP’42.
Akhir kata kiranya karya yang sederhana dapat dipergunakan bagi yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2009
(17)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, 4 Maret 1985 adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah bernama J.I. Panggabean dan ibu Y.L. Situmorang. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Methodist III, Medan pada tahun 1997 kemudian tahun 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTP Budi Murni 1 Medan. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 8 Kota Medan pada tahun 2003, Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Penulis pernah aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Fisika Kimia Perairan pada tahun ajaran 2005/2006.Penulis menjalani praktek lapang di balai Budidaya Laut Batam. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ”Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red CherryNeocaradina denticulata sinensis”
(18)
MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis)
BONNE MARKUS
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(19)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………..i
DAFTAR TABEL……….iii
DAFTAR GAMBAR……….iv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1
1.2 Tujuan………..……...2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biologi Udang Red Chery………...…………..3
2.2Kualitas Air ………...4
2.2.1Suhu……….4
2.2.2Oksigen Terlarut………...5
2.2.3Nilai pH………...6
2.2.4 Amoniak.………...6
2.2.5 Nitrit………7
2.2.6 Alkalinitas………...7
2.2.7 Kesadahan………...…7
2.3 Pertumbuhan………..8
2.4 FilterDouble Bottom..……….……....9
III. BAHAN DAN METODE 3.1Waktu dan Tempat………..…………...10
3.2Alat dan Bahan………..….10
3.2.1 Sistem resirkulasi……….……..10
3.2.2 Biota Uji………...10
3.2.3 Pakan………...10
(20)
3.3.1 Rancangan Percobaan………..…..11
3.3.2 Metode Pelaksanaan..………..…...11
3.3.2.1Persiapan Sistem reisrkulasi………..…...11
3.3.2.2 Penebaran Benih……….………..……12
3.3.2.3Pemeliharaan………..………....12
3.4Pengumpulan Data……….12
3.4.1 Analisis Kualitas Air…...………...…12
3.4.2 Sampling Pertumbuhan………..13
3.5Parameter Uji……….13
3.5.1 Kelangsungan Hidup………..13
3.5.2 Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang………...13
3.5.3 Efesiensi Pemberian Pakan………14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil………...15
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup………15
4.1.2 Pertumbuhan Panjang……….16
4.1.3 Laju Pertumbuhan Spesifik……….. ……….17
4.1.4 Efesiensi Pakan………..18
4.1.5 Kualitas Air………....19
4.2 Pembahasan………19
4.2.1 Pertumbuhan………..…19
4.2.2 Kualitas Air………21
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………23
5.2 Saran………...23
DAFTAR PUSTAKA………...24
(21)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai standar kualitas air yang layak untuk perikanan………4
2. Kandungan gizi pakan yang digunakan selamapemeliharaan………..10
3. Parameter fisika dan kimia air dan alat yang digunakan………...12
(22)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar udang red cherry………3
2. Tingkat kelangsungan hidup udang red cherry...15 3. Histrogam pertumbuhan panjang udang red cherry...16 4. Histogram laju pertumbuhan spesifik...17 5. Histogram efesiensi pakan...17
(23)
RINGKASAN
Bonne Markus. Manipulasi Suhu Media terhadap Kinerja Produksi Udang Red Cherry Neocaradina denticulate sinensis. KUKUH NIRMALA dan TATAG BUDIARDI
Udang red cherry Neocaradina denticulate sinensis merupakan salah satu komoditas perikanan yang digunakan untuk akuaskaping. Udang ini berasal dari Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara. Ukuran udang ini antara 3-4 cm dan merupakan hewan omnivora. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu media optimal bagi pemeliharaan udang red cherry (Neocaradina denticulata sinensis) melalui kajian kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya.
Udang red cherry yang digunakan memiliki bobot 0,124+0,001 gram dan panjang 1,194+0,010 cm. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 30x18x20 cm sebanyak 12 unit, kemudian diisi air dengan volume 10 liter yang sebelumnya telah diendapkan. Selama 28 hari pemeliharaan, udang red cherry diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap 3 kali sehari dengan tingkat pemberian pakan sebanyak 2 % biomassa hingga akhir penelitian. Setiap 7 hari, dilakukan sampling seluruh total populasi.
Hasil akhir masa pemeliharaan dengan perlakuan suhu kontrol, 26°C, 30°C, 34°C berturut turut didapatkan derajat kelangsungan hidup (%) sebesar 96,67; 85,00; 66,67; 63,33, laju pertumbuhan bobot harian (%) sebesar 0,17; 0,11; 0,40; 0,52, efisiensi pakan (%) sebesar 2,72; 2,45; 6,87; 7,55, pertambahan panjang mutlak sebesar 0,03; 0,07; 0,11; 0,20 cm. Kualitas air selama pemeliharaan didapatkan ammonia berkisar antara 0,0003-0,0059 mg/l, alkalinitas berkisar antara 26,67-50,66 mg/l CaCO3, pH berkisar antara 6,39-7,56, oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,99-6,83 mg/l, kesadahan berkisar antara 136-266 mg/l CaCO3, nitrit berkisar antara 0,11-0,34 mg/l
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa derajat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 26°C lebih tinggi daripada 30°C dan 34°C namun sebaliknya lebih rendah dalam pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan bobot harian dan efesiensi pakan. Nilai produksi pada perlakuan kontrol, 26°C, 30°C, dan 34°C sebesar Rp 97.000,00, Rp 85.000,00, Rp 67.000,00, Rp 63.000,00. Kinerja produksi udang red cherry terbaik didapatkan pada perlakuan kontrol.
(24)
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Pada tahun 2000, 2001, dan 2003 nilai ekspor ikan hias nasional masing-masing US$ 3,917 juta ; US$ 5,583 juta dan US$ 4,623 juta atau setara dengan Rp 35,253 milyar, Rp 52,515 milyar dan Rp 41,607 milyar (Anonim, 2003). Salah satu primadona dalam ekspor ialah udang red cherry (Neocaradina denticulate sinensis). Dalam jumlah banyak udang ini menarik untuk dilihat
karena warnanya sangat cerah sehingga banyak digunakan dalam akuaskaping. Selain udang red cherry ada juga jenis udang lainnya seperti red crystal (Caridina sp), snowball shrimp (Neocaridina cf zhangjiajiensis), green neon
shrimp, amino shrimp, dll. Semua udang tersebut memiliki satu kesamaan yaitu tumbuh dengan baik pada suhu rendah. Ukuran udang-udang ini berkisar antara 3- 4 cm dan merupakan hewan omnivora.
Hingga saat ini budidaya udang red cherry di Indonesia masih belum banyak berkembang. Hal ini disebabkan udang ini merupakan introduksi sehingga pertumbuhan dan pemijahannya masih belum banyak diketahui. Banyak informasi tanpa didukung data yang valid yang menyatakan bahwa udang ini tumbuh baik dan memijah pada suhu rendah. Hal ini menimbulkan suatu opini bahwa untuk memelihara udang ini dibutuhkan suhu rendah dan bila dipelihara di perkotaan membutuhkan chiller sehingga dalam pemeliharaannya cukup merepotkan. Pada umumnya pemeliharaan udang jenis ini membutuhkan sistem resirkulasi berupa
undergravel filter. Pada sistem tersebut digunakan batuan dan zeolit yang berguna untuk menjaga kualitas air dan juga secara tidak langsung menyediakan pakan bagi udang berupa bakteri.
