semua stasiun memiliki panjang tubuh rata-rata 5,1cm sampai 6,3 cm dengan berat rata-rata 1,5 g sampai 2,4 g.
Gambar 16. Ambassis uroatenia
9. Rasbora sumatrana
Ikan puraga memiliki tulang sejati merupakan ikan air tawar dan hidup pada suhu berkisar 23°C - 25°C dengan panjang 13 cm dan mempunyai duri
punggung lunak berjumlah 9 dan Sirip dubur lunak berjumlah 8. Ikan ini memiliki nama lokal yakni ikan Puraga. Ikan ini berasal dari famili Cyprinidae
dan genus Rasbora.Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 1 ekor yang tertangkap pada stasiun 3 memiliki panjang tubuh 13,2 dengan berat
15,7 g.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 17. Rasbora sumatrana
10. Channa striata
Ikan Gabus adalah jenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah. Ikan darat yang cukup besar,
dapat tumbuh hinga mencapai panjang 1 m. berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular, dengan sisik besar di atas kepala.Tubuh bulat memanjang, seperti
peluru kendali.Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat diujungnya. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 3 ekor yang
tertangkap pada stasiun 1 memiliki panjang tubuh rata-rata 4,3 cm sampai 4,5 cm dengan berat rata-rata 0,7 g sampai 0,8 g.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 18. Channa striata
11. Fenneropenaeus indicus
Udang putih kecil merupakan spesies udang yang memiliki bentuk yang sama dengan udang putih besar yang hanya berbeda dengan ukurannya. Udang ini
merupakan jenis krustacea yang berkulit keras dan dipasarkan sebagai makanan dan banyak dijual dipasar-pasar.Jumlah individu ikan ini selama penelitian
diperoleh sebanyak 19 ekor yang tertangkap pada stasiun 4 dan 5 memiliki panjang tubuh rata-rata 5,2 cm sampai 9,3 cm dengan berat rata-rata 1,9 g sampai
12,3 g.
Gambar 19. Penaeus indicus
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi jenis-jenis nekton yang tertangkap selama penelitian di Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 6. Jumlah keseluruhan individu nekton yang
diperoleh terdiri dari 371 ekor dan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi jenis nekton yang terdapat di Danau Siombak serta data jumlah jenis
nekton berdasarkan stasiun pengamatan dan waktu pengambilan sampel.
Ordo Famili
Spesies St 1
St 2 St 3
St 4 St 5
Total Siluriformes
Bagridae Mystus gulio
- -
1 6
11 18
Beloniformes Zenarchopterida
e Dermogenys weberi
2 -
- -
- 2
Perciformes Terapontidae
Terapon jarbua -
- 1
1 -
2 Scatophagidae
Scatophagus argus -
9 1
- -
10 Ambassidae
Ambassis vroatenia 45
52 51
35 54
237 Channidae
Channa stariata -
1 2
- -
3 Cichlidae
Oreochromis niloticus 1
4 7
5 14
31 Cyprinodontiformes
Aplocheilidae Aplocheilus panchax
- -
- -
1 1
Mugiliformes Muilidae
Valamugil seheli -
46 -
- 1
47 Cypriniformes
Cyprinidae Rasbora sumatrana
- -
- -
1 1
Decapoda Penaeidae
Fenneropenaeus indicus -
- -
3 16
19 Total
48 112
63 50
98 371
Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterpadatan Nekton
Persentase nekton tertinggi pada lokasi pengamatan adalah Ambassius uroatenia
yakni dari famil Ambassidae ikan Slinding sebesar 64 dan yang paling rendah yakni ikan Rasbora sumatrana dari famil Cyprinidae ikan Puraga sebesar
0 dan ikan Aplocheilus panchax dari famili Aplocheilidae ikan Kepala Timah. Kelimpahan relatif berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data kelimpahan relatif nekton
Universitas Sumatera Utara
Nama Spesies Persentase nekton yang tertangkap
Sampling 1 Sampling 2
Sampling 3 Mystus gulio
7,1 1,81
7,34 Dermogenys weberi
1,02 -
