1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bentuk dan jenis karya seni rupa mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan sejak kehadiran pemikiran seni Pasca Modernisme. Pemikiran
Pasca Modernisme melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer yang mendorong berbagai medium non konvensional menjadi bagian dari karya seni rupa.
Salah satu bentuk karya Seni Rupa Kontemporer yang cukup populer adalah Performance Art yang didefinisikan sebagai seni tindakan atau seni penampilan.
Hal tersebut ditandai dengan adanya performatifity, yaitu tindakan riil yang terjadi dalam ruang dan waktu yang spesifik, tanpa dibungkus ilusi dramatik.
Performance adalah tindakan yang memberi pernyataan; sebuah speech act, yaitu pernyataan yang terpahami karena sebuah aksi. Performance Art lebih
menitikberatkan aktualitas tindakan, kemudian tubuh dijadikan sebagai esensinya. Gagasan yang mendasari para seniman performance art umumnya
merupakan sebuah bentuk perlawanankritik terhadap kemapanan prinsip-prinsip medium dan idiom seni rupa modern. Pada perkembangannya identik dengan
kepedulian sosial politik, penyadaran, dan respon terhadap kerusakan lingkungan. Berkenaan dengan hal diatas, penulis sebagai akademisi seni rupa merasa
tertarik menjadikan performance art sebagai alternatif media untuk mengekspresikan gagasan. Adapun gagasan yang memberi stimulus cukup kuat
dalam melakukan aktivitas performance art adalah kerusakan lingkungan yang
Deni Ramdani, 2013 ZONA MERAH Kerusakan Lingkungan Pasir Pogor sebagai Gagasan Berkarya Performance Art
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
berada di sekitar tempat tinggal penulis yaitu Desa Mekar Saluyu Kecamatan Cimenyan, hal ini disebabkan oleh datangnya para pengusaha asing yang
melakukan pembangunan tanpa perizinan yang jelas. Saat ini salah satu dari pengusaha sedang melakukan penggarapan lahan di bukit Pasir Pogor. Namun
Ironisnya, unsur sosial yang ada seolah tidak peduli meskipun pembangunan telah menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan bencana banjir.
Dari titik inilah penulis terpanggil untuk melakukan sebuah aktivitas performance art yang mampu mengkritisi atau setidaknya menjadi gimmick
terhadap unsur sosial yang ada untuk mempertimbangkan kembali rencana pembangunan tersebut, karena penulis melihat masih adanya peluang yang lebih
baik jika saja semua unsur yang ada berkomunikasi secara terbuka dan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
1.2 Rumusan Masalah