Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae

ABSTRAK
ANDRA ADI ESNAWAN. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi
Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae).
Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri yang terdapat dalam
saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar Attacus atlas. Sampel diambil dari
saluran telur pada empat ekor imago betina A. atlas. Sampel tersebut dibiakkan
pada agar darah dan agar MacConkey. Identifikasi bakteri yang dilakukan
berdasarkan pada ciri koloni, morfologi bakteri, sifat Gram, dan uji biokimiawi.
Terdapat tiga genus bakteri yang teridentifikasi yakni Aeromonas sp.,
Pseudomonas sp., dan Bacillus sp..
Kata kunci : Attacus atlas, bakteri, imago, saluran reproduksi, ulat sutera

ABSTRACT
ANDRA ADI ESNAWAN. Isolation and Identification Bacteria of Female
Reproduction Tract of Wild Silkworm Attacus atlas L. Imagoes (Lepidoptera:
Saturniidae). Supervised by USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA
EKASTUTI.
The purpose of this research was to identify the bacteria that colonized the
reproductive tract of female imago wild silkworms Attacus atlas. The sample
taken from eggs tract from four female imagoes A. atlas. The samples were

cultured on blood agar and MacConkey agar. The identification of the bacteria
that was done based on the characteristics of the colony, bacterial morphology,
Gram staining, and the biochemical test. The result showed that there were three
genera of the bacteria isolated namely Aeromonas sp., Pseudomonas sp., and
Bacillus sp..
Keywords: Attacus atlas, bacteria, imagoes, reproductive tract, silkworms

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN
REPRODUKSI IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR
Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

ANDRA ADI ESNAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Saluran Reproduksi Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L.
(Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Andra Adi Esnawan
NIM B04090010

ABSTRAK
ANDRA ADI ESNAWAN. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi
Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae).
Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri yang terdapat dalam
saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar Attacus atlas. Sampel diambil dari

saluran telur pada empat ekor imago betina A. atlas. Sampel tersebut dibiakkan
pada agar darah dan agar MacConkey. Identifikasi bakteri yang dilakukan
berdasarkan pada ciri koloni, morfologi bakteri, sifat Gram, dan uji biokimiawi.
Terdapat tiga genus bakteri yang teridentifikasi yakni Aeromonas sp.,
Pseudomonas sp., dan Bacillus sp..
Kata kunci : Attacus atlas, bakteri, imago, saluran reproduksi, ulat sutera

ABSTRACT
ANDRA ADI ESNAWAN. Isolation and Identification Bacteria of Female
Reproduction Tract of Wild Silkworm Attacus atlas L. Imagoes (Lepidoptera:
Saturniidae). Supervised by USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA
EKASTUTI.
The purpose of this research was to identify the bacteria that colonized the
reproductive tract of female imago wild silkworms Attacus atlas. The sample
taken from eggs tract from four female imagoes A. atlas. The samples were
cultured on blood agar and MacConkey agar. The identification of the bacteria
that was done based on the characteristics of the colony, bacterial morphology,
Gram staining, and the biochemical test. The result showed that there were three
genera of the bacteria isolated namely Aeromonas sp., Pseudomonas sp., and
Bacillus sp..

Keywords: Attacus atlas, bacteria, imagoes, reproductive tract, silkworms

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN
REPRODUKSI IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR
Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

ANDRA ADI ESNAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi Imago Betina

Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Sa_turniidae)
Nama

: Andra Adi Esnawan

NIM

: 804090010

Disetujui oleh

Drh Usamah Aiff, MSc
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

l.1 4 JAN 2015

­
Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF


Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan, dengan judul
Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas L.
(Lepidoptera Saturniidae).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh Usamah Afiff, MSc dan
Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan, saran, serta bimbingan selama tugas akhir ini. Ibu Dr
Drh Hj Sri Murtini, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama ini. Orangtua tercinta
Bapak Drs H Sumariyono dan Ibu Hj Lilik Wahyuni atas doa, dukungan dan kasih
sayang selama ini. Di samping itu, terimakasih penulis sampaikan kepada Rahmad
Arsy dan Muhammad Fajar selaku rekan penelitian yang banyak membantu,
memberi semangat dan memotivasi dalam tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ika Septiana Anggun Puspita atas semangat, doa dan
dukungannya selama ini, tak lupa teman-teman yang banyak membantu dan
memberikan semangat, Adik-adikku serta seluruh keluarga besar yang selalu

menjadi motivasi bagi penulis.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Andra Adi Esnawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas

2

Morfologi Imago


4

Bakteri pada Ulat Sutera

4

MATERI DAN METODE

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Materi

7

Prosedur Penelitian


7

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA


15

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori
Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan
media agar darah
Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan
media Mac Conkey Agar
Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina
A. atlas dari media agar darah
Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina
A. atlas dari media Mac Conkey Agar
Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi reproduksi
imago betina A. atlas dari media agar darah
Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi imago
betina A. atlas dari media Mac Conkey Agar

5
10
10
11
11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Siklus hidup Attacus atlas dari telur sampai imago
Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif
Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif
Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA
Hasil pewarnaan Gram bakteri pada media agar darah dan MCA
Hasil uji oksidase