0,92 Terapon jarbua
1,02 -
0,92 Scatophagus argus
1,02 6,06
2,75 Oreochromis niloticus
4,08 9,09
11,01 Aplocheilus panchax
2,04 -
- Valamugil seheli
12,24 13,3
- Ambassis uroatenia
71,43 67,87
62,38 Rasbora sumatrana
- -
0,92 Channa stariata
- -
0,92 Fenneropenaeus indicus
- 1,81
14,68 Jumlah
100 100
100 Jumlah ekor
98 165
109
Dari hasil penangkapan nekton selama tiga bulan terdapat perbedaan pada kelimpahan nekton tiap bulan pengamatan, dimana kelimpahan nekton tertinggi pada
bulan Juni sebanyak 165 ekor dan terendah pada bulan Mei sebanyak 98 ekor. Frekuensi keterpadatan berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data frekuensi keterdapatan nekton
Nama Spesies Persentase nekton yang tertangkap
Rata-rata Sampling 1
Sampling 2 Sampling 3
Mystus gulio 40
20 27
29
Dermogenys weberi 20
- 7
9 Terapon jarbua
40 -
7 15,7
Universitas Sumatera Utara
Scatophagus argus 20
27 20
22,3 Oreochromis niloticus
100 53
27 60
Aplocheilus panchax 20
- -
6,7 Valamugil seheli
20 13
- 11
Ambassis uroatenia 100
87 53
80 Rasbora sumatrana
- -
7 2,3
Channa stariata -
- 7
2,3 Fenneropenaeus indicus
- 7
40 15,7
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton
. Secara umum, tingkat keanekaragaman, keseragaman, dominansi di Danau Siombak dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi sumberdaya hayati nekton.
Indeks Keanekaragaman H’
Keseragaman E Dominasi C
Stasiun Stasiun 1
0.46 0.2858
0.8128 Stasiun 2
1.107 0.6878
0.3878 Stasiun 3
0.845 0.4342
0.6546 Stasiun 4
0.89 0.642
0.5325 Stasiun 5
1.19 0.7394
0.3772
Sampling Sampling 1
1.04 0.5001
0.5257 Sampling 2
1.07 0.5972
0.4918 Sampling 3
1.095 0.5266
0.4252 Pasang,
normal dan surut
Pasang 1.439
0.692 0.3391
Normal 1.1
0.529 0.4934
Surut 1.625
0.8351 0.2419
Universitas Sumatera Utara
Analisis korelasi pearson antara faktor fisika dan kimia perairan dengan indeks keanekaragaman nekton
Berdasarkan pengukuran faktor fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dikorelasikan dengan indeks
keanekaragaman nekton maka diperoleh nilai indeks korelasi.
Parameter fisika- kimia perairan yang diperhitungkan dalam analisis ini adalah suhu, kedalaman,
kecerahan, kekeruhan, pH, DO dan BOD,
yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai analisis korelasi pearson antara keanekaragaman nekton dengan
sifat fisika dan kimia perairan Danau Siombak
Keanekaragaman nekton H’ Analisis korelasi pearson
kriteriatingkat hubungan korelasi
Suhu
o
C -0,314
Rendah Salinitas ‰
0,402 Sedang
Kecerahan cm 0,498
Sedang Kedalaman m
0,245 Sedang
Kekeruhan cm -0,794
Sangat rendah pH
-0,631 Sangat rendah
DO 0,103
Sedang BOD
5
-0,444 Rendah
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 3. Hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni fisika perairan dan kimia perairan
Universitas Sumatera Utara
28 28,5
29 29,5
30 30,5
1 2
3 4
5 S
uhu
o
C
Stasiun
Fisika perairan
a. Suhu Suhu perairan pada kelima stasiun pengambilan contoh berkisar antara 27-
31 C dengan suhu terendah terdapat di stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 4. Suhu
tertinggi pada stasiun 3.Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanyaperbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitarperairan
tersebut diduga menghalangi penetrasi sinar matahari yang masukkedalam perairan.Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu kelima stasiun tersebut masih
tergolong dalam kisaran suhu normal dan masih layak bagi organisme perairan. Berdasarkan Effendi 2003, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan nekton di
perairan adalah 20-30
o
C.
