f Septima, sajak tujuh seuntai. g Stanza, sajak delapan seuntai.
h Soneta,  sajak empat  belas seuntai.  Soneta adalah  bentuk puisi yang berasal   dari   Italia.   Masuknya   soneta   ke   Indo   nesia   dimulai   sekitar
zaman angkatan pujangga baru. Pelopor soneta adalah Moh. Yamin dan Rustam Effendi.
Ciri-ciri soneta adalah: 1 Terdiri dari 14 baris;
2 Terbagi atas dua kuatren oktaf dan dua terzina sektet; 3 Oktaf sebagai sampiran dan sektet merupakan kesimpulannya.
c. Jenis puisi berdasarkan i sinya:
1 Romansa, yaitu puisi yang berisi curahan cinta. 2 Elegi, yaitu puisi yang berisikan cerita sedih dukacita.
3 Ode, yaitu puisi yang berisikan sanjungan kepada tokoh pahlawan. 4 Himne, yaitu puisi yang berisikan doa dan pujian kepada Tuhan.
5 Epigram, yaitu puisi berisikan slogan, semboyan, untuk membangkitkan perjuangan dan semangat hidup.
6 Satire, yaitu puisi yang berisikan kisah atau cerita.
2.3 Kemampuan Membaca Puisi Kelas V SD
Siswa   kelas   V   SD   diharuskan   memiliki   kemampuan  membaca     puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat . Kemampuan membaca puisi yang tepat bagi
kelas V SD adalah pembacaan puisi yang memenuhi 3 unsur : a. Lafal, yaitu cara pengucapan bunyi.
b. Jeda, yaitu hentian sebentar dalam ujaran. c. Intonasi, yaitu ketepatan penyajian tinggi rendah nada.
2.4  Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching Learning CTL
Nurhadi   2003:13  menyatakan   bahwa   pembelajaran   kontekstual  CTL adalah   konsep   belajar   yang   membantu   guru   mengaitkan   antara   materi   yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan   antara   pengetahuan   yang   dimilikinya   dengan   penerapannya   dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dan usaha siswa mengkonstruksi sendini pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar. Pembelajaran   berbasis   CTL   melibatkan   tujuh   komponen   utama
pembelajaran   produktif,   yakni:   konstruktivisme   Constructivism,   bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat belajar Learning Community,
pemodelan Modeling, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment. 2.4.1. Komponen-komponen dalam CTL
Ada tujuh komponen CTL yang saling terkait satu sama lain, yakni : a. Konstruktivisme Constructivism,
b. Bertanya Questioning, c. Menemukan Inquiry,
d. Masyarakat belajar Learning Community, e. Pemodelan Modeling, dan
f.  Penilaian sebenarnya Authentic Assessment. Komponen-komponen tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan atau
dapat   pula   diterapkan   hanya   satu   atau   beberapa   komponen   dalam   satu pembelajaran.
2.4.2. Strategi Pembelajaran Berjiwa Kontekstual
Apakah   perbedaan   CTL   dengan   CBSA,   Pendekatan   Proses,   Quantum Learning,   Student   Active   Learning,   Meaningful-Learning,   Problem-Based
Learning, Cooperative Learning, Work-Based Learning, dan sejenisnya?. ‘Jiwa’ dan pendekatan-pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan CTL, yakni
‘bagaimana   menghidupkan   kelas’.   Kelas   yang   hidup   adalah   kelas   yang memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yaitu kelas yang produktif dan
menyenangkan. Bedanya hanya pada aspek penekanannya. CBSA   menekankan   pada   menciptakan   kelas   di   mana   siswanya   aktif;
Pendekatan Proses menekankan pada proses pembelajaran, bukan hasil; Quantum Learning   mengupayakan   penciptaan   Iingkungan   belajar   yang   menyenangkan;
Meaningful-Learning mengupayakan agar apa yang dipelajari siswa bernrakna; Problem-Based Learning berfokus pada strategi pemecahan masalah seagj teknik
mengajar, Cooperative Learning mengupayakan penciptaan masarakat belajar di kelas. Semua konsep belajar tersebut juga berjiwa ‘kontekstual’.