3
8
9
11
11
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan tepat dilalui jalur
khatulistiwa dengan curah hujan turun sepanjang tahun menjadikan Indonesia
kaya akan biodiversitas yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu
serangga yang memiliki potensi adalah ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas)
merupakan ulat sutera yang memiliki beberapa keistimewaan antara lain; serangga
asli Indonesia, dapat hidup sepanjang tahun tidak memiliki musim tertentu (selalu
ada sepanjang tahun) (Peigler 1989), dapat hidup dalam beberapa generasi dalam
setahun (polivoltin) serta hidup dan makan pada berbagai inang tanaman
(polifagus) (Awan 2007; Mulyani 2008).
Permintaan pasar dunia terhadap sutera dalam beberapa tahun terakhir
meningkat. Menurut data yang dikeluarkan International Silk Association (ISA
2000), China merupakan konsumen terbesar sutera yaitu membutuhkan kokon dan
benang sutera mentah mencapai 37.441 ton, diikuti India sebanyak 1.529 ton,
Madagaskar 40 ton dan Nepal sebanyak 2 ton setiap tahun. Kebutuhan benang
sutera di dalam negeri untuk industri belum pernah tercukupi. Persediaan yang
terbatas menyebabkan pembelian benang sutera harus memesan terlebih dahulu
(Ekastuti 2012). Kondisi tersebut menyebabkan pengambilan kokon dari alam
meningkat yang dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan kepunahan A.
atlas di alam. Tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah, hal ini
berkaitan dengan perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca)
disamping pengaruh predator, parasit dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009).
Organ reproduksi betina A. atlas adalah sepasang ovari yang terdapat di
dalam kulit dorsal segmen ke-8 dan tidak nampak dari luar. Bentuk organ tetap
dari mulai menetas sampai larva tumbuh maksimal. Organ ini berkembang pesat
pada stadia pupa, terutama ovari betinanya, dan akhirnya merupakan bagian
utama dari tubuh. Hal ini menunjukkan pentingnya saluran reproduksi betina
dalam kelangsungan populasi A. atlas di alam dan proses budidaya yang akan
dilakukan.
Menurut Situmorang (1996) dalam Awan (2007), selama ini tingkat
keberhasilan proses budidaya di lapangan baru sekitar 10% saja, agar A. atlas
dapat dibudidayakan secara besar-besaran diperlukan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang bioekologi A. atlas tersebut. Belum banyak penelitian
mengenai flora normal, mikroorganisme patogen, dan mikroorganisme yang
bersifat zoonotik pada imago A. atlas di Indonesia. Informasi tersebut dapat
membantu dalam pencegahan penyakit zoonotik antara individu yang terlibat
dalam upaya tersebut, sehingga perlu diadakan penelitian terkait dalam rangka
membantu upaya budidaya A. atlas.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bakteri yang terdapat dalam
saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar A. atlas.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri
yang bersifat sebagai flora normal atau berperan sebagai patogen yang terdapat
pada saluran reproduksi imago betina A. atlas.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Ulat sutera liar A. atlas adalah serangga yang berukuran besar dan banyak
ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis seperti di Asia Tenggara, Asia
bagian Selatan, Asia Timur, daerah selatan China, melintasi kepulauan Malaysia,
Thailand, dan Indonesia (Peigler 1989). Penyebaran A. atlas hampir di seluruh
wilayah Indonesia, diantaranya pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua. Ulat sutera A. atlas termasuk hewan polivoltin yang berarti
hewan ini memiliki siklus lebih dari satu kali dalam setahun dan termasuk
serangga polifagus yang dapat hidup pada 90 golongan tumbuhan dari 48 famili
yang bisa dimakan oleh larva A. atlas (Peigler 1989). Klasifikasi A. atlas menurut
Peigler (1989) adalah sebagai berikut:
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Super family
: Bombycoidea
Famili
: Saturniidae
Sub family
: Saturniinae
Genus
: Attacus
Spesies
: Attacus atlas
Attacus atlas memakan daun teh (Camellia sinensis), sirsak (Annona
muricata), rambutan (Nephelium lappaceum), cengkeh (Syzygium aromaticum),
dadap (Erythrina spp), mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium guajava
L), dan tanaman dikotil lainnya (Kalshoven 1981). Imago A. atlas dapat ditemui
sepanjang tahun (Peigler 1989).
Siklus Hidup
Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna yaitu mengalami siklus kehidupan mulai dari fase telur – larva – pupa –
imago (Chapman 1998 dalam Awan 2007). Hasil penelitian Awan (2007) yang
menjelaskan tentang siklus hidup ulat sutera A. atlas dengan pakan daun sirsak
dapat dilihat pada Gambar 1.

3

(Sumber : http://www.arbec.com.my/moths/plate20.php dan Awan 2007 )
Gambar 1 Siklus hidup Attacus atlas dari telur sampai imago

4
Morfologi Imago
Menurut Atmosoedarjo et al. (2000), tubuh imago terbagi menjadi tiga
bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen, yang semuanya ditutupi oleh sisik
bertumpuk. Abdomen terdiri dari delapan segmen untuk jantan dan tujuh segmen
untuk betina. Awan (2007), menjelaskan bahwa imago keluar melalui lubang di
ujung anterior kokon yang telah terbentuk saat pembuatan kokon. Imago yang
baru keluar dari kokon biasanya masih basah oleh suatu cairan yang berwarna
putih keruh, sayap belum terbentuk sempurna. Attacus atlas adalah ngengat
terbesar di dunia dengan rentangan sayap terbesar diantara anggota Lepidoptera
lainnya (Peigler 1989). Imago yang baru keluar ini akan segera mencari ranting
atau dahan dan akan mengambil posisi menggantung dengan abdomen berada di
bawah sehingga mudah mengembangkan sayapnya. Kondisi sayap yang baru
mengembang ini masih lemah dan belum dapat digunakan untuk terbang. Sayap
yang telah mengembang sempurna beberapa jam kemudian akan segera mengeras
dan cukup kuat digunakan terbang (Awan 2007). Mulyani (2008) menambahkan
warna dan pola sayap pada A. atlas memberikan kesan suatu tatanan mekanisme
pertahanan dari serangan predator.
Secara keseluruhan ukuran betina lebih besar daripada jantan (Mulyani
2008). Ngengat betina memiliki abdomen yang besar yang berisi telur-telur dan
ukuran tubuhnya lebih besar daripada ngengat jantan. Ngengat jantan dan betina
dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri antenanya, dimana antena jantan lebih
besar daripada antena betina. Ngengat betina memiliki panjang antena 17 – 21
mm dan lebar 3 mm sedangkan panjang antena yang dimiliki ngengat jantan
adalah 23 – 30 mm dan lebar 10 – 13 mm (Peigler 1989). Ngengat jantan
memiliki sayap dengan ujung yang lebih meruncing.
Ngengat betina biasanya lebih pasif dan mengeluarkan zat pemikat atau
feromon yang bisa dideteksi oleh kemoreseptor yang ada di antena ngengat jantan.
Beberapa jam setelah melakukan perkawinan, ngengat betina akan segera bertelur
dan mampu menghasilkan telur sebanyak 100 sampai 360 butir. Umur imago
jantan adalah 2 – 4 hari dan umur imago betina adalah 2 – 10 hari (Awan 2007).
Awan (2007) menyatakan bahwa variasi waktu keluar ngengat disebabkan
adanya perbedaan tingkah laku tiap individu pupa yang telah ada. Ngengat betina
membutuhkan waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan jantan, hal ini
disebabkan pada betina terjadi pembentukan telur (oogenesis).
Bakteri Pada Ulat Sutera
Menurut Solihin et al. (2010), Bacillus thuringiensis lazim menyerang
serangga pada fase larva sehingga sering dijadikan sebagai insektisida hayati
dalam upaya pengendalian berbagai hama ulat pengganggu tanaman budidaya.
Gejala penyakit pada A. atlas pada fase larva yang terserang di antaranya larva
akan terlihat lemas dan mengeluarkan cairan atau lendir.
Beberapa koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi
dan diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel 1.