Suhu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan hewan akuatik seperti ikan, udang, moluska, dan juga hewan tingkat rendah lainnya. Dalam hal ini suhu mempengaruhi proses fisiologis seperti pencernaan, konsumsi oksigen, laju sekresi amoniak, serta perkembangan gonad bagi induk. Penggunaan suhu ruangan dan suhu yang lebih tinggi diharapkan dapat memberikan informasi
(25)
pertumbuhan udang ini. Selanjutnya informasi tersebut digunakan sebagai data dasar bagi pengembangan budidaya udang red cherry di Indonesia.
1.2Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan suhu media optimal bagi pemeliharaan udang red cherry (Neocaridina denticulata sinensis) melalui kajian
kelangsungan hidup dan petumbuhannya. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan budidaya udang red cherry, baik terapan maupun kajian keilmuan selanjutnya.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Udang Red Cherry
Udang red cherry merupakan salah satu spesies yang masuk dalam filum Crustacea. Menurut Kemp (1918) dalam Klotz (2006b), klasifikasi udang red cherry adalah:
Filum : Crustacea
Kelas : Decapoda
Famili : Atydae
Genus : Neocaradina
Spesies : Neocaradina denticulata sinensis
Gambar 1. Udang red cherry
Udang red cherry berasal dari Asia Timur seperti China dan Taiwan. Udang ini hidup pada sungai yang mengalir tidak terlalu deras, merupakan hewan omnivor, dan pakan di alam berupa alga. Pakan udang red cherry yang dipelihara di akuarium berupa pelet udang (Klotz, 2006a).
Udang red cherry termasuk ke dalam famili Atydae yang berarti chelae
pertama dan kedua sama besarnya dengan bulu terminal pada ujung chelae yang digunakan untuk mengambil pakan berupa alga (Barnes, 1972). Famili Atydae memiliki 15 genus dengan jumlah 160 spesies menyebar di Asia terutama Asia Timur, Amerika Selatan, serta Afrika; 120 jenis termasuk ke dalam genus Caridina dan Neocaridina (Yam, 2003). Morfologi udang red cherry tercantum dalam Lampiran 1.
Dalam artikel Ucolzer (2007) disebutkan bahwa warna merah cherry pada tubuh udang timbul bila kondisi ideal lingkungan dan kebutuhan pakan terpenuhi. Pada saat stress, udang red cherry akan berubah warna menjadi bening. Udang red
(27)
cherry hidup pada kisaran suhu 4ºC-30ºC dengan pH antara 6,5 – 8,0 serta kesadahan 3º-15º KH dengan kadar oksigen 1-5 ppm (Klotz, 2006b). Udang red cherry mencapai ukuran dewasa dan siap dipijahkan pada ukuan 3,5 cm.Ukuran dewasa dicapai dalam waktu 7 bulan. Seluruh siklus reproduksi udang red cherry terjadi dalam perairan tawar sehingga tidak ada fase migrasi. Tidak terdapat fase larva plantonik dalam siklus hidupnya. Setelah telur menetas, larva langsung bersifat bentik yang serupa dengan induknya (Englund, 2006).
2.2 Kualitas Air
Penunjang utama dalam kegiatan budidaya adalah keberadaan air, baik secara kualitas maupun kuantitas, yang harus sesuai dengan kebutuhan biota akuatik yang dibudidayakan. Nilai standar kualitas air yang layak digunakan untuk perikanan secara umum tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai standar kualitas air yang layak untuk perikanan (Spotte, 1970)
Parameter Nilai Baku
Perikanan
Oksigen terlarut (mg/l) 5-9
pH 6.5-9
NH3 – N (mg/l) < 1
NO2 – N (mg/l) < 6
NO3 – N (mg/l) <90
Alkalinitas (ppm CaCO3
eq)
20-300
2.2.1 Suhu
Suhu perairan merupakan parameter perairan yang memiliki pengaruh besar terhadap biota budidaya. Biota akuatik membutuhkan suhu yang optimal untuk pertumbuhannya yaitu ada yang membutuhkan suhu 25º C - 30ºC dan ada juga yang membutuhkan suhu rendah 17ºC - 22ºC. Lobster air tawar
Austropomatobius pallipes yang berasal dari Eropa yang dipengaruhi 4 musim
membutuhkan suhu rendah untuk memijah dan mencapai pertumbuhan optimal (Lowery, 1988)
(28)
Suhu perairan memiliki pengaruh besar terhadap proses fisiologis seperti tingkat respirasi, efesiensi pakan dan asimilasi, pertumbuhan dan reproduksi. Kenaikan suhu 10ºC secara umum akan meningkatkan reaksi biologis dan kimia hingga 2-3 kali lebih dari kondisi normal (Lawson, 1995). Kebutuhan suhu ini berpengaruh terhadap kinerja fisiologis dari hormon dan enzim yang disekresikan oleh biota itu sendiri. Karena untuk mencerna pakan sehingga menjadi energi dibutuhkan banyak enzim yang bekerja secara spesifik dan membutuhkan suhu optimum untuk mengoptimalkan kerja enzim. Kebutuhan suhu optimum enzim berbeda untuk tiap biota (Halver,1972). Seperti pada genus Astacus yang membutuhkan suhu 45-50ºC agar pencernaan aktivitas enzim amilaseny6a dapat bekerja dengan baik, bahkan pada genus Nephros dibutuhkan 54-58ºC untuk
aktivitas enzim yang optimum. Namun pada suhu 76-78ºC juga mengakibatkan inaktivasi enzim amilase pada genus Nephros (Waterman,1960).
2.2.2 Oksigen terlarut
Oksigen terlarut merupakan komponen yang penting untuk kehidupan hewan air. Laju konsumsi oksigen oleh biota akuatik bergantung pada jenis, ukuran biota, suhu dan kualitas pakan (Boyd, 1982). Pada perairan yang kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan biota akuatik berupa stres, anoreksia, hypoksia pada jaringan, ketidaksadaran, mudah diserang penyakit dan parasit bahkan kematian secara mendadak dan masal (Wedemeyer, 1996).
Pada krustase, transportasi oksigen dipengaruhi oleh protein kromogen, baik itu hemoglobin (Hb) ataupun hemocyanin (HCy) yang terlarut dalam plasma. Pada udang red cherry transportasi oksigen dipengaruhi oleh hemocyanin seperti famili Atydae pada umumnya (Waterman, 1960). Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa tingkat konsumsi oksigen juga bergantung pada suhu perairan, yaitu udang akan semakin sering melakukan respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigennya dikarenakan kandungan oksigen pada perairan bersuhu tinggi lebih rendah dibandingkan perairan yang suhunya lebih rendah.
