Contoh PTK Bahasa Indonesia Berbasis Media Gambar

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada sekolah dasar harus di laksanakan secara terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Sekolah Dasar sebagai salah satu tempat program pembelajaran yang membina dan menyiapkan kehidupan baik peserta didik sebagai warga negara yang baik dan bermasyarakat, diharapkan mampu membina perubahan dan harapan – harapan baru tersebut. Para guru Sekolah Dasar harus selalu mengikuti gejolak kehidupan dan perkembangan masyarakat disekitarnya, bangsa negara dan bahkan kehidupan dunia pada umumnya.

Sampai saat ini berbagai usaha telah ditingkatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Disini pemerintah sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan telah menembuh berbagai jalan untuk membenahi prosedur pengajara dalam komponen sistem pendidikan antara lain pelaksanaan penataraan guru untuk meningkatakan kapabilitas melalui pemantapan tugas guru, pembangunan sarana dan prasarana pendiaikan, penyempurnaan kurikulum, metode pengajaran dan sebagainya.

Perkembangan kurikulum disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa dan kesiswaan dalam lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis – jenis dan jenjang masing – masing satuan pendidikan. Bentuk satuan pelajaran bukanlah merupakan bentuk self instruksional, namun demikian dalam proses pembelajarannya secara klasikal perlu tetap diperhatikan perbedaan – perbedaan individualnya. Paling tidak, membedakan kelompok -kelompok sidswa yang cepat dan lambat. Namun dalam kenyataan guru menganggap siswa – siswa dalam satu kelas dianggap memiliki kemampuan dan kecepatanbelajar yanga sama, sehingga guru dapat memberikan pelajaran


(2)

dan tugas yang sama dalam satu kelas. Hal ini disebabkan antara lain karena tuntutan harus menyelesdaikan materi pelajaran dalam jangka tertentu sehingga hal ini dapat dilihat pada setiap akhir proses pembelajaran terhadap sekelmpok siswa yang belum mencapai keberhasilan dxalam belajar karena mengalami kelambatan, kesulitan atau kegagalan belajar.

Kasus belajar mereka disebabkan faktor – faktor eksternal maupu internal. Faktor internal yaitifaktor yang berasaldri diri individu,baik yang bersifat biologos maupun psikologis. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasaldari luar individu siswa, antaralain berupa lingkungan alam psikis maupun lingkungan sosial. Siswa dalam kelompok ini sudah barang tentu memerlukan bantuan baik dalam mencerna pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan belajar.

Dalam pembelajaran diperlukan perbaikan – perbaikan yang diformulasikan dengan model metode. Dengan model metode yang menarik dan bervariasai seperti dskusi kelompok maka perbaikan akan terlaksanakan dengan memuaskan tanpa harus mengulang dan mengulang lagi. Kegiatan tersebut belum banyak diperhatikan guru masih banyak guru yang hanya menyampaikan materi dan siswa hanya sebagai pendengar setia saja.

Perkembangan dan perubahan yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan mau tidak mau akan berpengaruh pula terhadap dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan pola pikir masyarakat meningkat sejalan dengan adanya globalisasi.

Pendidikan juga terus-menerus mengglobal. Oleh karena itu sistem pendidikan yang mengutamakan cara pendekatan konvensional (ceramah) sudah tidak efektif lagi untuk dilaksanakan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran bahasa khususnya bercerita yang seharusnya menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan.

anak sering enggan kalau disuruh bercerita ke depan kelas. Anak-anak enggan bertanya walaupun ada pelajaran yang belum dia pahami. Semuanya itu disebabkan karena sistem pembelajaran yang tidak pas dengan kondisi siswa.


(3)

Siswa sering mengalami kejenuhan, kebosanan pada materi pelajaran yang diajarkan, siswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Pada akhirnya anak mengantuk di dalam kelas. Disamping itu materi pelajaran khususnya bercerita kadang tidak relevan dan tidak artifisial dengan kehidupan siswa. Siswa disuruh menceritakan kambing atau sapi di rumah, hanya dengan membayangkan saja, secara otomatis siswa tidak tertarik untuk menceritakannya karena tidak tahu apa yang harus diceritakan.

Berawal dari persoalan seperti di atas maka peneliti berusaha mencari metode yang sesuai untuk mengajarkan materi bercerita pada siswa. Dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman anak dalam bercerita, menghilangkan kejenuhan dan kebosanan, sehingga siswa merasa senang, tertarik, kreatif dan inovatif dalam mengikuti pelajaran.

Metode pembelajaran kali ini adalah menggunakan metode pendekatan komunikatif dengan media lingkungan sekitar siswa dan media gambar yang dapat diamati siswa. Dengan harapan siswa dapat saling aktif berinteraksi/berkomunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa selain itu dengan media gambar yang secara nyata ada di lingkungan sekitar siswa di harapkan dapat menumbuhkan kemampuan inovatif anak dalam pembelajaran karena apa yang dipelajari sudah akrab dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Selama pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN Wonoanti Iberlangsung dengan materi mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan dan hewan, di ketahuai hanya sedikit anak bertanya pada guru tentang materi tersebut dan tidak memberi tanggapan tentang kesulitan yang dialami. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba meneliti kekurangan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran tersebut, yaitu:

1. Siswa tidak ada yang bertanya.

2. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran. 3. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi. 4. Kurangnya alat peraga pendukung yang digunakan.

