Kerapatan Frekuensi Dominansi Menentukan Indeks Nilai Penting

Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara manual, setelah data dikumpul, diolah, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dijabarkan secara deskriptif. Indeks Nilai Penting Data-data yang dikumpulkan kemudian dihitung Indeks Nilai Penting INP. Besar-besaran ini dihitung dengan rumus Manurung dkk, 2011 :

1. Kerapatan

 Kerapatan Mutlak KM Km =  Kerapatan Relatif KR KR = x 100

1. Frekuensi

 Frekuensi Mutlak FM FM =  Frekuensi Relatif KR FR = x 100

2. Dominansi

 Dominansi D D =  Dominansi DR Universitas Sumatera Utara DR = x 100 Luas Bidang Dasar = πr 2 atau 14πd 2 Pengukuran diameter liana dilakukan pada bagian batang yang berada 25 cm diatas sistem perakaran Asrianny dkk, 2008.

3. Menentukan Indeks Nilai Penting

 INP = KR + FR + DR Indeks Keanekaragaman Untuk mencari keanekaragaman spesies penulis menggunakan indeks Shanon-Wiener dengan rumus sebagai berikut Odum, 1993 : H’ = -∑ pilnpi dimana : pi = ni = Jumlah individu suatu spesies N = Jumlah individu seluruh spesies Ln = Log natural Kategori penilaian untuk keanekargaman jenis adalah sebagai berikut : H’≥ 1 :Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah kestabilan komunitas rendah, 1H’3 :Keanekaragaman sedang, peneyebaran sedang, kestabilan komunitas sedang H’≥ 3 : Keanekaragaman tinggi, peneyebaran tinggi, kestabilan komunitas tinggi Odum,1993. Indeks Dominansi Universitas Sumatera Utara Untuk memperoleh indeks dominansi penulis menggunakan Indeks Simpson yakni Odum, 1993 : C = ∑ pi 2 dimana : pi = C = Indeks dominansi ni = Jumlah individu suatu spesies N = Jumlah individu seluruh spesies Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut : 0 C 0,5 = Dominansi rendah 0,5 C ≤ 0,75 = Dominansi sedang 0,75 C ≤ 1,0 = Dominansi tinggi Odum, 1993 Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Fisika-Kimia Tanah Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 4 transek. Masing – masing transek terdapat di N 04 o 0215,9‖ E 098 o 03 54,2 sebagai transek pertama, N 04 o 02 15,1 E 098 o 03 54,2 transek kedua , N 04 o 02 13,9 E 098 o 03 53,9 transek ketiga dan N 04 o 02 13,1 E 098 o 03 54,8 ditransek yang terakhir yaitu keempat. Faktor fisika-kimia yang diperoleh dari keempat transek di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung pada tabel 1. Tabel.1 Faktor Fisika-Kimia Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung No Aspek yang diukur T1 T2 T3 T4 Rata-rata 1 pH tanah 4,4 4,5 4,7 5 4,65 2 Kelembaban tanah 80 84 82 85 82,75 3 Kelembaban udara 95,5 95 97,5 97 96,25 4 Suhu udara °C 27 26 25 25 25,75 5 Intensitas Cahaya Cd 800 600 750 600 687,5 Tabel 1. merupakan data fisika-kimia dari keempat transek dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Sei Betung dimana nilai pH tanah berkisar antara 4-5 dengan rata-rata 4,65 yang artinya pH tanah di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung di bawah 7 sehingga termasuk kategori asam, kelembaban tanah berkisar 80-85 dengan rata-rata 82,75 kelembaban tanah tersebut tergolong tinggi yang berarti sangat lembab. Kelembaban udara dikeempat transek berkisar 95-97,5 dengan rata-rata 96,25 yang termasuk dalam kategori kelembaban yang cukup tinggi artinya kelembaban Universitas Sumatera Utara udara di hutan sekunder Resort Sei Betung tinggi atau kondisi lembab. Suhu udara dari keempat transek dihutan sekunder termasuk sedang dengan nilai berkisar 25- 27°C dan rata-rata 25,75 yang artinya keadaan didalam hutan sekunder Resort Sei Betung tidak terlalu panas. Intensitas cahaya dari keempat transek berkisar 600- 800 Cd dengan rata-rata 687,5 Cd, nilai intensitas cahaya ini termasuk dalam kategori sedang. yang artinya intensitas cahaya matahari di Hutan Sekunder Resort Sei Betung tidak terlalu tinggi. Cahaya matahari dihutan sekunder Resort Sei Betung tidak terlalu tinggi karena hutan sekunder merupakan hutan yang telah disusun dengan komunitas yang tinggi sehingga tutupan tajuk termasuk rapat yang menyebabkan cahaya matahari terhambat untuk menembus hingga kedalam hutan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan liana yaitu intensitas cahaya yang tinggi. Pasokan cahaya yang tinggi di hutan disebabkan rendahnya tutupan