Menurut Waterman, (1960) ada hubungan antara tegangan oksigen dan persentase kejenuhan hemoglobin dengan oksigen disebut kurva disosiasi
(29)
oxyhemoglobin. Spesies perairan hangat secara khusus mempunyai kurva disosiasi oxihemoglobin sigmoid, yaitu spesies tersebut dapat mengangkut hemoglobin dengan oksigen pada tegangan oksigen yang lebih rendah dan melepaskan proporsi oksigen yang lebih besar dari hemoglobin pada jaringan daripada spesies perairan dingin, yang memiliki kurva disosiasi oxyhemoglobin hiperbolik.
2.2.3 Nilai pH
Power of Hydrogen (pH) didefenisikan sebagai logaritma negatif dari
aktivitas ion hidrogen, (pH = - log [H+]. Nilai pH dipengaruhi oleh suhu, yaitu dengan meningkatnya suhu maka pH semakin menurun (Boyd, 1990). Selanjutnya dinyatakan pula nilai pH mempengaruhi daya racun bahan atau faktor kimia lain misalnya amoniak yang meningkat bila nilai pH meningkat. Kebanyakan biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Sebagian besar spesies akuatik lebih menyukai pH mendekati netral tetapi dapat bertahan juga pada rentang 6 sampai 8,5 (Novotny dan Olem, 1994).
2.2.4 Amoniak
Salah satu produk ekskresi biota akuatik ialah amoniak. Amoniak merupakan produk yang dihasilkan oleh proses metabolisme dan pembusukan senyawa organik oleh bakteri. Pada perairan umum amoniak dihasilkan dari pemupukan, ekskresi biota akuatik, dekomposisi mikrobial dari komponen nitrogen (Boyd, 1982). Meningkatnya amoniak di lingkungan akan menyebabkan amoniak dari ekskresi biota akuatik menurun sehingga kandungan amoniak dalam darah dan jaringan menjadi tinggi. Selanjutnya hal ini akan mempengaruhi permebialitas terhadap air dan penurunan konsentrasi tubuh, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan dan menyebabkan kerusakan pada insang serta mengurangi kemampuan darah dalam mentranspor oksigen. Amoniak tidak (Amoniak, NH3) terionisasi sangat toksik terhadap ikan, tetapi ion amonium
(NH4) relatif tidak toksik. Tingkat toksisitas amoniak bergantung pada suhu dan
pH perairan. Selain itu toksisitas amoniak menurun dengan naiknya konsentrasi karbon dioksida (Boyd, 1990)
(30)
2.2.5 Nitrit
Nitrit ialah salah satu produk yang dihasilkan oleh bakteri nitrosomonas. Nitrit (NO2-) menunjukkan jumlah zat nitrogen yang mengalami oksidasi hanya
sebagian dan merupakan bentuk peralihan dalam proses perubahan zat organik. Nitrit bersifat toksik terhadap organisme karena mengoksidasi Fe+ dalam haemoglobin yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh karena kemampuan darah dalam mengikat oksigen menurun (Boyd, 1990). Penurunan pH akan meningkatkan toksisitas nitrit karena akan dikonversi menjadi asam nitrit. Pengaruh utama nitrit ialah mengubah transfer oksigen, oksidasi persenyawaan penting dan rusaknya jaringan organ respirasi. Nitrit merupakan persenyawaan oksidan kuat sehingga mengoksidasi ion ferro dalam haemoglobin dan daya racun nitrit ini lebih kuat dalam air asin daripada air tawar (Spotte,1970).
Ketika terserap ikan, nitrit akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin sehingga tidak efektif sebagai pembawa oksigen. Penyerapan nitrit terus menerus dapat menyebabkan hipoksia dan cyanosis. Darah yang
mengandung banyak methemoglobin berwarna coklat (Boyd, 1990). Konsentrasi NO2- sebanyak 0,5 mg/l bersifat toksik terhadap air dingin. Penambahan kalsium
dan klorida mengurangi toksisitas nitrit terhadap ikan (Wedemeyer,1996)
2.2.6 Alkalinitas
Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau disebut acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH di perairan.
Penyusun alkalinitas perairan antara lain anion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-) dan hidroksida (OH-) (Effendi, 2000). Kation utama yang mendominasi
perairan tawar adalah kalsium dan magnesium. Anion utama pada perairan tawar ialah bikarbonat dan karbonat, sedangkan pada perairan laut adalah klorida (Barnes et al, 1988).
(31)
2.2.7 Kesadahan
Kesadahan total adalah konsentrasi ion logam bervalensi dua dalam air. Kesadahan total berhubungan dengan alkalinitas total karena anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan biasanya berasal dari larutan mineral karbonat. Istilah kesadahan pertama kali dipakai untuk menyatakan perairan dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi yang mengendapkan sabun. Derajat kesadahan dibagi atas rendah berkisar antara 0 – 75 mg/l, moderat berkisar antara 75 – 100 mg/l, sadah berkisar antara 100-300 mg/l, sangat sadah >300mg/l. (Boyd, 1990)
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu kurun waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ialah ketersediaan makanan, komposisi kimia, substrat dasar, dan suhu perairan (Effendie, 2002). Pertumbuhan dibedakan menjadi dua jenis yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak didefenisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, sedangkan pertumbuhan nisbi didefenisikan sebagai panjang atau berat yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu yang dihubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut. Pertumbuhan udang red cherry selalu berkaitan dengan molting (pergantian kulit/cangkang), proses pergantian cangkang ini selalu mendahului pertambahan ukuran panjang tubuh. Frekuensi pergantian cangkang akan seiring dengan pertambahan umur. Molting adalah proses pergantian cangkang pada udang dan terjadi ketika ukuran daging udang bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar karena eksoskeleton bersifat kaku, dengan demikian untuk menyesuaikan keadaan tersebut, maka individu akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium (Lowery, 1981). Proses molting pada krustasea terdiri dari 4 tahapan yaitu fase intermolt, premolt, molt dan post molt.
Menurut Vonk, (1960) jaringan akan memenuhi karapas pada krustase sebelum molting terjadi sehingga ada istilah udang kosong, yaitu dari luar sosok morfologi udang terlihat besar sedangkan setelah karapaks dibuka bobot daging
(32)
ternyata kecil nilainya. Hal ini kemungkinan disebabkan aktivitas enzim udang berlebih untuk molting sebelum karapaks terisi penuh oleh daging. Selain itu kekurangan makanan juga menyebabkan jaringan dimanfaatkan kembali oleh udang untuk proses metabolismenya, sehingga bobot udang mengalami penurunan
2.4 Filter double bottom
Sistem resirkulasi merupakan suatu wadah pemeliharaan biota akuatik menggunakan sistem perputaran air, yaitu air dialirkan dari wadah pemeliharaan ikan ke wadah filter (treatment) lalu dialirkan ke wadah pemeliharaan (Spotte, 1970). Komponen sistem resirkulasi adalah filter mekanik, filter biologi, filter kimia Salah satu bentuk sistem resirkulasi sederhana ialah double bottom filter.