Gambar 20. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
b. Salinitas
Kadar salinitas yang didapat pada kelima stasiun penelitian berkisar 8.6 – 11 ‰ seperti yang tertera pada Tabel 3. Namun pada saat sampling kedua
Universitas Sumatera Utara
terjadinya fluktuasi yang menyebabkan kondisi danau bersifat limnis. Hal ini sesuai dengan studi Barus 2004 yang menyebutkan bahwa ekosistem air di
daratan umumnya bersifat limnis dengan kadar salinitas 0,5 ‰ seperti sungai dan danau, meskipun terdapat juga danau yang mempunyai kadar salinitas yang
tinggi dan biasanya bersifat payau dengan kadar salinitas 0.5–30 ‰. Danau seperti ini terutama terdapat di perairan tropis yang diakibatkan oleh tingginya
penguapan. Terdapat perbedaan antara kandungan garam terlarut pada perairan tawar dengan kandungan garam terlarut pada ekosistem laut.
Salinitas di Danau Siombak sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air hujan.
Gambar 21. Salinitas rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
c. Kecerahan Nilai kecerahan pada kelima stasiun diperoleh kisaran antara 56.6
−83.3. Nilai terendah pada stasiun 4 dan tertinggi pada stasiun 2. Nilai kecerahan yang
rendah disebabkan oleh kondisi perairan stasiun 4 yang keruh dari akibat banyaknya limbah rumah tangga, aktivitas MCK dan limpasan dari pertambakan, sehingga
cahaya tidak menembus hingga ke dasar perairan. Hal ini diperjelas dengan besarnya nilai kekeruhan pada stasiun 4 yaitu sebasar 60-70 m Tabel 3. Nilai kecerahan
tertinggi pada stasiun 2. disebabkan kondisi air yang tidak terlalu keruh dan
Universitas Sumatera Utara
60 62
64 66
68 70
1 2
3 4
5 K
ecer ah
an cm
Stasiun
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5
K ed
al am
an m
kurangnya aktivitas pada kedalaman tersebut 267-403 cm sehingga dasar perairannya tidak terlalu keruh. Hal ini diperjelas dengan besarnya nilai kekeruhan
pada stasiun 2 yaitu 60-76.6 m Tabel 3.
Gambar 22. Kecerahan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
d. Kedalaman Kedalaman danau dapat berubah-ubah sesuai keadaan lingkungan sekitarnya
yang biasanya sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan arus serta pasang surut. Nilai kedalaman terendah pada stasiun 1 dan tertinggi di stasiun 3 dengan kisaran antara
150 cm dan 567 cm. Hal sesuai dengan pernyataan
Agustini 2013, yang menyatakan bahwa Danau Siombak adalah danau buatan dengan luas sekitar 40
hektar, diameter sekitar 1000 meter dan kedalaman kurang lebih 12 meter. Ketika pasang danau Siombak memiliki kedalaman kisaran antara 424 cm, normal
berkisar antara 330 cm dan ketika surut berkisar antara 210 cm
Universitas Sumatera Utara
2 4
6 8
10 12
14 16
1 2
3 4
5 K
eke ruha
n m
g l
Stasiun
Gambar 23. Kedalaman rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
e. Kekeruhan Kekeruhan air di Danau Siombak dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang di hasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 1 berkisar
antara 15.9 mgl, hal ini disebabkan pada stasiun 1 karena pada stasiun ini masih terdapatnya vegetasi mangrove yang lebat dan kekeruhan terendah terdapat pada
stasiun 2 berkisar antara 11.3 mgl. Hal ini disebabkan karena adanya kegiatan antropogenik dan limpasan buangan limbah dari kegiatan industri.