kanopi. Hutan yang sudah terganggu karena penutupan kanopi yang rendah dapat memberikan peluang yang baik untuk pertumbuhan liana jika dibandingkan dengan hutan yang belum terganggu. Selain itu, intensitas cahaya yang tinggi juga dipengaruhi oleh daerahposisi liana tumbuh seperti pada puncak atau lereng gunung. Keanekaragaman dan Kelimpahan Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Keanekaragaman dan kelimpahan liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung ditemukan dari keempat transek dan 40 plot pengamatan dengan luas petak contoh 20 m x 20 m seperti terlihat pada tabel 2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Tabel Keanekaragaman dan Kelimpahan Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung No Nama Tumbuhan Nama Lokal Total Jenis Family Keterangan 1 Amaranthus sp. Akar Bayam 8 Pembelit Amarantaceae Dimakan 2 Bauhinia sp. Akar Kupu - Kupu 48 Pembelit Fabaceae Dimakan 3 Calofogonium mucuonides Akar Kacangan Daun Besar 202 Perambat Fabaceae Dimakan 4 Centrosema virginianum Akar Kacangan Daun Kecil 93 Perambat Fabaceae Dimakan 5 Cnestis platantha Akar Asam Belimbing 2 Perambat Oxalidaceae Dimakan 6 Cossinium fenestratum Akar Tubelesung 24 Perambat Sapotaceae Dimakan 7 Ficus sp Akar Beringin 2 Perambat Moraceae Dimakan 8 Hyperminilatum Akar Senkadok 1 Perambat Piperaceae Dimakan 9 Memexilon sp. Akar Cantikan 3 Pembelit Melastomaceae Dimakan 10 Microneles Akar Tiga Urat 29 Perambat Melastomaceae Dimakan 11 Piper miniatum Akar Sirihan 7 Bersulur Piperaceae Dimakan 12 Poikilespermum suaveolens Akar Tepus 8 Perambat Moraceae Dimakan 13 Stenoclaena polustris Akar Pakis Kawat 102 Perambat Stenocleacea Dimakan 14 Tinomiscium phytocrenoides Akar Susu Kambing 5 Perambat Sapotaceae Dimakan 15 Uncaria glabra Akar Kait Kait Besar 88 Perambat Rubiaceae Dimakan ∑ 622 Hasil penelitian identifikasi jenis liana di Hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung ditemukan 15 jenis liana dengan jumlah total individu sebanyak 622 individu. Keluruhan jenis liana ini dijadikan pakan oleh orangutan sumatera Pongo Abelii dan ketersediannya akan berbanding lurus dengan keberadaan orangutan sumatera Pongo Abelii didalamnya. Semakin banyak jenis liana yang menjadi pakan di hutan sekunder , maka semakin sering orangutan sumatera Pongo Abelii memasuki area hutan ini begitu juga sebaliknya. Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu Calofogonium mucuonides dengan jumlah total 202 individu dan diikuti oleh Tinomiscium phytocrenoides Universitas Sumatera Utara dengan jumlah total individu sebanyak 102 individu. Jenis liana yang paling banyak ditemukan dihutan sekunder Resort Sei Betung yaitu jenis liana perambat dimana sebanyak 11 spesies liana yang memiliki jenis leaners perambat yaitu liana yang tidak mempunyai perlengkapan khusus untuk berpegangan pada tumbuhan penopang, sebanyak 1 spesies jenis liana yang memiliki sulur tendril lianas, dan 3 jenis liana yang termasuk liana pembelit twiner dimana seluruh batangnya membelit mengelilingi batang tumbuhan penopang . Data yang diperoleh dapat dilihat bahwa cara liana memperoleh sinar matahari di hutan tersebut yaitu didominasi dengan cara merambat dan banyaknya ditemukan liana menunjukkan bahwa tipe hutan tersebut merupakan tipe hutan hujan tropis Mohammad dkk, 2014 Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat keanekaragaman tumbuhan liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser TNGL Resort Sei Betung menunjukkan perbedaan jumlah spesies pada setiap transek. Perbedaan jumlah spesies selain dipengaruhi oleh keadaan internal hutan sekunder juga dipengaruhi oleh faktor biotik seperti ketersediaan inang di beberapa areal pengamatan sehingga beberapa jenis liana sangat sedikit ditemukan karena ketersediaan inang yang sedikit pula. Adapun faktor abiotik, seperti faktor fisika-kimia meliputi suhu udara yang memiliki rata-rata 25,75 °C, kelembaban udara rata-rata 96,25 , kelembabatan tanah 82,75, intensitas cahaya rata-rata 687 Cd, dan pH tanah rata-rata 4,65. Menurut Restiani dkk 2013 perbedaan komposisi iklim ini akan berpengaruh terhadap lingkungan serta mempengaruhi pertumbuhan liana. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman jenis liana adalah kelembaban udara, intensitas cahaya dan suhu. Kelembaban udara di hutan Universitas Sumatera Utara sekunder TNGL Resort Sei Betung berkisar 95 - 97,5. Pada kondisi ini seharusnya tumbuhan liana masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Asriany dkk 2008, tumbuhan liana dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan parameter lingkungan khusus yaitu suhu dan kelembaban lebih dari 80. Selain itu yang mempengaruhi indeks keanekaragaman liana adalah suhu, dimana hutan sekunder TNGL resot sei betung memiliki suhu lingkungan yang berkisar 25 °C – 27 °C. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian pula sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Jadi liana dihutan sekunder tergolong dalam kategori liana kuat karena bisa tumbuh di suhu yang cukup tinggi. Selain kelembaban dan suhu, intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman tumbuhan liana. Cahaya matahari memberikan energi bagi ekosistem, yaitu mendukung proses fotosintesis berjalan dengan baik Iji dkk, 2015. Intenistas matahari di hutan sekunder yaitu 700 Cd yang tergolong baik dan dapat memberikan cahaya matahari dengan baik namun beberapa liana dibagian bawah hutan yang tergolong kecil dan herba lebih sedikit ditemukan karena untuk mempertahankan hidupnya liana tersebut membutuhkan sinar matahari untuk hidup namun beberapa areal memiliki tutupan tajuk yang sangat rapat sehingga sangat sedikit sinar matahari yang mampu sampai kebawah sehingga beberapa jenis liana yang tergolong kecil dan herba tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut. Selain faktor lingkungan, faktor lain yang dapat mempengaruhi keanekaragaman suatu komunitas adalah pertahanan diri dari kepunahan. Misalnya kepunahan yang disebabkan oleh faktor alam berupa tumbangnya pohon Universitas Sumatera Utara sehingga menimpa tumbuhan lainnya. Semakin banyak liana yang merambat atau membelit pada pohon disekitarnya maka dapat mencegah tumbangnya pohon akibat dari angin kencang. Jenis liana yang tumbuh di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung juga berasosiasi dengan cara merambat atau membelit pada pohon disekitarnya. Tujuan liana merambat di pohon adalah untuk mendapatkan sinar matahari secara optimum sebagai sumber fotosintesis. Liana membelit dan memanjat pohon yang ada disekitarnya menggunakan bantuan sulur atau batang tumbuhan liana sendiri supaya bisa mencapai ketinggian tertentu, terkadang sampai membentuk kanopi-kanopi yang menyebabkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari. Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Kemerataan E, Indeks Kekayaan R dan Indeks Dominansi C Nilai indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks kekayaan dan indeks dominansi liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser akan ditampilkan dalam bentuk per transek dan total dari satu stasiun pengamatan yang meliputi empat transek dan 40 plot pengamatan yang dapat mewakili kawasan hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung. Adapun nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 3. berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Kemerataan E, Indeks Kekayaan R dan Indeks Dominansi C Liana per Transek di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Jumlah Individu No Nama Tumbuhan T1 T2 T3 T4 1 Amaranthus sp. 3 4 2 Bauhinia sp. 16 2 15 15 3 Calofogonium mucuonides 35 38 70 59 4 Centrosema virginianum 11 26 36 20 5 Cnestis platantha 1 1 6 Cossinium fenestratum 8 1 8 7 7 Ficus sp 2 8 Hyperminilatum 1 9 Memexilon sp. 1 2 10 Microneles 3 26 11 Piper miniatum 3 4 12 Poikilespermum suaveolens 4 4 13 Stenoclaena polustris 29 24 30 19 14 Tinomiscium phytocrenoides 4 1 15 Uncaria glabra 10 35 15 28 Jumlah Total Individu ∑ 125 135 177 185 Indeks Keanekaragaman H 2,04 1,68 1,61 1,96 Indeks Kemerataan E 0,451 0,367 0,312 0,376 Indeks Kekayaan R 2,692 1,834 1,159 1,915 Indeks Dominansi C 0,148 0,201 0,243 0,175 Tabel 3. menyajikan jumlah total masing- masing individu dari 10 plot pengamatan pada masing-masing transek serta jumlah total individu dari keseluruhan spesies yang ditemukan di masing-masing transek, indeks keanekaragaman H’, indeks dominansi C, indeks kekayaan R, Indeks kemerataan E. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah total individu dari 15 spesies pada transek 1 sebanyak 125 individu, pada transek 2 sebanyak 135 Universitas Sumatera Utara individu, pada transek 3 sebanyak 177 individu dan pada transek 4 sebanyak 185 individu. Indeks keanekaragaman H’ liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung pada transek 1 yaitu 2,04 dan transek 2 yaitu 1,68 termasuk dalam kategori keanekaragaman yang sedang, penyebaran sedang dan kestabilan komunitas yang sedang sedangkan indeks keanekaragaman liana pada transek 3 dan 4 yaitu 1,61 dan 1,96 yang termasuk kedalam kategori keanekaragaman yang sedang, penyebaran sedang dan kestabilan komunitas yang sedang. Dari keempat transek di dapat H’ tertinggi terdapat pada transek 1 yait u 2,04 sedangkan H’ terendah terdapat pada transek 3 yaitu 1,61. Indeks kemerataan liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung pada transek 1 yaitu 0,451, pada transek 2 yaitu 0,367, pada transek 3 yaitu 0,312 dan pada transek 4 yaitu 0,376. Nilai indeks kemerataan pada hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser dari keempat transek pengamatan memiliki nilai 0,6 yang artinya kemerataan liana di area tersebut termasuk dalam kategori rendah. Nilai kemerataan suatu jenis ditentukan oleh distribusi setiap jenis pada masing-masing plot secara merata. Semakin merata suatu jenis dalam seluruh lokasi penelitian maka samakin tinggi nilai kemerataannya. Pada penelitian ini diperoleh bahwa jenis liana yang ditemukan pada setiap plot tidak merata hanya beberapa jenis liana saja yang hadir pada plot pengamatan sehingga kemerataan liana dihutan sekunder Resort Sei Betung pun rendah. Indeks kekayaan liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung dari keempat transek dimana pada transek 1 yaitu 2,692, pada transek 2 yaitu 1,834, pada transek 3 yaitu 1,159 dan pada transek 4 yaitu 1,915. Universitas Sumatera Utara Nilai indeks kekayaan berdasarkan indeks Margallef 3,5 termasuk kategori rendah dengan demikian berdasarkan data dari keempat transek diperoleh bahwa jenis tumbuhan liana yang tumbuh di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung menunjukkan jumlah kekayaan yang rendah. Indeks kekayaan yang rendah menunjukkan bahwa jenis tumbuhan liana yang ada hutan sekunder tidak banyak. Semakin tinggi nilai indeks kekayaan jenis suatu kawasan menunjukkan semakin banyak jenis tumbuhan yang menempati wilayah tersebut dan sebaliknya Restiani dkk, 2013. Indeks dominansi pada transek 1 yaitu 0,148 pada transek 2 yaitu 0,201 pada transek 3 yaitu 0,243 dan transek 4 yaitu 0,175, berdasarkan indeks Simpons indeks dominansi dengan nilai 0,5 maka suatu komunitas memiliki indeks dominansi yang rendah maka hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung memiliki indeks dominansi liana yang rendah Tabel 4 . Tabel 4 . Nilai Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Kemerataan E, Indeks Kekayaan R dan Indeks Dominansi C Total Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung No Kriteria Nilai Kategori 1 Indeks Keanekaragaman H’ 1,962 Sedang 2 Indeks Kemerataan E 0,376 rendah 3 Indeks Kekayaan R 2,176 Rendah 4 Indeks Dominansi C 0,369 Rendah Tabel 4. menyajikan nilai rata-rata Indeks keanekaragaman, indeks dominansi, indeks kekayaan dan indeks kemerataan dari keempat transek yang artinya menggambarkan nilai keempat kriteria tersebut dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung. Nilai indeks keanekaragaman liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu Universitas Sumatera Utara H’= 1,962 termasuk dalam kategori sedang. Nilai Indeks kemerataan liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu E = 0,376 dengan kategori rendah. Nilai Indeks kekayaan liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu R = 2,176 dengan kategori rendah. Nilai Indeks dominansi liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu C = 0,369 dengan kategori rendah. Nilai indeks kemeretaan E tumbuhan liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu E= 0,376 artinya nilai ini menunjukkan bahwa kemerataan tumbuhan liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung tergolong rendah. Nilai kemerataan suatu jenis ditentukan oleh distribusi setiap jenis