Sumber Hukum Internasional Menurut Para Ahli Mengadili perkara HI menurut Pasal 38 1 Status Mahkamah Internasional oleh M.I

pengadilan memainkan peranan yang cukup penting dalam membantu pembentukan norma- norma baru hukum internasional. Keputusan-keputusan Mahkamah Internasional dapat berupa keputusan yang bukan atas pelaksanaan hukum positif tetapi atas dasa prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran. sengketa ganti rugi dan penangkapan ikan telah memasukkan unsur-unsur baru ke dalam hukum internasional 5. Ajaran-ajaran para ahlisarjana Pendapat para sarjana terkemuka, mengenai suatu masalah tertentu, meskipun bukan merupakan hukum positif, seringkali dikutip untuk memperkuat argument tentang adanya atau kebenaran dari suatu norma hukum. Pendapat para sarjana akan lebih berpengaruh jika dikemukakan oleh perkumpulan professional. Komisi hukum internasionakl yang beranggotakan para ahli hukum, dibentuk oleh majelis umum PBB berdasarkan Resolusi MU 1947

2. Sumber Hukum Internasional Menurut Para Ahli

Pendapat para sarjana mengenai sumber-sumber Hukum Internasional. Menurut J.G.Starke bahwa sumber-sumber hukum material maksudnya sumber-sumber hukum formal adalah “Bahan-bahan aktual yang dipergunakan oleh sarjana-sarjana hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi hal-hal tertentu.” Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Starke mengemukakan sumber-sumber hukum material maksudnya formal sebagai berikut: 1. Kebiasaan; 2. Traktat; 3. Keputusan Pengadilan atau Badan Arbitrasi; dan 4. Karya-karya Yuridis. Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa sumber-sumber Hukum Internasional sebagai berikut: 1. Perjanjian-perjanjian Internasional; 2. Kebiasaan-kebiasaan Internasional; 3. Prinsip-prinsip Hukum Umum; dan 4. Keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara.

3. Mengadili perkara HI menurut Pasal 38 1 Status Mahkamah Internasional oleh M.I

Menurut Pasal 38 1 Status Mahkamah Internasional yang selanjutnya sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB, tanggal 26 Juni 1945 pada pokoknya mengatakan bahwa: Dalam mengadili perkara-perkara yang diajukan, Mahkamah Internasional akan mempergunakan: 1. Perjanjian-perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus yang mengandung ketentuanketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negaranegara yang bersengketa; 2. Kebiasaan-kebiasaan Internasional sebagai bukti dari pada sesuatu kebiasaan umum yang telah diterima sebagai hukum; 3. Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab; dan 4. Keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara-negara, sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah-kaidah hukum.

4. CONTOH PENERAPAN PERJANJIAN INTERNASIONAL