5
Tabel 1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori yang sakit
(Sakthivel et al. 2012)
No
1
2
3
4
5
6
7

Bakteri
Bacillus subtilis
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Pseudomonas fluorescence
Bacillus cereus
Klebsiella cloacae

Bacillus subtilis
Bacillus subtilis adalah bakteri Gram positif yang biasanya ditemukan di
dalam tanah. Bakteri ini mempunyai kemampuan membentuk pertahanan diri
yang kuat, dengan membentuk endospora yang bersifat melindungi sehingga
dapat tahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim (Nakano dan Zuber 1998).
Bacillus subtilis tidak secara langsung termasuk sebagai patogen pada
manusia, bagaimanapun Bacillus subtilis dapat mengkontaminasi makanan tetapi
tidak sampai menyebabkan makanan menjadi beracun (Ryan dan Ray 2004).
Sporanya dapat bertahan hidup pada pemanasan ekstrim yang seringkali
digunakan untuk memasak makanan dan juga mampu membuat produk pangan
roti menjadi busuk atau rusak (Gielen et al. 2004).
Streptococcus pneumoniae
Streptococcus pneumoniae adalah mikroflora normal saluran pernafasan
bagian atas (nasofaringeal) manusia (Todar 2011). Mikroflora normal mempunyai
peranan penting dalam mencegah penyakit infeksi (Bogaert et al. 2004). Daya
tahan tubuh yang tidak seimbang, menyebabkan bakteri patogen ini mampu
berkembang biak lebih cepat dan mengakibatkan infeksi (PDPI 2005).
Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram-positif, berbentuk bulat telur
atau seperti bola. Secara khas bakteri Streptococcus pneumoniae terlihat sebagai
kokus yang berpasangan (diplokokus atau rantai pendek. Bagian ujung belakang
tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul) (Todar 2011).
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat Gram
positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur.
Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi pyogenik dan bahkan
septisemia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan
protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting di dalam
struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawetz
et al. 2005)
Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang pendek
lurus (kokobasil), dengan ukuran 1,1 – 1,5 µm x 2,0 – 6,0 µm. Escherichia coli
tidak memiliki kapsul dan spora. Bersifat anaerob fakultatif, tumbuh dengan

6
mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia
coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 1040 oC, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah 37 oC (Reapina 2007). Tempat
yang paling sering terkena infeksi Escherichia coli adalah saluran kemih, saluran
empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut. Bakteri ini juga menghasilkan
enterotoksin yang tahan panas dapat menyebabkan diare yang ringan, sedangkan
enterotoksin yang tidak tahan panas dapat menyebabkan sekresi air dan klorida ke
dalam lumen usus, dan menghambat reabsorbsi natrium (Jawetz et al. 2005).
Pseudomonas fluorescence
Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri aerob yang bersifat Gram
negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5 – 1 x 1,5 – 4 µm serta mampu
membentuk siderofor (pigmen kuning kehijauan) pada media yang kekurangan
ion Fe seperti King’s B. Koloni bakteri ini berbentuk bulat, rata dan fluidal.
Tumbuh baik pada kisaran suhu 20 – 41 oC, dengan pH optimum pada kisaran 6 –
7 dan suhu optimum pada 30 oC. Bakteri P. fluorescens juga tidak bersifat
patogen terhadap tumbuhan sehingga dapat digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman atau plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan
sebagai agen antagonis terhadap patogen tanaman (Arwiyanto et al. 2007).
Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang besar
(>0,9 μm) dengan ukuran panjang sel 3 – 5 mikron dan lebarnya 1 mikron.
Bakteri ini menghasilkan spora yang berbentuk elips dan terletak di tengah-tengah
sel. Spora hanya terbentuk bila terdapat oksigen di lingkungan sekitar (aerob
fakultatif). Bacillus cereus termasuk salah satu organisme mesofilik yaitu dapat
tumbuh pada suhu optimal 30 – 35◦C (Blackburn dan McClure 2002).
Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae)
Enterobacter cloacae merupakan bakteri Gram negatif, tidak membentuk
spora, anaerob fakultatif, dan motil dengan flagela peritrikus (Buchanan 2006).
Enterobacter cloacae dapat diisolasi dari buah-buahan, usus hewan, tanah, dan
perairan (Pelczar dan Chan 1999). Liu et al. (2009) menyatakan bahwa bakteri ini
mampu menghasilkan β-galaktosidase dengan suhu optimum 35°C dan aktif pada
kisaran pH 6.5 – 10.5. Enzim β-galaktosidase yang dihasilkan dari bakteri ini
mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis dan transglikosilasi.

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014 di
Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi dan
Laboratorium Riset Mikrobiologi, Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.