5. Guru hanya menjelaskan materi tanpa memberi kesempatan siswa bertanya.


(4)

Jika persoalan diatas tetap saja berlangsung tanpa usaha perbaikan, maka akibatnya siswa makin lama makin tidak bisa mengikuti pelajaran. Satu hal yang seharusnya tidak perlu terjadi.hal ini sudah barang tentu merupakan kerugian,baik di pandang dari kepentingan anak maupun sudut pendidikan nasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mencoba mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam arti luas.

Dari uraian di atas perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Meningkatkan kemampuan bercerita dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas II semester genap SDN Wonoanti I”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada siswa kelas II semester genap SDN Wonoanti I?

2. Apakah media gambar dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya mendeskripsikan ciri-ciri binatang dan tumbuhan tertentu?

C. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas II semester genap SDN Wonoanti I. 2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya


(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi guru :

- Guru dapat menambah metode pembelajaran yang baru sehingga dapat mengurangi masalah-masalah di dalam kelas.

- Meningkatkan, daya kreativiitas dan ide-ide serta inspirasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

- Mengembangkan pembentukan atmosfir kelas yang lebih nyaman dan pembelajaran menjadi tidak menjenuhkan

- Menghargai perbedaan gaya belajar siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal

- Menambah wawasan guru dalam merumuskan media pembelajaran. 2. Manfaat untuk siswa

- Penggunaan media gambar dapat mengurangi kejenuhan belajar siswa.

- Melatih berfikir siswa.

- Siswa lebih termotivasi dalam belajar sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

- Kreatifitas dan hasil belajar siswa meningkat. - Menumbuhkan rasa percaya diri bagi siswa. 3. Manfaat bagi sekolah

- Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan baru bagi sekolah, sehingga fasilitas belajar akan lebih diperhatikan.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengajaran Bahasa Indonesia

Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai nilai tambahan dalam suatu pembelajaran dibandingkan dengan matapelajaran lain. Sebab bahasa Indonesia bagi siswa tidak hanya merupakan dasar pelajaran bahasa Indonesia lebih lanjut,tetapi juga sebagai sarana utama untuk mengikuti pelajaranyang lain. Itulah sebabnya sering terdengar bahwa pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah merupakan kunci keberhasilan siswa untuk selanjutnya. Bidang studi Bahasa Indonesia adalah salah satu bidang studi yang wajib diajarkan pada lembaga pendidikan. Adapun bidang studi tersebut dalam pengajarannya disekolah dapat digolongkan seperti :Berbicara, Menyimak, Membaca dan Menulis.

B. Kajian Teori Pembelajaran ( Materi Pokok )

Bidang studi Bahasa Indonesia yang meliputi berbicara, menyimak, membaca, dan menulis mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Menyimak merupakan mendengarkan penjelasan dari guru maupun mendengarkan teman lain membaca cerpen dan lain – lain.

2. Membaca merupakan suatu kegiatan siswa membaca cerita, puisi pantun, laporan, karangan dan lain – lain.

3. Menulis merupakan kegiatan siswa menyalin materi yang diserap yang diamplikasikan dalam bentuk tulisan.

4. Berbicara merupakan suatu kegiatan siswa yang berupa menceritakan pengalaman mereka,drama dan lain – lain.

C. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri siswa. Perubahan yang merupakan hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (Winkel, dalam Syaiful Rahman : 2007). Belajar juga


(7)

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku keterampilan, kemapuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar.

Syaiful juga mengutip pendapat Grendler bahwa belajar adalah sikap proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selain itu belajar juga merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami orang tersebut yang tampak pada tingkah lakunya. Jadi pengalaman belajar yang diperoleh seseorang akan membekas dan meresap dalam jiwa sehingga akibat apa yang diperolehnya itu dapat bermanfaat bagi dirinya dan tingkah lakunya akan mengalami perubahan.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecapakan. Jadi berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Slameto (dalam Syaiful Rahman, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain :


(8)

Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi belajar anak.

2) Status ekonomi sosial orang tua

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibatnya, belajar anak juga terganggu.

3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah

Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkeasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik

4) Media yang di pakai guru

Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah. 5) Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa dengan metode atau program tertentu Metode atau program disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan metode pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.


(9)

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain :

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik.

2) Kecerdasan / intelegensia

Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan seseorang dalam mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah. Dengan demikian intelegensi memegang peranan dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar. Siswa yang memiliki tinggi, prestasi belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka prestasi yang diperoleh juga akan rendah. 3) Cara belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya.

5) Minat

Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat dalam belajar.


(10)

6) Motivasi

Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

E. Bercerita

Bercerita merupakan ekspresi pikiran dan perasaan melalui bahasa lisan. Namun bila ekspresi pikiran dan perasaan tersebut di sampaikan secara tertulius disebut mengarang. Dengan bercerita ataupun mengarang orang akan berlatih berfikir secara kreatif dan dapat mengembangkan daya imajinasinya. Untuk itulah siswa Sekolah Dasar sejak dini perlu diberikan pelajaran bercerita ataupun mengarang.

