Tinjauan tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

commit to user 19 disampaikan secara bersama – sama oleh dua orang atau lebih Saksi Tersangka kepada pejabat Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik saksi tersangka maupun pejabat yang berwenang memberikan tanda tangannya.

3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Pasal 338 KUHP menentukan Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, memperhatikan Pasal 338 KUHP, maka unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu : a. Unsur subyektif, atau dengan sengaja b. Unsur obyektif, atau menghilangkan, atau nyawa atau orang lain. Memperhatikan Pasal 338 KUHP tersebut dengan sengaja jelas terpenuhi, dimana pelaku tindak pidana pembunuhan melakukan perbuatan tersebut ada maksud-maksud tertentu, dengan demikian jelas bahwa tindak pidana pembunuhan itu sendiri dilakukan dengan sengaja. Unsur menghilangkan juga terpenuhi dimana tindak pidana pembunuhan sebagai suatu perbuatan pidana dimaksudkan untuk menghilangkan sesuatu. Unsur nyawa juga terpenuhi, dimana perbuatan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud menghilangkan sesuatu, sesuatu yang dimaksud adalah nyawa. Unsur orang lain juga terpenuhi, dimana nyawa yang dihilangkan itu tidak lain adalah nyawa orang lain. Bila nyawa yang dihilangkan itu adalah nyawa diri sendiri, maka perbuatan tersebut adalah perbuatan bunuh diri. Mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 338 KUHP telah terpenuhi, maka jelas bahwa tindak pidana pembunuhan sebagai perbuatan pidana dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan sengaja. Hal ini tergantung dari awal dan commit to user 20 pelaksanaan perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut. Dalam arti bila perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut dilakukan yang sebelumnya diawali dengan perbuatan pidana lainnya, maka tindak pidana pembunuhan tersebut masuk kategori tindak pidana pembunuhan dengan pemberatan. Bila diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan pemberatan, maka pelaku carok dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 339 KUHP. Selain dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan pemberatan, tindak pidana pembunuhan dapat juga diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu. Adapun yang dimaksud dengan perencanaan terlebih dahulu bila untuk melakukan tindak pidana pembunuhan itu pelaku telah menyusun keputusannya secara tenang. Selain itu pelaku juga telah mempertimbangkan tentang kemungkinan-kemungkinan dan tentang akibat-akibat dari tindakannya. Antara waktu seorang pelaku menyusun rencananya tersebut selalu harus terdapat jangka waktu tertentu. Bila demikian kenyataannya, maka pelaku tindak pidana pembunuhan dapat diancam dengan pidana pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu, yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Mengingat dalam pembahasan skripsi ini berawal dari adanya tindak pidana pembunuhan berencana, maka pembunuhan yang hendak diuraikan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain secara umum, yaitu yang diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang berbunyi : “ barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana moord, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. “ commit to user 21

A. Kerangka Pemikiran

Mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat dalam suatu bagan seperti berikut: Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan : Proses penanganan suatu perkara pidana bermula dari terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Dalam Perkara Pembunuhan Berencana No.Pol : BP113IV2005Reskrim Proses Penyelidikan Oleh Polresta Surakarta Dapat Dilakukan Penyidikan Tidak Dapat Dilakukan Penyidikan Proses Penyidikan Oleh Polresta Surakarta Penetapan TersangkaPelaku Tindak Pidana Kejelasan Hukum Atas Kejahatan Pembunuhan Berencana Penyelesaian BAP

Dokumen yang terkait

TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 4 10

PROSES PENYELESAIAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK MELALUI PROSES PERADILAN PIDANA Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 16

SKRIPSI Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA Buku: Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 4

PENGGUNAAN FOTOGRAFI FORENSIK OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN POLRESTA SURAKARTA DALAM PENYIDIKAN Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 4 19

PENDAHULUAN Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi Dalam Penyidikan Di Polresta Surakarta (Study Kasus Di Polresta Surakarta).

0 0 21

Prosedur Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Pembunuhan Oleh Penyidik Pada Tempat Kejadian Perkara (TKP) Di Poltabes Padang (studi kasus NO POL : BP / 156/ IV /2006 / RESKRIM).

0 0 7

PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polresta Bukittinggi).

0 0 6