7
Materi
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago betina ulat sutera
liar A. atlas sebanyak empat ekor yang berasal dari perkebunan teh PTPN VIII
Purwakarta, Jawa Barat. Alat-alat yang digunakan pinset, gunting bedah, tabung
sampel steril, mikroskop cahaya, ose, gelas objek, tabung reaksi, cawan Petri,
pipet, rak tabung reaksi, pembakar Bunsen, spidol, label nama, inkubator, lemari
es, dan camera digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel penggantung
telur A. atlas, aquades steril sebagai bahan pengencer sampel, media untuk
mengisolasi seperti agar darah, MacConkey Agar (MCA), dan trypticasein soy
agar (TSA), media untuk mengidentifikasi bakteri seperti Triple Sugar Iron Agar
(TSIA), Indol, Simmon’s citrate agar, urea, kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa,
laktosa, manitol, dan maltosa), zat warna Gram (kristal violet, lugol, aseton
alkohol, safranin), alkohol 70%, reagent Erhlich, H2O2 3% dan KOH 3%.
Prosedur Penelitian
Pengambilan dan Pemeliharaan Kokon
Kokon ulat sutera A. atlas diambil dari perkebunan teh PTPN VIII
Purwakarta, Jawa Barat. Kokon selanjutnya dipelihara dalam kandang kasa
berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Kokon dipisahkan antara kokon betina dan
jantan dengan sedikit menggunting kulit kokon untuk melihat bakal imago betina
dan jantan ulat sutera A. atlas. Pupa dengan antena kecil akan menjadi imago
betina, pupa dengan antena besar akan menjadi imago jantan.
Pengambilan Sampel
Imago betina A. atlas terlebih dahulu dimatikan dengan cara memasukkan
hewan ke dalam freezer selama 1 jam. Pengambilan sampel dilakukan pada empat
ekor imago betina ulat sutera liar A. atlas dengan melakukan pembedahan bagian
medial abdomen menggunakan pinset dan gunting bedah steril. Sampel saluran
telur kemudian dimasukkan ke dalam tabung sampel steril dan ditambahkan
aquades sebagai pengencer sebanyak 2-3 ml. Sampel ditanam pada media agar
darah dan MCA, lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.
Isolasi Bakteri
Sampel dibiakkan ke dalam agar darah dan MCA dengan teknik goresan T,
lalu diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37 oC. Setelah 24 jam,
koloni bakteri terpisah yang tumbuh pada agar darah dan MCA dicatat ciri
koloninya. Koloni yang berbeda kemudian dipindahkan ke dalam agar miring
TSA dan dilakukan pelabelan sistematis untuk masing-masing koloni.
Identifikasi Bakteri
Koloni yang tumbuh pada media TSA diwarnai dengan pewarnaan Gram
untuk dilihat morfologi, sifat Gram, dan kemurniannya. Menurut Lay (1994), cara
melakukan pewarnaan Gram diawali dengan pembuatan preparat ulas, kemudian
difiksasi di atas pembakar Bunsen. Preparat ulas ditetesi larutan kristal violet ke
seluruh bagian ulasan bakteri dan didiamkan selama satu menit lalu dicuci dengan
aquades. Selanjutnya, preparat diberi larutan lugol dan didiamkan selama satu
menit lalu dicuci dengan aquades hingga bersih. Berikutnya, preparat diberi

8
larutan pemucat (aseton alkohol) kurang lebih 10 detik dan dicuci kembali dengan
aquades hingga bersih. Terakhir, preparat ditetesi larutan safranin selama 15-20
detik lalu dicuci dengan aquades hingga bersih kemudian dikeringkan dengan
kertas saring. Lalu diamati di bawah mikroskop menggunakan perbesaran objektif
100x dengan bantuan minyak emersi. Hasil pewarnaan Gram, bakteri Gram positif
berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah. Apabila terdapat
koloni bakteri yang belum murni, maka dilakukan kembali iisolasi pada agar
darah maupun MCA dengan teknik goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram
kurang meyakinkan, maka dilakukan uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gram
bakteri. Bakteri Gram negatif akan memberikan hasil adanya masa gelatin yang
membentuk benang-benang halus saat diangkat menggunakan ose.
Analisis Data
Analisis data disajikan secara deskriptif.
Secara ringkas alur identifikasi bakteri Gram positif dan negatif dapat dilihat
pada Gambar 2 dan 3. Identifikasi akhir mengacu pada Jang et al. (1976), Barrow dan
Feltham (1993), dan Bergey dan Breed (1994).

9

Bacillus

Gambar 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif (Bergey dan Breed 1994;
Lay 1994)

10

Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994;
Lay 1994)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan isolasi dan identifikasi bakteri pada saluran reproduksi A.
atlas didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 2 sampai Tabel 7 berikut ini.
Tabel 2 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan media agar darah
Sampel
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Aspek
Tepi
Elevasi
Sifat
tembus
Warna
Hemolisis

1A
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Rata
Cembung
-

1B
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Tidak rata
Cembung
-

2A
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Rata
Cembung
-

Agar Darah
2B
3A
Sedang
Sedang
Bulat
Bulat
Halus
Halus
Tidak
Tidak
mengkilat
mengkilat
Tidak rata
Rata
Cembung
Cembung
-

3B
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Tidak rata
Cembung
-

4A
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Rata
Cembung
-

4B
Sedang
Bulat
Halus
Tidak
mengkilat
Tidak rata
Cembung
-

Krem
-

Krem
β

Krem
-

Krem
β

Krem
β

Krem
-

Krem
β

Krem
-

Dari sampel yang diisolasi pada agar darah (Tabel 2) didapatkan dua jenis
koloni bakteri berbeda. Koloni A yang berukuran sedang, berbentuk bulat,
permukaan halus, aspek tidak mengkilat, tepi rata, elevasi cembung, berwarna
krem, dan tanpa adanya hemolisis pada agar darah. Koloni B yang berukuran
sedang, berbentuk bulat, permukaan halus, aspek tidak mengkilat, tepi tidak rata,
elevasi cembung, berwarna krem, dan menghasilkan beta-hemolisis. Hal ini
menunjukkan bahwa koloni B mampu melisiskan butir darah merah yang terlihat
sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat
wilayah yang benar-benar jernih dan jenis hemolisisnya disebut beta-hemolisis
(Lay 1994).
Tabel 3 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan media Mac Conkey Agar
Sampel
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Aspek
Tepi
Elevasi
Sifat tembus
Warna

1
Kecil
Bulat
Halus
Mengkilat
Rata
Cembung
Krem

2
Kecil
Bulat
Halus
Mengkilat
Rata
Cembung
Krem

Mac Conkey Agar
3
Kecil
Bulat
Halus
Mengkilat
Rata
Cembung
Krem

4
Kecil
Bulat
Halus
Mengkilat
Rata
Cembung
Krem

Dari media MCA (Tabel 3) didapatkan satu jenis koloni yang berukuran
kecil, berbentuk bulat, permukaan halus, aspek mengkilat, tepi rata, elevasi
cembung, berwarna krem. Warna koloni yang sama dengan warna media atau
tidak memperlihatkan perubahan pada media menunjukkan bakteri yang tidak
memfermentasikan laktosa. Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa
biasanya bersifat patogen (Lay 1994).

