DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP VARIASI IKLIM DI WILAYAH DKI JAKARTA
Ali Mas’at
Sub Bidang Website dan Internet Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Jakarta
E-mail: ali.masatbmkg.go.id ABSTRAK
Wilayah DKI Jakarta merupakan kota yang sangat pesat mengalami perkembangan di bidang industri, pembangunan fisik gedung tinggi dan juga pertumbuhan penduduknya. Hal ini
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perubahan karakteristik permukaan fisik tanah dan akibat sampingan dari kegiatan tersebut adalah perubahan unsur
iklim. Adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi ini dapat menghambat gerakan angin. Di kota besar sirkulasi angin tidak stabil, kemungkinan di sudut-sudut atau lorong-lorong terjadi
edy-edy dan juga turbulensi yang bergerak naik ke atas. Angin yang bergerak keatas ini akan membawa partikel-partikel polutan, debu, asap kendaraan dan sebagainya dan partikel-
partikel ini berfungsi sebagai inti kondensasi. Pembangunan gedung-gedung yang berdinding kaca juga akan memantulkan radiasi panas dari matahari, sehingga daerah sekitar gedung
ini akan mengalami peningkatan panas. Hal ini akan mengakibatkan siklus iklim terganggu. Dalam 25 tahun terakhir ada beberapa unsur mengalami perubahan diantaranya : Suhu udara di
wilayah DKI Jakarta mengalami kenaikan rata-rata 0.17
o
C suhu di daerah Jakarta cenderung lebih tinggi 0,7
o
C – 1.0
o
C di bandingkan dengan daerah pinggiran Halim dan Cengkareng, Kelembaban juga lebih kecil 3 - 7 dari pinggiran rural, arah dan kecepatan angin juga
mengalami perubahan. Di Jakarta angin dengan kecepatan angin rata-rata 4 knots sering bertiup, sedangkan kecepatan angin lebih besar dari 6 knots jarang terjadi. Hal ini diakibatkan adanya
gedung-gedung tinggi yang menghambat kecepatan kecepatan angin, Jumlah curah hujan tahunan di perkotaan Kemayoran adalah sebesar 2059 mm, sedangkan di Cengkareng adalah
sebesar 1622 mm dan di Pondok Betung sebesar 2895 mm. Hari hujan rata-rata bulanan di Jakarta juga lebih banyak yaitu 16 hari hujan dan di Cengkareng terjadi hari hujan sebanyak 12
hari hujan serta di Pondok Betung 17 hari hujan. Kata Kunci : pembangunan dan industri, unsur iklim, sirkulasi, radiasi, polutan.
1. Pendahuluan Pembangunan
di kota-kota
besar menyebabkan perubahan suhu global yang
berakibat adanya perubahan variasi iklim. Hal ini telah menggugah berbagai negara
untuk menangani masalah tersebut, tak ketinggalan
juga negara
Indonesia. Khususnya di kota Jakarta yang telah
menjadi sorotan dunia yang seolah-olah telah ikut menyebabkan perubahan iklim
dunia dengan segenap akibatnya. Berkaitan dengan itu penulis akan memberi
sumbangan
pikiran dalam
bentuk penelitian
secara literatur,
ingin mengetahui seberapa jauh unsur iklim di
kota Jakarta telah mengalami perubahan. Adanya
pembangunan yang
pesat, terutama gedung-gedung tinggi di seluruh
Indonesia khususnya di daerah Jakarta, maka secara langsung maupun tidak
langsung akan merubah karakteristik permukaan fisik tanah. Salah satu akibat
sampingan dari kegiatan pembangunan di kota-kota besar berbagai macam hal dapat
mempengaruhi perubahan unsur iklim. Sebagai
contoh, dengan
didirikannya gedung-gedung yang menjulang tinggi akan
mempengaruhi sirkulasi udara. Udara yang biasanya mengalirbergerak dengan lancar
karena tidak ada hambatan kekasaran kecil. Adanya gedung-gedung yang
menjulang tinggi ini dapat menghambat gerakan angin. Di kota besar sirkulasi
angin tidak stabil, kemungkinan di sudut- sudut atau lorong-lorong terjadi edy-edy
dan juga turbulensi yang bergerak naik ke atas. Angin yang bergerak keatas ini akan
membawa partikel-partikel polutan, debu, asap kendaraan dan sebagainya dan
partikel-partikel ini berfungsi sebagai inti kondensasi. Pembangunan gedung-gedung
yang berdinding kaca juga akan memantulkan radiasi panas dari matahari,
sehingga daerah sekitar gedung ini akan mengalami
peningkatan panas.
