Diabetes Mellitus II. TINJAUAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN WANI (Mangifera caesia) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN.

sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu dengan meningkatkan glikogenesis. Tanin juga berfungsi sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat mengkerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan akibatnya menghambat asupan gula dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi. 2. Saponin Saponin adalah glikosida triterpen yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun yang jika dikocok kuat akan menimbulkan busa. Saponin konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah pada tikus. Pada umumnya saponin bereaksi netral larut dalam air, beberapa ada yang bereaksi asam sukar larut dalam air, dan sebagian kecil ada yang bereaksi basa Harborne, 1987; Sirait, 2007.

C. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus DM yang biasa dikenal kencing manis diartikan sebagai suatu penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Insufiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel- sel tubuh terhadap insulin Departemen Kesehatan RI, 2006. Penyebab DM adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber enerji dan mensintesis lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah hiperglikemia dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan, oleh karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa lelah Tan dan Rahardja, 2002. Klasifikasi diabetes yang utama ada dua, yaitu, diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10 dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Diabetes tipe ini disebabkan kerusakan sel- sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel- sel σ memproduksi hormon somatostatin. Serangan autoimun secara selektif menghancurkan sel- sel β. Destruksi otoimun dari sel- sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defesiensi sekresi insulin. Defesiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai diabetes tipe 1. Selain defesiensi insulin, fungsi sel- sel α kelenjar pankreas pada penderita diabetes tipe 1 juga menjadi tidak normal Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Penderita diabetes tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel- sel α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes tipe 1, sekresi glukagon akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita diabetes tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapatkan terapi insulin Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan diabetes tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari diabetes tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resistensi insulin. selain resistensi insulin, pada penderita diabetes tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun, tidak terjadi perusakan sel- sel β langerhans secara autoimun sebagaimana terjadi pada diabetes tipe 1. Dengan demikian, defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula su atu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuver-manuver teurapetik yang mengurangi hiperglikemia tersebut Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Gejala dan tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. 1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umum timbul yaitu polifagia banyak makan, polidipsia banyak minum dan poliuria banyak kencing. Selain gejala tersebut, gejala lain yang sering timbul adalah nafsu makan mulai berkurang, berat badan turun dengan cepat, mudah lelah dan mual. 2. Gejala Kronik Penyakit Diabetes Mellitus Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, kram, capek, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan kemampuan seksual menurun, bahkan impoten dan ibu hamil sering mengalami gangguankematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dan 4 kg Karakteristik pada penderita dapat dilakukan dengan pemeriksaan pada kelompok dengan salah satu faktor terjadinya diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun, memiliki berat badan lebih dari berat badan relatif BBR 110 dan berat badan ideal BBI atau Index Massa Tubuh IMT 23 kgm 2 , tekanan darah tinggi atau hipertensi 14090 mmHg, riwayat penyakit diabetes karena faktor keturunan, riwayat abortus yang berulang- ulang dan melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram, kolesterol HDL 35 mgdl atau kadar trigliserida 250 mgdl PERKENI, 2002. Resiko diabetes mellitus dapat terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, obesitaskegemukan, hipertensi, adanya hisipidemia gangguan pada lemak Sukarji, 2002. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa penderita diabetes dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis Diabetes Melitus DM Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu mgdl Plasma vena 100 100-199 200 Darah kapiler 90 90-199 200 Kadar glukosa darah puasa mgdl Plasma vena 100 100-125 126 Darah kapiler 90 90-99 100 Sumber: DiPiro dkk., 2005

D. Mekanisme Kerja Senyawa Aktif pada Tumbuhan untuk Menurunkan