Gambar 24. kekeruhan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
Kimia perairan
a. pH
Universitas Sumatera Utara
6,7 6,8
6,9 7
7,1 7,2
1 2
3 4
5 pH
Stasiun
Nilai pH perairan dipengaruhi oleh aktifitas biologi, suhu, kandungan oksigen dan keberadaan ion-ion perairan. Perubahan nilai pH pada suatu perairan menunjukan
terjadinya perubahan proses biologi dan penyediaan unsur-unsur hara dalam perairan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai pH di Danau Siombak masih cenderung
netral dengan nilai sekitar 7. Dengan demikian, dapat dikatakan nilai derajat keasaman di Danau Siombak masih cukup baik untuk perikanan.
Hal ini sesuai dengan Barus, 2004 yang menyatakan bahwa organisme akuatik dapat hidup
dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan
organisme air pada umumnya terdapat antara 7 – 8.5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
Gambar 25. pH rata-rata pada setiap stasiun pengamatan
b. DO Dissolved Oxygen Oksigen terlarut adalah konsentarasi oksigen yang larut dalam air, oksigen
sangat penting bagi pernafasan dan merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme lainnya yang berasal dari proses fotosintesis
fitoplankton dan tanaman air serta difusi udara APHA, 1976. Berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
3,24 3,26
3,28 3,3
3,32 3,34
3,36 3,38
3,4
1 2
3 4
5 D
O
Stasiun
pengamatan, kandungan oksigen terlarut di Danau Siombak pada seluruh stasiun pengamatan berkisar antara 1.4 dan 3.6 mgl dengan nilai rata-rata sebesar 2.5 mgl.
Menurut Boyd 1990, kadar DO yang baik bagi pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mgl. Nilai DO terendah terdapat pada stasiun 3 yang diduga oleh banyaknya
limpahan limbah tambak dan limbah rumah tangga yang memasuki kawasan peraian. Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan pada kepmen LH tahun 2004, nilai DO
di Danau Siombak tergolong kurang baik untuk kegiatan perikanan.
Gambar 26. DO rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.
c. BOD
5
Biochemical Oxygen Demand BOD
5
merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbon
dioksida dan air Effendi, 2003. Hasil pengamatan diperoleh nilai BOD
5
di Danau Siombak berkisar antara 3.2 mgl dan 3.5 mgl dengan rata-rata sebesar 3.36 mgl.
Berdasarkan baku mutu yang telah di tetapkan pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2004
.
Namun nilai konsentrasi BOD tersebut termasuk dalam kondisi perairan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan organisme air termasuk
makrozoobentos. Hal ini sesuai dengan Brower, dkk. 1990 yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
5 BO
D m
g l
Stasiun
bahwa perairan tergolong baik jika konsumsi O
2
selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl dan apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10 – 20 mgl akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air
limbah nilai BOD umumnya lebih besar dari 100 mgl.
Kadar BOD
5
tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu sebesar 3.43 mgl. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
masukan bahan organik maupun anorganik dari limbah rumah tangga, pertambakan, dan banyaknya serasah dedaunan dan batang pohon yang terbawa arus ketika pasang.
Sedangkan nilai BOD
5
yang kecil terdapat pada stasiun 1 dan 3 berkisar antara 3.3 mgl.
Gambar 27. BOD rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.
Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Siombak
Penangkapan nekton dilakukan pada 5 titik stasiun di daerah Danau Siombak selama bulan Juni hingga Juli 2014.Jenis nekton yang tertangkap adalah
ikan dan udang, dari jenis ikan meliputi meliputi 5 ordo yaitu Perciformes 6 famili, Beloniformes 1 famili, Siluriformes 1 famili, Cyprinodontiformes 1
famili, dan Cyproniformes 1 famili dan Mugiliformes 1 famili sedangkan dari jenis udang ditemukan hanya 1 ordo yaitu Decopoda 1 famili. Ordo Perciformes
terdiri dari famili Terapontidae, Scatophagidae, Ambaasidae, Channidae dan
Universitas Sumatera Utara
Cichlidae; Ordo Beloniformes terdiri dari Zenarchopteridae; Ordo Siluriformes terdiri dari Bagridae; Ordo Cyprinodontiformes terdiri dari Aplocheilidae; Ordo
Cypriniformes yakni Cyprinidae; Ordo Mugiliformes yakni Mugilidae, satu ordo dari kelompok udang adalah Decapoda terdiri dari famili panaeidae yang hanya
terdiri dari spesies Fenneropenaeus indicus.