Ketrampilan bercerita sangat erat kaitanya dengan ketrampilan-ketrampilan lain yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu ketrampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Sebenarnya keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita, mengekspresikan dan menambah wawasannya perlu adanya pembelajaran yang mendukung .

Bercerita merupakan hal yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai, sikap, ataupun budi pekerti yang baik pada anak. Anak-anak atau siswa akan mendengarkan dan menyimaknya dengan baik bila saat bercerita disertai dengan ekposisi, intonasi dan ekspresi yang baik, sehingga cerita tersebut terkesan hidup.

Dengan mendengarkan cerita wawasan dan imajinasi anak akan berkembang sehingga menjadi bekal untuk mengilhami kegiatan mengarang. Ilham tersebut tidak akandatang dengan sendirinya melainkan perlu di ciptakan kondisi yang menunjang lahirnya ilham tersebut.

Bahan-bahan cerita dapat diambilkan dari cerita-cerita daerah yang berupa dongen, label, legenda dan lain-lain, serta lingkungan sekitarnya isi


(11)

cerita di upayakan yang memberikan pesan pendidikan bagi siswa sereta membangkitkan motivasi siswa dalam kegiatanbelajar. Akan lebih baik lagi bila siswa diajak ikut serta di dalamnya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan perkembangannya.

Untuk melatih keberanian dan ketrampilan berbahasa, siswa disuruh menceritakan tentang dirinya, keluarganya, benda-benda sekitarnya dan lain-lain. Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, guru harus menggunakan berbagai ketrampilan demi tercapainya pemahaman anak dalam pembelajaran khususnya bercerita. Diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. (Dr. E. Mulyasa, M.Pd 2006:69). F. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Kata “media” menurut Heinich (dalam Putra Winata, 2006) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari “medium) yang secara harfiah berarti “perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (reciver). Dalam proses pembelajaran media dapat diartikan sebagai berikut :

a. Tehnologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, dalam Putra Winata. 2006). b. Sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran

seperti buku, film, video, dsd. (Brigs, dalam Putra Winata. 2006). c. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar,

termasuk teknologi perangkat kasarnya (NEA) dalam Putra Winata. 2006).

d. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso, dalam Putra Winata. 2006).

Jadi dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwav media adalah sarana atau wahana untuk menyalurkan pesan oleh guru (sumber


(12)

pesan) ingin disampaikan kepada siswa (penerima pesan) agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

2. Perlunya penggunaan media pembelajaran

Media pembelajaran sangat penting karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui inderamenunjukkan komposisi sebagai berikut : 75 % melalui indera penglihatan (visual), 13 % melalui indera pendengaran (Audiotori), 6 % melalui media sentuhan dan perabaan, 6 % melalui media penciuman dan lidah.

Dari hasil temuan ini dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh melalui indera penglihatan atau visual.

3. Fungsi media pembelajaran

Alat peraga pengajaran (Teaching Aids atau Audio Visual Aid/AVA) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar, untuk membantu memperjelaskan materi pengajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa sehingga pesan guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dilaksanakan. Hal ini dipertegas oleh (Putra Winata. 2006). mengemukakan bahwa pembelajaran tatap muka akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.

G. Media Gambar a. Pengertian Media

Media adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran dan dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan, dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya mencakup pengajaran saja tetapi juga pendidikan dalam arti yang lebih luas.

Media pendidikan dalam arti sempit terutama hanya memperhatikan dua unsur dari model kawasan keseluruhan yakni bahan dan alat, walaupun juga memberi catatan bahwa persoalan yang dihadapi


(13)

disekolah bukan cuma menyangkut kedua unsur tetapi juga melibatkan orang-orang yang menyediakan dan mengoperasikannya, masalah rancangan, produksi, pemanfaatan, pengorganisasian, dan pengelolaannya, sehingga bahan dan alat itu dapat berinteraksi dengan siswa.

Proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yang diciptakan oleh guru dan siswa, dimana kadang terjadi gangguan atau hambatan. Untuk mengatasi hambatan itu diperlukan adanya media pengajaran yang dapat untuk meningkatkan efektivitas belajar mengajar. Menurut Oemar Hamalik (dalam Syaiful Rahman, 2009) media pendidikan dapat berfungsi sebagai alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Menurut Arsyad (dalam Syaiful Rahman, 2009) ada beberapa kemampuan media pengajaran dalam mengefektifkan proses belajar mengajar antara lain: (1) kemampuan fiksasi, yaitu media mempunyai kemampuan menangkap sesuatu objek atau peristiwa, (2) kemampuan manipulatif yaitu kemampuan memindahkan suatu objek yang disesuaikan dengan keperluan, kemampuan distributive yaitu memungkinkan kita mentransfer atau memindahkan suatu objek melalui ruang.

b. Media Gambar

Media gambar termasuk ke dalam media visual. Sama dengan media lain, media gambar berfungsi untuk menyalurkan pesan dan penerima sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Supaya proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Media gambar berbentuk dua dimensi (grafis) karena hanya memiliki ukuran panjang dan lebar. Yang termasuk media gambar adalah gambar,


(14)

foto, grafik, bagan atau diagram, kartun, komik, poster, peta dan lain-lain.

Media gambar telah berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi seperti gambar fotografi. Gambar fotografi bisa diperoleh dari berbagai sumber : surat kabar, majalah, brosur, dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperolah dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar pada tiap jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu.

