SOP Koordinasi Antar Instansi

56 1. SE Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 460- 3346 tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis untuk Penggunaan Tanah Non Pertanian. 2. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1998 tanggal 20 Juli 1998 tentang Pengendalian Penggunaan Tanah Pertanian Sawah untuk Kegiatan Non Pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Dalam surat keputusan ini diatur tentang tanah pertanian yang dapat dikonversi dan yang dipertahankan pasal 2, dan kriteria tanah pertanian yang dapat dikonversi dan yang harus dipertahankan. 3. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Magelang tahun 2010- 2030, mengatur tentang peraturan zonasi untuk kawasan pertanian Implementasi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Magelang, belum memiliki dasar hukum yang kuat. Karena belum ada perda yang mengatur tentang hal tersebut. Menurut informan yang berhasil diwawancara dari Biro Hukum mengatakan bahwa perda tentang lahan pertanian berkelanjutan tersebut sedang dalam proses penyusunan.

4.3.7. SOP

SOP Standard Operating Procedures merupakan salah satu aspek penting dalam struktur birokrasi untuk pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Hasil wawancara dengan tim IPPT diketahui bahwa dalam implementasi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Magelang belum ada SOP yang dijadikan sebagai pedoman. Implementasi kebijakan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan baru pada upaya mengendalikan alih fungsi lahan, yaitu dengan lebih selektif dalam memberikan izin perubahan penggunaan lahan. Tim IPPT masih menggunakan pedoman peraturan yang ada. Menurut Tim IPPT adanya SOP yang dilengkapi dengan Juklak Petunjuk Pelaksanaan dan Juknis Petunjuk Teknis sangat 57 penting, agar pelaksanaan kegiatan jelas baik tujuan, sasaran dan hasil yang ingin dicapai. Menurut responden dari Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Magelang berpendapat bahwa : “Kami tidak berani memberikan pengarahan tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan pada masyarakat karena juklak dan juknisnya belum ada, pedoman yang akan kami gunakan belum jelas.Hal ini terkait dengan sasaran dan tujuan yang akan dicapai.” Jelas bahwa dalam melaksanakan suatu kegiatan, SOP,Juklak dan Juknis mutlak dibutuhkan, terutama bagi pelaksana kegiatan. Dari sisi masyarakat sebagai sasaran pelaksanaan kegiatan, kejelasan informasi tentang suatu kegiatan sangat diperlukan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

4.3.8. Koordinasi Antar Instansi

Implementasi perlindungan lahan pertanian berkelanjutan memerlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait, mengingat permasalahan lahan pertanian ini merupakan permasalahan lintas sektoral. Dari segi teknis, dinas pertanian sangat berkompeten dalam permasalahan ini, tetapi jika ditinjau dari segi lahannya, pihak BPN lah yang memiliki wewenang. Kebijakan perlindungan lahan merupakan wewenang pemerintah daerah. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antar instansi terkait demi suksesnya implementasi perlindungan lahan pertanian berkelanjutan tersebut. Kabupaten Magelang memiliki tim yang sangat berkaitan dengan permasalahan ini, yaitu Tim IPPT Izin Perubahan Penggunaan Lahan. Anggota tim ini terdiri dari beberapa instansi, diantaranya adalah Bappeda, BPN, Dinas Pertanian,DPU-ESDM, Bagian Hukum dan Bagian Tata Pemerintahan. “Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, anggota tim saling berkoordinasi sesuai dengan tupoksi masing-masing, tetapi keputusan akhir ada pada kepala daerah.” Demikian diungkapkan oleh Kepala Sub Seksi Penatagunaan Tanah BPN Kabupaten Magelang. 58

4.3.9. Tingkat Pendidikan