Pembangunan kota yang tak terkendali secara terus menerus akan menyebabkan
sempitnya lahan hijau dan pembuatan jalan-jalan aspal atau pengera-san halaman
akan menghalangi perembasan air hujan ke dalam lapisan tanah serta akan
mempercepat
limpasan run
off air
permukaan. Akibat sampingan lain dari pengerasan
jalan adanya
penyerapan panas yang lebih besar dari pada di lahan
hijau. Hal ini mengakibatkan terjadinya penguapan yang lebih besar apabila terjadi
hujan.
Gambar 1. Kepadatan penduduk dan motor Pembangunan di Jakarta dari tahun ke
tahun begitu meningkat dengan pesatnya, mengakibatkan pembuangan panas yang
cukup
besar. Kota-kota
besar pada
umumnya menjadi penyebab terjadinya partikel-partikel halus atau asap industri dan
kendaraan bermotor ke dalam lapisan atmosfer. Dari gambaran tersebut maka
pembangunan dan segala aktivitas manusia dapat merubah iklim di kota.
Kualitas perubahan unsur iklim ini perlu dipantau secara terus menerus sehinggga
secara dini dapat diketahui perubahannya setiap saat. Diperkirakan perubahan
unsur iklim ini sudah di ambang batas jika dibandingkan dengan daerah pedesaan
rural yang masih alami lingkungannya. Hal ini akan mengakibatkan siklus iklim
terganggu, sehingga akan menyebabkan kehidupan dan lingkungan hidup ikut
terganggu. Pengkajian perubahan iklim di kota-kota besar perlu dilakukan karena
adanya kecenderungan
iklim akan
mempengaruhi lingkun gan hidup. “ Seorang
ilmuwan Fukui
1970 dalam
eksperimennya menyatakan bahwa pembangunan kota dapat menaikan suhu
lokal dalam kota dan kecepatan kenaikan suhu
sebanding dengan
kecepatan pembangunan
kota.” Beberapa
gas buangan yang dimuntahkan ke dalam
atmosfer akan bertindak sebagai gas rumah kaca yang transparan dengan radiasi
gelombang pendek matahari dan menyerap radiasi gelombang panjang bumi sehingga
mengakibatkan pemanasan bumi semakin meningkat. Hal ini juga mempengaruhi
variasi iklim di kota Jakarta. Seiring dengan pesatnya pembangunan di kota Jakarta,
semakin banyak pula gas-gas polutan sebagai hasil pembuangan industri dan
kegiatan manusia misalnya : gas buangan mobil, pabrik, pembakaran dan lain-lain.
Dari gas-gas polutan ini yang bertindak sebagai inti-inti kondensasi ditambah
dengan adanya peristiwa konveksi dan turbulensi di atas kota secara bersama
akan
mengakibatkan meningkatnya
perawanan. Sehingga
di kota
curah hujannya meningkat, akan tetapi karenya
adanya pola arah angin yang berbeda cukup besar hujan kemungkinan bisa
terjadi jauh keluar kota mengikuti arah angin. Jadi tak dapat di pastikan bahwa di
atas kota yang banyak terjadi awan tidak selalu mempunyai curah hujan yang
banyak.
Hal ini
amat tergantung
keadaanletak geografis dan keadaan mikro kota tersebut.
2. Pembangunan Kota 2.1. Penduduk