12

A

B

C

Gambar 4 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA. (A) koloni
bakteri pada agar darah non-hemolitik, (B) koloni bakteri pada agar darah βhemolitik, (C) koloni bakteri pada MCA.
Tabel 4 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media agar darah
Sampel
Morfologi
Susunan
Warna
Spora
Gram

1A
Batang halus
Tunggal
Merah
Negatif

1B
Batang
Berantai
Ungu
Ada
Positif

2A
Batang halus
Tunggal
Merah
Negatif

Pewarnaan Gram
2B
3A
Batang
Batang halus
Berantai
Tunggal
Ungu
Merah
Ada
Positif
Negatif

3B
Batang
Berantai
Ungu
Ada
Positif

4A
Batang halus
Tunggal
Merah
Negatif

4B
Batang
Berantai
Ungu
Ada
Positif

Tabel 5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media Mac Conkey Agar
Sampel
Morfologi
Susunan
Warna
Gram

Pewarnaan Gram
1
Batang
Tunggal
Merah
Negatif

2
Batang
Tunggal
Merah
Negatif

3
Batang
Tunggal
Merah
Negatif

4
Batang
Tunggal
Merah
Negatif

Koloni bakteri terpisah yang didapatkan selanjutnya dibiakkan ke dalam
media agar miring trypticase soy agar (TSA) yang merupakan media agar yang
digunakan untuk kegiatan pengisolasian berbagai macam mikroorganisme yang
bersifat aerobik. Biakan murni yang tumbuh pada media agar darah (Tabel 4) dan
MacConkey Agar (Tabel 5) diuji dengan pewarnaan Gram untuk melihat bakteri
tersebut merupakan bakteri Gram positif atau negatif. Biakan murni adalah biakan
yang hanya berisi satu jenis bakteri (Pelczar dan Chan 1988). Koloni A yang
berasal dari media agar darah berbentuk batang halus, susunan tunggal, dan
berwarna merah yang menunjukkan bakteri Gram negatif. Koloni B yang berasal
dari media agar darah berbentuk batang, susunan berantai, berwarna ungu dan
memiliki spora yang menunjukkan bakteri Gram positif. Koloni yang berasal dari
media MCA berbentuk batang, susunan tunggal, berwarna merah yang
menunjukkan bakteri Gram negatif.

13

A

B

C

Gambar 5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada media agar darah dan MCA. (A) koloni
bakteri pada agar darah non-hemolitik, (B) koloni bakteri pada agar darah βhemolitik, (C) koloni bakteri pada MCA.

A

B

C

Tabel 6 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi reproduksi imago betina A. atlas dari media agar darah
Pengujian Biokimia

Sampel
Oksidase
TSIA

Slant
Butt
Gas
H2S

Indol
Urea
Sitrat
Voges Proskauer
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Manitol
Maltosa
Hasil identifikasi

1A
+
Basa
Asam
+
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
sp.

1B

Bacillus sp.

2A
+
Basa
Asam
+
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
sp.

2B

Bacillus sp.

3A
+
Basa
Basa
+
+
+
-/Gas (-)
-/Gas (-)
-/Gas (-)
+/Gas (+)
-/Gas (-)
Pseudomonas
sp.

3B

Bacillus sp.

4A
+
Basa
Basa
+
+
+
-/Gas (-)
-/Gas (-)
-/Gas (-)
+/Gas (+)
-/Gas (-)
Pseudomonas
sp

4B

Bacillus sp.

Tabel 7 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media MacConkey Agar
Sampel
Oksidase
TSIA

Slant
Butt
Gas
H2S

Indol
Motilitas
Urea
Sitrat
Voges Proskauer
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Manitol
Maltosa
Hasil identifikasi

1
+
Basa
Asam
+
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
sp.

Pengujian Biokimia
2
+
Basa
Asam
+
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
sp.

3
+
Basa
Asam
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
schubertii

4
+
Basa
Asam
+
+
+
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
+/Gas (+)
Aeromonas
schubertii

-

14

A

B

C

Gambar 6 Hasil uji oksidase. (A) kontrol negatif oksidase menggunakan Escherichia coli
dan Salmonella sp., (B) hasil positif dari koloni bakteri gram negatif pada agar
darah, (C) hasil positif dari koloni bakteri Gram negatif pada MCA.

Isolat bakteri yang berasal dari media agar darah (Tabel 6) dan
MacConkey Agar (Tabel 7) selanjutnya dilakukan pengujian biokimia dengan
menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Indol, Simmon’s citrate agar,
Voges-Proskauer (VP), urea, dan kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa,
manitol, dan maltosa).
Hasil uji menggunakan media TSIA pada bagian slant dan butt bersifat
basa-asam (merah-kuning) dengan gas, serta tidak memproduksi H2S mengarah
pada genus Morganella, Providencia, Salmonella, Plesiomonas, Hafnia, Serratia,
Shigella, Yersinia, Aeromonas, Escherichia dan Enterobacter. Pada bagian slant
dan butt bersifat basa-basa (merah) mengarah pada Pseudomonas (Mahon et al.
2007). Hasil positif didapatkan pada uji oksidase terhadap semua isolat bakteri,
hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan famili nonEnterobacteriaceae yang terdiri dari genus Campylobacter sp., Helicobacter sp.,
Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Vibrio sp., Neisseria sp., dan Alcaligenes sp..
(Bergey dan Breed 1994). Tidak ditemukannya bakteri famili Enterobacteriaceae
disebabkan imago A. atlas yang sebelumnya sudah tidak melakukan aktivitas
makan setelah menjadi pupa.
Hasil positif pada uji indol mengarah pada Aeromonas sp., Edwardsiella
sp., Escherichia coli, Flavobacterium sp., Haemophilus influenza, Klebsiella
oxytoca, Proteus sp., Plesiomonas shigelloides, Pasteurella multocida,
Pasteurella pneumotropica dan Vibrio sp.. Hasil negatif mengarah pada
Actinobacillus sp., Aeromonas schubertii, Alcaligenes sp., Bordetella sp.,
Enterobacter sp., Haemophillus sp., Klebsiella sp., Neisseria sp., Pasteurella
haemolytica, Pasteurella ureae, Proteus mirabilis, Proteus penneri, Pseudomonas
sp., Salmonella sp., Serratia sp., dan Yersinia sp. (MacFaddin 1980). Hasil uji
indol positif yang didapatkan sesuai pernyataan Abbot et al. (2003) yang
menyatakan sembilan spesies anggota Aeromonas (A. hydrophila, A. bestiarum, A.
salmonicida, A. caviae, A. media, A. eucrenophila, A. sobria, A. veronii, dan A.
veronii bv. sobria) semuanya memberikan hasil positif untuk uji indol. Hasil
negatif hanya ditunjukkan satu spesies yaitu A. schubertii (Awan et al. 2005).
Hasil uji urea mendapatkan hasil positif yang menunjukkan bahwa bakteri
mampu menghasilkan enzim urease yang mengurai urea menjadi ammonium dan
CO2, hidrolisis urea ditunjukkan dengan perubahan warna media dari merahjingga menjadi merah ungu (Lay 1994). Hasil negatif menunjukkan tidak ada
perubahan warna pada media. Hasil uji sitrat positif pada semua isolat bakteri hal
ini menunjukkan bahwa bakteri dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energi (Lay 1994).