Filter fisik berguna untuk menyaring kotoran ataupun partikel yang terdapat dalam media budidaya. Filter biologi berfungsi untuk menguraikan amoniak dan nitrogen dengan bantuan nitro bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter sp ), proses ini memerlukan waktu sekitar 10-15 hari setelah sistem
diisi air dan mulai beroperasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi
nitrit dan Nitrobacter sp mengubah nitrit menjadi nitrat yang tidak berbahaya
(Lawson,1995). Filter kimiawi dilakukan oleh zeolit dengan metode pertukaran ion yang terjadi pada permukaan zeolit, yaitu ion bebas yang terdapat dalam air diikat oleh zeolit. Pada sistem double bottom filter, filter fisik, biologi dan kimia
dilakukan oleh zeolit dengan bantuan tekanan udara yang masuk dari aerasi (Spotte, 1970).
Keuntungan sistem resirkulasi adalah tidak membutuhkan lahan yang luas, dapat dibuat di daerah-daerah pemukiman penduduk, efektif dalam pemanfaatan air dans lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik. Kelemahan dari sistem ini adalah tingginya biaya untuk membangun sistem ini dibandingkan tanpa menggunakan sistem ini karena memerlukan kondisi yang teratur agar berjalan dengan baik
(33)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – September 2007 bertempat di Laboratorium Lingkungan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Sistem Resirkulasi
Komponen resirkulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit, pasir, kerikil, dan undergravel filter. Wadah yang digunakan akuarium berukuran 30x18x20cm sebanyak 12 buah, diisi air sebanyak 10 liter dan sebuah akuarium besar sebagai akuarium stok. Untuk mensirkulasi air digunakan bantuan tekanan udara yang berasal dari aerasi. Mekanisme dari sistem resirkulasi menggunakan
double bottom filter antara lain: air yang berasal dari atas pemeliharaan tertekan ke bawah oleh aerasi kemudian air melewati lapisan filter untuk difiltrasi. Setelah difiltrasi air akan dikembalikan ke atas menggunakan tekanan udara yang berasal dari aerasi.
3.2.2 Biota Uji
Biota yang digunakan untuk perlakuan ialah udang red cherry berukuran 1 -1,5 cm. Udang red cherry yang digunakan berasal dari pembudidaya udang hias yang berada di Malang. Sebelum dilakukan perlakuan, udang diaklimatisasi terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan selama 3 hari setelah itu ditebar sebanyak 10 ekor/akuarium atau 2200ekor/m2
3.2.3 Pakan
Pakan yang digunakan selama pemeliharaan adalah pakan udang komersil diberikan setiap hari secukupnya. Kandungan nutrisi dari pakan udang tersebut adalah protein 40%, lemak 5%, kelembapan 12%, serat 3%, abu 17%
(34)
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan Percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 1 buah kontrol dan, 3 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
1) Kontrol, udang dipelihara tanpa ada pemakaian termostat dan dipengaruhi oleh suhu alamiah media dengan kisaran antara 24°C-25°C
2) Perlakuan 1 dengan udang dipelihara pada suhu 260C 3) Perlakuan 2 dengan udang dipelihara pada suhu 300C 4) Perlakuan 3 dengan udang dipelihara pada suhu 340C
Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti Steel dan Torrie (1982),yaitu :
Yij = µ + ti + εij
Keterangan :
Yij = data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum
ti = pengaruh perlakuan ke-i = 1,2,3...n
ε ij = pengaruh galat hasil percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.3.2 Metode Pelaksanaan
3.3.2.1 Persiapan Sistem Resirkulasi
Tahap persiapan ini dimulai dengan pembersihan akuarium dan sterilisasi menggunakan larutan klorin. Setelah bersih, semua akuarium diisi dengan bahan media filter double bottom setebal 5 cm. Setelah diisi air, filter dijalankan selama 1 minggu untuk menumbuhkan bakteri pengurai pada media filter. Setelah itu dilakukan pemasangan termostat untuk mencapai suhu yang diinginkan. Media filter yang digunakan berupa zeolit, pasir serta batu kerikil.
3.3.2.2 Penebaran Benih
Penebaran benih udang red cherry dilakukan setelah semua sistem berjalan dengan stabil. Sebelum ditebar udang diukur panjang serta bobot tubuh . Setelah itu udang ditebar dengan kepadatan 10 ekor/akuarium atau 2200 ekor/m2.
(35)
3.3.2.3 Pemeliharaan
Udang dipelihara selama 28 hari. Selama pemeliharaan udang diberi pakan 3 kali sehari yaitu jam 07.00, 12.00, dan 17.00 sebanyak 2% biomassa. Untuk pengukuran kualitas air berupa suhu dan DO diamati setiap hari sedangkan untuk parameter pH, amoniak, nitrit, nitrat, dan alkalinitas dilakukan setiap minggu. Pengukuran bobot dilakukan setiap 7 hari sekali. Pengukuran dilakukan dengan melihat pertambahan panjang dan bobot
3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Analisis Kualitas Air
Untuk mengukur kualitas air dilakukan dengan cara analisis kimia yang dilakukan di laboratorium Lingkungan. Parameter yang dianalisis antara lain suhu, DO, pH, amoniak, nitrit, nitrat, kesadahan dan alkalinitas. Parameter yang diamati beserta satuan, metode dan alat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel3. Parameter fisika dan kimia air dan alat yang digunakan
Parameter Satuan Metoda Alat
Suhu 0C - Termometer
DO mg/l - DO meter
pH Unit - pH meter
Amoniak mg/l phenate Spektofotometri
Nitrit mg/l sulfanilamide Spektofotometri
Kesadahan mg/l CaCO3 titrimetri buret, gelas ukur,gelas piala
Alkalinitas mg/l CaCO3 titrimetri buret, gelas ukur, gelas piala
3.4.2 Sampling Pertumbuhan
Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali untuk melihat pertambahan panjang dan bobot. Pengukuran dilakukan pada seluruh individu yang terdapat pada akuarium penelitian. Pengukuran menggunakan timbangan digital untuk mengukur bobot. Untuk mengukur panjang digunakan jangka sorong. Dilakukan juga penimbangan pakan yang diberikan untuk udang red cherry yang bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pemberian pakan.
(36)
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Kelangsungan Hidup (SR)
Kelangsungan hidup atau survival rate menyatakan banyaknya udang yang hidup pada akhir penelitian. SR dapat dihitung menggunakan rumus.
%
100
0x
N
N
SR
t∑
∑
=
Keterangan : Nt = jumlah udang yang di tebar (ekor)
No = jumlah awal udang yang di tebar (ekor)
3.5.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian dan Pertambahan Panjang
Laju pertambahan bobot harian dirumuskan dengan
%
100
1
x
W
W
t o t
−
=
α
Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata akhir (gram)
Wo = Bobot rata-rata awal (gram)
t = Waktu pemeliharaan (hari)
Ukuran panjang adalah panjang total yakni antara ujung rostrum hingga ujung telson pada udang red cherry. Pengukuran panjang total dilakukan tujuh hari sekali dengan menggunakan jangka sorong, pada 5 ekor sampel udang red cherry di setiap perlakuan. Perhitungan pertumbuhan panjang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Effendie, 2002) :
Pm = P t – Po
Keterangan : Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm)
Po = Panjang rata-rata individu pada hari ke-0 (cm)
(37)
3.5.3 Efesiensi Pemberian Pakan
Efisiensi pakan merupakan selisih biomassa ikan pada saat penimbangan ditambah bobot ikan yang mati dengan biomassa awal dan dibandingkan dengan jumlah pakan yang telah diberikan sampai saat penimbangan (Zonneveld dan Huisman, 1991)
Rumus : x100%
F W D W
EP = t+ − o
Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa pada saat akhir (gram)
Wo = Biomassa pada saat awal (gram)
D = Biomassa udang yang mati (gram) F = Jumlah pakan (gram)
(38)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 28 hari diperoleh data tentang panjang, bobot dan jumlah udang yang hidup, pakan yang habis serta kualitas air. Selanjutnya data ini diolah sehingga diperoleh parameter pertambahan panjang, laju pertumbuhan harian, derajat kelangsungan hidup, kualitas air serta efesiensi pakan. Dari data yang diolah digunakan untuk menentukan suhu optimum bagi pertumbuhan udang red cherry.