pada masing-masing plot secara merata. Semakin merata suatu jenis dalam seluruh lokasi penelitian maka samakin tinggi nilai kemerataannya. Sebaliknya jika beberapa jenis tertentu dominan sementara jenis lainnya tidak dominan atau densitasnya lebih rendah, maka nilai kemerataan komunitas yang bersangkutan akan lebih rendah Restiani dkk, 2013. Berdasarkan data hasil penelitian liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung distribusi setiap jenis liana disemua plot cukup merata sehingga nilai transek memperoleh nilai indeks kemerataan 0,6 yang artinya kemerataan liana rendah. Nilai indeks kemerataan jenis tumbuhan liana di hutan ini tergolong rendah hal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ketahanan hidup tumbuhan liana yang masih tergolong tidak mampu bersaing dalam mendapatkan nutrisi selain itu juga faktor-faktor abiotik seperti suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah dan intensitas cahaya matahari yang diperoleh setiap transek tidak jauh berbeda dikarenakan hutan sekunder Universitas Sumatera Utara masih dalam proses pertumbuhan dan pembentukan vegetasi. Sejalan dengan pernyataan Odum 1993 bahwa penyebaran jenis merupakan hasil atau akibat dari berbagai sebab, yaitu akibat dari pengumpulan individu-individu dalam suatu tempat yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan ruang tempat. Besarnya nilai indeks kekayaan R total liana pada penelitian ini yaitu R= 2,176 yang artinya berdasarkan indeks Margallef nilai ini menunjukkan bahwa tumbuhan liana pada hutan sekunder Resort Sei Betung memiliki kekayaan yang rendah. Semakin rendah nilai indeks kekayaan jenis suatu kawasan menunjukkan semakin sedikit jenis tumbuhan yang menempati wilayah tersebut sebaliknya semakin tinggi nilai indeks kekayaan maka semakin banyak jenis tumbuhan yang menempati wilayah tersebut Restiani dkk, 2013. Dengan demikian hutan sekunder Taman Nasional Resort Sei Betung memiliki jenis tumbuhan liana yang tidak terlalu banyak yaitu 15 jenis liana. Sedangakan berdasarkan hasil penelitian Restiani dkk 2013 memperoleh nilai indeks kekayaan nilai sebesar 3, 623 yang menunjukkan bahwa kekayaan jenis liana tergolong sedang dapat dilihat pula bahwa jenis tumbuhan liana yang ditemukan hanya 24 jenis maka dengan membandingkan kedua penelitian ini dapat membuktikan bahwa semakin sedikit jenis tumbuhan yang ditemukan disuatu wilayah maka semakin kecil pula nilai indeks kekayaan. Pada penelitian ini tumbuhan liana pada hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leusser Resort Sei Betung memiliki nilai indeks dominansi C = 0,369 sehingga dominansi liana pada hutan sekunder Resort Sei Betung termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian ini hanya beberapa jenis liana yang banyak ditemukan dan yang paling banyak ditemukan dari keseluruhan areal pengamatan Universitas Sumatera Utara yaitu Uncaria glabra, Calofogonium mucuonides dan Stenoclaena polustris sedangkan jumlah jenis liana lainnya yang ditemukan tidak terpaut jauh berbeda dan lebih sedikit dibandingkan keempat spesies tersebut .Hal tersebut dikarenakan faktor biotik dan abiotik yang telah dijelaskan diatas. Indeks Nilai Penting INP Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser TNGL Resort Sei Betung Indeks Nilai Penting INP liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung akan disajikan dan dikaji secara total dalam bentuk per transek dan secara total dari satu stasiun pengamatan yang meliputi empat transek dan 40 plot pengamatan yang mewakili kawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung. Adapun Indeks Nilai Penting liana secara total dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5. Indeks Nilai Penting INP Liana per Transek di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser TNGL Resort Sei Betung Indeks Nilai Penting INP No Nama Tumbuhan T1 T2 T3 T4 1 Amaranthus sp. 12,24 11,62 2 Bauhinia sp. 18,80 6,58 19,92 20,97 3 Calofogonium mucuonides 73,14 46,51 105,06 60,06 4 Centrosema virginianum 26,68 37,04 43,35 23,77 5 Cnestis platantha 3,31 3,80 6 Cossinium fenestratum 15,20 3,32 27,13 25,03 7 Ficus sp 7,29 8 Hyperminilatum 5,60 9 Memexilon sp. 3,50 4,16 10 Microneles 18,98 0,40 35,47 Universitas Sumatera Utara 11 Piper miniatum 0,14 7,44 12,40 12 Poikilespermum suaveolens 7,81 9,40 13 Stenoclaena polustris 47,73 43,53 47,59 29,87 14 Tinomiscium phytocrenoides 11,44 2,50 2,35 15 Uncaria glabra 60,31 137,18 46,55 74,59 ∑ 100 100 100 300 Tabel.5 diatas merupakan hasil pengolahan data Indeks Nilai Penting masing-masing spesies liana dari keempat transek. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa pada transek 1 Indeks Nilai Penting INP liana yang paling tinggi yaitu Calofogonium mucuonides dengan nilai INP 73,14 diikuti oleh Uncaria glabra dengan nilai 60,31 dan Indeks Nilai Penting INP yang paling rendah pada transek 1 yaitu piper miniatum dengan nilai 0,14. Sedangkan untuk Amaranthus sp. tidak ditemukan ditransek 1 sehingga nilai INP 0,00. Pada transek 2 jenis liana yang memiliki Indeks Nilai Penting INP paling tinggi yaitu Uncaria glabra dengan nilai INP 137,18 diikuti oleh Calofogonium mucuonides dengan nilai INP 46,51 dan jenis liana yang memiliki nilai INP paling rendah pada transek 2 yaitu Cossinium fenestratum dengan nilai INP 3,32 sedangkan untuk Ficus sp, Hyperminilatum, Microneles, Tinomiscium phytocrenoides, Piper miniatum dan Cnestis platantha, tidak ditemukan di transek 2 sehingga nilai INP 0,00. Pada transek 3 jenis liana yang memiliki nilai INP paling tinggi yaitu Calofogonium mucuonides dengan nilai INP 105,06 diikuti oleh Uncaria glabra. dengan nilai INP 46,55 dan jenis liana yang memiliki nilai INP paling rendah yaitu Microneles dengan nilai INP 0,40 dan pada transek 3 Ficus sp, Hyperminilatum, Poikilespermum suaveolens ,Memexilon sp. Amaranthus sp. dan Universitas Sumatera Utara Cnestis platantha dan juga tidak ditemukan sehingga nilai INP 0,00 sedangkan pada transek 4 diperoleh bahwa jenis liana yang memiliki nilai INP paling tinggi yaitu Uncaria glabra dengan nilai INP 74,59 diikuti oleh Calofogonium mucuonides dengan nilai INP 60,06 dan jenis liana yang memiliki nilai INP terendah yaitu Tinomiscium phytocrenoides dengan nilai INP 2,35 dan jenis liana yang tidak ditemukan ditransek ini yaitu Ficus sp, Hyperminilatum, Memexilon sp. dan Poikilespermum suaveolens. Dari keempat transek INP tertinggi didominasi oleh jenis Calofogonium mucuonides pada transek 1 dan 3 sedangkan jenis Uncaria glabra pada transek 2 dan 4 . hal tersebut disebabkan karena pada keempat transek nilai dominansi relatif Calofogonium mucuonides dan Uncaria glabra jauh lebih tinggi dibandingkan oleh jenis akar yang lain. Hal ini juga disebabkan oleh nilai diameter kedua jenis ini pada setiap transek memiliki nilai yang cukup tingggi sehingga dominansi relatifnya juga tinggi sehingga mempengaruhi nilai INP. walaupun dari keempat transek jumlah individu Uncaria glabra lebih banyak dibandingkan Tetrastigma hookeri namun dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai INP Dari data diatas dapat dilihat juga bahwa perbedaan jumlah individu liana dan spesies yang ditemukan cukup jauh berbeda. Jumlah individu liana antar transek memiliki selisih yang jauh dan spesies yang ditemukan antar transek hampir sama semua tidak merata pada setiap transek. Beberapa jenis liana tidak ditemukan seperti pada transek yang lain. Hal tersebut mengakibatkan nilai INP liana dari masing-masing transek memiliki perbedaan yang cukup jauh. Jumlah liana yang memiliki selisih yang cukup jauh dan jenis liana yang memiliki perbedaan pada setiap transeknya juga disebabkan oleh faktor fisika kimia yang Universitas Sumatera Utara memiliki nilai cukup jauh berbeda juga baik pH tanah, suhu udara, kelembaban tanah, kelembaban udara dan intensitas cahaya matahari kelima aspek tersebut masih memiliki nilai yang sangat dekat. pH dari keempat transek berkisar 4-5 yang berarti keempat transek memilki kategori asam. Kelembaban tanah berkisar 80-85 dan kelembaban udara 95-97,5 yang artinya ari masing-masing transek memiliki nilai kelembaban tanah dan udara cukup tinggi dan intesitas cahaya 700- 800 Cd yang artinya masing-masing transek memiliki intensitas cahaya yang sedang. Hutan sekunder Resort Sei Betung memiliki tajuk yang tidak terlalu rapat disemua area sehingga cahaya matahari dapat sepenuhnya masuk karena tidak semua terhalang oleh tutupan tajuk oleh sebab itu intensitas cahaya matahari di dalam hutan