15
Hasil uji Voges-Proskauer positif mengarah pada Enterobacter sp.,
Klebsiella sp., Serratia marcescens, Hafnia alvei, Vibrio damsela, dan Vibrio
alginolyticus. Hasil negatif mengarah pada Citrobacter sp., Shigella sp., Yersinia
sp., Edwardsiella sp., Salmonella sp., Vibrio furnissii, Vibrio fluvialis, Vibrio
vulnificus, dan Vibrio parahaemolyticus (Bergey dan Breed 1994).
Hasil uji kaldu gula-gula berupa glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, dan
maltosa menunjukkan hasil positif dan menghasilkan gas mengarah pada genus
Aeromonas sp. dan Vibrio sp. (Bergey dan Breed 1994). Hasil negatif pada semua
kaldu gula kecuali manitol mengarah pada genus Pseudomonas sp (Bergey dan
Breed 1994). Menurut Woo dan Bruno (2011), Aeromonas sp. mampu
memfermentasi fruktosa, galaktosa, maltosa, trehalosa, manitol, sukrosa, glukosa,
dextrin dan glikogen, memberikan hasil uji positif pada uji indol, memproduksi
gas dari glukosa.
Dari hasil isolasi dan identifikasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil
Gram positif, dengan bentuk morfologi batang, diisolasi pada kondisi aerob, dan
memiliki spora mengarah pada genus Bacillus sp. (Bergey dan Breed 1994; Lay
1994). Bakteri Gram negatif dengan bentuk morfologi batang dan hasil positif
pada uji oksidase mengarah pada Aeromonas sp., Pseudomonas sp., dan Vibrio sp.
hal ini sesuai dalam Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Bergey dan
Breed 1994). Dari hasil pengujian secara biokimia isolat bakteri didapatkan hasil
bakteri Gram positif berupa Bacillus sp., Gram negatif berupa Aeromonas sp.,
Aeromonas schubertii, dan Pseudomonas sp..
Hasil penelitian ini sesuai dengan Anand et al. (2010) yang berhasil
mengisolasi Bacillus circulans, Aeromonas sp. dan Pseudomonas aeruginosa
pada saluran pencernaan B. mori. Ditemukannya bakteri tersebut berguna sebagai
pendegradasi polisakarida dalam proses pencernaan B. mori terhadap daun murbei.
Bakteri ini diisolasi dari saluran reproduksi imago betina A. atlas diduga berasal
dari fase larva sebagai mikroflora normal yang kemudian bertahan sampai fase
imago. Hasil ini juga sesuai dengan Sakthivel et al. (2012) yang berhasil
mengidentifikasi Pseudomonas fluorescence, Bacillus subtilis dan Bacillus cereus
pada larva ulat sutera B. mori yang sakit. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan
Cappellozza et al. (2011) dan Manimegalai (2009) dalam buku Silk Biomaterials
for Tissue Engineering and Regenerative Medicine (Kundu 2014), yang
menyatakan bahwa bakteri yang paling umum yang menginfeksi B. mori adalah
Streptococcus sp., Pseudomononas aeruginosa, Bacillus cereus, Bacillus
thuringiensis, Bacillus bombyseptiseus, Staphylococcus aureus, Serratia
marcescens dan Enterococcus mundtii.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM 2011) yang
melakukan pemantauan daerah sebar Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
di wilayah Purwakarta yang mengidentifikasi Aeromonas hydrophila, Yersinia
enterocolitica, Aeromonas schubertii, Aeromonas media, Citrobacter freundii,
Bacillus sp., dan Aeromonas popoffii. Hal ini membuktikan bahwa bakteri yang
berhasil diidentifikasi berasal dari penyebaran Aeromonas sp. Aeromonas
schubertii, dan Bacillus sp. pada lingkungan di wilayah Purwakarta.
Bacillus sp. secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies
yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan
enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa

16
membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007).
Aeromonas hydrophila dan Aeromonas schubertii dapat ditemukan diberbagai
lingkungan perairan seperti air tanah, air permukaan, air payau, air laut, dan air
limbah (EPA 2006) termasuk di air kolam ikan (Wulandari 2012). Bakteri ini
biasanya patogenik pada hewan seperti ikan, reptil, dan jarang pada mamalia
(Quinn et al. 2002).
Aeromonas sp. merupakan patogen, baik pada manusia maupun hewan
(ikan, amfibi, reptil) (EPA 2006). Pseudomonas sp. secara luas dapat ditemukan
di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Pseudomonas sp. adalah
patogen oportunistik yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan
inang untuk memulai suatu infeksi (Boel 2004). Bakteri ini merupakan salah satu
jenis mikroflora normal pada saluran pencernaan dan kulit manusia, namun terkadang
bakteri ini juga dapat berubah menjadi patogen oportunistik yang menyebabkan
bronkopneumonia kronis pada manusia saat kondisi imun tubuh menurun (Tellez et al.
2010).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian telah diidentifikasi tiga genus bakteri, terdiri
dari Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Pseudomonas sp. dengan satu spesies
bakteri Gram negatif yakni Aeromonas schubertii dari saluran reproduksi imago
betina ulat sutera liar A. atlas yang berasal dari perkebunan teh PTPN VIII
Purwakarta, Jawa Barat. Semua bakteri yang berhasil diidentifikasi merupakan
bakteri patogen dan patogen oportunistik.
Saran
Diperlukan studi lanjutan untuk mengidentifikasi bakteri sampai tingkatan
spesies dengan memperbanyak jenis uji biokimiawi dan atau menggunakan
polymerase chain reaction (PCR). Selain itu perlu penelitian lain untuk
mengidentifikasi mikroorganisme selain bakteri yang hidup dalam saluran
reproduksi imago betina ulat sutera liar A.atlas atau organ yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Abbot SL, Sharon W, Cheung KW, Janda JM. 2003. The genus Aeromonas :
biochemical characteristics, atypical reaction, and phenotypic
identification schemes. J. Clin. Microbiol 41: 2348.
Anand AAP, Vennison SJ, Sankar SG, Prabhu DIG, Vasan PT, Raghuraman T,
Geoffrey CJ, Vendan SE. 2010. Isolation and characterization of bacteria
from the gut of Bombyx mori that degrade cellulose, xylan, pectin, and
starch and their impact on digestion. Journal of Insect Science 10: 107.

17
Arwiyanto T, Maryudani YMS, Azizah NA. 2007. Sifat-sifat fenotipik
Pseudomonas fluoresen, agensia pengendalian hayati penyakit lincat pada
tembakau temanggung. Biodiversitas 8:147-151.
Atmosoedarjo H, Kartasubrata J, Kaomini M, Saleh W, Moerdoko W. 2000.
Sutera Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya.
Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera:
Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi.
Bogor (ID): Program Studi Sains Veteriner. Sekolah Pasca Sarjana.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Awan BM, Ahmed MM, Barii A, Saad AM. 2005. Biochemical characterization
of the Aeromonas species isolated from food and environment. Pak J
Physiol 1:1-2.
Barrow GI, Feltham RKA, editor. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the
Identification of Medical Bacteria. Ed ke-3. Cambridge (UK): Cambridge
Univ Press.
Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of
determinativebacteriology. [internet]. [diunduh 2014 Juni 30];
http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/250/IDFlowcharts.pdf.
[BKIPM] Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan. 2011. Stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan
hasil perikanan kelas II Cirebon. [internet]. [diunduh 2014 November 11];
http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil/upt/37.0/Stasiun%20Karantina
%20Ikan%20Kelas%20II%20Cirebon.html.
Blackburn CDW, McClure PJ. 2002. Foodborne pathogens: Hazards, Risk
Analysis and Control. New York (US): CRC Press.
Boel T. 2004. Infeksi Saluran Kemih dan Kelamin. Sumatra Utara (ID): Fakultas
Kedokteran Gigi USU.
Bogaert D, De Groot R, Hermans PW. 2004. Streptococcus pneumoniae
colonization: the key to pneumococcal disease. Lancet Infect Dis 4: (144154)
Buchanan RE, Gibbons. 2006. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.
Baltimore (US): Woverly.
Chapman RF. 1998. The Insect Structure and Function. Ed ke-4. London (UK):
The English Universities Press Ltd.
Cappellozza S, Saviane A, Tettamanti G, Squadrin M, Vendramin E, Paolucci P,
Franzetti E, Squartini A. 2011. Identification of Enterococcus mundtii as a
pathogenic agent involved in the “flacherie” disease in Bombyx mori L.
larvae reared on artificial diet. J Inverterbr Pathol 106:386-393.
Ekastuti DR. 2012. Tinjauan fisiologis domestikasi ulat sutera liar (Lepidoptera:
Saturniidae). Berita Biologi 11: 139-147.
[EPA] Enviromental Protection Agency. 2006. Aeromonas: Human Health
Criteria Document. Washington (US): Health and Ecological Criteria
Division Office of Science and Technology Office of Water. US
Enviromental Protection Agency.
Gielen S, Aerts R, dan Seels B. 2004. Biocontrol agents of Botrytis cinerea tested
in climate chambers by making artificial infection on tomato leafs,
Commun Agric Appl Biol Sci 69: 631-9.

18
[ISA] International Silk Association. 2000. Sericologia (40). Japan International
Coorperation Agency.
Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology. California (US): Univ California.
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. 2005. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta (ID):
Penerbit Buku Kesehatan.
Kundu S. 2014. Silk Biomaterials for Tissue Engineering and Regenerative
Medicine. Cambridge (UK): Woodhead Publishing.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
Liu LL, Xiao M, Li ZY, Li YM, Wang FS. 2009. A novel transglycosylating βgalactosidase from Enterobacter cloacae B5. Process Biochemistry 44:
232-236.
MacFaddin JF. 1980. Biochemical Tests for Identification of Medical Bacteria.
Baltimore (US): Williams & Wilkins.
Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2003. Brock Biology of Microorganisms.
Ed. ke-10. Amerika (US): Prentice Hall Inc.
Mahon CR, Lehman DC, Manuselis G. 2007. Textbook of Diagnostic
Microbiology Third Edition. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.
Manimegalai S. 2009. Bacterial pathogens of mulberry silkworm Bombyx mori L
and their management strategies. Sericologia 49:401-420.
Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) dengan
pakan daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas
L.) di laboratorium. Tesis. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Nakano MM, Zuber P. 1998. Anaerobic growth of a "strict aerobe" (Bacillus
subtilis). Annu Rev Microbiol 52: 165-90.
PDPI [Persatuan Dokter Paru Indonesia]. 2005. Pneumonia Komuniti. Jakarta
(ID). Hal : 1-7.
Peigler R. 1989. A Revision of Indo Australian Genus Attacus. California (US):
The Lepidoptera Research Foundation, Inc. Beverly Hills.
Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Alih bahasa:
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS dan Angka SL. Jakarta (ID): UI
Press.
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1999. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Vol ke-1. Terjemahan
dari: Element of Microbiology Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,
Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.
Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2005. Microbiology. Ed. Ke-6. New York
(US): McGraw-Hill Co Inc.
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary
Microbiology and Microbial Disease. London (UK): Blackwell Science.
Reapina ME. 2007. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Kayu Mesoyi
(Cryptocaria massoia) Terhadap Bakteri Patogen Dan Pembusukan Pangan.
Skripsi. Bogor (ID): IPB Press.
Rianto F. 2009. Performa reproduksi imago Attacus atlas L. yang berasal dari
perkebunan teh Purwakarta. Skripsi. Bogor (ID): Program Studi Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.