Komposisi dan Kelimpahan Relatif Nekton
Jenis nekton yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Ambassidae yakni ikan Slinding Ambassis vroatenia, dan famili Muilidae yakni ikan Belanak
Valamugil seheli; famili Cichlidae meliputi jenis ikan Nila Oreochromis niloticus; famili Bagridae meliputi jenis ikan Lundu Mystus gulio; famili Scatophagidae
meliputi jenis ikan Ketang Scatophagus argus; famili Channidae meliputi jenis ikan Gabus Channa stariata.; famili Terapontidae meliputi jenis ikan terapon Terapon
jarbua ; famili Zenarchopteridae meliputi jenis ikan Cucut Dermogenys weberi; dan
famili Aplocheilidae dari jenis ikan Kepala timah Aplocheilus panchax; dan famili Cyprinidae meliputi jenis ikan Puraga Rasbora sumatrana. Jenis udang yang
diperoleh berasal dari famili Panaeidae yakni jenis udang Putih kecil Fenneropenaeus indicus.
Berdasarkan stasiun pengamatan, nekton yang ditemukan di tiap stasiun adalah dari famili Ambassidae meliputi jenis ikan Slinding dan famili Cichlidae
meliputi jenis ikan Nila. Hal ini mengindikasikan habitat Danau Siombak cocok untuk kedua famili tersebut sehingga dapat bertahan dan berkembang biak dengan
baik. Secara keseluruhan, nekton yang tertangkap paling banyak terdapat pada
stasiun 2 yaitu sebanyak 112 ekor yang didominasi oleh famili Ambassidae dari jenis ikan Slinding A. uroatenia sebanyak 51 ekor. Perolehan tertinggi pada stasiun 2 di
Universitas Sumatera Utara
Mystus gulio Dermogenys weberi
Terapon jarbua Scatophagus argus
Oreochromis niloticus Aplocheilus panchax
Valamugil seheli Ambassis uroatenia
Rasbora sumatrana Channa stariata
Fenneropenaeus indicus
Ambassius uroatenia 64
Rasbora sumatrana Fenneropenaeus
indicus 5 Mystus gulio
5 Dermogenys
weberi 1 Terapon
jarbua 1
Scatophagu argus 3
Oreochromis niloticus 8
Aplocheilus panchaxs 0
Valamugil seheli 13
karenakan pada stasiun tersebut masih memiliki vegetasi mangrove yang masih bagus dan lebat dan antropogenik masih kurang di stasiun 2 tersebut. Perolehan nekton yang
sedikit terdapat di stasiun 4 yaitu sebanyak 49 ekor. Perolehan nekton sedikit diduga disebabkan oleh kondisi perairan yang keruh akibat banyaknya sampah-sampah di
pinggiran danau dan antropogenik serta pembuangan limbah domestik yang dapat menganggu keberadaan nekton.
Data persentase kelimpahan nekton di Danau Siombak dapat dilihat dari Gambar 28. Kelompok nekton yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi adalah dari
famili Ambassiadae yang meliputi jenis ikan Slinding A. uroatenia dengan persentase sebesar 70 dan nilai kelimpahan relatif kedua terbesar yaitu famili
Mugilidae dengan persentase 12 dari jenis ikan Belanak Valamugil seheli.
Gambar 28. Persentase kelimpahan nekton
Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Nekton
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan waktu pengambilan sampel pada Tabel 5. kelimpahan relatif nekton tertinggi diperoleh pada sampling kedua dengan dengan jumlah 165 ekor. Hal
ini diduga akibat pada waktu sampling kedua tepatnya pada bulan Juni 2014 telah memasuki musim penghujan dan bulan Last Quarter Moon atau tengah bulan.Pada
umumnya, nekton khususnya ikan menetapkan waktu pemijahan ketika musim hujan sedang berlangsung sehingga produksi ikan sedang mengalami titik tertinggi. Dari
data yang diperoleh pada Tabel 5. Perolehan nekton tertinggi pada waktu sampling kedua yaitu sebesar 165 ekor dan perolehan nekton terendah yaitu pada sampling
pertama sebesar 98 ekor. Dari hasil penangkapan nekton selama tiga bulan terdapat perbedaan pada
kelimpahan nekton tiap bulan pengamatan, dimana kelimpahan nekton tertinggi pada bulan Juni sebanyak 165 ekor dan terendah pada bulan Mei sebanyak 98 ekor.
