yang dermawan atau baik hati, 4 perusahaan reformis, pada tipe ini perusahaan memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi, perusahaan ini memandang CSR
bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju. Riyadi 2008 menyatakan bahwa ada dua perspektif tentang adanya CSR.
Dua perspektif ini tidak muncul begitu saja, melainkan muncul dari dua cara pandang tentang peran bisnis dalam masyarakat. Cara pandang pertama,
“pandangan klasik” classical view, yang didasarkan pada teori ekonomi neo- klasik, melihat peran bisnis dalam masyarakat murni sebagai pencarian
keuntungan, yaitu keuntungan bagi para pemegang saham shareholder. Cara pandang ini disebut juga sebagai “perspektif pemegang saham” shareholder
perspective . Sebaliknya, “pandangan pemangku kepentingan” stakeholder view,
yang didasarkan pada teori pemangku kepentingan, berkeyakinan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial itu menuntut
perusahaan untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena pengaruh dari tindakannya.
2.8. Biaya Sosial
Biaya yang digunakan untuk seluruh kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas sosial disebut biaya sosial Zubaidah, 2005. Menurut Kodrat 2007
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR perusahaan di Indonesia mencakup hal-hal berikut ini, yang pertama yaitu berkaitan dengan
bantuan sosial yang meliputi bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan, rumah ibadah, jalan dan sarana umum lainnya, penanggulangan benacana alam,
pengentasan kemiskinan dan pembinaan masyarakat. Model implementasi CSR yang kedua yaitu dalam bidang pendidikan dan pengembangan yang meliputi
pengadaan sarana pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan program beasiswa kepada anak-anak usia sekolah. Model yang
ketiga yaitu terkait dengan bidgan ekonomi yang meliputi mengadakan program kemitraan, memberikan dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan
memberdayakan masyarakat sekitar. Model implementasi CSR yang keempat yaitu berhubungan dengan Lingkungan yang meliputi pengelolaan lingkungan,
penanganan limbah, melakukan reklamasi, dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati. Model yang kelima yaitu berkaitan dengan konsumen
yang meliputi perbaikan produk secara berkesinambungan, pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk, dan yang terakhir yaitu berkaitan dengan
karyawan yang meliputi program jaminan hari tua, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3 dan program renumerasi yang baik.
Di Indonesia cara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menggunakan kelompok biaya yang berbeda-beda. Kelompok biaya tersebut
meliputi biaya pengelolaan lingkungan, biaya kesejahteraan pegawai, biaya untuk masyarakat disekitar perusahaan dan biaya pemantauan produk Sueb, 2001 dalam
Januarti dan Apriyanti, 2005:228. Dasar pemilihan elemen biaya yang digunakan sebagai indicator biaya tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini
yaitu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sembiring 2005. Pelaporan mengenai tanggung jawab sosial mempunyai peranan penting yaitu menilai
pengaruh sosial dari aktivitas perusahaan, mengukur efektivitas program –
program sosial perusahaan, melaporkan pelaksanaan aktivitas yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan, dan memungkinkan penilaian terhadap
sumber daya dan pengaruh perusahaan melalui sistem informasi eksternal maupun internal Parker, 1995 dalam Januarti dan Apriyanti, 2005.
2.9. Penelitian Terdahulu