Di samping itu gambar/fotografi juga sangat mendorong para siswa untuk membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, melukis, menggunakan serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku-buku teks.

Kriteria dalam pemilihan media gambar adalah berdasarkan persyaraitan artistik. Media gambar yang memiliki kriteria artistik adalah media gambar grafis. Media memiliki unsur-unsur adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapk,an fakta atau gagasan menggunakan kata-kata, angka, serta bentuk simbol (lambang). Media grafis merupakan gambar yang sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk di mengerti.

Media pembelajaran gambar mempunyai beberapa kelebihan : yaitu sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Media gambar juga dapat mengatasi keterbatasan pengamatan manusia, dapat memperjelas suatu masalah, gambar juga dapat digunakan tanpa memerlukan alat khusus. Di samping itu media gambar atau foto juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu gambar hanya menekankan persepsi indra mata, gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Ada beberapa syarat harus terpenuhi supaya gambar itu baik sebagai media pendidikan setidaknya gambar itu akan cocok dengan tujuan pendidikan. Gambar tersebut harus otentik, sederhana dan


(15)

ukurannya relatif serta gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar juga hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Namun selain itu gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu gambar hanya menekankan persepsi indra mata, gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Ada beberapa syarat harus terpenuhi supaya gambar itu baik sebagai media pendidikan setidaknya gambar itu akan cocok dengan tujuan pendidikan. Gambar tersebut harus otentik, sederhana dan ukurannya relatif serta gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar juga hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Sadiman, 2007, 29-31)


(16)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

SDN Wonoanti I terletak di Jl. Pentung Jetak km 03 Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan. SDN Wonoanti I merupakan SD yang terletak di kawasan pedesaan. Kurang lebih 12 km sebelah selatan dari kota kecamatan.

Keadaan sosial ekonomi rata-rata orang tua siswa adalah menengah ke bawah. Umumnya mereka bekerja sebagai petani. Sebagian bekerja sebagai pedagang dan tukang kayu.

Tempat tinggal siswa berasal dari sekitar sekolah yang letaknya sedikit terpelosok dari jalan raya. Mereka pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

Fasilitas yang dimiliki SDN Wonoanti I cukup memadai untuk ukuran sekolah di desa. SDN Wonoanti I sudah memiliki ruang perpustakaan dengan koleksi buku yang lumayan banyak untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Keadaan pergedungan di SDN Wonoanti I juga sudah memadai, kondisi masih baru, ruang kelas yang cukup luas dan nyaman. Suasana sekitar sekolah juga sangat tenteram dan tidak bising.

Staf pengajar di SDN Wonoanti I juga cukup, 90 persen tenaga pengajarnya berijazah sarjana yang relevan di bidangnya.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN Wonoanti I, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar mendiskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain. Pada semester II tahun pelajaran 2010/2011. Dengan jumlah siswa 20 orang, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

C. Pendekatan dan Jenis Penelitian 16


(17)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif antara lain: (1) berlatar belakang alamiah; (2) manusia sebagai alat atau instrumen yaitu peneliti dengan bantuan orang lain akan menjadi alat pengumpul data; (3) lebih mementingkan proses dari pada hasil, disebabkan hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

Sedangkan jenis penelitiannya adalah tindakan kelas kolaboratif, karena dalam penelitian ini ada tindakan pembelajaran di dalam kelas yang bekerja sama guru dengan peneliti.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas II SDN Wonoanti I. Data siswa yang diambil berupa tes hasil belajar, keaktifan siswa dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar serta kegiatan mengajar guru.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui: 1) penilaian unjuk kerja, (2) tes akhir dan (3) wawancara.

1. Penilaian afektif dalam diskusi kelompok

Penilaian afektif dalam diskusi kelompok di maksudkan untuk mengetahui kreatifitas siswa, keaktifan, kerjasama dan keberanian siswa, serta mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan siswa dengan temannya, hanya mengandalkan teman yang pandai, tindakan yang curang untuk mendapatkan nilai dan melatih siswa untuk senantiasa menjaga kedisiplinan dan kesopanan.

2. Tes setelah pembelajaran

Tes ini jawabannya berbentuk uraian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang subyek setelah memperoleh pembelajaran tindakan. Hasil dari tes ini, terutama kesalahan-kesalahan dari siswa dapat


(18)

digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan wawancara, untuk menentukan pembelajaran berikutnya.

3. Wawancara

Bertujuan untuk memperoleh data yang jelas tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Wawancara ini juga bermanfaat untuk mengetahui perasaan dan kemajuan siswa saat pembelajaran.

F. Validitas Data

1. Agar diperoleh data prestasi belajar yang absah (valid) diperlukan adanya instrumen tes yang valid yang memuat sejumlah butir soal yang tepat mengukur penguasaan siswa terhadap materi mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan dan hewan.

2. Validitas data proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelas, dan diskusi kelompok yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam belajar dengan optimalisasi proses observasi.

G. Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat mengambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

Prestasi belajar siswa dianalisa dengan analisis diskriptip komperatif yaitu dengan membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja. H. Indikator Kinerja

Kriteria keberhasilan penelitian mencerminkan efektifitas penerapan metode dan strategi pembelajaran yang ditandai dengan adanya peningkatan kwalitas siswa yang dapat diamati berdasarkan kreteria yang ditetapkan.

