Tinjauan Tentang Motivasi HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP KEPUTUSAN MENGINAP PADA HOTEL PRAMA SANUR BEACH.

18 karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda Smith, 1989. Simpulan dari tinjauan tentang karakteristik di atas adalah: Karakteristik wisatawan mancanegara merupakan ciri-ciri khusus atau yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan wisatawan mancanegara yang menginap pada Hotel Prama Sanur Beach. Menurut Suwena 2010:40 dan Matheisen dan Geoffrey dalam penelitian Jayanti 2014:12, karakteristik wisatawan dapat dibagi menjadi: 1. Karakteristik sosio-demografis yang termasuk dalam karakteristik sosio- demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, status. 2. Karateristik geografis karateristik geografis wisatawan dibagi berdasarkan lokasi negara asalnya. 3. Karateristik psikografis karateristik psikografis berdasarkan hobi seperti bersantai dan bermain serta berdasarkan gaya hidup. 4. Lama tinggal wisatawan long term movement of people yang bertujuan untuk berwisata.

2.3. Tinjauan Tentang Motivasi

Menurut Pitana 2005:60, “motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.” 19 Wijono 2010:21 menyatakan bahwa “motivasi merupakan salah satu sebab atau penentu tingkah laku. Sesungguhnya suatu tingkah laku itu adalah dimunculkan oleh faktor- faktor internal dan eksternal.” Sedangkan Fandeli dalam Suwena 2010:60, “pada hakikatnya aspek motivasi adalah aspek yang terdapat pada diri wisatawan. Untuk menimbulkan motivasi sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi yang merupakan penentu tingkah laku dan dimunculkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dengan tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis. Pitana 2005:66, menyebutkan bahwa “keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya push factor faktor-faktor pendorong dan pull factor faktor-faktor penarik. Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan motivasi dari individu itu sendiri, sedangkan faktor penarik merupak an motivasi dari destinasi tujuan wisata.” Dann dalam Ross 1998:31 menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam melakukan perjalanan, yaitu: 1. Faktor Pendorong, adalah faktor yang membuat wisatawan ingin bepergian. 2. Faktor Penarik, adalah faktor yang mempengaruhi kemana wisatawan akan pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian. 20 Ryan dalam Pitana 2005:67, dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong push factor bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti dibawah ini : 1. Escape, keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan ataupun kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape. 3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan dan dapat memunculkan kembali sifat kanak-kanak yang suka bermain dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthening family bonds, ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR Visiting Friends and RelationsMengunjungi Teman dan Kerabat. Hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama dan kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri. 5. Prestige, untuk menunjukkan gengsi yaitu dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. 6. Social interaction, untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance, keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksualitas khususnya dalam pariwisata seks. 21 8. Educational opportunity, keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain dan mengetahui kebudayaan etnis lain. 9. Self-fulfilment, keinginan untuk menemukan diri sendiri self-discovery, karena diri sendiri biasanya dapat ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-fulfirment, keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang dicita- citakan hingga mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. Harssel 1994:124 menyebutkan bahwa yang termasuk kedalam faktor pendorong push factor adalah: 1. Self fulfillment pemenuhan kebutuhan diri sendiri 2. Break form routine istirahat dari rutinitas 3. Need for social interaction membutuhkan interaksi sosial 4. The opportunity for self-recognition that travel provides kesempatan untuk mengenalmerasakan pelayanan dalam perjalanan Mcintosh dan Murphy dalam Pitana 2005:58 menyebutkan bahwa motivasi faktor pendorongpush factor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: 1. Physical or physiological motivation motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis antara lain untuk relaksasibersantai, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, dan sebagainya. 22 2. Cultural motivation motivasi budaya, yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, tradisi, adat, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya monumen bersejarah. 3. Social motivation atau interpersonal motivation motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga VPRVisiting Friends and RelativesMengunjungi Teman dan Kerabat, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan nilai prestige gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan seterusnya. 4. Fantasy motivation motivasi karena fantasi, yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ambisi pribadi yang besar ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status dan prestige motivation. Menurut Harrsel 1994:124 bahwa “Faktor penarik pull factor sama pentingnya dengan faktor pendorong push factor. Orang-orang tidak akan melakukan perjalanan jika penawaran atraksi unik yang jauh dari rumah tersebut tidak ada. ” Norman 2001:123 membagi dimensi dari faktor penarik pull factor yaitu : 1. Alam sekitar 2. Atmosfir dan iklim 3. Infrastruktur pariwisata 4. Anggaran untuk makan dan akomodasi 23 5. Atraksi budaya dan sejarah 6. Atraksi kerajinan tangan 7. Fasilitas kelas atas upscale facilities 8. Masyarakat setempat dan peluang berekreasi di alam terbuka. Jackson dalam Pitana 2005:68 membagi faktor penarik pull factor menjadi sebelas faktor, yaitu: 1. Location climate iklim lokasi 2. National promotion promosi nasional 3. Retail advertising iklan eceran 4. Wholesale marketing pemasaran grosir 5. Special events acara special 6. Incentive schemes skema insentif 7. Visiting friends mengunjungi teman 8. Visiting relatives mengunjungi kerabat 9. Tourist attractions atraksi 10. Culture kebudayaan 11. National environment man-made environment tempat wisata buatan Simpulan dari tinjauan tentang motivasi di atas adalah : Motivasi wisatawan mancanegara merupakan faktor penting bagi calon wisatawan mancanegara di dalam mengambil keputusan untuk menginap pada Hotel Prama Sanur Beach. 24 Faktor pendorongpush factor yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata menurut Ryan dalam Pitana 2005:67, Harssel 1994:124 dan Mcintosh dan Murphy dalam Pitana 2005:58 adalah: 1. Escape, keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan ataupun kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape. 3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan dan dapat memunculkan kembali sifat kanak-kanak yang suka bermain dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthening family bonds, ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR Visiting Friends and RelationsMengunjungi Teman dan Kerabat. Hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama dan kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri. 5. Prestige, untuk menunjukkan gengsi yaitu dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. 6. Romance, keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksualitas khususnya dalam pariwisata seks. 7. Educational opportunity, keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain dan mengetahui kebudayaan etnis lain. 25 8. Self-fulfilment, keinginan untuk menemukan diri sendiri self-discovery, karena diri sendiri biasanya dapat ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 9. Wish-fulfilment, keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang dicita- citakan hingga mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. Faktor penarikpull factor yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata menurut Norman 2001:123 dan Jackson dalam Pitana 2005:65: 1. Alam dan iklim sekitar 2. Atraksi sekitar 3. Masyarakat sekitar 4. Infrastruktur pariwisata 5. Promosi mengenai daya tarik wisata 6. Acara spesial

2.4. Tinjauan Tentang Wisatawan