sekunder Resort Sei Betung cukup tinggi. Keadaan lingkungan hutan sekunder dari keempat transek yang tidak terpaut jauh berbeda atau masih dikatakan kondisi lingkungan yang hampir sama yang membuat jumlah indvidu tidak jauh berbeda dan jenis liana yang ditemukan juga hampir sama semua dari setiap transek.disamping juga hutan sekunder merupakan hutan daerah restorasi yang tajuknya masih sangat muda dan masih dalam proses pembentukan tajuk besar sehingga faktor ini juga sangat mempengaruhi keberadaan liana. Indeks Nilai Penting INP adalah salah satu parameter digunakan untuk menggambarkan tingkat penguasaan suatu jenis terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu jenis maka semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan lingkungannya dan sebaliknya Muhammad dkk, 2014. Dari data diatas dapat dilihat bahwa masing-masing jenis liana pada masing-masing transek memiliki nilai INP yang berbeda hal tersebut disebabkan oleh berbedanya jumlah total masing-masing individu pada masing- masing transek, berbedanya frekuensi Universitas Sumatera Utara kehadiran masing-masing jenis liana dari keseluruhan plot dan berbedanya Luas bidang dasar setiap individu dari masing-masing jenis liana sehingga masing- masing jenis liana juga memiliki dominansi relatif yang berbeda-beda pada setiap transek . Dari data penelitian dapat dilihat pada hutan sekunder jenis liana yang memiliki tingkat penguasaan komunitas paling tinggi pada transek 1,2 dan 4 yaitu Calofogonium mucuonides dan Uncaria glabra sedangkan pada transek 3 dan jenis liana yang memiliki tingkat penguasaan komunitas paling tinggi adalah Stenoclaena polustris dan Calofogonium mucuonides Sehingga tipe vegetasi liana pada transek 1,2 dan 4 adalah Fabaceae dan tipe vegetasi liana pada transek 3 dan 4 adalah Stenocleae Tabel 6. Indeks Nilai Penting INP Total Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung No Nama Tumbuhan KR FR DR INP 1 Amaranthus sp. 1,28 4,59 0,37 6,26 2 Bauhinia sp. 7,71 7,47 1,43 16,62 3 Calofogonium mucuonides 32,47 17,24 21,59 71,31 4 Centrosema virginianum 14,95 16,09 1,16 32,20 5 Cnestis platantha 0,32 1,14 0,33 1,80 6 Cossinium fenestratum 3,85 6,89 6,19 16,95 7 Ficus sp 0,32 0,57 1,01 1,91 8 Hyperminilatum 0,16 0,57 0,73 1,46 9 Memexilon sp. 0,48 1,14 0,11 1,74 10 Microneles 4,66 5,17 5,71 15,55 11 Piper miniatum 1,12 2,29 1,65 5,08 12 Poikilespermum suaveolens 1,28 1,72 1,03 4,04 Universitas Sumatera Utara 13 Stenoclaena polustris 16,39 20,68 3,40 40,49 14 Tinomiscium phytocrenoides 0,80 1,72 1,53 4,06 15 Uncaria glabra 14,14 12,64 53,67 80,46 ∑ 100 100 100 300 Tabel 6. menyajikan hasil pengolahan data nilai Indeks Nilai Penting INP total liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser. Hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa jenis liana yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu Uncaria glabra akar kait – kait besar dengan nilai INP 80,46 diikuti oleh Calofogonium mucuonides akar kacangan daun besar dengan nilai INP 71,31 oleh sebab itu tipe vegetasi liana di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser yaitu dari jenis akar kait – kait besar dan akar kacangan berdaun besar. Jenis liana yang memiliki Indeks Nilai Penting paling rendah yaitu Hyperminilatum. dengan nilai INP 1,46. Dengan demikian jenis liana yang memiliki tingkat penguasaan komunitas yang tertinggi di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser yaitu Uncaria glabra dikuti oleh Calofogonium mucuonides dan jenis liana yang memiliki tingkat penguasaan komunitas paling rendah dihutan sekunder Taman nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu Hyperminilatum. Tinggi atau rendahnya jumlah individu setiap spesies liana di pengaruhi oleh arah lereng gunung. Hal ini berkaitan dengan intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan. Lereng yang menghadap Utara dan Timur cenderung memberikan kualitas tempat tumbuh yang lebih baik dibanding lereng yang menghadap ke Selatan dan Barat Mohammad dkk, 2014. Pada transek I dan III dilakukan diareal yang menghadap ke Timur dan diperoleh juga bahwa jumlah Universitas Sumatera Utara tumbuhan liana yang ditemukan lebih banyak dibandingkan jumlah individu liana yang ditemukan di transek II