Indikator Kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini berupa nilai rata-rata naik menjadi 80.00.


(19)

I. Deskripsi Per Siklus

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kwalitatif yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas karena memiliki karakteristik berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang tidak kondusif sehingga menyebabkan siswa sulit dan tidak bergairah dalam belajar berbahasa lisan / bercerita.

Penelitian tindakan kelas ini berdasarkan hasil refleksi awal dimana pemahaman anak dan keaktifan anak dalam pelajaran bercerita sangat rendah. Untuk mencapai hasil tindakan yang optimal maka tahapan tindakan dirancang sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana (planing) 2. Pelaksanaan tindakan (acting) 3. Observasi/analisis (obseving) 4. Refleksi (reflecting)

Proses penelitian tindakan ini dimulai dari studi awal yaitu hasil diskusi penulis dan teman sejawat tentang keadaan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Bertitik tolak dari hasil diskusi, penulis dibantu teman sejawat menyusun rancangan tindakan yang dapat mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Rancangan perbaikan yang telah disusun dilaksanakan mulai dari kegiatan awal sampai akhir / evaluasi. Pada saat pelaksanaan, tindakan mitra kerja atau teman sejawat melakukan pengamatan dan membuat catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Selain itu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Pengamatan menggunakan pedoman observasi dan catatan lapangan. Observasi disini dilakukan baik kepada siswa maupun guru.

Setelah satu tindakan berakhir diadakan refleksi. Untuk tahap ini semua hasil data atau catatan pengamat didiskusikan bersama dengan teman sejawat. Hasil diskusi tersebut selanjutnya dievaluasi untuk kemudian menentukan sikap dalam tindakan berikutnya.


(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam tahapan tindakan penelitian, peneliti selalu mengacu pada langkah-langkah penting dalam PTK yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating) dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap siklus.

A. Refleksi Awal

Refleksi awal dilakukan dengan mengevaluasi kegiatan pembelejaran Bahasa Indonesia di Kelas II SDN Wonoanti I sebelum dilakukan penelitian. Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam bercerita siswa tampak kurang bergairah. Tidak siswa yang mau mengacungkan tangan dengan senang hati untuk bercerita di depan kelas. Jika dilakukan dengan bergiliran, siswa berebut untuk mendapat giliran terakhir. Sehingga guru harus melakukan dengan cara acak agar siswa mau bercerita kedepan kelas.

Selain itu, ketika bercerita di depan kelas, siswa kurang lancar dan terkesan menghapal. Bahkan ada siswa yang hanya berdiri karena bingung harus darimana memulai cerita. Selain itu penulis merasakan bahwa selama Perencanaa

n

Pelaksanaa n

Pengamata n Diteruskan

Siklus II

Belum Tercapai

Refleksi

Perencanaa n

Pelaksanaa n

Pengamata n Telah

Berhasil

Refleksi


(21)

pembelajaran berlangsung kurang terjadi interaksi antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak berjalan secara efisien dan efektif.

Rencana perbaikan pembelajaran ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat rancangan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajarannya, sedangkan pendekatan kuantitatif untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

B. SIKLUS PERTAMA 1. Perencanaan

Menerapkan metode pembelajaran komunikatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mendeskripsikan tumbuhan atau binatang serta meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.

Pada tahap perencanaan ini antara lain:

(1) Menyusun RPP dengan menggunakan metode pendekatan komunikatif.

(2) Menyiapkan alat-alat dan media yang digunakan, yaitu naskah tentang binatang/tumbuhan.

(3) Menyiapkan instrumen observasi dan lembaran tugas siswa 2. Tindakan

Guru mengajar berpatokan pada sekenario sesuai RPP sedang mitra kolaborator mengamati kegiatan pembelajaran hingga selesai.

Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang tumbuhan atau binatang yang sering dipelihara yang dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu tentang menceritakan diskripsi tumbuhan/binatang sesuai ciri-cirinya.

Untuk menumbuhkan motivasi belajar dan semangat siswa dalam belajar, guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Kelinciku” bersama-sama.


(22)

Kegiatan Inti

1) Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2) Guru mengeluarkan media gambar hewan dan tumbuhan yang telah disiapkan dan menempelkannya di papan tulis.

3) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang binatang dan tumbuhan yang ada di papan tulis.

4) Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok siswa.

5) Siswa mendeskripsikan ciri-ciri hewan dan tumbuhan bersama teman kelompoknya.

5) Guru berkeliling kelas memantau kerja siswa dan sesekali memberi pertolongan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.

6) Secara bergantian kelompok membacakan hasil deskripsinya yang telah ditulisnya di depan kelas.

7) Masing-masing anak menulis hasil diskusi tentang cirri-ciri binatang dengan menggunakan tegak bersambung.

8) Siswa dapat memberi tambahan gambar yang menarik pada pekerjaannya untuk kemudian hasil kerja siswa di pasang pada papan pajang kelas.

Kegiatan Akhir

1) Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan pelajaran hari ini tentang ciri-ciri tumbuhan dan hewan di sekitar kita.

2) Guru memberi penguatan kepada siswa atas hasil yang telah dicapainya.

2) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru. 3) Pemberian tugas PR.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh mitra kolaborasi dengan hasil sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal siswa senang bercerita tentang binatang


(23)

bercerita ke depan kelas mereka enggan dan malu untuk maju ke depan kelas.

2) Kegiatan kelompok menjadi ramai, karena gambar peraga hanya ada di papan tulis, sehingga siswa mondar-mandir untuk mengamati gambar peraga secara bergantian, hal ini membuat kegiatan siswa memakan waktu yang lama.

3) Kegiatan kelompok juga tidak berhasil maksimal, karena siswa bingung yang harus dikerjakannya.

4) Kompetisi antara kelompok tidak ada dan hanya sebagian hasil kerja siswa yang dipresentasikan ke depan kelas.

5) Peningkatan kemampuan secara individu kurang, hal ini karena siswa kurang berkonsentrasi mengamati media gambar yang disajikan.

4. Refleksi

1) Pada kegiatan awal diperlukan pemberian contoh cara mendeskripsikan tumbuhan/binatang oleh guru.

2) Seharusnya setiap kelompok dapat mengamati media gambar lebih dekat dengan nyaman.

2) Pada kegiatan selanjutnya keaktifan siswa perlu ditingkatkan dengan cara memberikan arahan dan memotifasi siswa sebelum melakukan kegiatan kelompok.

4) Untuk memacu kompetensi antara kelompok, guru perlu memberikan reward atau penguatan kepada setiap kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusinya.

3) Untuk memaksimalkan pelayanan kepada siswa maka, setiap siswa diberi waktu untuk mempresentasikan hasil kerjanya supaya ditanggapi dan disempurnakan oleh siswa yang lain.

5. Analisa Data

Diakhir pembelajaran siklus I diadakan refleksi dengan menganalisa data yang diperoleh selama pembelajaran siklus I.


(24)

Dari kegiatan Tes Evaluasi Akhir pada Siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 01.

Rekap Nilai Tes Evaluasi Akhir Siklus I

No. Nama Nilai

1 Anang Supriyono 70

2 Angga Febrianto 65

3 Arif Widiono 65

4 Budi Prasetya 80

5 Dian Agustini 80

6 Dini Sulistiani 70

7 Doni Irawan S 65

8 Dwi Ratna Rahayu 60

9 Fajar Budiman 75

10 Lusiana Pita Agustin 70

11 Muhammad Arif K 75

12 Nurul Laila 80

13 Rahmawati 70

14 Risdiantoro 60

15 Rudi Susanto 70

16 Siti Aisyah 65

17 Trisna Budiarti 70

18 Winda Wikensari 60

19 Wulan Dewi Kusuma 65

20 Yusuf Kurniawan 80

JUMLAH 1395

NILAI RATA-RATA 69,75

Dari tabel di atas diperoleh bahwa nilai rata-rata yang diperoleh adalah 69.75. Karena belum sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu 80.00 maka di sepakati untuk diadakan perbaikan pada siklus II.

C. SIKLUS KEDUA 1. Perencanaan


(25)

(1). Menyempurnakan RPP siklus I, antara lain: (1) pembuatan alat peraga untuk dibagikan kepada masing-masing kelompok (2) pemberian contoh cara mendeskripsikan tumbuhan atau hewan oleh guru (3) memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kelompoknya (4) meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

(2) Menyiapkan alat-alat dan media yang digunakan.

(3) Menyiapkan instrumen observasi dan lembaran tugas siswa (4) Menyiapkan lembar evaluasi yang akan dipergunakan 2. Tindakan

Guru mengajar berpatokan pada sekenario sesuai RPP hasil penyempurnaan RPP pada siklus I, mitra kolaborator merekam peristiwa yang terjadi di kelas hingga selesai dengan menggunakan lembar observasi.

Kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut: Kegiatan Awal

Kegiatan awal menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang telah lalu. Guru bersama siswa menyanyika lagu “Kebunku” hal ini bertujuan agar suasana hidup dan menyenangkan. Kemudian guru bertanya jawab sebentar tentang isi lagu tersebut.

Secara sekilas guru memberikan contoh cara mendeskripsikan tumbuhan atau hewan kepada siswa.

Kegiatan Inti

1) Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan memberi penjelasan tentang materi yang mengantarkan siswa kepada materi hari ini.


(26)

3) Guru mengeluarkan media gambar hewan dan tumbuhan yang telah disiapkan membagikannya kepada masing-masing kelompok. 4) Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok

siswa.

5) Siswa mendeskripsikan manfaat hewan dan tumbuhan bersama teman kelompoknya.

5) Guru berkeliling kelas memantau kerja siswa dan sesekali memberi pertolongan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.

6) Secara bergantian kelompok membacakan hasil deskripsinya yang telah ditulisnya di depan kelas dan di tanggapi oleh kelompok lain. 7) Masing-masing anak menulis hasil diskusi tentang manfaat

timbuhan dan binatang dengan menggunakan tegak bersambung. 8) Hasil kerja siswa di tempel pada papan pajang kelas.

Kegiatan Akhir

1) Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan pelajaran hari ini tentang manfaat tumbuhan dan hewan di sekitar kita.

2) Guru memberi penguatan kepada siswa atas hasil yang telah dicapainya.

2) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru. 3) Pemberian tugas PR.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh mitra kolaborasi dengan hasil sebagai berikut: 1) Pada kegiatan awal siswa senang bernyanyi bersama-sama,

sehingga anak menjadi termotivasi untuk belajar.

2) Pada kegiatan di kelompok, siswa aktif melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk petunjuk, dan mereka sangat sinergi antara teman kelompoknya karena mereka faham terhadap apa yang akan dilakukan dalam pengamatan sesuai petunjuk yang ada pada lembaran kerja.


(27)

3) Pada kegiatan kelompok sudah tidak ada lagi siswa yang mondar-mandir di kelas. Semua asyik bekerja dengan kelompoknya.

4) Kompetisi antara kelompok terjadi pada waktu mempresentasikan hasil kelompok masing-masing kelompok berebut untuk mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya.

5) Peningkatan kemampuan secara individu sangat bagus karena mereka memahami tentang bagaimana cara mendiskripsikan tumbuhan/binatang berdasar pengamatan. Pemahaman tersebut diperoleh pada waktu diskusi kelas (presentasi antar kelompok). 4. Refleksi

1) Pada kegiatan awal tertib dan antusias siswa sangat tinggi dalam menyanyi anak menjadi senang. Suasana seperti ini perlu dipertahankan.

2) Pada kegiatan kelompok siswa aktif dan melaksanakan kerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Sehingga tugas masing-masing terlaksana dan menghasilkan catatan yang baik dari hasil pengamatan terhadap media gambar yang diamati.

3) Masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

4) Guru harus mampu mengarahkan siswa agar pembelajaran tidak melenceng dari pokok bahasan yang sedang dikaji.

5. Analisa Data

Diakhir pembelajaran siklus II diadakan refleksi dengan menganalisa data yang diperoleh selama pembelajaran siklus II. Dari hasil tes evaluasi akhir pada Siklus I dan II dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 02


(28)

No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2

1 Anang Supriyono 70 80

2 Angga Febrianto 65 72

3 Arif Widiono 65 72

4 Budi Prasetya 80 84

5 Dian Agustini 80 88

6 Dini Sulistiani 70 76

7 Doni Irawan S 65 76

8 Dwi Ratna Rahayu 60 72

9 Fajar Budiman 75 84

10 Lusiana Pita Agustin 70 80

11 Muhammad Arif K 75 88

12 Nurul Laila 80 92

13 Rahmawati 70 88

14 Risdiantoro 60 68

15 Rudi Susanto 70 84

16 Siti Aisyah 65 76

17 Trisna Budiarti 70 88

18 Winda Wikensari 60 72

19 Wulan Dewi Kusuma 65 76

20 Yusuf Kurniawan 80 88

JUMLAH 1395 1604

NILAI RATA-RATA 69,75 80,20

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil kemampuan siswa siklus I adalah 69.75. Siklus II meningkat menjadi 80.20 sehingga dari hasil rata-rata tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10.45. Nilai rata-rata yang diperoleh sudah melewati batas nilai yang ditetapkan sebesar 80.00.

Peningkatan nilai rata-rata siswa apabila disajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :


(29)

Siklus 1 Siklus 2 Upaya 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

69.75

80.20

10.45

Diagram Perbandingan Nilai

Siklus 1 dan Siklus 2

Dari diagram diatas diperoleh gambaran bahwa dalam pembelajaran bercerita tentang diskripsi tumbuhan/binatang dengan menggunakan media gambar menunjukkan adanya peningkatan baik dalam pemahaman maupun aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari setiap siklus yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil belajar siswa. Baik yang menyangkut perilaku guru maupun siswa di saat pembelajaran.

Berdasarkan temuan ini maka disepakati bahwa peningkatan kemampuan siswa dalam bercerita tentang diskirpsi tumbuhan/binatang dengan menggunakan media gambar telah berhasil. Guru tidak perlu lagi mengadakan perbaikan perencanaan, dan PTK diakhiri sampai siklus II. Sebab masalah pembelajaran di kelas telah dapat diatasi oleh guru.

BAB V


(30)

A. Simpulan

Dari data dan analisis data dalam penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada siswa kelas II semester genap SDN Wonoanti I

2. Media gambar dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya mendeskripsikan ciri-ciri binatang dan tumbuhan tertentu. B. Saran-saran

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Penelitian Tindakan Kelas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru antara lain :

1. Mengkondisikan situasi belajar yang menyenangkan sehingga dapat memberi semangat belajar dan konsentrasi belajar siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

2. Memilih metode yang tepat.

3. Menggunakan alat peraga yang tepat.

Selanjutnya perbaikan pembelajaran yang disertai PTK, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru, antara lain :

1. Perlu adanya memasyarakatkan PTK di lingkungan guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas siswa sebagai investasi bangsa yang akan datang.

2. Bertukar pikiran dengan teman sejawat dalam forum formal atau informal sangat tepat sebagai tumbuh menjadi guru yang kompeten dan profesional sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA 30


(31)

Andayani, 2008, Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta, Universitas Terbuka.

Asmawi, Zainul, dan Maulana,Agus (2005). Tes dan Assessment di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Buku Workshop di Batu Malang, 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Jawa Timur. E. Mulyasa, Dr. M.Pd., 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Rosda SAADAH, 2005, Proposal Skripsi, Suirakarta, UNS.

