3
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
A. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAN FISKAL
1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat
Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2013 – 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2016 meningkat
Catatan:
Sektor Primer: 1 Pertanian Kehutanan dan Perikanan; 2 Pertambangan
dan Penggalian
Sektor Industri: Industri Pengolahan
Sektor Jasa: 1 Pengadaan Listrik dan Gas; 2 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 3 Konstruksi; 4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; 5 Transportasi dan Pergudangan; 6 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 7 Informasi dan Komunikasi;
8 Jasa Keuangan dan Asuransi; 9 Real Estat; 10 Jasa Perusahaan; 11 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; 12 Jasa Pendidikan; 13 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 14 Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEIC 2016
Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal-II 2016 meningkat ke 5,18 persen secara year on year
dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 4,92 persen. Begitu juga bila dibandingkan dengan kuartal
yang sama di tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan PDB riil Indonesia meningkat 0,51 persen ke 5,18 persen
dari semula 4,67 persen di kuartal-II 2015. Dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan terjadi hampir di semua sektor,
kecuali sektor jasa. Di kuartal ini, pertumbuhan sektor jasa melambat dari 6,27 persen pada kuartal-I 2016 menjadi
5,94 persen. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi masih terjadi sektor primer dengan kenaikan 1,46 percentage
point dari 1,77 persen kuartal-I 2016 ke 3,23 persen kuartal-II 2016.
Gambar 2 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran, 2013 – 2016
Pos pengeluaran belanja LNPRT tumbuh tertinggi di kuartal-II 2016
Sumber: BPS dan CEIC 2016
Dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi di pos pengeluaran konsumsi LNPRT dengan
pertumbuhan sebesar 6,72 persen secara year on year. Meski begitu, pertumbuhan pos pengeluaran konsumsi
LNPRT melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya ketika pertumbuhan konsumsi LNPRT tercatat
mencapai 8,32 persen. Di sisi lain, bila dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya,
pertumbuhan konsumsi LNPRT naik pesat dan berbalik dari gerak kontraktif -7,99 persen secara year on year.
Konsumsi pemerintah meningkat signiikan 3,34 pp dari semula 2,94 persen pada Kuartal-I 2016 menjadi 6,28
persen. Seluruh pos pengeluaran terlihat mengalami perbaikan dibanding kuartal sebelumnya, kecuali pos
PMTB. Pos pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan konsumsi pemerintah semuanya mencatatkan
peningkatan pertumbuhan. Pos impor dan ekspor menunjukkan pengurangan kontraksi masing-masing
hingga 2,07 dan 0,8 persen. Keseimbangan neraca berjalan Indonesia turun dari 1,55 ke 0,28 persen secara y-o-y bila
dibandingkan dengan akhir Kuartal-II 2016 silam, sekaligus menjadi yang paling rendah sejak awal tahun 2015.
Indonesian Economic Review and Outlook
4
Gambar 3 IKK, IEK, IKE, 2011-2016 Kepercayaan konsumen Indonesia per September 2016 menurun
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC 2016
Keyakinan konsumen per akhir September 2016 menurun. IKK, IKE, dan IEK naik selama Agustus hingga
September, masing-masing sebanyak 3,3; 1,2; dan 5,5 poin secara berturut-turut. Penurunan tertinggi terjadi
pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan 5,5 poin.
Pengaruh tekanan inlasi pasca lebaran dan meningkatnya kebutuhan hidup setelah melewati masa awal tahun ajaran
baru pada Agustus 2016 ikut mendorong turun ekspektasi ekonomi masyarakat. Turunnya IKK, IEK, dan IKE secara
serentak merupakan hal yang hampir selalu terjadi pada penutupan ketiga setiap tahunnya, terutama dipicu oleh
tekanan inlasi tengah tahun. Hanya saja, pada tahun ini, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini IKE ikut turun meskipun
di tahun-tahun sebelumnya selalu naik di akhir kuartal ketiga. Ini merupakan salah satu dampak pelaksanaan
pengampunan pajak atau tax amnesty yang menimbulkan konsekuensi berkurangnya daya beli masyarakat di tengah
tahun.
Gambar 4 Indikator Penualan, 2011 – 2016
Penualan motor dan penjualan semen menurun
Sumber: Astra Internaional, GAIKINDO, Asosiasi Semen Indonesia
Menutup Kuartal-III 2016, seluruh indikator penjualan menurun kecuali penjualan mobil. Angka penjualan
mobil tercatat meningkat 5,36 persen dibandingkan Agustus 2016, sementara angka penjualan motor dan
semen masing-masing menurun 3,25 persen dan 5,99 persen. Bila dibandingkan September 2015, statistik
penjualan September ini justru terlihat lebh baik, kecuali pada angka penjualan mobil yang terkontraksi hingga 7,83
persen.