dan IV yang berada diareal yang menghadap ke Barat. Jumlah liana yang ditemukan ditransek I dan II yaitu 125 dan 135 individu sedangkan di transek II dan IV sebanyak 177 dan 185 individu. Hal ini membuktikan bahwa intensitas matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan liana dimana semakin tinggi atau semakin banyak intensitas matahari disuatu areal maka semakin baik untuk pertumbuhan liana sehingga liana dapat tumbuh dengan baik dan potensi untuk ditemukan liana semakin banyak. Tutupan tajuk pada suatu area juga mempengaruhi pertumbuhan liana karena semakin rapat tutupan tajuk pada suatu hutan maka semakin rendah intensitas matahari sehingga liana terhambat untuk tumbuh. Liana menjalar atau merambat tumbuhan lain yang biasa disebut sebagai tamanan inang untuk mendapatkan sinar matahari. Suatu areal yang memiliki tutupan tajuk sangat rapat mengakibatkan jenis liana sedikit karena jenis liana yang mampu mencapai tajuk untuk mendapatkan sinar matahari yang mampu bertahan hidup sedangkan untuk liana yang kecil biasanya sedikit ditemukan karena hanya beberapa jenis tumbuhan liana yang mampu bertahan hidup diareal bawah dari hutan yang sangat rendah intensitas mataharinya. Indeks Kesamaan IS Liana antar Transek di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser TNGL Resort Sei Betung Nilai indeks kesamaan liana antar transek dari keempat transek pengamatan di hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung dapat dilihat pada tabel 7 : Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Indeks Kesamaan IS Liana antar Transek di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Transek T1 T2 T3 T4 T1 - 75 T2 - 75 T3 - T4 - Tabel 7. merupakan tabel yang menunjukkan nilai indeks kesamaan IS antar transek dari keempat transek. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Indeks Kesamaan jenis liana transek 1 dengan transek 4 dan transek 2 dengan transek 3 sebesar 75 yang artinya kesamaan jenis liana pada T1T4, dan T2T3 dominan tinggi karena hanya 25 ketidaksamaan jenis liana pada masing-masing wilayah tersbut. Berdasarkan aturan 50 dari Kendeigh 1980 menyatakan bahwa bilamana indeks kesamaan dari dua komunitas yang dibandingkan lebih besar dari 50 maka kedua komunitas yang dibandingkan tersebut dianggap satu komunitas bukan menjadi dua komunitas yang berbeda. Oleh sebab itu berarti liana-liana yang terdapat pada transek-transek yang diamati yang berada dalam hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser masih tetap termasuk dalam satu komunitasvegetasi yang sama yaitu Rubiaceae-Vitaceae . Tingginya indeks kesamaan disebabkan oleh kesamaan jenis liana yang ditemukan pada masing-masing transek tinggi. Kesamaan jenis liana yang ditemukan pada masing-masing transek tinggi disebabkan oleh kondisi lingkungan yang dimiliki masing-masing transek sangat tidak jauh berdeda seperti suhu, pH, kelembaban udara dan tanah serta intensitas cahaya matahari. Keenam nilai kondisi fisika-kimia yang tidak jauh berbeda pada setiap transek menyebabkan setiap transek memiliki potensi ditumbuhi oleh jenis liana yang Universitas Sumatera Utara sama. Oleh sebab itu jenis liana pada masing-masing transek dari keempat transek dihutan sekunder Resort Sei Betung memiliki kesamaan yang tinggi. Hasil penelitian Setia 2009 mengatakan bahwa jenis liana berupa Tinomiscium phtytocrenoides merupakan jenis liana yang merupakan sumber pakan bagi Orangutan. Bagian yang menjadi sumber pakan bagi Orangutan dari liana jenis Tinomiscium phytocrenoides yaitu buahnya. Berdasarkan hasil penelitian kajian ekologi liana dihutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung juga menemukan liana jenis Tinomiscium phytocrenoides dengan demikan penelitian Setia 2009 dapat menjadi referensi yang mendukung bahwa Tinomiscium phytocrenoides yang ada dihutan sekunder Resort Sei Betung juga berfungsi bagi Orangutan Sumatera Pongo abelii sebagai sumber pakan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Muhammad dkk 2014 jenis liana yang ditemukan adalah jenis liana yang bernilai ekonomis, dan medis seperti Khortalsia sp. dan Caparis sp. dan Dioscorea alata. Deskripsi Jenis Liana di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

1. Amaranthus sp. Akar Bayam