Madya, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bagian I, II, III. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Mohammad Toha, A.Ma.Pd, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Sumenep, UT Puji Santoso, dkk, 2008, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta,


(32)

(1)

3) Pada kegiatan kelompok sudah tidak ada lagi siswa yang mondar-mandir di kelas. Semua asyik bekerja dengan kelompoknya.

4) Kompetisi antara kelompok terjadi pada waktu mempresentasikan hasil kelompok masing-masing kelompok berebut untuk mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya.

5) Peningkatan kemampuan secara individu sangat bagus karena mereka memahami tentang bagaimana cara mendiskripsikan tumbuhan/binatang berdasar pengamatan. Pemahaman tersebut diperoleh pada waktu diskusi kelas (presentasi antar kelompok). 4. Refleksi

1) Pada kegiatan awal tertib dan antusias siswa sangat tinggi dalam menyanyi anak menjadi senang. Suasana seperti ini perlu dipertahankan.

2) Pada kegiatan kelompok siswa aktif dan melaksanakan kerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Sehingga tugas masing-masing terlaksana dan menghasilkan catatan yang baik dari hasil pengamatan terhadap media gambar yang diamati.

3) Masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

4) Guru harus mampu mengarahkan siswa agar pembelajaran tidak melenceng dari pokok bahasan yang sedang dikaji.

5. Analisa Data

Diakhir pembelajaran siklus II diadakan refleksi dengan menganalisa data yang diperoleh selama pembelajaran siklus II. Dari hasil tes evaluasi akhir pada Siklus I dan II dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 02


(2)

No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2

1 Anang Supriyono 70 80

2 Angga Febrianto 65 72

3 Arif Widiono 65 72

4 Budi Prasetya 80 84

5 Dian Agustini 80 88

6 Dini Sulistiani 70 76

7 Doni Irawan S 65 76

8 Dwi Ratna Rahayu 60 72

9 Fajar Budiman 75 84

10 Lusiana Pita Agustin 70 80

11 Muhammad Arif K 75 88

12 Nurul Laila 80 92

13 Rahmawati 70 88

14 Risdiantoro 60 68

15 Rudi Susanto 70 84

16 Siti Aisyah 65 76

17 Trisna Budiarti 70 88

18 Winda Wikensari 60 72

19 Wulan Dewi Kusuma 65 76

20 Yusuf Kurniawan 80 88

JUMLAH 1395 1604

NILAI RATA-RATA 69,75 80,20

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil kemampuan siswa siklus I adalah 69.75. Siklus II meningkat menjadi 80.20 sehingga dari hasil rata-rata tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10.45. Nilai rata-rata yang diperoleh sudah melewati batas nilai yang ditetapkan sebesar 80.00.

Peningkatan nilai rata-rata siswa apabila disajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :


(3)

Siklus 1 Siklus 2 Upaya 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

69.75

80.20

10.45

Diagram Perbandingan Nilai

Siklus 1 dan Siklus 2

Dari diagram diatas diperoleh gambaran bahwa dalam pembelajaran bercerita tentang diskripsi tumbuhan/binatang dengan menggunakan media gambar menunjukkan adanya peningkatan baik dalam pemahaman maupun aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari setiap siklus yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil belajar siswa. Baik yang menyangkut perilaku guru maupun siswa di saat pembelajaran.

Berdasarkan temuan ini maka disepakati bahwa peningkatan kemampuan siswa dalam bercerita tentang diskirpsi tumbuhan/binatang dengan menggunakan media gambar telah berhasil. Guru tidak perlu lagi mengadakan perbaikan perencanaan, dan PTK diakhiri sampai siklus II. Sebab masalah pembelajaran di kelas telah dapat diatasi oleh guru.

BAB V


(4)

A. Simpulan

Dari data dan analisis data dalam penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada siswa kelas II semester genap SDN Wonoanti I

2. Media gambar dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya mendeskripsikan ciri-ciri binatang dan tumbuhan tertentu. B. Saran-saran

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Penelitian Tindakan Kelas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru antara lain :

1. Mengkondisikan situasi belajar yang menyenangkan sehingga dapat memberi semangat belajar dan konsentrasi belajar siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

2. Memilih metode yang tepat.

3. Menggunakan alat peraga yang tepat.

Selanjutnya perbaikan pembelajaran yang disertai PTK, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru, antara lain :

1. Perlu adanya memasyarakatkan PTK di lingkungan guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas siswa sebagai investasi bangsa yang akan datang.

2. Bertukar pikiran dengan teman sejawat dalam forum formal atau informal sangat tepat sebagai tumbuh menjadi guru yang kompeten dan profesional sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA 30


(5)

Andayani, 2008, Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta, Universitas Terbuka.

Asmawi, Zainul, dan Maulana,Agus (2005). Tes dan Assessment di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Buku Workshop di Batu Malang, 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Jawa Timur. E. Mulyasa, Dr. M.Pd., 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Rosda SAADAH, 2005, Proposal Skripsi, Suirakarta, UNS.

Madya, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bagian I, II, III. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Mohammad Toha, A.Ma.Pd, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Sumenep, UT Puji Santoso, dkk, 2008, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta,


(6)