Frekuensi keterpadatan berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Kelimpahan nekton terendah pada bulan Mei diduga pada bulan ini masih termasuk
musim kemarau dan New Moon atau bulan baru, sehingga keberadaan nekton biasanya tidak begitu banyak melakukan aktivitas, misalnya melakukan pemijahan.
Dibandingkan pada bulan Juni telah masuk musim penghujan dan Last Quarter Moon atau pertengahan bulan sehingga pasang surut sangat berpengaruh terhadap
kelimpahan ikan tersebut. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika BMG hampir setiap hari pada bulan ini terjadi hujan, sehingga fluktuasi air pada hilir sungai
tersebut mengalir ke Danau Siombak dengan volume yang cukup besar. Hal ini bisa mempengaruhi terhadap hasil penangkapan nekton, biasanya bila sudah masuk musim
penghujan nekton jenis ikan banyak melakukan aktifitasnya baik melakukan pemijahan, mencari makan, dan migrasi.
Universitas Sumatera Utara
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 E
kor
Stasiun
Gambar 29. Kelimpahan relatif nekton
Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Nekton
Legendre dan Legendre 1983 menetapkan bahwa jika nilai keanekaragaman H’ yang diukur bernilai 0, maka komunitas akan terdiri dari satu spesies atau jenis
tunggal. Nilai H’ akan mendekati maksimum jika semua spesies terdistribusi secara merata dalam komunitas. Grafik indeks keanekaragaman H’, keseragaman E, dan
dominansi C secara spasial dapat dilihat pada Gambar 30. Indeks keanekaragaman H’ di Danau Siombak di setiap sampling berkisar 1.04-1.095. Keanekaragaman
yang paling tinggi didapatkan di stasiun 5 dan paling rendah di stasiun 1. Rendahnya nilai H’ di stasiun disebabkan jumlah spesies yang tertangkap
sedikit yaitu sebanyak 3 spesies dibandingkan pada stasiun lain, sedangkan kondisi fisik-kimia air stasiun 1 masih dalam keadaan baik. Diduga rendahnya H’ di stasiun 1
adalah karena kondisi habitat dan keadaan makanannya. Lagler 1972 menjelaskan suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan erat dengan keberadaan makanannya,
ikan tersebut dapat bertahan hidup jika terdapat jenis makanan yang disukainya, ketersediaan makanan merupakan faktor yang menentukan jumlah dan dinamika
populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yang ada di suatu perairan. Odum 1994 menyebutkan ada dua hal penting dalam ruang lingkup
keanekaragaman, yaitu banyaknya spesies yang ada dalam suatu komunitas dan
Universitas Sumatera Utara
kelimpahan dari masing-masing spesies tersebut. Semakin kecil jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies atau ada beberapa individu yang jumlahnya
mendominasi maka keanekaragaman suatu ekosistem akan mengecil. Indeks keseragaman bila dilihat berdasarkan stasiun berkisar 0.2858-0.7394. Nilai tertinggi
terdapat pada stasiun 5 dan terendah di stasiun 1. Nilai keseragaman yang rendah pada stasiun 1 dengan nilai mendekati 0 menunjukan adanya jumlah individu yang
terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis. Hal ini dapat diartikan adanya jenis spesies tertentu yang memiliki jumlah individu relatif banyak, sementara beberapa
jenis lainnya memiliki jumlah individu yang relatif sedikit. Nilai E pada stasiun 5 hampir mendekati 1. Hal ini menunjukan jumlah individu tiap jenis adalah sama atau
hampir sama. Nilai indeks dominansi pada tiap stasiun pengamatan berkisar 0,3772 -0,8128.
Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,8128 dan terendah pada stasiun 5 sebesar 0,3772. Nilai dominansi yang tinggi pada stasiun 1. diduga ada jenis spesies
tertentu yang jumlah indivudu relatif banyak, yaitu ikan Slinding. Herteman, 1998 menyatakan bahwa dominansi jenis sering terjadi karena beberapa hal antara lain
kompetisi pakan alami oleh jenis tertentu yang disertai perubahan kualitas lingkungan, tidak seimbangnya antara predator dan mangsa sehingga terjadi
kompetisi antar jenis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 30. Keanekaragaman H’, keseragaman E, dan dominansi C nekton berdasarkan lokasi pengamatan.
Gambar 30. Menunjukkan indeks keanekaragaman H’, keseragaman E, dan dominansi C nekton secara spasial. Nilai H’ tertinggi terdapat pada sampling
ketiga sebesar 1.095 dan terendah pada sampling ke 1 sebesar 1.04. Hal ini diduga adanya variasi dari jumlah spesies yang tetangkap tiap sampling, dimana jenis spesies
tertangkap pada tiap sampling berturut-turut yaitu 8, 6, dan 8 spesies. Nilai keseragaman di setiap sampling berkisar antara 0.5001 dan 0.5972.
dimana nilai keseragaman tertinggi terdapat pada sampling kedua dan terendah sampling pertama. Nilai E terendah pada sampling pertama menunjukan penyebaran
individu tidak merata, dimana dua jenis nekton tidak dijumpai pada sampling pertama serta ada spesies tertentu yang memiliki jumlah individu yang besar, yaitu ikan
Slinding. Nilai indeks dominansi masing-masing sampling memiliki kisaran antara
0.4252-0.5257. Nilai tertinggi di dapat pada sampling pertama sebesar 0.5257. Namun nilai indeks dominansinya masih tergolong rendah. Hal tersebut menunjukan
bahwa secara temporal tidak ada spesies yang dominan.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Keanekaragaman
Keseragaman Dominasi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 31. Keanekaragaman H’, keseragaman E, dan dominansi C nekton berdasarkan waktu pengambilan sampel.
Berdasarkan Gambar 31. Diperoleh nilai keanekaragaman H’ Danau Siombak berkisar antara 1.04-1.095 dengan rata-rata yaitu sebesar 1.07. Hal tersebut
menunjukan tingkat keanekaragaman nekton di Danau Siombak tergolong rendah. Hal ini berarti ada beberapa jenis ikan tertentu masih dapat beradaptasi dan
berkembang biak dengan kondisi Danau Siombak sekarang ini. Meskipun kualitas keragaman yang ada tidak maksimal. Tidak maksimalnya kualitas keragaman diduga
karena adanya antropogenik yang sudah merubah sifat dari ekosistem danau tersebut. Misalnya adanya pembukaan tambak ikan dan semakin menuju ke bibir danau
sehingga beban beban pencemarnya makin banyak. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0.5001-0.5972 dan mendekati angka 0
berarti
kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda.
Hal tersebut menunjukan bahwa hampir tidak ada spesies yang mendominasi Legendre dan Legendre, 1983. Sebagai
Contoh, banyaknya jenis nekton yang tidak dapat berkembang di Danau Siombak nampaknya juga dipengaruhi oleh kondisi kualitas airnya yang tercemar. Hal ini
diperkuat oleh nilai indek keseragaman yang cendrung mendekati angka 0.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
Sampling 1 Sampling 2
Sampling 3 Keanekaragaman
Keseragaman Dominasi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 32. Keanekaragaman H’, Keseragaman E dan Dominasi C nekton berdasarkan pasang, normal dan surut.
Berdasarkan Gambar 32. Diperoleh hasil pengamatan, nilai keanekaragaman H’ Danau Siombkak berkisar antara 1.1-1.625 dengan rata-rata yaitu sebesar 1.4.