2.4.3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Johnson dalam Nurhadi 2003:14 menegaskan bahwa suatu pembelajaran dapat   dikatakan   sebagai   pembelajaran   kontekstual   apabila   memiliki   ciri-ciri
sebagi berikut :
1. Melakukan hubungan yang bermakna making meaningful connections.
Siswa   dapat   mengatur   sendiri   sebagai   orang   yang   belajar   secara   aktif dalam   mengembangkan   minatnya   secara   individual,   orang   yang   dapat   bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat learning by doing
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan. doing significan work
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang   ada   dalam   kehidupan   nyata   sebagai   pelaku   bisnis   dan   sebagai   anggota
masyarakat
3. Belajar yang diatur sendiri self-regulated learning
Siswa   melakukan   pekerjaan   yang   signifikan   :   ada   tujuannya,   ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan
ada produknyahasilnya yang sifatnya nyata.
4. Bekerjasama collaborating
Siswa   dapat   bekerja   sama.   Guru   membantu   siswa   bekerjasama   secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling memahami
5. Berpikir kritis dan kreatif critical and creative thinking
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan   kreatif   :   dapat   menganalisis,   membuat   sintesis,   memecahkan   masalah,
membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa nurturing the individual
Siswa memelihara pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan   yang   tinggi,   memotivasi   dan   memperkuat   diri   sendiri.   Siswa
tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa
7. Mencapai standar yang tinggi reaching high standards
Siswa   mengenal   dan   mencapai   standar   yang   tinggi   :   mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada
siswa cara mencapai apa yang disebut ”excellence”
8. Menggunakan penilaian autentik using authentic assessment
Siswa menggunakan  pengetahuan   akademis  dalam  konteks  dunia  nyata untuk   suatu   tujuan   yang   bermakna.   Misalnya,   siswa   boleh   menggambarkan
informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah
mobil,   merencanakan   menu   sekolah,   atau   membuat   penyajian   perihal   emosi manusia.
2.4.4. Delapan Indikator Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi  2003:101   menambahkan,   guru   dapat   dikatakan   telah menerapkan pembelajaran kontekstual apabila :
a.   Guru   mengajarkan   apa   yang   seharusnya   diajarkan   dan   bukan   sekedar pengetahuan tentang ”X”
b.   Ketika guru ingin mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan dan bukan menyelesaikan materi
c. Ketika pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dekat dengan kehidupan siswa
d.   Ketika   siswa   mencari,   menemukan,   dan   mengkonstruksikan   sendiri pengetahuan dan keterampilannya
e. Ketika kelas hidup siswa belajar dan berlatih dan bukan guru yang beraktig di depan kelas dan siswa hanya menonton.
f. Ketika setiap pelajaran akan dimulai, siswa terlihat senang dan antusias seperti berteriak ”Hore” atau ”asyik” pelajaran akan dimulai.
g.   Ketika   guru   menilai   apa   yang   seharusnya   dinilai,   bukan   hanya   menilai pengetahuan siswa
h. Ketika guru mengumpulkan nilai dari proses,produk, kinerja dan tes.
2.5 Pembelajaran Puisi dengan CTL
Dalam  kegiatan   penelitian   ini,   penulis   menerapkan   ketujuh   komponen pembelajaran kontekstual, yakni :
a.  Konstruktivisme  Constructivism,   Siswa   diminta   untuk   menciptakan
sendiri gaya dalam membaca puisi selama masih memenuhi standar lafal dan intonasi yag tepat.
b.  Bertanya  Questioning,   Siswa   diberikan   keleluasaan   untuk
mempertanyakan berbagai hal terkait pembacaan puisi baik kepada guru maupun kepada sesame siswa.
c. Menemukan Inquiry, Siswa diberikan kebebasan untuk mencari,memilih
dan menentukan puisi yang ingin dibacanya
d. Masyarakat belajar Learning Community, Siswa diberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan sesama siswa untuk mendiskusikan pembacaan puisi siswa lain
e.  Pemodelan  Modeling,   Siswa   diberikan   contoh   autentik   tentang   cara