Pembahasan Proses Penyidikan sebagai Upaya Penyelesaian Berita Acara

commit to user 49 tersangka CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE ini berkas perkara dilimpahkan oleh Penyidik kepada Kejaksaan Negeri Surakarta sesuai dengan Surat Kapolresta Surakarta No.Pol : B 567 VII 2005 Reskrim tanggal 19 Juli 2005 selanjutnya dibuatkan Berita Acara Serah Terima tersangka dan barang bukti yang ditanda tangani oleh petugas Kepolisian selaku pihak yang menyerahkan tersangka dan barang bukti Baur Tahti dan Jaksa Penuntut Umum selaku penerima tersangka dan barang bukti. Apabila dalam waktu 14 hari Berkas Perkara tidak dikembalikan oleh Penuntut Umum, maka penyidikan dianggap selesai dan Jaksa bersangkutan membuat P-21 BAP sudah lengkap ke Penyidik untuk menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti tahap II, namun apabila BAP belum lengkap belum memenuhi persyarataan untuk dilimpahkan ke Pengadilan maka Jaksa yang bersangkutan membuat P-18 dan P- 19 Pemberitahuan BAP belum lengkap dan Pengembangan BAP untuk dilengkapi.

3. Pembahasan

Kepolisian Republik Indonesia dalam upaya penanganan tindak pidana , pelaksanaannya diatur dalam Undang-undang Kepolisian RI, khususnya Pasal 14 ayat 1 huruf f, g, h, dan j. Demikian pula ketentuan yang tercantum dalam Pasal 15 ayat 1 huruf a, e, g, i, dan k. Kemudian juga dalam ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf e, g, h, I, dan j. dan Pasal 16 ayat 1 huruf a, b, c, e, f, g, h, I, j dan k. Masing masing ketentuan Pasal - Pasal tersebut antara lain menyatakan : Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk bentuk pengamanan swakarsa Pasal 14 ayat 1 huruf f , Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak commit to user 50 pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang undangan Iainnya Pasal 14 ayat 1 huruf g, Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedoteran kepolisian, laboratorium, forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian Pasal 14 ayat 1 huruf h, Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi lain dan atau pihak yang berwenang Pasal 14 ayat 1 huruf j . Sehubungan dengan penanganan tindak pidana kejahatan maka Pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang menerima laporan dan atau pengaduan Pasal 15 huruf a , Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup administratif kepolisian Pasal 15 huruf a , Melakukan tindakan di tempat kejadian Pasal 15 huruf g, mengambil sidik jari dan identitas Iainnya serta memotret seseorang Pasal 15 huruf h , mencari keterangan barang bukti Pasal 15 huruf i, Mengeluarkan izin danatau keterangan yang diperlukan Pasal 15 huruf k, Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. Selanjutnya diatur pula penanganan tindak pidana kejahatan di dalam Pasal 15 ayat 2 yang menyatakan: Memberikan izin dan mengawasan kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat Iainnya Pasal 15 ayat 2 huruf a, Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; Pasal 15 ayat 2 huruf b , Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam Pasal 15 ayat 2 huruf e, Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan Pasal 15 ayat 1 huruf f, Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat Kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis Kepolisian Pasal 15 ayat 2 huruf g, Melakukan kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional Pasal 15 ayat 2 huruf h , Melakukan pengawasan commit to user 51 fungsional Kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait Pasal 15 ayat 2 huruf i, Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi Kepolisian internasional Pasal 15 ayat 2 huruf j dan Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup Kepolisian Pasal 15 ayat 2 huruf k. Disamping tugas umum Kepolisian sebagaimana tersebut di atas, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia juga memiliki kewenangan dalam penanganan tindak kejahatan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 dari Undang-Undang nomor 2 Tahun 2002. Untuk itu jelas disebutkan bahwa di bidang proses pidana Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk ; Melakukan penegakan, penahanan, dan penggeledahan, dan penyitaan Pasal 16 Ayat 1 huruf a Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidik Pasal 16 Ayat 1 huruf b , Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyelidikan Pasal 16 Ayat 1 huruf c, Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri Pasal 16 Ayat 1 huruf d, Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat Pasal 16 Ayat 1 huruf e, Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi Pasal 16 Ayat 1 huruf f, Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara Pasal 16 Ayat 1 huruf g dan Mengadakan penghentian penyidikan Pasal 16 Ayat 1 huruf h, Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum Pasal 16 Ayat 1 huruf i . Selanjutnya mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana Pasal 16 Ayat 1 huruf j Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum Pasal 16 Ayat 1 huruf k , dan commit to user 52 Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab Pasal 16 Ayat 1 huruf I . Dalam rangka wewenang tersebut di atas, maka Kepolisian negara dalam menangani peristiwa hukum balk yang berkaitan dengan ketertiban umum dan kejahatan, akan melakukan