4.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup
Dari data yang berupa jumlah udang yang hidup setelah akhir penelitian diperoleh derajat kelangsungan hidup seperti yang tersaji pada Gambar2.
Gambar 2. Histogram tingkat kelangsungan hidup udang red cherry
Kelangsungan hidup udang red cherry selama masa pemeliharaan selama 28 hari yang dipelihara pada suhu ruangan, 26°C, 30°C, dan 34°C berturut-turut adalah 96,67 %, 85%, 66,67%, 63,33%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup (p<0,05). Setelah diuji lanjut, kontrol dan perlakuan suhu 26°C menghasilkan derajat kelangsungan hidup lebih tinggi daripada perlakuan suhu 34°C dan 30°C.
(39)
4.1.2 Pertambahan Panjang
Pertambahan panjang mutlak rata-rata yang diperoleh pada perlakuan suhu kontrol, 26°C, 30°C, dan 34°C berturut-turut adalah 0,03±0,02 cm, 0,07±0,022 cm, 0,11±0,064 cm, 0,20±0,017 cm. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan panjang (Lampiran 3). Setelah diuji lanjut perlakuan 34°C menghasilkan pertambahan panjang tertinggi.
Gambar3. Histrogam pertumbuhan panjang udang red cherry
4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan spesifik pada tiap perlakuan kontrol, 26°C, 30°C, dan 34°C berturut turut adalah 0,17±0,02%, 0,11±0.00%, 0,40±0,05%, 0,52±0,03%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik (Lampiran 5). Setelah uji lanjutan, laju pertumbuhan bobot harian pada perlakuan 34°C dan 30°C lebih tinggi, daripada kontrol dan perlakuan 26°C
(40)
Gambar 4. Histogram laju pertumbuhan spesifik
4.1.4 Efesiensi Pakan
Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi udang red cherry selama masa pemeliharaan, diperoleh nilai efesiensi pakan pada kontrol, perlakuan 26°C, 30°C, dan 34°C berturut-turut adalah 2,71±0,26%, 2,03±0,97%, 6,86±1,55%, 7,55±0,44%. Hasil analisis ragam menunjukkan suhu berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap efesiensi pakan. Setelah uji lanjut kontrol dan 26°C menghasilkan nilai efesiensi pakan lebih rendah daripada perlakuan 30°C dan 34°C
(41)
4.1.5 Kualitas Air
Selama pemeliharaan diperoleh data kualitas air berupa kadar DO, pH, amoniak, nitrit, alkalinitas dan kesadahan. Secara umum kualitas air selama pemeliharaan berada dalam kisaran kelayakan bagi udang budidaya. Kualitas air selama pemeliharaan terdapat pada Tabel 4
Tabel 4. Kualitas air selama pemeliharaan
Parameter Perlakuan suhu (°C)
Kontrol 26 30 34
pH 6,48 – 7,25 6,85 – 7,23 6,39 – 7,41 7,21 – 7,56
DO 5,86 – 6,83 5,96 – 6,76 5,6 – 6,19 4,99 – 5,83
Alkalinitas 29,33 – 49,34 33,33 – 41,34 26,67 – 46,67 28 – 50,66
Kesadahan 136 – 186,68 149,6 – 266,56 138,72 – 193,12 176,8 – 251,6
NH3 0,0002 – 0,0106 0,0002– 0,0146 0,001 - 0,0399 0,0004 -0,0599
NO2- 0,16 – 0,1825 0,1745 – 0,2458 0,2152 – 0,3471 0,1180 – 0,2985
4.2 Pembahasan 4.2.1 Kinerja Produksi
Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kelangsungan hidup pada biota budidaya adalah suhu, yaitu setiap kenaikan suhu 10ºC secara umum akan meningkatkan reaksi biologis dan kimia hingga 2-3 kali lebih dari kondisi normal (Lawson, 1995). Menurut Klotz (2006a) bahwa udang dari genus Neocaridina dan Caridina hidup pada kisaran 18ºC – 28ºC sesuai dengan habitat aslinya. Pada
kontrol suhu mengalami fluktuasi yaitu pada malam hari suhu dapat mencapai 24ºC dan pada siang hari dapat mencapai 25ºC. Pada perlakuan, suhu dipertahankan konstan baik pada pagi, siang dan malam hari. Dengan demikian suhu pada control lebih sesuai bagi kelayakan hidup udang red cherry.
Pertambahan panjang pada krustase dipengaruhi oleh molting, lain halnya dengan biota akuatik lainnya seperti ikan. Molting dipengaruhi oleh kandungan mineral Ca di dalam perairan (Spotte, 1970). Pertambahan bobot merupakan salah satu faktor pertumbuhan yaitu energi yang berasal dari kelebihan input energi dan
(42)
asam amino (protein) dan disimpan dalam bentuk jaringan (Effendie, 2002). Menurut Vonk (1960) jaringan akan memenuhi karapaks pada krustase sebelum molting terjadi. Istilah udang kosong mengacu pada morfologi udang terlihat besar dari luar namun setelah karapaks dibuka bobot daging ternyata kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan aktivitas enzim udang berlebih untuk molting sebelum karapaks terisi penuh oleh daging, serta kekurangan makanan juga menyebabkan jaringan dimanfaatkan kembali oleh udang untuk proses metabolismenya, sehingga bobot udang mengalami penurunan.
Laju pertumbuhan bobot harian merupakan gambaran kemampuan pencernaan dalam mencerna pakan dan mengubahnya menjadi jaringan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan. Menurut Effendie (2002), kondisi lingkungan yang mempengaruhi antara lain kondisi substrat dan temperatur media budidaya. Kondisi substrat memiliki keterkaitan dengan pakan alami, semakin subur substrat perairan maka ketersediaan pakan alami akan semakin tinggi. Suhu juga memiliki keterkaitan apabila suhu turun 10° ikan akan berhenti mengambil makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Sementara menurut Spotte (1970), faktor lingkungan lain yang juga berpengaruh selain suhu adalah kadar oksigen dan kandungan amoniak. Untuk mencerna pakan menjadi bentuk sederhana dibutuhkan suhu tertentu agar enzim pencernaan pada krustase dapat bekerja secara optimal (Waterman, 1960). Kelebihan energi dan asam amino diubah menjadi jaringan. Kelebihan ini diperoleh dari sisa energi pakan setelah digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi minimum yang digunakan untuk respirasi, proses osmoregulasi, dan pencernaan.