19
Ryan KJ, Ray CG. 2004, Sherris Medical Microbiology. Ed ke-4. New York
(US): McGraw Hill Book Company Inc.
Sakthivel S, Angaleswari C, Mahalingam PU. 2012. Isolation and identification of
bacteria responsible for flacherie in silkworms. Adv Appl. Sci. Res. 3:
4066-4068.
Situmorang J. 1996. An attempt to produce Attacus atlas L using Barringtonia
leaves as plant fooder. Int. J. of Wild Silkmoth and Silk 1: 25-29.
Solihin DD, Fuah AM. 2010. Budi Daya Ulat Sutera Alam Attacus atlas. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Tellez RA, Guemes FS, Casas EMC, Castro RH. 2010. Bacteria and yeast normal
microbiota from respiratory tract and genital area of bottlenose dolphins
(Tursiops truncatus). J. Microbiol and Microb Biotech 1:666-673.
Todar K. 2011. Streptococcus pneumoniae. [internet]. [diunduh 2014 November
11]; Todar’s Online Textbook of Bacteriology.
Toni dan Paul Shears. 1997. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta (ID): Hiprokrates.
Wongsa P, P Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical Service,
Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park 134/4.
Woo PTK, Bruno DW. 2011. Fish Disease and Disorders. Vol 3. Ed. ke-2.
Inggris (UK): CABI Publishing.
Wulandari R. 2012. Deteksi gen virulen dan uji patogenitas bakteri Aeromonas
hydrophila isolat air Sukabumi pada ikan gurami (Osphronemus gourami).
Skripsi. Bandung (ID): Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA. Universitas
Pendidikan Indonesia

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1991 di Lamongan, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Drs. H. Sumariyono dan Ibu
Lilik Wahyuni. Pendidikan di Taman Kanak-kanak diselesaikan pada tahun 1997
di TK Muhammadiyah. Pendidikan dasar dimulai tahun 1997-2003 di MI
Mazraatul Ulum 2 Paciran. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2006 di MTs Mazraatul Ulum Paciran dan pendidikan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2009 di SMAU BPPT Al-Fattah Lamongan. Pada tahun
yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai
mahasiswa pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Selama
mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
penulis aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi Satwaliar.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan tepat dilalui jalur
khatulistiwa dengan curah hujan turun sepanjang tahun menjadikan Indonesia
kaya akan biodiversitas yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu
serangga yang memiliki potensi adalah ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas)
merupakan ulat sutera yang memiliki beberapa keistimewaan antara lain; serangga
asli Indonesia, dapat hidup sepanjang tahun tidak memiliki musim tertentu (selalu
ada sepanjang tahun) (Peigler 1989), dapat hidup dalam beberapa generasi dalam
setahun (polivoltin) serta hidup dan makan pada berbagai inang tanaman
(polifagus) (Awan 2007; Mulyani 2008).
Permintaan pasar dunia terhadap sutera dalam beberapa tahun terakhir
meningkat. Menurut data yang dikeluarkan International Silk Association (ISA
2000), China merupakan konsumen terbesar sutera yaitu membutuhkan kokon dan
benang sutera mentah mencapai 37.441 ton, diikuti India sebanyak 1.529 ton,
Madagaskar 40 ton dan Nepal sebanyak 2 ton setiap tahun. Kebutuhan benang
sutera di dalam negeri untuk industri belum pernah tercukupi. Persediaan yang
terbatas menyebabkan pembelian benang sutera harus memesan terlebih dahulu
(Ekastuti 2012). Kondisi tersebut menyebabkan pengambilan kokon dari alam
meningkat yang dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan kepunahan A.
atlas di alam. Tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah, hal ini
berkaitan dengan perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca)
disamping pengaruh predator, parasit dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009).
Organ reproduksi betina A. atlas adalah sepasang ovari yang terdapat di
dalam kulit dorsal segmen ke-8 dan tidak nampak dari luar. Bentuk organ tetap
dari mulai menetas sampai larva tumbuh maksimal. Organ ini berkembang pesat
pada stadia pupa, terutama ovari betinanya, dan akhirnya merupakan bagian
utama dari tubuh. Hal ini menunjukkan pentingnya saluran reproduksi betina
dalam kelangsungan populasi A. atlas di alam dan proses budidaya yang akan
dilakukan.
Menurut Situmorang (1996) dalam Awan (2007), selama ini tingkat
keberhasilan proses budidaya di lapangan baru sekitar 10% saja, agar A. atlas
dapat dibudidayakan secara besar-besaran diperlukan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang bioekologi A. atlas tersebut. Belum banyak penelitian
mengenai flora normal, mikroorganisme patogen, dan mikroorganisme yang
bersifat zoonotik pada imago A. atlas di Indonesia. Informasi tersebut dapat
membantu dalam pencegahan penyakit zoonotik antara individu yang terlibat
dalam upaya tersebut, sehingga perlu diadakan penelitian terkait dalam rangka
membantu upaya budidaya A. atlas.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bakteri yang terdapat dalam
saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar A. atlas.

2
Manfaat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

1 55 65

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

1 72 79

Efisiensi Konsumsi Pakan Dan Laju Respirasi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombicidae) Yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) Yang Mengandung Vitamin B1 (TIAMIN)

4 76 78

Pengendalian Ulat Daun Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae ) dan Ulat Krop Crocodolomia binotafis (Lepidoptera: Pyralidae) dengan jamur Beauveria bassiana Pada Tanaman Kubis

0 25 143

Isolasi Dan Identifikasi Berbagai Bakteri Patogen

11 130 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 2.1.1. Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) - Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 2 10

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) - Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 1 10

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 0 11

Efisiensi Konsumsi Pakan Dan Laju Respirasi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombicidae) Yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) Yang Mengandung Vitamin B1 (TIAMIN)

0 0 35