Kesimpulan Spiritualitas KESIMPULAN DAN SARAN

43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita kanker organ reproduksi mayoritas menderita kanker serviks pada stadium 2A dengan lama menderita selama 1 tahun. Karakteristik sosio demografi dari penelitian ini mayoritas responden berusia 46-65 tahun, agama Islam, suku jawa, pendidikan terakhir SMP, ibu rumah tangga, dan menikah serta menggunakan BPJS. Mayoritas spiritualitas wanita penderita kanker organ reproduksi berada pada tingkatan spiritualitas yang tinggi yang meliputi dimensi vertikal yaitu hubungan dengan Tuhan dan dimensi horizontal meliputi hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan lingkungan. 6.2 Saran 6.2.1 Bagi praktik keperawatan Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar perawat mempertahankan serta meningkatkan tingkat spiritualitas wanita penderita kanker organ reproduksi

6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan peneliti selanjutnya agar mengidentifikasi hubungan karakteristik wanita penderita kanker organ reproduksi dengan tingkat spiritualitas. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spiritualitas

2.1.1 Definisi Spiritualitas Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata latin “spiritus” yang berarti nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani, “pneuma”, atau nafas yang mengacu pada nafas hidup atau jiwa. Menurut Dossey, et al 2000 dalam Young Koopsen, 2005, spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti napas, spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia. Menurut Miller 1995 dalam Young Koopsen, 2005, spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara diri sendiri, sesama, alam, dan Allah atau sumber hidup. Karena dibentuk melalui pengalaman kultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang universal. Dalam Kozier, Erb, Blais Wilkinson 2004, Spiritualitas adalah suatu kepercayaan akan adanya hubungan dengan suatu kekuasaan yang lebih tinggi, memiliki kekuatan, mengandung aspek tentang Tuhan, dan memiliki sumber kekuatan yang tidak terbatas dan terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Universitas Sumatera Utara 6 2.1.2 Karakteristik Spiritualitas Karakteristik spiritualitas pada setiap individu didasarkan pada kebutuhan berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain atau sesama, dan hubungan dengan lingkungan atau alam Bukhardt 1993 dalam Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. 2.1.2.1 Hubungan dengan Tuhan Meliputi agamis atau tidak agamis, seperti berdoa, sembahyang, memiliki perlengkapan keagamaan, dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Kebutuhan spiritual yang berkaitan pada hubungan dengan Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan dapat memberikan ketenangan pada individu yang melakukannya. 2.1.2.2 Hubungan dengan diri sendiri Kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan dalam diri individu sendiri dalam menghadapi masalah, kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan diri sendiri meliputi kepercayaan, harapan, dan makna dalam kehidupan. Kepercayaan faith bersifat universal, dapat dimiliki oleh orang yang religius dan tidak religius, dimana merupakan penerimaan individu Universitas Sumatera Utara 7 terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan memberikan makna kehidupan pada seseorang dan memberikan kekuatan pada seseorang ketika menghadapi masa yang sulit. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas. Harapan dapat diartikan sebagai suatu keyakinan akan keinginan yang akan tercapai dalam hidup. Harapan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan yang terutama melalui hubungan dengan Tuhan dan didasarkan pada kepercayaan. Harapan memberikan peranan penting bagi individu dalam mempertahankan dirinya saat menghadapi penyakit atau masalah, tanpa harapan individu akan merasa hampa, lesutidak bersemangat, dan terasa mati. Makna kehidupan dapat menjadikan seseorang individu merasa berharga dan berarti serta memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain, dan alam sekitar, dimana individu merasa hidupnya terarah, memiliki masa depan, dan menerima kasih sayang dari orang lain disekitarnya 2.1.2.3 Hubungan dengan Orang lain Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang Universitas Sumatera Utara 8 tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan. Maaf dan pengampunan forgiveness, seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai. Cinta kasih dan dukungan sosial Love and social support. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit. 2.1.2.4 Hubungan dengan lingkungan Spiritualitas yang mencakup keharmonisan hubungan dengan alam dapat dicapai dengan sikap menghargai alam yaitu memiliki pengetahuan tentang pohon, margasatwa, dan iklim serta dapat berinteraksi dengan alam atau lingkungan melalui kegiatan bertanam, berjalan-jalan di lingkungan luar dan mempunyai sikap melindungi alam. Rekreasi Joy merupakan kebutuhan spiritualitas seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal- hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah raga dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 9 Kedamaian Peace merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan. 2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Spiritualitas Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang Taylor dkk, 1997 dalam Hamid, 2008, yaitu: 2.1.3.1 Tahapan Perkembangan Semakin bertambah usia, individu akan memeriksa dan membenarkan keyakinan spiritualitasnya. Seperti contoh pada usia pertengahan dan lansia spiritualitasnya semakin kuat dan matang. Mereka lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan contohnya berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan. 2.1.3.2 Budaya Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang budaya seseorang. Setiap budaya berbeda dalam bentuk pemenuhan spiritualitas. Budaya dan spiritualitas menjadi dasar sesorang dalam melakukan sesuatu dan menjalani cobaan atau masalah dalam hidup agar tetap seimbang. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Universitas Sumatera Utara 10 2.1.3.3 Keluarga Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas individu. Keluarga adalah tempat pertama kali individu mendapatkan pengalaman dan pandangan hidup. Melalui keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Dukungan keluarga merupakan pemicu untuk meningkatkan spiritulitas individu. 2.1.3.4 Pengalaman Hidup Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif mempengaruhi spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam mengartikan secara spiritual terhadap kejadian yang dialaminya. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau tidak bersyukur. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya. 2.1.3.5 Krisis dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas pada seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dialami seseorang merupakan pengalaman spiritualitas yang bersifat emosional. Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapipengobatan yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit akan menimbulkan pertanyaan tentang sistem kepercayaan seseorang. Jika seseorang dihadapkan pada Universitas Sumatera Utara 11 kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyangberdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal. 2.1.4 Penilaian status spiritualitas Setiap kali proses holistik dilaksanakan dalam perawatan kesehatan, pasien, pertama-tama penilaian atau assessment harus dilakukan. Penilaian atau assessment didefinisikan sebagai “proses pengumpulan, menganalisis dan sintesis data bisu, dalam rumus multidimensional yang menjadi landasan pengambilan keputusan.” Secara khusus, proses penilaian menyediakan suatu kerangka kerja untuk mengidentifikasi kebutuhan spiritual pasien. Penilaian spiritual penting karena beberapa alasan, antara lain: penilaian ini telah terbukti luas dapat digunakan untuk memprediksi hasil perawatan kesehatan; penilaian ini menjadi sumber informasi bagi anggota tim perawatan kesehatan tentang kemampuan seseorang menghadapi, kira-kira tingkat distres mana, dan tentang penanganan yang diberikan untuk membantu pasien menghadapi krisis kesehatan yang dialami pasien; penilaian memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang seseorang dari sudut pandang holistik; penilaian memungkinkan penyelenggaraan perawatan yang menghormati kebutuhan perawatan kesehatan dan keprihatinan seseorang. Begitu banyak penuntun, instrumen, skala dipergunakan dalam penilaian spiritualitas dan kepercayaan keagamaan, praktik dan tingkat partisipasi. Salah satunya adalah skala kesejahteraan spiritual JAREL. Skala kesejahteraan spiritual JAREL merupakan alat penilaian bagi para perawat yang didasarkan pada studi Universitas Sumatera Utara 12 kesejahteraan spiritual di kalangan orang dewasa. Akan tetapi, skala penilaian ini dapat diterapkan secara luas untuk segala jenis pasien.

2.2 Kanker