Efisiensi pakan merupakan selisih biomassa ikan pada saat penimbangan ditambah bobot ikan yang mati dengan biomassa awal dan dibandingkan dengan jumlah pakan yang telah diberikan (Zonneveld, 1991). Suhu turut mempengaruhi nafsu makan ikan, yaitu pada saat suhu perairan meningkat nafsu makan ikan ikut pula naik (Halver, 1972). Pada pakan yang kandungan asam aminonya lengkap akan meningkatkan laju pertumbuhan bobot harian.
Namun secara ekonomi hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan kontrol yang memberikan derajat kelangsungan hidup yang tinggi. Hal ini dikarenakan
(43)
dalam budidaya udang red cherry penjualan di lakukan berdasarkan ukuran tubuh dan jumlah udang yang di panen, pada akhir penelitian ukuran seluruh udang masih dalam 1 ukuran yaitu 1-2cm. Dengan asumsi ukuran udang red cherry ukuran 1 cm dihargai Rp 1000, maka pendapatan yang diperoleh kontrol, 26°C, 30°C dan 34°C berturut turut Rp 97.000,00, Rp 85.000,00, Rp 66.000,00 dan Rp 63.000,00 per 100 ekor padat tebar.
4.2.2 Kualitas Air
Kualitas air selama pemeliharaan menunjukkan standar baku untuk budidaya perairan. Suhu pada kontrol mengalami fluktuasi yaitu pada malam hari 24ºC dan siang hari hingga 25ºC. Pada perlakuan digunakan termostat untuk menjaga suhu. Di habitat asli udang red cherry yang berupa aliran air sungai kandungan DO berkisar antara 8,2-8,4 mg/l dengan kesadahan lunak, pH 5,4 – 6,2 (Yam, 2005).
Kadar amoniak selama penelitian masih berada di bawah standar yaitu berkisar antara 0,0003 – 0,0059 mg/l NH3-N sedangkan kadar standar bagi
kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 1 mg/l (Spotte,1970). Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dan konsentrasi amoniak subletal menyebabkan perubahan patologis dalam organ dan jaringan ikan (Boyd, 1990). Kadar nitrit selama penelitian berkisar antara 0,1180 mg/l – 0,3471 mg/l sedangkan kadar standar bagi kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 0,5 mg/l.
(44)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemeliharaan udang red cherry dengan ukuran panjang 1,194+0,010 cm dan bobot 0,124+0,001 gram selama 28 hari menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada kontrol memberikan nilai tertinggi sebesar 96,67%. Sebaliknya, perlakuan suhu 34°C menghasilkan pertumbuhan panjang (0,18) cm, laju pertumbuhan bobot spesifik (0,52%), dan efesiensi pakan (7,55%) yang tertinggi. Secara umum penelitian ini menghasilkan kinerja produksi yang terbaik pada perlakuan kontrol.
5.2 Saran
Pemeliharaan udang red cherry disarankan dilakukan pada suhu 24°C -25°C. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian pengaruh suhu pemeliharaan terhadap udang dari genus Neocaridina lainnya seperti red
cristal, amano shrimp dan lain sebagainya. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian tentang padat tebar serta wadah tanpa dan dengan menggunakan undergravel filter pada pemeliharaan udang red cherry.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003 www.o-fish.com (Juli 2007)
Barnes RD. 1972 Invetebrate Zoology 2nd ed Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Barnes SK, Callow P and Olive PJW 1988. The Invertebrates A New Synthesis. London: Blackwell Scientifis Publications.
Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York : Elseiver Scientific Publishing Co.
Boyd CE, 1990. Water Quality Pond For Aquaculture. Alabama : Birmingham Publishing Co.
Effendi H. 2000 Telaah Kualitas Air.Bogor: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB,
Effendie MI. 2002 Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara, Englund RA. 2000 Non Indegenous Freshwater and Estuarine Species
Introduction And Their Potential To Affect Sportfishing In The Lower Stream And Estuarine Regions Of The South And West Shores Of Oahu, Hawaii. Hawaii: Bishop Museum Technical Report.
Halver JE: 1972 Fish Nutrition. London: Academic Press INC.
Klotz W. 2006a. Neocaridina denticulata sinensis. Wirbellose-Daten Bank. www. wirbellose.de. (Juli 2007)
Klotz W. 2006b. Nomenklatorische Änderungen in der Gattung Neocaridina. Garnele Online das wirbellose magazine.www.garnele-online.com (Juli 2007)
Lawson TB. 1995 Fundamentals of Aquaculture Engineering. New York: Chapman and Hall.
Lowery RR, Holdich DM. 1988. Freshwater crayfish: biology, management and exploitation. London: Croom Helm
Novotny V, Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. New York: Van Nostrand Reinhold Spotte SH. 1970 Fish and Invertebrate. Water Management in Close System.
Willey.New York: Willey Interscience
Ucolzer M. 2006 Red Cherry Shrimp variety. (Neocaridina denticulata sinensis). www.petshrimp.com. (Juli 2007)
(46)
Vonk R. 1960. Aspect of Lipid Metabolism in Crustacea Oxford: Oxford University Press.
Yam RSW, Cai Y. 2003. Caridina Trifasciata, A New Species Of Freshwater
Shrimp(Decapoda: Atyidae) From Hong Kong. Hongkong: The Raffles Bulletin Of Zoology.
Waterman TH. 1960. The Physiology Of Crustacea Volume I: Metabolism and Growth. London: Academic Press.
Wedemeyer JH 1996 Fish Hatchery Management. Academic Press
Zonneveld N, Huisman EA. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
(47)
Lampiran1. Morfologi udang red cherry
Neocaradina sp, holotype male (cl 3.7 mm) (IZCAS), Tsak Yue Wu, Hong Kong. A, cephalothorax and cephalic
appendages; lateral view; B, preanal carina; C, uropodal diaeresis; D. first pereiopod; E. second pereiopod; F. third pereiopod; G, dactylus of third pereiopod; H, fifth pereiopod; I. Dactylus of fifth pereiopod; J, endopod of male first pleopod; K, appendix masculina of male second pleopod. Scales: A = 1 mm; C, G, I - K = 0.2 mm; B, D - F, H = 0.5 mm; G, I, J = 0.1 mm.