tindakan penyidikan dan penyelidikan dengan memebuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat 2 undang Undang nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam pelaksanaannya tidak bertentangan dengan kewajiban hukum ; selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; harus patut, masuk akal dan termasuk dalam Iingkungan jabatannya; serta mempertimbangkan yang Iayak berdasarkan keadaan yang memaksa dan menghormati hak Azasi Manusia. Dalam kegiatan penanganan kejahatan, Kepolisian negara akan melaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagaimana tertuang dalam undang undang yang telah diuraikan di atas. Kemudian dalam upaya penanganan terjadinya kejahatan , apapun bentuknya baik oleh karena adanya pengaduan perorangan maupun masyarakat atas terjadinya pelanggaran atau telah terjadinya kejahatan, maka pihak Kepolisian negara akan melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan dan penyitaan barang bukti adanya kejahatan tersebut terhadap tersangka. Selanjutnya mencari informasi data data dalam usaha penyidikan dan penyelidikan. Dalam rangka penanganan adanya tindak pidana kejahatan maka kepolisian membuat Laporan Polisi dimana Kepala Kepolisian Sektor memerintahkan kepada Penyidik Pembantu untuk mengadakan pengecekan di Tempat Kejadian Perkara TKP, kemudian membuat laporan mengenai apa yang terjadi di TKP. Selanjutnya Kepala Kepolisian Sektor membuat pemberitahuan kepada Kejaksaan Negeri setempat tentang dimulainya penyidikan dengan memberitahukan tanggal dimulainya penyidikan dan untuk itu commit to user 53 Kepala Kepolisian Sektor menerbitkan Surat Perintah Penyidikan dan Surat Perintah Tugas. Selanjutnya Polisi mengadakan pemeriksaan terhadap saksi saksi dan tersangka. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 2 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana KUHAP , maka yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Sedangkan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang undang. Apabila hasil penyidikan telah menemukan tersangkanya, maka terhadap tersangka perlu dilakukan penangkapan, untuk itu Kepala kepolisian Sektor menerbitkan Surat Perintah Penahanan dan dibuat Berita Acara Penahanan . Setelah itu pemberitahuan penahanan tersangka kepada Kepala Kejaksaan Negeri setempat. Penahanan yang dilakukan penyidik hanya dapat diberikan paling lama 20 hari , namun apabila pemeriksaan oleh penyidik belum selesai, maka Kepala Kepolisian Sektor dapat mengajukan permintaan perpanjangan penahanan terhadap tersangka kepada Kepala Kejaksaan Negeri setempat. Waktu perpanjangan penahanan tidak lebih dari 40 empat puluh hari yang kemudian dibuat berita acaranya. Disamping hal tersebut di atas, apabila untuk kepentingan penyidikan diperlukan penyitaan barang bukti, maka Kepala Kepolisian Sektor mengirim laporan permohonan dan persetujuan terhadap penyitaan tersebut dan Kepala Kepolisian Sektor mengeluarkan Surat Perintah Penyitaan dan dibuat berita acara penyitaan dan apabila penyitaan barang bukti dibuat pula surat tanda penerimaan dan dibuat commit to user 54 berita acara penerimaan barang bukti. Kemudian apabila diperlukan adanya penggeledahan, maka Kepala Kepolisian Sektor mengajukan permohonman persetujuan penggeledahan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dan atas permohonan tersebut Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan tentang persetujuan atas tindakan penggeledahan yang dilakukan oleh penyidik. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratories kriminalistik maka dibuatlah berita acara pemeriksaan laboratories krminalistik oleh pemeriksa semua surat surat tersebut dijadikan satu yang disebut berkas dari kepolisian ditambah dengan ; daftar saksi, daftar tersangka, daftar barang bukti. Kemudian resume yang memuat dasar, laporan polisi, dukuk perkara fakta atas pemanggilan, penangkapan, penahanan dan penyitaan. Berkas tersebut juga berisi keterangan saksi - saksi, keterangan tersangka sendiri, barang bukti dan pembahasan yang memuat adanya unsur - unsur tindak pidana yang dilakukan tersangka, kemudian menjadi keterangan terdakwa. Kemudian berkas perkara diserahkan kepada Kejaksaan Negeri setempat yang selanjutnya untuk dijadikan dasar penuntutan jaksa di Pengadilan negeri setempat.

B. Hambatan-Hambatan

Dokumen yang terkait

TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 4 10

PROSES PENYELESAIAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK MELALUI PROSES PERADILAN PIDANA Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 16

SKRIPSI Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA Buku: Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 4

PENGGUNAAN FOTOGRAFI FORENSIK OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN POLRESTA SURAKARTA DALAM PENYIDIKAN Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 4 19

PENDAHULUAN Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi Dalam Penyidikan Di Polresta Surakarta (Study Kasus Di Polresta Surakarta).

0 0 21

Prosedur Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Pembunuhan Oleh Penyidik Pada Tempat Kejadian Perkara (TKP) Di Poltabes Padang (studi kasus NO POL : BP / 156/ IV /2006 / RESKRIM).

0 0 7

PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polresta Bukittinggi).

0 0 6