Hal tersebut menunjukan tingkat keanekaragaman nekton di Danau Siombak tergolong rendah. Hal ini berarti ada beberapa jenis nekton tertentu masih dapat
beradaptasi dan berkembang biak dengan kondisi Danau Siombak sekarang ini, meskipun kualitas keragaman yang ada tidak maksimal. Tidak maksimalnya kualitas
keragaman diduga karena adanya antropogenik yang sudah merubah sifat dari ekosistem danau tersebut.
Nilai indeks keseragaman yang diperoleh berkisar antara 0.529-0.8351. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keseragaman mendekati angka 1 yakni 0.69 berarti
kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pasang, normal dan surut
jenis nekton yang ditemukan hampir merata di setiap stasiun.
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0.2419-0.4934 dengan rata-rata 0.36 dan mendekati angka 0 berarti
kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda.
Hal tersebut
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8
Pasang Normal
Surut Keanekaragaman
Keseragaman Dominasi
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa hampir tidak ada spesies yang mendominasi penangkapan di perairan Danau Siombak tersebut ketika pasang, normal dan surut.
Analisis Korelasi Pearson antara Faktor Fisika dan Kimia Perairan dengan Indeks Keanekaragaman Nekton
Berdasarkan Tabel 8. Dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi Pearson antara beberapa faktor fiksika dan kimia perairan terdapat perbedaan
antara tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks keanekaragaman nekton. Nilai indeks korelasi antara suhu dan BOD
5
adalah -0,314 dan -0,444 dengan tingkat hubungan rendah. Hal ini menunujukkan bahwa suhu dan BOD
5
memiliki hubungan korelasi yang rendah terhadap indeks keanekaragaman nekton sehingga peningkatan suhu dan BOD
5
dapat menyebabkan semakin rendahnya nilai indeks keanekaragaman nekton.
Nilai indeks korelasi antara salinitas, kecerahan, kedalaman dan DO masing-masing adalah 0,402, 0,498, 0,245 dan 0,103 dengan tingkat hubungan
sedang. Hal ini menunujukkan bahwa salinitas, kecerahan, kedalaman dan DO memiliki hubungan korelasi yang sedang terhadap indeks keanekaragaman nekton
sehingga peningkatan salinitas, kecerahan, kedalaman dan DO dapat menyebabkan semakin tingginya nilai indeks keanekaragaman nekton.
Nilai indeks korelasi antara kekeruhan dan pH adalah -0,794 dan -0,631 dengan tingkat hubungan sangat rendah. Hal ini menunujukkan bahwa kekeruhan
dan pH memiliki hubungan korelasi yang sangat rendah terhadap indeks keanekaragaman nekton sehingga peningkatan kekeruhan dan pH dapat
menyebabkan semakin tinngi nilaikerendahannya indeks keanekaragaman nekton
Kelimpahan nekton bila dilihat berdasarkan data secara parsial yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
perolehan paling banyak terdapat pada stasiun 2 sebesar 111 ekor, dengan jenis nekton yang memiliki perolehan paling banyak yaitu ikan Slinding Ambassis
uroatenia . Ikan Slinding ini ditemukan di perairan yang dangkal dan mendekati
pinggir danau, kecerahannya tinggi, dan arus sedang.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kondisi habitat perairan di Danau Siombak tergolong masih baik. Hal ini
berdasarkan standar baku mutu untuk kegiatan perikanan PP No.82 tahun 2001 bahwa Danau Siombak masih layak digunakan untuk kegiatan perikanan.
2. Nekton yang tertangkap di Danau Siombak terdiri dari 7 ordo, 11 famili, dan 11
spesies dengan total nekton yang tertangkap sebesar 371 ekor. Ikan Slinding Ambassis uroatenia merupakan ikan yang memilki kelimpahan relatif terbesar.
Secara umum, Nilai keanekaragaman sumberdaya hayati nekton di Danau Siombak tergolang sedang sebesar 1,07, dengan nilai indeks dominansi sebesar
0,5001. Hal tersebut menunjukan secara umum Danau Siombak tidak ada spesies nekton yang mendominasi. Interpretasi ini diperkuat oleh nilai indeks
keseragaman yaitu sebesar 0,835 menunjukan penyebaran jumlah individu tiap jenis relatif sedang.
5.2. Saran