(48)
Lampiran 2. Data derajat kelangsungan hidup Udang red cherry selama pemeliharaan dan table analisis ragam derajat kelangsungan hidup
Ulangan Perlakuan
kontrol 26°C 30°C 34°C
1 100 80 70 60
2 90 60 70
3 100 90 70 60
Rataan 96,67 ± 5.77 83,33 ± 7,07 66,67 ± 5.77 63,33 ± 5.77
SK DB JK KT Fhit F tabel
Perlakuan 3 1913,6 677,9 17,86 3,71
Galat 7 250 35,7
Total 10 2163,6
Kesimpulan : Fhit > F table maka suhu berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup
Uji Lanjutan LSD Nilai LSD = 16,66
kontrol
Perlakuan suhu 26°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu 34°C
96,67 85 66,67 63,33
11,67 30 33,34
18,33 21,67
3,34
(49)
Lampiran 3. Data sampling panjang udang red cherry tiap perlakuan perminggu, pertumbuhan panjang dan analisa regresi panjang
Perlakuan Panjang Udang Red Cherry
0 1 2 3 4
1 1,19 1,18 1,24 1,29 1,25 Kontrol 2 1,20 1,21 1,21 1,25 1,22 3 1,22 1,22 1,19 1,18 1,24 rataan 1,20 1,20 1,21 1,24 1,24 stdev 0,02 0,02 0,03 0,06 0,02 1 1,22 1,24 1,23 1,32 1,26 26ºC 2 1,21 1,22 1,24 1,25 1,25 3 1,20 1,27 1,25 1,24 1,28 rataan 1,21 1,24 1,24 1,27 1,26 stdev 0,01 0,03 0,01 0,04 0,02 1 1,18 1,22 1,29 1,35 1,30 30ºC 2 1,18 1,34 1,26 1,25 1,26 3 1,20 1,39 1,26 1,25 1,26 rataan 1,18 1,32 1,27 1,28 1,29 stdev 0,01 0,09 0,02 0,06 0,06 1 1,21 1,28 1,32 1,39 1,37 34ºC 2 1,17 1,27 1,32 1,35 1,35 3 1,18 1,23 1,31 1,34 1,37 rataan 1,17 1,26 1,32 1,36 1,37 stdev 0,01 0,03 0,01 0,03 0,02
Ulangan Perlakuan
kontrol 26°C 30°C 34°C
1 0,06 0,04 0,12 0,16
2 0,02 0,09 0,18
3 0,02 0,08 0,06 0,19
Rataan 0,03 ± 0,020 0,06 ± 0,022 0,09 ± 0,03 0,18 ± 0,02
SK DB JK KT Fhit F tabel
Perlakuan 3 0,033885 0,011259 19,130 3,71
Galat 7 0,004133 0,00059
Total 10 0,0380
Kesimpulan: Fhit>F tabel maka suhu berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang udang red cherry
(50)
Uji LSD
Nilai LSD = 0,105 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu
26°C kontrol
0,18 0,09 0,06 0,03
0,09 0,12 0,15
0,03 0,06
0,03
(51)
Lampiran 4. Data sampling bobot udang red cherry selama penelitian, laju pertumbuhan spesifik dan table analisis ragam
Perlakuan Bobot Udang Red Cherry
0 1 2 3 4
1 0.124 0.124 0.126 0.127 0.129 Kontrol 2 0.123 0.125 0.127 0.129 0.130 3 0.122 0.123 0.125 0.128 0.128
rataan 0.123 0.124 0.126 0.128 0.129
1 0.125 0.126 0.127 0.128 0.129 26ºC 2 0.127 0.127 0.128 0.128 0.128 3 0.124 0.125 0.126 0.127 0.128
rataan 0.125 0.126 0.127 0.127 0.128
1 0.128 0.131 0.135 0.137 0.141 30ºC 2 0.125 0.13 0.136 0.137 0.142 3 0.124 0.128 0.132 0.135 0.139
rataan 0.126 0.129 0.134 0.136 0.140
1 0.122 0.128 0.128 0.134 0.142 34ºC 2 0.121 0.126 0.129 0.135 0.141 3 0.126 0.132 0.133 0.136 0.144
rataan 0.123 0.128 0.130 0.135 0.142
Ulangan Perlakuan
Kontrol 26ºC 30ºC 34ºC
1 0.1413 0.1126 0.3461 0.5436
2 0.1979 0.4564 0.5478
3 0.1716 0.1135 0.4087 0.4780
rata-rata 0,1702 + 0,0283 0,1129 + 0,0006 0,4037 + 0,0553 0.5231 + 0,0391
SK DB JK KT Fhit Ftabel
Perlakuan 3 0,2959106 0,09864 64,48 3,71
Galat 7 0,01071 0,00153
Total 10 0,30662
Kesimpulan : Fhit>Ftabel maka perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik
Uji LSD
Nilai LSD = 0,109 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu
26°C kontrol
0,521774 0,402893 0,170095 0,112929
0,118881 0,351679 0,408845
0,232798 0,289964
0,057167
(52)
Lampiran 5. Efesiensi pakan dan tabel analisis ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol 26ºC 30ºC 34ºC
1 2,50 3,10 5,15 7,40
2 2,65 7,30 8,05
3 3,00 1,80 8,15 7,20
rata-rata 2,72±0,26 2,45±0,97 6,87±1,55 7,55±0,44
SK DB JK KT Fhit Ftabel
Perlakuan 3 58,453 19,484 22,17 4,07
Galat 7 6,153 0,879
Total 10 64,606
Kesimpulan: Fhit>Ftabel maka perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap efesiensi akan
Nilai LSD = 2,614 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan
suhu 30°C k
Perlakuan suhu 26°C
7,55 6,86 2,71 2,45
0,683 4,833 5,1
4,15 4,41
0,267
(53)
Lampiran Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Hari
ke Perlakuan DO pH Alkalinitas Kesadahan Amoniak Nitrit 0 Kontrol 6,47 7,05 47.20 152.32 0.0025 0.6597
26ºC 6,77 7,63 41,33 149,60 0,0016 0,4745 30ºC 5,63 6,86 46,67 138,72 0,0018 0,3472 34ºC 5,63 6,94 28,00 176,80 0,0045 0,3865
7 Kontrol 5,87 7,21 42,67 180,88 0,0065 0,3224 26ºC 5,97 7,45 33,33 189,04 0,0018 0,4316 30ºC 5,77 6,35 37,33 179,52 0,0045 0,7868 34ºC 4,99 7,54 40,00 251,60 0,0038 0,8579
14 Kontrol 6,83 6,57 29,33 187,68 0,0079 0,1895 26ºC 6,40 7,12 38,67 266,56 0,0037 0,3780 30ºC 6,13 7,54 28,00 150,96 0,0046 0,2685 34ºC 5,90 7,31 50,67 223,04 0,0011 0,5019
21 Kontrol 6,57 7,57 49,33 146,88 0,0007 0,4296 26ºC 6,30 7,11 38,67 180,88 0,0006 0,3021 30ºC 5,60 7,14 29,33 193,12 0,0014 0,1740 34ºC 5,57 7,21 48,00 227,12 0,0011 0,3074
28 Kontrol 6,73 7,21 48,00 136,00 0,0427 0,2450 26ºC 6,43 6,58 41,33 176,8 0,0089 0,1843
• 30ºC 5,77 6,97 26,67 180,88 0,0314 0,1764 34ºC 5,83 6,72 42,67 194,48 0,0260 0,1941
