Penolakan keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 VI - 31 Pada umumnya masyarakat dapat menyikapi permasalahan yang ada dengan arif dan bijaksana, termasuk dalam menyikapi adanya keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan SARA yang relatif cukup beragam di beberapa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Namun demikian beberapa potensi permasalahan harus diantisipasi dan atau diwaspadai, dan perlu diupayakan penyelesaiannya hingga tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum masyarakat Jawa Barat, diantara terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Penolakan keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia

JAI Permasalahan terkait dengan keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI dimulai setidaknya Tahun 2006 hingga sekarang. Muara permasalahannya berawal dari adanya penolakan keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI yang cukup banyak berada di Kabupaten Kuningan Desa Manislor, Kabupaten Bogor Kecamatan Parung dan Ciampea, Kota Bandung Jalan Sapari dan Jalan Pahlawan, Kabupaten Tasikmalaya Desa Tenjowaringin Kec. Salawu, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur Kecamatan Campaka, dan Kota Depok. Selama kurun waktu tersebut hampir selalu terjadi permasalahan antara warga yang menolak keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI, yang pada beberapa kejadian sempat diwarnai dengan tindakan anarkikekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI, rumah tinggal dan tempat ibadat mereka. Di beberapa daerah, seperti di Kota Depok dan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Kuningan terjadi aksi penyegelanpenutupan tempat ibadat masjid Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI. Adanya Surat Keputusan Bersama Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008, Nomor Kep-033AJa62008, Nomor 199 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota, danatau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI dan Warga Masyarakat, dan beberapa Peraturan Kepala Daerah GubernurBupatiWalikota ternyata tidak cukup dapat menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat terkait dengan adanya keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI. Nampaknya diperlukan kejelasanproduk hukum danatau keputusan badan peradilan yang menegaskan status hukum tentang sah tidaknya, boleh tidaknya keberadaan dan kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia JAI di wilayah hukum Indonesia. LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 VI - 32

b. Permasalahanpenolakan pendirian Rumah Ibadat