5
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
Tabel 1 Realisasi Indikator Makroekonomi 2015-2017
Kondisi ekonomi global komponen asumsi makro RAPBN 2017
Indikator 2015
2016 2017
APBNP Realisasi
APBN APBNP
RAPBN
Pertumbuhan Ekonomi y-o-y 5,7
4,8 5,3
5,2 5,1
Inlasi y-o-y 5,0
3,4 4,7
4,0 4,0
Tingkat Bunga SPN 3 bulan rata-rata 6,2
6,0 5,5
5,5 5,3
Nilai Tukar IDRUSD 12.500
13.392 13.900
13.500 13.300
Harga Minyak Mentah Indonesia USD barrel
60 49
50 40
45 LiftingMinyak Ribu barel per hari
825 778
830 820
780.0 LiftingGas Bumi Ribu barel per hari
1,221 1.195,4
1,155 1,150
1,150
Sumber: Kementerian Keuangan 2016
Pada RAPBN 2017, pertumbuhan ekonomi diasumsikan sebesar 5,1 persen secara year on year—lebih rendah
bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2016 sebesar 5,2 persen. Asumsi pertumbuhan ekonomi yang lebih
rendah ini disebabkan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, termasuk global slowdown yang dapat
ikut mempengaruhi kinerja perekonomian domestik untuk
tumbuh terbatas. Laju inlasi pada RAPBN 2017 berada pada kisaran 4 persen secara year on year—sama dengan
laju inlasi pada APBNP tahun 2016—ikut dipengaruhi oleh adanya upaya pengendalian inlasi oleh pemerintah. Nilai
tukar rupiah diperkirakan akan menguat hingga ke level Rp13.300 dari semula berada di level Rp13.500 pada APBNP 2016. Menguatnya nilai tukar ini diharapkan akan terealisasi dengan terus masuknya arus modal ke pasar inansial
dalam negeri yang distimulasi oleh manajemen risiko yang lebih baik. Harga minyak mentah diasumsikan menguat ke level 45 Dolar per barel dengan diturunkannya lifting
minyak dengan cukup signiikan ke level 780 ribu barel per hari. Asumsi terakhir tidak terlepas dari masih rendahnya harga minyak mentah dunia, yang diproyeksikan akan mengalami
peningkatan pada 2017.
Tabel 2 Ringkasan Realisasi APBNP 2015, Realisasi APBNP 2015, APBN APBNP 2016, dan RAPBN 2017 Triliun
Rupiah Rancangan anggaran 2017 lebih rendah dibandingkan dengan
APBNP 2016
Uraian 2015
2016 2017
APBNP R e a l i s a s i
Unaudited APBN
APBNP RAPBN
Pendapatan Negara 1,761.6
1,505.4 1,822.5
1,786.2 1,737.6
Pendapatan dalam negeri 1,758.3
1,494.10 1,820.5
1,784.2 1,735.3
Penerimaan Perpajakan 1,489.3
1,240.40 1,546.7
1,539.2 1,495.9
Penerimaan Negara Bukan Pajak 269.1
253.70 273.8
245.1 240.4
Penerimaan Hibah 3.3
11.3 2.0
2.0 1.4
Belanja Negara
1,984.1 1,797.9
2,095.7 2,082.9
2,070.5 Belanja pemerintah pusat
1,319.5 1,174.5
1,325.6 1,306.7
1,310.4 Transfer ke daerah dan dana desa
664.6 623.0
770.2 776.3
552.1
SurplusDeisit anggaran
-225.5 -292.2
-273.2 -296.7
-332.8 SurplusDeisit terhadap PDB
-1.90 -2.50
-2.20 -2.40
-2.41
Sumber: Kementerian Keuangan 2016
Baik rancangan pendapatan maupun rancangan belanja pada RAPBN 2017. Target pendapatan negara
pada Tahun Anggaran direncanakan lebih rendah dari target pendapatan pada APBNP tahun 2016—yakni hanya
mencapai 1,737.6 triliun rupiah. Turunnya rancangan target pendapatan negara ini masih dilatarbelakangi
oleh suasana melemahnya perekonomian global. Meski begitu, pemulihan secara bertahap negara-negara mitra
dagang Indonesia mendorong optimisme tercapainya optimalisasi pendapatan pada 2017. Perpajakan sebagai
sumber penerimaan utama ditargetkan Rp1,495.9 triliun— menurun 2,8 persen bila dibandingkan dengan target
penerimaan pajak pada APBNP 2016. Turunnya penerimaan pajak ini tidak lepas dari masih melemahnya harga-harga
komoditas di pasar global. Di sisi lain, PNBP sebesar 240,4 triliun rupiah dan penerimaan hibah 1,4 triliun rupiah.
2. Adanya Revisi Pendapatan dan Pengeluaran Negara pada APBNP-2016