(1)
Lampiran 2. Data derajat kelangsungan hidup Udang red cherry selama pemeliharaan dan table analisis ragam derajat kelangsungan hidup
Ulangan Perlakuan
kontrol 26°C 30°C 34°C
1 100 80 70 60
2 90 60 70
3 100 90 70 60
Rataan 96,67 ± 5.77 83,33 ± 7,07 66,67 ± 5.77 63,33 ± 5.77
SK DB JK KT Fhit F tabel
Perlakuan 3 1913,6 677,9 17,86 3,71
Galat 7 250 35,7
Total 10 2163,6
Kesimpulan : Fhit > F table maka suhu berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup
Uji Lanjutan LSD Nilai LSD = 16,66
kontrol
Perlakuan suhu 26°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu 34°C
96,67 85 66,67 63,33
11,67 30 33,34
18,33 21,67
3,34
(2)
Lampiran 3. Data sampling panjang udang red cherry tiap perlakuan perminggu, pertumbuhan panjang dan analisa regresi panjang
Perlakuan Panjang Udang Red Cherry
0 1 2 3 4
1 1,19 1,18 1,24 1,29 1,25
Kontrol 2 1,20 1,21 1,21 1,25 1,22
3 1,22 1,22 1,19 1,18 1,24
rataan 1,20 1,20 1,21 1,24 1,24
stdev 0,02 0,02 0,03 0,06 0,02
1 1,22 1,24 1,23 1,32 1,26
26ºC 2 1,21 1,22 1,24 1,25 1,25
3 1,20 1,27 1,25 1,24 1,28
rataan 1,21 1,24 1,24 1,27 1,26
stdev 0,01 0,03 0,01 0,04 0,02
1 1,18 1,22 1,29 1,35 1,30
30ºC 2 1,18 1,34 1,26 1,25 1,26
3 1,20 1,39 1,26 1,25 1,26
rataan 1,18 1,32 1,27 1,28 1,29
stdev 0,01 0,09 0,02 0,06 0,06
1 1,21 1,28 1,32 1,39 1,37
34ºC 2 1,17 1,27 1,32 1,35 1,35
3 1,18 1,23 1,31 1,34 1,37
rataan 1,17 1,26 1,32 1,36 1,37
stdev 0,01 0,03 0,01 0,03 0,02
Ulangan Perlakuan
kontrol 26°C 30°C 34°C
1 0,06 0,04 0,12 0,16
2 0,02 0,09 0,18
3 0,02 0,08 0,06 0,19
Rataan 0,03 ± 0,020 0,06 ± 0,022 0,09 ± 0,03 0,18 ± 0,02
SK DB JK KT Fhit F tabel
Perlakuan 3 0,033885 0,011259 19,130 3,71
Galat 7 0,004133 0,00059
Total 10 0,0380
Kesimpulan: Fhit>F tabel maka suhu berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang udang red cherry
(3)
Uji LSD
Nilai LSD = 0,105 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu
26°C kontrol
0,18 0,09 0,06 0,03
0,09 0,12 0,15
0,03 0,06
0,03
(4)
Lampiran 4. Data sampling bobot udang red cherry selama penelitian, laju pertumbuhan spesifik dan table analisis ragam
Perlakuan Bobot Udang Red Cherry
0 1 2 3 4
1 0.124 0.124 0.126 0.127 0.129
Kontrol 2 0.123 0.125 0.127 0.129 0.130
3 0.122 0.123 0.125 0.128 0.128 rataan 0.123 0.124 0.126 0.128 0.129 1 0.125 0.126 0.127 0.128 0.129
26ºC 2 0.127 0.127 0.128 0.128 0.128
3 0.124 0.125 0.126 0.127 0.128 rataan 0.125 0.126 0.127 0.127 0.128 1 0.128 0.131 0.135 0.137 0.141
30ºC 2 0.125 0.13 0.136 0.137 0.142
3 0.124 0.128 0.132 0.135 0.139 rataan 0.126 0.129 0.134 0.136 0.140 1 0.122 0.128 0.128 0.134 0.142
34ºC 2 0.121 0.126 0.129 0.135 0.141
3 0.126 0.132 0.133 0.136 0.144
rataan 0.123 0.128 0.130 0.135 0.142
Ulangan Perlakuan
Kontrol 26ºC 30ºC 34ºC
1 0.1413 0.1126 0.3461 0.5436
2 0.1979 0.4564 0.5478
3 0.1716 0.1135 0.4087 0.4780
rata-rata 0,1702 + 0,0283 0,1129 + 0,0006 0,4037 + 0,0553 0.5231 + 0,0391
SK DB JK KT Fhit Ftabel
Perlakuan 3 0,2959106 0,09864 64,48 3,71
Galat 7 0,01071 0,00153
Total 10 0,30662
Kesimpulan : Fhit>Ftabel maka perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik
Uji LSD
Nilai LSD = 0,109 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan suhu 30°C
Perlakuan suhu
26°C kontrol
0,521774 0,402893 0,170095 0,112929
0,118881 0,351679 0,408845
0,232798 0,289964
0,057167
(5)
Lampiran 5. Efesiensi pakan dan tabel analisis ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol 26ºC 30ºC 34ºC
1 2,50 3,10 5,15 7,40
2 2,65 7,30 8,05
3 3,00 1,80 8,15 7,20
rata-rata 2,72±0,26 2,45±0,97 6,87±1,55 7,55±0,44
SK DB JK KT Fhit Ftabel
Perlakuan 3 58,453 19,484 22,17 4,07
Galat 7 6,153 0,879
Total 10 64,606
Kesimpulan: Fhit>Ftabel maka perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap efesiensi akan
Nilai LSD = 2,614 Perlakuan suhu 34°C
Perlakuan
suhu 30°C k
Perlakuan suhu 26°C
7,55 6,86 2,71 2,45
0,683 4,833 5,1
4,15 4,41
0,267
(6)
Lampiran Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Hari
ke Perlakuan DO pH Alkalinitas Kesadahan Amoniak Nitrit 0 Kontrol 6,47 7,05 47.20 152.32 0.0025 0.6597
26ºC 6,77 7,63 41,33 149,60 0,0016 0,4745
30ºC 5,63 6,86 46,67 138,72 0,0018 0,3472
34ºC 5,63 6,94 28,00 176,80 0,0045 0,3865
7 Kontrol 5,87 7,21 42,67 180,88 0,0065 0,3224
26ºC 5,97 7,45 33,33 189,04 0,0018 0,4316
30ºC 5,77 6,35 37,33 179,52 0,0045 0,7868
34ºC 4,99 7,54 40,00 251,60 0,0038 0,8579
14 Kontrol 6,83 6,57 29,33 187,68 0,0079 0,1895
26ºC 6,40 7,12 38,67 266,56 0,0037 0,3780
30ºC 6,13 7,54 28,00 150,96 0,0046 0,2685
34ºC 5,90 7,31 50,67 223,04 0,0011 0,5019
21 Kontrol 6,57 7,57 49,33 146,88 0,0007 0,4296
26ºC 6,30 7,11 38,67 180,88 0,0006 0,3021
30ºC 5,60 7,14 29,33 193,12 0,0014 0,1740
34ºC 5,57 7,21 48,00 227,12 0,0011 0,3074
28 Kontrol 6,73 7,21 48,00 136,00 0,0427 0,2450
26ºC 6,43 6,58 41,33 176,8 0,0089 0,1843
• 30ºC 5,77 6,97 26,67 180,88 0,0314 0,1764